Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No.

2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108

STUDI KASUS: ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
Derma Wani Damanik1, Julwansa Saragih2, Riris Artha Dhita Purba3
1,2,3
Akper Kesdam I/Bukit Barisan Pematangsiantar
Email: 1dermawanidamanik@gmail.com, 2saragihjuan02@gmail.com, 3ririspurba1207@gmail.com

ABSTRAK
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak mampu bernapas spontan dan teratur
setelah lahir, dikarenakan oleh berkurangnya pasokan oksigen pada sel dan jaringan janin dalam uterus.
Tujuan penelitian ini bertujuan untuk memahami rangkaian proses keperawatan pada pasien dengan
asfiksia neonatorum. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan melalui
pengelolaan asuhan keperawatan pada Bayi R usia 0 hari. Metode studi kasus dilakukan di Rumah Sakit
Tentara TK IV 010701 Pematangsiantar pada bulan April 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan format pengkajian bayi baru lahir melalui wawancara pada keluarga dan perawat serta
observasi pada pasien. Berdasarkan pengkajian diperoleh data bayi sesak frekuensi 68x/menit, apgar
score 5/6, irama nafas irregular, adanya retraksi dada, penggunaan otot bantu pernafasan, mata dan
kulit kekuningan, urin kuning pekat, feces berwarna pucat, suhu tubuh 37,5ºC, peningkatan nilai bilirubin
dan leukosit. Seluruh masalah teratasi, setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 4 hari.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana yang disusun
sehingga masalah keperawatan pola nafas inefektif, ikterik neonatus dan resiko infeksi dapat teratasi.

Keywords: Asuhan Keperawatan, Pasien, Asfiksia Neonatorum.

ABSTRACT
Neonatal asphyxia is a condition in which the baby is unable to breathe spontaneously and regularly
after birth, due to reduced oxygen supply to fetal cells and tissues in the uterus. The purpose of this study
was to understand the series of nursing processes in patients with asphyxia neonatorum. This research
method uses a descriptive method with an approach through the management of nursing care in Infant R
aged 0 days. The case study method was carried out at Rumah Sakit Tentara TK IV 010701
Pematangsiantar in April 2021. Data collection was carried out using the newborn assessment format
through interviews with families and nurses and observation of patients. Based on the study obtained data
baby shortness of breath frequency 68x/minute, Apgar score 5/6, irregular breathing rhythm, chest
retraction, use of accessory muscles for respiration, yellowish eyes and skin, dark yellow urine, pale
stools, body temperature 37.5ºC, increased bilirubin and leukocyte values. All problems were resolved,
after the implementation of nursing for 4 days. The conclusion of this study is that the implementation is
carried out in accordance with the prepared plan so that the nursing problems of ineffective breathing
patterns, neonatal jaundice and the risk of infection can be resolved.

Keywords: Nursing Care, Patient, Neonatorum Asphyxia.

1. PENDAHULUAN oleh berkurangnya pasokan oksigen pada sel


Pelayanan kesehatan ibu dan anak dan jaringan janin dalam uterus, sehingga
adalah salah satu unsur penentu status mengakibatkan tingginya angka kesakitan
kesehatan. Pelayanan kesehatan anak dimulai dan kematian pada bayi baru lahir (Putri,
sebelum bayi lahir melalui pelayanan 2019). Asfiksia merupakan penyebab
kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. kematian tertinggi ketiga setelah infeksi
Pertumbuhan dan perkembangan bayi pada neonatal dan prematuritas/bayi berat lahir
masa neonatal adalah masa yang paling kritis rendah (Kemenkes, 2019) yang disebabkan
karena bisa menyebabkan terjadinya oleh defisiensi surfaktan, pertumbuhan paru
kesakitan dan kematian bayi. Kematian pada yang masih lemah, dan tulang iga yang
masa perinatal paling banyak disebabkan oleh mudah melengkung, sehingga janin tidak
asfiksia (Utami, 2019). mendapatkan oksigen yang cukup dari
Asfiksia neonatorum merupakan suatu plasenta (Yanti, 2017).
kondisi dimana bayi tidak mampu bernapas Data organisasi kesehatan dunia (WHO)
spontan dan teratur setelah lahir, dikarenakan menunjukkan bahwa penderita asfiksia

