OLEH:
ALVINA DAMAYANTI
ANANIUS UK
ANGGITA
ASMITA ASIZ
RISKY B. TINGLIOY
YAKOMINA SLARMANAT
MAKASSAR
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Retardasi mental merupakan disabilitas kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi intelektual di bawah normal (IQ
sekitar 2 standar deviasi yang dibawah normal, dalam rentang 65 sampai 75 atau kurang)
disertai keterbatasan- keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif: berbicara dan
bahasa, keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan sosial, penggunaan
sumber- sumber komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional,
bersantai dan bekerja (Betz dan Sowden, 2009).
B. ETIOLOGI
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
a. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
1) Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
2) Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
3) Cedera kepala yang berat
b. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
1) Rubella kongenitalis
2) Meningitis
3) Infeksi sitomegalovirus bawaan
4) Ensefalitis
5) Toksoplasmosis kongenitalis
6) Listeriosis
7) Infeksi HIV
c. Kelainan kromosom
1) Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down)
2) Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom Angelman, sindrom
Prader-Willi)
3) Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat
d. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
1) Galaktosemia
2) Penyakit Tay-Sachs
3) Fenilketonuria
4) Sindroma Hunter
5) Sindroma Hurler
6) Sindroma Sanfilippo
7) Leukodistrofi metakromatik
8) Sklerosis tuberosa, dsb
e. Metabolik
1) Sindroma Reye
2) Dehidrasi hipernatremik
3) Hipotiroid Kongenital
4) Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
f. Keracunan
1) Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
2) Keracunan metilmerkuri
3) Keracunan timah hitam
g. Gizi
1) Kwashiokor
2) Marasmus
3) Malnutrisi
h. Lingkungan
1) Kemiskinan
2) Status ekonomi rendah
3) Sindroma deprivasi
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan Dia gnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder (DSM IV) , dalam a Journey to child neurodevelopment: Application in daily
practice :
Ditinjau dari segi neurologi, ada beberapa penggolongan retardasi mental, antara lain :
Retardasi mental akibat kerusakan otak disebabkan oleh sisa radang dari otak,
perdarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang cukupnya pemeliharaan oksigen dan
glukosa pada otak terutama pada bayi yang lahir belum cukup umur, dan keracunan.
1) Faktor hereditas
2) Fungsi otak, pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ ciri- ciri kerusakan otak
minimal.
3) Faktor perilaku. Golongan perilaku tertentu sering menghambat perkembangan mental
anak- anak sehingga meraka mengalami retardasi mental. Contoh:
a) Menyendiri
b) Agresif
c) Nakal
d) Hiperkinetik
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapakelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital kemudian mengarah ke suatu sindrom penyakit
tertentu.
1) Katarak
3) Korioretinitis
4) Kornea Keruh
b. Kejang
c. Kelainan kulit
d. Kelainan rambut
e. Perawakan pendek
f. Distonia
6. School age ( > 5 tahun): kemampuan akademik kurang, masalah perilaku (perhatian,
kecemasan, nakal )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa indikasi untuk penilaian laboratoarium pada anak dengan retardasi mental :
a. Kromosomal kariotipe
l. Plasma ammonia
n. Urin mukopolisakarida
p. Urin ketoacid
F. PATOFISIOLOGI
H. KOMPLIKASI
a. Paralisis serebral
b. Gangguan kejang
c. Masalah- masalah perilaku/psikiatrik
d. Defisit komunikasi
e. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat obat- obatan
antikonvulsi, kurang mengosumsi makanan berserat dan cairan)
f. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti malformasi esophagus,
obstruksi usus halus dan defek jantung
g. Disfungsi tiroid
h. Gangguan sensoris
i. Masalah- msalah ortopedik, seperti deformitas kaki, scoliosis
j. Kesulitan makan
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental bersifat multi dimensional dan sangat
individual. Semua anak yang mengalami retardasi mental juga memerlukan perawatan
seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi, dan monitoring terhadap tumbuh
kembangnya (Soetjiningsih, 2012)
a. Pengobatan
b. Terapi Bermain
Bagi anak yang mengalami gangguan kognitif dan fisik berat, tombol elektronik dapt
digunakan untuk memungkinkan anak mengoperasikan mainan tersebut. Aktivitas yang
sesuai untuk aktivitas fisik berdasarkan pada ukuran tubuh, koordinasi, kesegaran jasmani
dan maturitas, motivasi, dan kesehatan anak (Wong, 2009).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN RETARDASI
MENTAL
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An. M
Umur : 11 tahun
Anak ke : satu dari tiga bersaudara
Agama : Islam
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Pendidikan : Strata 1
d. Pemeriksaan fisik
Cara berjalan An M tidak memiliki gangguan, rambut tampak tidak rapi, mata
simetris, Rongga mulut tidak bersih, terdapat karies, kuku jari tangan dan kuku jari kaki
tampak panjang dan kotor.
