Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dimulai sejak janin


dalam kandungan dan sangat tergantung pada kesehatan ibu termasuk
kesehatan reproduksinya. Pembangunan di Indonesia dewasa ini masih
diwarnai oleh rawannya derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada
kelompok yang paling rawan yaitu ibu hamil, ibu bersalin, dan bayi pada
masa perinatal.

Angka kematian perinatal, kematian bayi, dan angka kematian balita


merupakan tolak ukur derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Bayi
(AKB) merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara
kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran
hidup. Untuk periode lima tahun sebelum survei, angka kematian bayi hasil
SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita
adalah 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI 2007,
lebih dari tiga perempat dari semua kematian balita terjadi dalam tahun
pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian bayi terjadi pada periode
neonatus (SDKI, 2012). Penyebab utama kematian bayi baru lahir adalah
prematuritas, BBLR, asfiksia (gangguan pernafasan) bayi baru lahir, tetanus
neonatorum, dan ikterus pada bayi baru lahir (Sarajtno, 2009 ).

Ikterus neonatorum (hiperbilirubin) pada bayi baru lahir atau pada


neonatus, sering ditemukan pada minggu pertama setelah lahir. Angka
kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 50% pada bayi baru lahir
yang cukup bulan dan 75% pada bayi baru lahir yang kurang bulan. Angka
kejadian ikterus ternyata berbeda-beda untuk beberapa negara, klinik, dan
waktu yang tertentu. Hal ini kemungkinan besar disebabkan perbedaan dalam
pengelolaan BBL yang pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan
(Hanifa, 2007). Di Amerika ditemukan 65%, di Malaysia 75% (Fatimah
2

Indarso, 2006), di Indonesia 13,5 – 85% (Rumah sakit pusat Jakarta) (Ali.
U, 2006).

Di Indonesia, insidens ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan


di beberapa RS pendidikan antara lain RSCM, RS Dr. Sardjito, RS Dr.
Soetomo, RS Dr. Kariadi bervariasi dari 13,7% hingga 85%. (Martin CR,
Cloherty JP, 2006). Pada tahun 2010 di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat
insiden ikterus sebanyak 76 (16%) dari 481 bayi baru lahir yang dirawat di
ruang perinatologi. Didapatkan juga data insidensi ikterus neonatorum di
Rumah Sakit Dr.soetomo Surabaya sebesar 13% dan 30% (Sriningsih, 2010).

Dari catatan rekam medis Rumah Sakit dr. Abdoer Rahem Situbondo
mulai bulan Januari - Desember 2015 jumlah bayi yang dirawat di ruang
perinatologi 801 bayi dengan ikterus neonatorum sebanyak 281 bayi atau
35%. Ikterus neonatorum merupakan suatu gejala yang sering timbul pada
bayi baru lahir. Ikterus fisiologik dijumpai pada sekitar 60% bayi aterm.
Bilirubin serum mencapai maksimal sebesar 6mg/dl antara hari kedua
dan hari keempat pada bayi aterm. Konsentrasi pigmen menurun secara
bertahab, mencapai normal dalam 2 minggu pada bayi aterm (Rudolph,
2007). Ikterus neonatorum fisiologis ialah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi
kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus
ini biasanya akan menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-
lambatnya 10 hari pertama (Hanifa W, 2007).

Ikterus neonatorum patologis ialah ikterus yang mempunyai dasar


patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Dasar patologis ini misalnya, jenis bilirubin, saat
timbulnya, dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Brown
menetapkan ikterus patologis bila kadar bilirubin mencapai 12mg% pada bayi
aterm (Hanifa W, 2007). Keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus
dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan
(Admin,2007).
3

Mengingat masa neonatal bayi baru lahir adalah masa


penentu.Perkembangan dan pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta
diperlukan perhatian dan penanganan yang terpadu dan berkesinambungan,
dan dikemudian hari ikterus neonatorum dapat ditangani dengan cepat dan
tidak sampai menimbulkan kern ikterus, maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus bayi dengan ikterus neonatorum di ruang IGD PONEK
RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo tahun 2016.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai standar


profesi kebidanan pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Neonatorum
di ruang IGD PONEK RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo tahun 2016.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan Pengkajian data subyektif pada Neonatus Cukup Bulan


dengan Ikterus Neonatorum di ruang IGD PONEK RSUD dr. Abdoer
Rahem Situbondo tahun 2016.
2. Melakukan Pengkajian data subyektif pada Neonatus Cukup Bulan
dengan Ikterus Neonatorum di ruang IGD PONEK RSUD dr. Abdoer
Rahem Situbondo tahun 2016.
3. Melakukan Analisa data pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus
Neonatorum di ruang IGD PONEK RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
tahun 2016.
4. Melakukan Penatalaksanaan pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus
Neonatorum di ruang IGD PONEK RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo
tahun 2016.
5. Melakukan Pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Neonatorum di ruang IGD
PONEK RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo tahun 2016.
4

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis


1. Bagi Institusi Pendidikan.
Dengan adanya Makalah Asuhan Kebidanan ini diharapkan
memberikan informasi tentang Asuhan Kebidanan yang baik dan benar
pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Neonatorum.

2. Bagi Peserta Praktik.


Mahasiswa mampu mengetahui dan mempraktikkan Asuhan
Kebidanan yang baik dan benar pada Neonatus Cukup Bulan dengan
Ikterus Neonatorum.

1.3.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Institusi Tempat Praktik


Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk lebih
meningkatkan pengembangan Asuhan Kebidanan yang baik dan benar
pada Neonatus Cukup Bulan Ikterus Neonatorum.
2. Bagi Profesi Bidan.
Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk lebih
meningkatkan pengembangan Asuhan Kebidanan yang baik dan benar
pada Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Neonatorum.
3. Bagi Pasien.
Menambah wawasan keluarga pasien mengenai penanganan
Neonatus Cukup Bulan dengan Ikterus Neonatorum.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan manajemen kebidanan terdiri dari :

1. Pengkajian data subyektif (S)


2. Pengkajian data obyektif (O)
3. Assesment (A)
4. Penatalaksanaan (P)
5

Anda mungkin juga menyukai