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 116
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
neonatorum setiap tahunnya sebanyak 3,6 bayi yang mengalami asfiksia, dapat
juta (3%) dari keseluruhan jumlah bayi baru diwujudkan dengan koordinasi yang baik,
lahir yaitu 120 juta, dan sekitar 1 juta bayi standar pelayanan yang berkualitas serta
diantaranya meninggal dunia (Sa’danoer, membekali perawat dengan pengetahuan
2020). Berdasarkan hasil penelitian serta sikap yang baik (Lumatauw et al.,
(Workineh et al, 2020) di Afrika Timur dan 2014). Studi kasus ini bertujuan untuk
Tengah bahwa asfiksia neonatorum memahami rangkaian proses keperawatan
menyebabkan sekitar 4 juta kematian pada pasien dengan asfiksia neonatorum.
neonatal setiap tahun di dunia.
Berdasarkan hasil penelitian 2. METODE STUDI KASUS
(Gebregziabher et al, 2020) di Rumah Sakit Penelitian ini menggunakan pendekatan
Spesialis Ethiopia Utara bahwa dari 267 studi kasus pada pasien melalui proses
neonatus, 48 orang diantaranya menderita keperawatan. Pasien dalam pelitian ini adalah
asfiksia dengan prevalensi 18%. Kematian By Ny R dengan jenis kelamin laki-laki, usia
neonatus yang disebabkan oleh asfiksia 0 hari. Pengambilan sampel menggunakan
neonatorum sekitar 8 sampai 35% di negara teknik purposive sampling. Penelitian
maju, 31 sampai 56,5% di negara dilakukan di Rumah Sakit Tentara TK IV
berkembang yang disebabkan oleh kondisi 010701 Pematangsiantar pada bulan April
ibu, kondisi bayi, dan faktor plasenta 2021. Pengumpulan data dilakukan dengan
(Notoatmodjo & Rakhmawatie, 2012). menggunakan format pengkajian bayi baru
Angka kematian asfiksia neonatorum di lahir melalui wawancara pada keluarga dan
Indonesia mencapai 29,9% yang berlangsung perawat serta observasi pada pasien. Peneliti
pada hari pertama bayi lahir, dan sebanyak menggunakan 5 tahap proses keperawatan
75,6% terjadi setelah satu minggu kelahiran, yang terdiri dari: 1). Pengkajian, peneliti
sedangkan di Provinsi Lampung pada tahun mengumpulkan data yang berasal dari
2017 terdapat 47 kejadian asfiksia wawancara dengan keluarga pasien dan
neonatorum per 1000 neonatus (Rahmawati, perawat, 2). Diagnosa keperawatan,
2019). Sementara itu, angka kejadian melakukan analisisa data oleh peneliti untuk
penderita asfiksia di Kota Pariaman membantu dalam menegakkan diagnosa, 3).
tergolong tinggi, dimana tahun 2018 asfiksia Intervensi keperawatan, dilakukan dengan
menduduki urutan kedua yaitu sebanyak 267 menyusun perencanaan guna mengatasi
kasus dan setiap bulannya yaitu sebanyak 22 masalah keperawatan yang ada, 4).
bayi yang lahir dan menderita (Sa’danoer, Implementasi keperawatan, yaitu melakukan
2020). (Farahdiba & Rahmat, 2017) tindakan keperawatan sesuai dengan
menambahkan bahwa kematian maternal bayi perencanaan yang telah dibuat, dan 5).
baru lahir pada tahun 2015 yang mengalami Evaluasi Keperawatan, yaitu melaksanakan