e. Kebiasaan sehari-hari
An. M mandi masih kurang bersih dan sering bermain air ketika mandi, An M
bermain bersama saudara di dalam rumah, sedangkan bermain bersama teman jika teman
berkunjung ke rumah An. M.
Bapak A merupakan Pegawai Negeri Sipil dan ibu N merupakan Pegawai Negeri
Sipil. Pendapatan keluarga bapak A dalam sebulan ± Rp.6.500.000. Penghasilan keluarga
bapak A digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.
g. Harapan keluarga
Keluarga Ny N mengharapkan An. M dapat merawat diri dan hidup secara mandiri
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri b.d gangguan psikologis retardasi mental
2. Resiko cedera b.d perubahan fungsi kognitif
3. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan individu dalam hubungan social
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NOC NIC
1. Risiko cidera berhubungan dengan 1) Manajeman lingkungan: keselamatan,
perubahan fungsi kognitif dengan 2) Pencegahan jatuh,
kriteria hasil :
- Aktivitas yang sesuai untuk tingkat usia
perkembangan anak,
- strategi untuk mencegah jatuh,
- strategi untuk mencegah kecelakaan
bermain,
- memilih mainan yang aman dan sesuai
dengan usia,
- memberikan pengawasan terkait
peralatan di area bermain,
- monitor penggunaan olahraga dan alat
rekreasi
2. Deficit perawatan diri berhubngan 1) Bantuan perawatan diri: Kebersihan,
dengan gangguan psikologis retardasi 2) Bantuan perawatan diri: berdandan,
mental 3) Bantuan perawatan diri: pemberian
dengan kriteria hasil : Makan, mandi, makan,
kebersihan, kebersihan, mulut
3. Gangguan komunikasi verbal 1) Mendengar aktif,
berhubungan dengan hambatan 2) Latihan memori
individu dalam hubungan sosial dengan
kriteria hasil: Mengidentifikasi diri
sendiri, mengidentifikasi tempat saat ini,
mengenali faktor resiko individu,
mengenali kemampuan untuk merubah
perilaku, memonitor faktor risiko di
lingkungan, memonitor faktor risiko
individu, mengembangkan strategi yang
efektif dalam mengontrol risiko.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
E. EVALUASI
1. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif setelah dilakukan
tindakan keperawatan 10x pertemuan :
S: Ny N meminta agar ikut membantu menutup dan mengunci pagar rumah jika ada
anggota keluarga keluar dan masuk rumah,
O: Pagar rumah Ny N tampak tidak terkunci,
A: Masalah resiko cidera belum teratasi secara konsisten
P: Intervensi Resiko cidera dilanjutkan oleh keluarga
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis retardasi mental
setelah dilakukan tindakan keperawatan 10x pertemuan:
S: Ny N mengatakan anak M dapat melakukan dan menjadwalkan perawatan diri
mandi, keramas, menyikat gigi secara mandiri, Ny N mengatakan anak M dapat
menyisir rambut sendiri dengan rapi, Ny N mengatakan anak M dapat makan secara
mandiri
O: Anak M tampak bersih dan rapi, Anak M tampak bisa melakukan tata cara makan
dan minum
A: Masalah deficit perawatan diri teratasi sebagian
P: Intervensi defisit perawatan diri dilanjutkan oleh Ny N
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu dalam
hubungan social Setelah dilakukan tindakan keperawatan 10x pertemuan :
S: Guru mengatakan An M sulit belajar membaca IQRA’
O: An M tampak kesulitan membaca dan mengingat huruf IQRA’
A: Gangguan komunikasi verbal belum teratasi
P: Intervensi gangguan komunikasi verbal dilanjutkan