Anda di halaman 1dari 14

Bahan Tugas Kelompok 1

Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN RETARDASI


MENTAL

OLEH:

ALVINA DAMAYANTI

ANANIUS UK

ANGGITA

ANISA KIKI SAINAFAT

ASMITA ASIZ

RISKY B. TINGLIOY

YAKOMINA SLARMANAT

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAMIKA

MAKASSAR

2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ
sekitar 2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang)
disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan
sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).

Retardasi mental adalah disabilitas yang menyebabkan keterbatasan signifikan baik


dalam fungsi intelektual maupun dalam perilaku adaptif (keterampilan sosial dan praktis
sehari-hari) sebelum usia 18 tahun (Bernstein dan Shelov, 2017). Retardasi mental juga
dikenal dengan beberapa istilah, yaitu: disabilitas kognitif, disabilitas intelektual, disabilitas
belajar (Betz dan Sowden, 2009), gangguan mental, abuse (misal, moron, idiot, kretin,
mongol) (Hull dan Johnston, 2008), tunagrahita (Iswari dan Nurhastati, 2010),
keterbelakangan mental (Utaminingsih, 2015), gangguan intelektual (Bernstein dan Shelov,
2017).

B. ETIOLOGI
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman, sindrom
Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Sklerosis tuberosa, dsb
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi
C. KLASIFIKASI

Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Dia gnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child neurodevelopment: Application in daily
practice :

a. Retardasi mental ringan


Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) 50–55 sampai 70.
b. Retardasi mental sedang
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 35-40 sampai 50-55.
c. Retardasi mental berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) 20-25 sampai 35-40.
d. Retardasi mental sangat berat
Tingkat nilai kecerdasan atau Intelligence Quotient ( IQ) dibawah 20 atau 25
e. Retardasi mental dengan keparahan tidak ditentukan
Jika terdapat kecurigaan kuat adanya retardasi mental. (Solek, 2010)

Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain :

a. Kelompok retardasi mental genetik


Adalah keterbelakangan mental akibat kelainan faktor keturunan yang disebabkan oleh :
1) Perubahan jumlah kromosom pada hasil pertumbuhan yang disebut aborsi
2) Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi
3) Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
4) Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen yang disebut
translokasi.

b. Retardasi mental kerusakan otak (Brain Damage)

Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari otak,
perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan
glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan.

c. Retardasi mental fungsional


Retardasi mental fungsional adalah anak- anak terbelakang mental karena adanya
gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau faktor budaya. Sebab-
sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional antara lain berikut ini:

1) Faktor hereditas
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri- ciri kerusakan otak
minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat perkembangan mental
anak- anak sehingga meraka mengalami retardasi mental. Contoh:

a) Menyendiri

b) Agresif

c) Nakal

d) Hiperkinetik

e) Autisme (Iswari dan Nurhastuti, 2010)

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapakelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu sindrom penyakit
tertentu.

Gejala klinis dan kelainan fisik yang disertai retardasi mental:

a. Kelainan pada mata :

1) Katarak

2) Bintik cherry- merah daerah macula

3) Korioretinitis

4) Kornea Keruh

b. Kejang

1) Kejang umum tonik


2) Kejang masa neonatal

c. Kelainan kulit

d. Kelainan rambut

e. Perawakan pendek

f. Distonia

Menurut Shapiro BK (2007), gejala klinis yang menyertai retardasi mental


berdasarkan umur antara lain:

1. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi system organ mayor

2. Early infancy ( 2- 4 bulan): gagal berinteraksi dengan lingkungan, gangguan penglihatan


atau pendengaran

3. Later infancy ( 6- 18 bulan): keterlambatan motorik kasar

4. Toddlers ( 2- 3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara

5. Preschool ( 3- 5 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara, masalah perilaku termasuk


kemampuan bermain, keterlambatan perkembangan motorik halus, menggunting, mewarnai,
menggambar

6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku (perhatian,
kecemasan, nakal )