asfiksia mencapai 27%. peneliti melakukan penilaian berdasarkan
Profil kesehatan Provinsi Sumatera tahapan proses keperawatan yang sudah
Utara (2018) menunjukkan bahwa Angka dilakukan.
Kematian Neonatal (AKN) sebesar 2,6 dari
1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bayi (AKB) sebesar 3,1 per 1.000 kelahiran 3.1 Hasil
hidup. Sedangkan penyebab kematian Hasil penelitian yang diperoleh
neonatal akibat asfiksia sebanyak 263 kasus. berdasarkan tahapan proses keperawatan
Menurut (Tampubolon, 2019) asfiksia pada pengkajian adalah sebagai berikut: bayi
pada bayi baru lahir menjadi faktor yang lahir tidak segera menangis, jenis persalinan
menyebabkan kematian yaitu sebanyak 5 juta section cesarea dengan usia kehamilan 36
(19%) dalam setiap tahun. Frekuensi asfiksia minggu, berat badan 2230 gr, panjang badan
pada bayi dengan BBLR tertinggi terjadi 46 cm, dan nilai apgar score 5/6. keluhan
pada tahun 2016 yaitu mencapai 18 bayi, utama bayi tampak sesak. Keadaan umum
pada tahun 2017 menurun menjadi 8 bayi, sedang, tanda-tanda vital: suhu 37,5ºC, nadi
pada 2018 sebanyak 4 bayi dan tahun 2019 144x/menit, pernafasan 68x/menit.
menurun Kembali menjadi 3 bayi. Pemeriksaaan fisik diperoleh ikterik pada
Oleh sebab itu diperlukan peran perawat lapisan conjuntiva, mukosa bibir kering,
dalam membantu bayi baru lahir terutama refleks mengisap lemah, nafas cepat, bunyi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 117
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
napas irreguler, adanya retraksi dada, pantau penyerapan oksigen), 4). Pemberian
terpasang oksigen (O2) 2 liter/menit, obat (jelaskan jenis obat, alasan pemberian,
terpasang mesin khusus yang berfungsi untuk tindakan yang diharapkan, dan efek samping
menyalurkan oksigen atau yang disebut sebelum pemberian, identifikasi
mesin CPAP, klien tampak rewel, kulit kemungkinan alergi, interaksi, dan
tampak kekuningan, rentang gerak lemah, kontraindikasi obat, verifikasi order obat
urin kuning pekat, feces berwarna pucat. sesuai dengan indikasi, monitor pemberian
Hasil pemeriksaan darah didapatkan obat), 5). Edukasi pengukuran respirasi
nilai bilirubin indirek 12,08 mg/dl, bilirubin (Identifikasi kesiapan dan kemampuan
direk 0,90 mg/dl, dan nilai leukosit menerima informasi, siapkan bahan media
16.000/mm3. Berdasarkan hasil analisa data, pendidikan kesehatan, dokumentasikan hasil
peneliti menetapkan 3 diagnosa keperawatan pengukuran).
untuk kasus ini, merujuk kepada (Tim Pokja Intervensi keperawatan untuk diagnosa
SDKI DPP PPNI, 2018) yaitu pola napas kedua yaitu interik neonatus terdiri dari: 1).
inefektif berhubungan dengan penekanan Fototerapi neonatus (monitor ikterik,
pusat pernapasan, gangguan upaya napas, indentifikasi kebutuhan jumlah cairan, minta
sindrom hipoventilasi ditandai dengan bayi ibu untuk menyusui bayi selama 20-30
tampak sesak, frekuensi pernapasan menit), 2). Perawatan bayi (observasi tanda-
68x/menit, irama nafas irregular, adanya tanda vital, mandikan bayi sebanyak 2 kali
retraksi dada bagian dalam, menggunakan dalam sehari, rawat tali pusat), 3). Edukasi
otot bantu pernafasan, oksigen terpasang 2 orang tua (indentifikasi pengetahuan dan
liter/menit, terpasang mesin khusus yang kesiapan orangtua belajar tentang perawatan
berfungsi untuk menyalurkan oksigen bayi, ajarkan keterampilan merawat bayi)
(CPAP). Diagnosa kedua yaitu ikterik Intervensi keperawatan untuk diagnosa
neonatus berhubungan dengan kesulitan ketiga yaitu resiko tinggi infeksi yaitu: 1).
transisi kehidupan ekstra uterin, pola makan Manajemen imunisasi atau vaksinasi
tidak tepat, usia < 7 hari ditandai dengan (idendentifikasi riwayat kesehatan dan
warna kulit dan conjunctiva mata riwayat alergi, identifikasi kontraindikasi
kekuningan, urin kuning pekat, feces pemberian imunisasi, jadwalkan imunisasi
berwarna pucat, nilai bilirubin indirek 12,08 pada waktu yang tepat), 2). Pencegahan
mg/dl, bilirubin direk 0,90 mg/dl. Diagnosa infeksi (monitor adanya gejala infeksi lokal
ketiga yaitu resiko tinggi infeksi berhubungan dan sistemik, batasi jumlah pengunjung,
dengan peningkatan paparan organisme lakukan pencucian tangan sebelum dan
patogen lingkungan, ketidakseimbangan sesudah kontak dengan pasien dan
pertahanan tubuh primer ditandai dengan bayi lingkungan pasien, pertahankan teknik
rewel, suhu 37,50C, nilai leukosit 16.000 aseptik pada resiko tinggi).
mm3. Implemetasi keperawatan dilakukan
Intervensi keperawatan pada kasus ini, selama 4 hari, dimulai pada tanggal 14 April
peneliti menggunakan standart intervensi 2021 pukul 08.00 WIB. Untuk diagnosa
keperawatan Indonesia dari (Tim Pokja SDKI pertama peneliti: 1). Melakukan manajemen
DPP PPNI, 2017). Untuk diagnosa pertama jalan nafas 2). Melakukan pemantauan 3).
yaitu pola nafas inefektif, intervensi Memberikan dukungan ventilasi, 4).
keperawatan terdiri dari: 1). Manajemen jalan Memberikan obat dexamethasone 0,7 mg/8
nafas (observasi pola nafas, frekuensi, jam, 5). Memberikan edukasi pengukuran
kedalaman, usaha nafas, bunyi nafas respirasi. Implementasi pada diagnosa
tambahan, pertahankan kepatenan jalan keperawatan kedua, peneliti melakukan
napas, beri posisi fowler atau semi fowler, fototerapi neonatus, melakukan perawatan
berikan oksigen sesuai kebutuhan, 2). Pantau bayi dan memberikan edukasi kepada orang
respirasi (monitor adanya sumbatan jalan tua tentang pengetahuan, kesiapan dan
nafas, lakukan perabaan kesimetrisan keterampilan perawatan bayi sedangkan
ekspansi paru, auskultasi bunyi nafas, implementasi untuk diangnosa ketiga peneliti
monitor saturasi oksigen), 3). Dukungan melakukan manajemen imunisasi dan
ventilasi (identifikasi adanya penggunaan pencegahan infeksi dengan memantau adanya
otot bantu pernafasan, kenali dampak gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi
berubahnya posisi dengan kondisi pernafasan, jumlah pengunjung, melakukan pencucian

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 118
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan tampak ibu memberikan ASI, refleks
pasien dan lingkungan pasien, memberikan mengisap meningkat, terpasang infus
injeksi cefotaxime 150mg/8 jam, memberikan dextrose 5% 7 tts/menit, nilai bilirubin
injeksi gentamicin 20 mg/24 jam. indirek 12,08 mg/dl, bilirubin direk 0,90
Hasil evaluasi keperawatan pada hari mg/dl. Assessment masalah teratasi sebagian.
pertama pada tanggal 14 April 2021 untuk Planning: lanjutkan intervensi. Diagnosa
diagnosa pertama, data subjektif yaitu ibu ketiga, data subjektif yaitu ibu klien
klien mengatakan bayi masih sesak, data mengatakan bayi sudah tidak demam. Data
objektifnya klien masih tampak sesak, RR objektif yaitu suhu tubuh 36,80C, rewel
68x/menit, irama nafas irregular, adanya berkurang, belum dilakukan pemeriksaan
penggunaan otot bantu pernafasan, adanya darah ulang, nilai leukosit 16.000 mm3.
retraksi dada, terpasang oksigen 2 liter/menit, Assessment masalah teratasi sebagian.
terpasang mesin khusus yang berfungsi untuk Planning: lanjutkan intervensi.
menyalurkan oksigen (CPAP), SPO2 88%, Hasil evaluasi keperawatan pada hari
sumbatan jalan nafas tidak ada, pulmo dalam ketiga pada tanggal 16 April 2021 untuk
batas normal, sistema tulang infak. diagnosa pertama, data subjektif yaitu ibu
Assessment masalah belum teratasi. Planning: klien mengatakan bayi tidak sesak, data
lanjutkan intervensi. objektifnya RR 48x/menit, irama nafas
Diagnosa kedua, data subjektifnya yaitu reguler, tidak adanya penggunaan otot bantu
ibu mengatakan kulit bayi kuning. Data pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada
objektif yaitu mata dan kulit tampak retraksi dada tidak ada, terpasang oksigen 2
berwarna kekuningan, urin kuning pekat, liter/menit jika sesak, SPO2 96%, sumbatan
feces pucat, refleks mengisap lemah, jalan nafas tidak ada, pulmo dalam batas
terpasang infus dextrose 5% 7 tts/menit, normal, sistema tulang infak. Mesin khusus
tampak ibu memberikan ASI, nilai bilirubin yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen
indirek 12,08 mg/dl, bilirubin direk 0,90 (CPAP) tidak terpasang. Assasment masalah
mg/dl. Assessment masalah belum teratasi. teratasi sebagian. Planning: lanjutkan
Planning: lanjutkan intervensi. intervensi. Diagnosa kedua, data subjektifnya
Diagnosa ketiga, data subjektif yaitu ibu yaitu ibu mengatakan warna kekuningan
klien mengatakan badan bayi hangat. Data berkurang. Data objektif yaitu kulit bayi
objektif yaitu suhu tubuh 37,5ºC, badan mulai tampak memerah, urin kuning jernih,
teraba hangat, bayi tampak rewel, bayi belum warna feces normal, refleks mengisap kuat,
dijadwalkan untuk imunisasi, nilai leukosit masih terpasang infus dextrose 5% 7
16.000 mm3. Assasment masalah belum tts/menit, nilai bilirubin indirek 5,68 mg/dl,
teratasi. Planning: lanjutkan intervensi. bilirubin direk 0,40 mg/dl. Assessment
Hasil evaluasi keperawatan pada hari masalah teratasi sebagian. Planning:
kedua pada tanggal 15 April 2021 untuk lanjutkan intervensi. Diagnosa ketiga, data
diagnosa pertama, data subjektif yaitu ibu subjektif yaitu ibu klien mengatakan bayi
klien mengatakan sesak berkurang, data sudah tidak demam. Data objektif yaitu suhu
objektifnya klien tampak sesak namun sudah tubuh 36,50C, bayi tidak rewel, nilai leukosit
berkurang, RR 60x/menit, irama nafas menjadi 9200 mm3. Assessment masalah
irregular, adanya penggunaan otot bantu teratasi. Planning: intervensi dihentikan.
pernafasan, bunyi nafas tambahan tidak ada Hasil evaluasi keperawatan pada hari
adanya retraksi dada, terpasang oksigen 2 keempat pada tanggal 17 April 2021 untuk
liter/menit, terpasang mesin yang berfungsi diagnosa pertama, data subjektif yaitu ibu
untuk menyalurkan oksigen (CPAP), SPO2 klien mengatakan sesak tidak ada, data
90%, sumbatan jalan nafas tidak ada, pulmo objektifnya RR 40x/menit, irama nafas
dalam batas normal, sistema tulang infak. teratur, otot bantu pernafasan tidak ada, bunyi
Assessment masalah belum teratasi. Planning: nafas tambahan tidak ada retraksi dada tidak
lanjutkan intervensi. ada, SPO2 98%, sumbatan jalan nafas tidak
Diagnosa kedua, data subjektifnya, ibu ada, pulmo dalam batas normal. Assessment
mengatakan kulit bayi masih kuning. Data masalah teratasi. Planning: intervensi
objektif yaitu mata dan kulit tampak dihentikan. Diagnosa kedua, data
berwarna kekuningan, urin kuning pekat subjektifnya yaitu ibu mengatakan warna
namun berkurang, warna feces normal, kulit sudah memerah. Data objektif yaitu