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan retardasi mental :

a. Kromosomal kariotipe

b. Elektro Ensefalogram (EEG)

c. Cranial Computed Tomography (CT) atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)

d. Titer virus untuk infeksi kongenital

e. Serum asam urat ( uric acid serum)


f. Laktat dan piruvat darah

g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang

h. Serum seng (Zn)

i. Logam berat dalam darah

j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin

k. Serum asam amino atau asam organic

l. Plasma ammonia

m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsi kulit

n. Urin mukopolisakarida

o. Urin reducing substance

p. Urin ketoacid

F. PATOFISIOLOGI

Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab pranatal, perinatal,


dan pascanatal. Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom (trisomi 21 [sindrom down],
sindrom Fragile-X), gangguan sindrom (distrofi otot Duchenne, neurofibromatosis [tipe-1] ,
dan gangguan metabolisme bawaan (fenilketonuria). Penyebab perinatal dapat berhubungan
dengan masalah intrauterus seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan kelahiran
prematur serta masalah neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intrakranial. Penyebab
pascanatal mencakupkondisi- kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan
gangguan degeneratif dan demielinisasi. Sindrom Fragile X, sindrom down, dan sindrom
alkohol janin terjadi pada sepertiga dari kasus retardasi mental.

Munculnya masalah-masalah terkait, seperti paralisis serebral, deficit sensoris,


gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka
panjang pada akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi secara
mandiri dalam komunitas (yaitu bekerja, hidup mandiri, keterampilan sosial) (Betz dan
Sowden, 2009).
G. POHON MASALAH

H. KOMPLIKASI
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional dan sangat
individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga memerlukan perawatan
seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya (Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin Sedini


mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan
kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin (Utaminingsih, 2015).

1) Obat- obat psikotropika (misalnya: tioridazin, [Mellaril] , haloperidol [Haldol] untuk


remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri.

2) Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda deficit perhatian/


hiperaktivitas ( misalnya: metilfenidat [Ritalin])

3) Antidepresan (misalnya: fluoksetin [Prozac])

4) Obat untuk perilaku agresif (misalnya: karbamazepin [Tegretol])

b. Terapi Bermain

Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang
sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani
dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN RETARDASI
MENTAL

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 11 tahun
Anak ke : satu dari tiga bersaudara
Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Pendidikan : Strata 1

a. Riwayat kesehatan sekarang

Ny N mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan


maupun dengan kata-kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak jelas, An M tampak sering
tersenyum, susah berkata kata, sering ingin bermain, rambut tidak rapi, rongga mulut kurang
bersih, beberapa gigi mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari
kaki tampak panjang dan kotor. An M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air
ketika mandi. An M tidak menyadari akan keadaan

b. Riwayat kesehatan dahulu

Ny N mengatakan An. M susah dalam menyampaikan pendapat baik dalam tulisan


maupun dengan kata-kata, sulit berkonsentrasi, suka bermain, suka menanggapi orang dengan
senyuman, suka mengganggu adik adiknya, berbicara tidak jelas, An M tampak sering
tersenyum, susah berkata kata, sering ingin bermain, rambut tidak rapi, rongga mulut kurang
bersih, beberapa gigi mengalami karies, kuku jari tangan tampak panjang dan kotor, kuku jari
kaki tampak panjang dan kotor. An M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air
ketika mandi. An M tidak menyadari akan keadaan.

c. Riwayat kesehatan keluarga


Ny. N mengatakan tidakada keluarga yang mengalami gangguan perkembangan
retardasi mental seperti yang dialami An. M.

d. Pemeriksaan fisik

Cara berjalan An M tidak memiliki gangguan, rambut tampak tidak rapi, mata
simetris, Rongga mulut tidak bersih, terdapat karies, kuku jari tangan dan kuku jari kaki
tampak panjang dan kotor.

e. Kebiasaan sehari-hari

An. M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An M
bermain bersama saudara di dalam rumah, sedangkan bermain bersama teman jika teman
berkunjung ke rumah An. M.

f. Status social ekonomi keluarga

Bapak A merupakan Pegawai Negeri Sipil dan ibu N merupakan Pegawai Negeri
Sipil. Pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan ± Rp.6.500.000. Penghasilan keluarga
bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.

g. Harapan keluarga
Keluarga Ny N mengharapkan An. M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis retardasi mental
2. Resiko cedera b.d perubahan fungsi kognitif
3. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu dalam hubungan social