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 119
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
kulit bayi tampak memerah, urin dan feces  Diagnosa keperawatan
normal, refleks mengisap kuat, nilai bilirubin Diagnosa keperawatan merupakan
indirek 5,68 mg/dl, bilirubin direk 0,40 penilaian klinis perawat tentang respon klien
mg/dl. Assessment: masalah teratasi. terhadap kondisi atau kebutuhan kesehatan
Planning: intervensi dihentikan. aktual atau potensial. Data yang diperoleh
untuk diagnosa pola napas inefektif adalah
3.2 Pembahasan bayi tampak sesak, frekuensi pernapasan
Pembahasan menjelaskan tentang proses 68x/menit, irama nafas irregular, adanya
keperawatan yang telah dilakukan oleh retraksi dada bagian dalam, penggunaan otot
peneliti yang terdiri dari: bantu pernafasan, oksigen terpasang 2
 Pengkajian liter/menit, terpasang mesin khusus yang
Tahap pengkajian merupakan tahap awal berfungsi untuk menyalurkan oksigen. Sesuai
dalam melaksanakan pengumpulan data dengan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
terkait masalah klien agar dapat memberi bahwa gejala minor dan mayor untuk
arah dalam intervensi keperawatan (Astar et diagnosa pola nafas inefektif mencakup
al., 2018). Dalam hal ini peneliti mengkaji dipsnea, penggunaan otot bantu pernafasan,
data identitas klien, riwaya kesehatan fase ekspirasi memanjang, pola nafas
mencakup keluhan utama, riwayat penyakit abnormal, pernafasan cuping hidung dan
sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat ventilasi semenit menurun. Penulis
penyakit keluarga, riwayat antenatal, riwayat menetapkan diagnosa ikterik neonatus
intranatal, keadaan bayi baru lahir, dengan memperoleh data yaitu warna kulit
pemeriksaan umum, pemeriksaan atrometri dan sklera mata kekuningan, urin kuning
pemeriksaan khusus (head to toe) dan pekat, feces berwarna pucat, nilai bilirubin
pemeriksaan penunjang. indirek 12,08 mg/dl, bilirubin direk 0,90
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh mg/dl. Ikterus untuk bayi baru lahir adalah
keluhan utama pada klien adalah sesak meningkatnya kadar bilirubin pada jaringan
dengan nilai apgar score 5/6. Menurut (Fida terdalam ekstravaskuler menyebabkan kulit,
& Maya, 2014), asfiksia neonatorum selaput konjungtiva, dan bagian tubuh lainnya
memiliki gejala dan tanda yaitu dypsnea, berwarna menguning. Ikterus patologik
pernapasan cuping hidung (kedua hidung terjadi dalam 24 jam awal dengan bilirubin
kembang kempis), kebiruan dan nadi serum meninggi melebihi dari 5 mg% perhari
berdenyut cepat. Sementara itu gejala (Puspita, 2018). Data yang diperoleh untuk
selanjutnya pada asfiksia neonatorum adalah diagnosa resiko tinggi infeksi yaitu bayi
pernafasan dalam, denyut jantung terus rewel, suhu 37,50C, nilai leukosit 16.000
menurun, tekanan darah mulai menurun, anak mm3. Sesuai dengan (Tim Pokja SDKI DPP
terlihat lemas (flaccid), penurunan tekanan PPNI, 2017) bahwa batasan karateristik
oksigen dalam darah (PaO2), meningginya resiko infeksi yaitu demam, dan adanya
tekanan CO2 darah (PaCO2), menurunnya pH tanda-tanda infeksi.
(akibat asidosis respiratorik dan metabolik),
yang digunakan sebagai sumber glikogen  Intervensi keperawatan
bagi tubuh anak dan metabolisme anaerob, Dalam tahap intervensi dilakukan
serta perubahan sistem peredaran darah. berdasarkan penyusunan prioritas masalah
Data pemeriksaan fisik diperoleh bahwa keperawatan. Intervensi merupakan
mata dan kulit berwarna kekuningan, reflek serangkaian tindakan yang dapat mencapai
mengisap kurang, pernafasan cepat, retraksi tiap tujuan khusus (Astar et al., 2018).
dada ada, rentang pergerakan lemah, urin Intervensi adalah elemen kunci dari rencana
berwarna kuning pekat, feces pucat, asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan
terpasang oksigen, terpasang mesin khusus yang direncanakan untuk diagnosa
yang berfungsi untuk menyalurkan oksigen. keperawatan pola nafas inefektif yaitu:
Sesuai dengan (Kemenkes, 2019) bahwa manajemen jalan nafas, pemantauan respirasi,
sekitar 26% bayi asfiksia akan mengalami dukungan ventilasi, pemberian obat, dan
gangguan pada pernafasan. Asfiksia terjadi edukasi pengukuran respirasi. Rasionalnya
karena kekurangan oksigen baik saat manajemen jalan nafas dan pemantauan
kehamilan, persalinan maupun saat lahir respirasi dapat mengidentifikasi dan
(Saptanto & Anggraheny, 2014).

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 120
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
memastikan kepatenan jalan nafas dan semenit membaik, sesak menurun, dan
dukungan ventilasi dapat memfasilitasi dalam penggunaan otot bantu nafas menurun.
mempertahankan pernafasan spontan untuk Outcome untuk diagnosa ikterik neonatus
memaksimalkan pertukaran gas di paru-paru yaitu integritas kulit dan jaringan membaik,
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). eliminasi fekal dan status nutrisi membaik.
Didukung penelitian (Pratama n.d, 2018) Dan outcome diagnosa yaitu resiko infeksi
bahwa intervensi keperawatan pada masalah terkontrol. Menurut (Astar et al., 2018),
pola nafas inefektif dapat dilakukan dengan sebelum melakukan implementasi yang sudah
memaksimalkan ventilasi, mendengarkan direncanakan perawat perlu melakukan
bunyi nafas, memantau status pernafasan dan validasi secara singkat untuk mengetahui
oksigenasi, monitor kecepatan, irama, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
kedalaman, dan kesulitan bernafas, pantau dibutuhkan klien sesuai dengan kondisi pada
pergerakan dada dan ketidaksimetrisan saat ini. Perawat juga perlu memberikan
penggunaan otot bantu pernafasan, palpasi penilaian terhadap diri sendiri, apakah
kesimetrisan ekspansi paru, dan pertahankan memiliki kemampuan interpersonal,
(kepatenan) jalan nafas. intelektual, dan teknik sesuai dengan
Intervensi keperawatan untuk diagnosa tindakan yang akan dilakukan. (Shiferaw et
interik neonatus terdiri dari: fototerapi al, 2020) menambahkan implementasi
neonatus, perawatan bayi dan edukasi orang keperawatan dalam pengaturan klinis dapat
tua. Rasionalnya pemberian fototerapi dapat memfasilitasi asuhan keperawatan yang
menurunkan kadar bilirubin dan edukasi berkualitas tinggi dan meningkatkan hasil
orang tua memberikan informasi dalam kesehatan klien.
peningkatan pengasuhan fisik yang
dibutuhkan bayi dalam tahun pertama  Evaluasi
kehidupan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, Pada penelitian ini, ketiga masalah
2018). Sejalan dengan penelitian (Mulyati et sudah teratasi setelah tindakan keperawatan
al, 2019) bahwa fotoherapi merupakan terapi dilakukan selama 4 hari. Sesuai dengan
pilihan pertama yang dilakukan pada bayi pendapat (Nursalam, 2014) bahwa evaluasi
dengan hyperbilirubinemia. Intervensi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
keperawatan untuk diagnosa resiko tinggi ditetapkan dalam perencanaan dan
infeksi yaitu: manajemen imunisasi atau membandingkan hasil tindakan yang telah
vaksinasi dan pencegahan infeksi. dilaksanakan secara berkesinambungan serta
Rasionalnya manajemen imunisasi/vaksinasi menilai efektifitas proses keperawatan mulai
dapat mengidentifikasi dan mengelola dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pemberian kekebalan tubuh secara aktif dan pelaksanaan.
pasif dan resiko infeksi dapat menurunkan
resiko terserang organisme patogenik (Tim 4. KESIMPULAN
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Penelitian By Ny R dengan jenis kelamin laki-laki,
(Yulia Sari, 2020) bahwa intervensi usia 0 hari dengan keluhan utama sesak.
keperawatan untuk diagnosa resiko tinggi Diperoleh 3 masalah utama yaitu pola nafas
infeksi yaitu pantau gejala infeksi lokal dan inefektif, ikterus neonatus, dan resiko tinggi
sistemik, batasi jumlah pengunjung, cegah infeksi. Sesudah tindakan keperawatan
masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dilakukan selama 4 hari, maka ketiga ketiga
bagi pasien dengan resiko tinggi. masalah keperawatan yaitu pola nafas
inefektif, ikterik neonatus dan resiko infeksi,
 Implementasi keperawatan teratasi. Dengan pengetahuan perawat yang
Berdasarkan kasus diketahui bahwa baik sangat bermanfaat untuk meningkatkan
implementasi yang dilakukan sudah sesuai implementasi proses keperawatan. Oleh
dengan perencanaan/intervensi yang disusun sebab itu, perawat dapat dididik tentang
oleh peneliti. Penulis berusaha semaksimal pentingnya pengetahuan guna meningkatkan
mungkin untuk melakukan tindakan implementasi proses keperawatan dan
keperawatan sehingga tercapainya tujuan kualitas asuhan keperawatan secara
yang diharapkan. Outcome yang diperoleh keseluruhan.
pada diagnosa pola napas inefektif yaitu
frekuensi dan irama nafas membaik, ventilasi

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 121
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
REFERENCES Pratama, R. T. B. (n.d.). (2018). Asuhan
Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). keperawatan pada By. M dan By. L
Pengaruh Pelayanan Asuhan pasca asfiksia neonatorum dengan
Keperawatan terhadap Kepuasan Pasien masalah keperawatan Ketidakefektifan
di Puskesmas Takalala Kabupaten pola nafas di Ruang perinatologi RSUD
Soppeng. YUME: Journal of Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018.
Management, 1 (2). Profil Kesehatan. (2018). Provinsi Sumatera
Farahdiba, I., & Rahmat, B. (2017). Faktor- Utara 2018. Dibuka pada website http:
faktor yang berhubungan terjadinya kemenkes.go.id. Dibuka pada 1 Maret
asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah 2021.
Sakit Syech Yusuf Gowa Tahun 2017. Puspita, N. (2018). The Effect of Low
Jurnal Kesehata Delima Pelamonia, 1 Birthweight on the Incidence of
(2), 185–192. Neonatal Jaundice in Sidoarjo. Jurnal
Fida., & Maya. (2014). Pengantar Ilmu Berkala Epidemiologi, 6(2), 174.
Kesehatan Anak. D-Medika: https://doi.org/10.20473/jbe.v6i22018.17
Yogyakarta. 4-181.
Gebregziabher, G. T., Hadgu, F. B., & Putri, N. N. B. K. A. (2019). Analisis faktor
Abebe, H. T. (2020). Prevalence and penyebab kejadian asfiksia pada bayi
associated factors of perinatal asphyxia baru lahir di RS Aura Syifa Kabupaten
in neonates admitted to ayder Kediri. Jurnal Ners Dan Kebidanan
comprehensive specialized hospital, (Journal of Ners and Midwifery), 6(2),
Northern Ethiopia: a cross-sectional 251–262.
study. International Journal of Rahmawati, R. (2019). Faktor-faktor risiko
Pediatrics. yang berhubungan dengan kejadian
Kemenkes. (2019). Keputusan Menteri asfiksia neonatorum (Studi di RSUD dr.
Kesehatan Republik Indonesia No 214. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun
Diakses pada 2019). Universitas Siliwangi.
https://yankes.kemkes.go.id. Sa’danoer, I. M. (2020). Faktor yang
Lumatauw, S., Kumaat, L. T., & Karundeng, Berhubungan dengan Kejadian Asfiksia
M. (2014). Hubungan pengetahuan dan Neonatorum di RSUD Pariaman. Jurnal
sikap perawat dengan penanganan Bidan Komunitas, 3(3), 93–98.
asfiksia berat pada bayi baru lahir Di Saptanto, A., & Anggraheny, H. D. (2014).
Ruang Nicu Rsup Prof Dr RD Kandou Faktor Risiko yang Mempengaruhi
Manado. Jurnal Keperawatan. 2 (2). Kematian Bayi Asfiksi. Jurnal
Mulyati, M., Iswati, N., & Wirastri, U. Kedokteran Muhammadiyah, 3(1).
(2019). Analisis Asuhan Keperawatan Shiferaw, W. S., Akalu, T. Y., Wubetu, A.
pada Pasien Neonatus dengan D., & Aynalem, Y. A. (2020).
Hiperbilirubinemia di RSUD Prof. dr. Implementation of Nursing Process and
Margono Soekarjo Purwokerto. Its Association with Working
Proceeding of The URECOL, 203–212. Environment and Knowledge in
Notoatmodjo, H., & Rakhmawatie, M. D. Ethiopia: A Systematic Review and
(2012). Faktor-Faktor Yang Meta-Analysis. Nursing Research and
Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Practice, 2020.
Neonatorum. Jurnal Kedokteran Tampubolon, I. K. (2019). Angka kejadian
Muhammadiyah, 1 (2). asfiksia pada bayi Berat Badan Lahir
Nursalam, D. (2014). Manajemen Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum
Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Pusat Haji Adam Malik.
Keperawatan Profesional. Salemba Utami, R. P. (2019). Faktor-faktor yang
Medika. berhubungan dengan kejadian asfiksia
PPNI, Tim Pokja SDKI D P P. (2017). neonatorum di Rumah Sakit Umum
Standar diagnosis keperawatan daerah H. Abdul Manan Simatupang
indonesia. Kabupaten Asahan tahun 2017.
PPNI, Tim Pokja SIKI D P P. (2018). Yanti, J. S. (2017). Hubungan hipertensi
Standar intervensi keperawatan kehamilan dengan asfiksia neonatorum
indonesia. di RSUD Arifin Achmad. Menara Ilmu,

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 122
Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda Vol. 7, No. 2, September 2021
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEPERAWATAN e-ISSN 2597-7172, p-ISSN 2442-8108
11(76). terhadap By R DI Ruang Neonatus
Yulia Sari, D. (2020). Asuhan Keperawatan RSUD Mayjend HM Ryacudu Kotabumi
pasien dengan gangguan kebutuhan Lampung Utara. Poltekkes
oksigenasi pada kasus pneumoni Tanjungkarang.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. 123

Anda mungkin juga menyukai