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NOC NIC
1. Risiko cidera berhubungan dengan 1) Manajeman lingkungan: keselamatan,
perubahan fungsi kognitif dengan 2) Pencegahan jatuh,
kriteria hasil :
- Aktivitas yang sesuai untuk tingkat usia
perkembangan anak,
- strategi untuk mencegah jatuh,
- strategi untuk mencegah kecelakaan
bermain,
- memilih mainan yang aman dan sesuai
dengan usia,
- memberikan pengawasan terkait
peralatan di area bermain,
- monitor penggunaan olahraga dan alat
rekreasi
2. Deficit perawatan diri berhubngan 1) Bantuan perawatan diri: Kebersihan,
dengan gangguan psikologis retardasi 2) Bantuan perawatan diri: berdandan,
mental 3) Bantuan perawatan diri: pemberian
dengan kriteria hasil : Makan, mandi, makan,
kebersihan, kebersihan, mulut
3. Gangguan komunikasi verbal 1) Mendengar aktif,
berhubungan dengan hambatan 2) Latihan memori
individu dalam hubungan sosial dengan
kriteria hasil: Mengidentifikasi diri
sendiri, mengidentifikasi tempat saat ini,
mengenali faktor resiko individu,
mengenali kemampuan untuk merubah
perilaku, memonitor faktor risiko di
lingkungan, memonitor faktor risiko
individu, mengembangkan strategi yang
efektif dalam mengontrol risiko.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

1. Risiko cidera berhubungan dengan 1. mengidentifikasi kebutuhan keamanan


perubahan fungsi kognitif adalah anak berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
serta riwayat perilaku di masa lalu,
2. mengidentifikasi hal- hal yang
membahayakan di lingkungan anak,
3. mengidentifikasi kekurangan baik
kognitif atau fisik dari anak yang
mungkin meningkatkan potensi jatuh
pada lingkungan anak
4. mengidentifikasi kebutuhan keamanan
anak berdasarkan fungsi fisik dan kognitif
serta riwayat perilaku di masa lalu,
5. mengidentifikasi hal- hal yang
membahayakan di lingkungan anak,
2. Defisit perawatan diri berhubungan 1. mengidentifikasi defisit perawatan diri
dengan gangguan psikologis retardasi 2. memonitor kebersihan kuku,sesuai
mental dengan kemampuan merawat diri anak
3. mengkaji kemampuan perawatan diri
anak
4. memberitahukan kepada keluarga
pasien untuk mendukung kemandirian
dengan membantu hanya ketika anak
tidak mampu melakukan perawatan diri.
5. menjelaskan manfaat tata cara makan
dan minum yang baik, memperagakan
tata cara makan dan minum yang baik
bersama anak.
3. Gangguan komunikasi verbal 1. menjelaskan tujuan interaksi,
berhubungan dengan hambatan individu 2. menunjukkan ketertarikan pada anak
dalam hubungan sosial 3. memonitor perilaku anak M,
4.mendorong anak untuk
mengekspresikan perasaannya
5. mendengarkan anak mengekspresikan
perasaannya.
6. memberikan latihan orientasi mengenai
nama lengkap, nama panggilan, tanggal,
dan tempat, melatih anak membaca,
mengevaluasi latihan membaca, melatih
anak membaca.

E. EVALUASI
1. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif setelah dilakukan
tindakan keperawatan 10x pertemuan :
S: Ny N meminta agar ikut membantu menutup dan mengunci pagar rumah jika ada
anggota keluarga keluar dan masuk rumah,
O: Pagar rumah Ny N tampak tidak terkunci,
A: Masalah resiko cidera belum teratasi secara konsisten
P: Intervensi Resiko cidera dilanjutkan oleh keluarga
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental
setelah dilakukan tindakan keperawatan 10x pertemuan:
S: Ny N mengatakan anak M dapat melakukan dan menjadwalkan perawatan diri
mandi, keramas, menyikat gigi secara mandiri, Ny N mengatakan anak M dapat
menyisir rambut sendiri dengan rapi, Ny N mengatakan anak M dapat makan secara
mandiri
O: Anak M tampak bersih dan rapi, Anak M tampak bisa melakukan tata cara makan
dan minum
A: Masalah deficit perawatan diri teratasi sebagian
P: Intervensi defisit perawatan diri dilanjutkan oleh Ny N
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan social Setelah dilakukan tindakan keperawatan 10x pertemuan :
S: Guru mengatakan An M sulit belajar membaca IQRA’
O: An M tampak kesulitan membaca dan mengingat huruf IQRA’
A: Gangguan komunikasi verbal belum teratasi
P: Intervensi gangguan komunikasi verbal dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai