Anda di halaman 1dari 41

TUGAS PENGEMBANGAN PROPOSAL

“HUBUNGAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR

USIA 0-7 HARI DENGAN PEMBERIAN ASI

DI RUMAH SAKIT UMUM GAMBIRAN

TAHUN 2017

Oleh : AIEGUSTIN DIANSARI PRANOTO”

Dosen Pembimbing : Koekoeh H, S.Kep, NS, M.Kes

Oleh :
Eva Tiara Purnamasari
NIM : P17321185052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN KEDIRI
2018
HUBUNGAN KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR

USIA 0-7 HARI DENGAN PEMBERIAN ASI

DI RUMAH SAKIT UMUM GAMBIRAN

TAHUN 2017

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Disusun Oleh:

AIEGUSTIN DIANSARI PRANOTO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-IV

ALIH JENJANG KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan

angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan

anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi

(AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA). Perhatian terhadap upaya

penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena

kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi (Profil

Kesehatan Indonesia, 2015).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012

sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN

berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding SDKI

tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Berdasarkan data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2014 Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 26,66 per 1000 Kelahiran Hidup (KH),

sedangkan pada tahun 2015 sebesar 25,3 per 1000 KH sampai dengan

tahun 2015 masih diatas target MDG’s yaitu 23 per 1000 kelahiran hidup.

Untuk wilayah Kediri pada tahun 2014 terdapat Angka Kematian Bayi

sebesar 25,79 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa

angka kematian di Kediri masih berada di atas target MDG’s.


Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu

dalam kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan

adalah kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia.

Sedangkan kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal

disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar

(Vivian, 2014).

Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah

hiperbilirubin atau ikterus, dimana hal ini merupakan salah satu fenomena

klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu

pertama dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%,

Malaysia 75%, Indonesia 51,47 % (Putri dan Mexitalia, 2014). Faktor

resiko yang mempengaruhi hiperbilirubin meliputi faktor maternal seperti

usia gestasi, komplikasi kehamilan (preeklamsi, anak sunsang, anak

besar), faktor perinatal seperti infeksi pada bayi baru lahir (asfiksia),

trauma lahir (cepalhematom) dan jenis persalinan (Sectio Caesarea), dan

faktor bayi baru lahir seperti prematuritas, hipoglikemia, bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) dan rendahnya asupan ASI (Kosim, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Timur tahun 2011, bayi baru lahir terkena ikterus sebanyak (26,75%) atau

268/1000 kelahiran bayi baru lahir (Dinkes Jatim, 2011).

Penanganan primer ikterus yang direkomendasikan salah satunya

adalah inisiasi menyusu dini (IMD). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera

setelah lahir atau biasa disebut IMD serta pemberian ASI Eksklusif adalah
salah satu tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan pemerintah

untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir.

Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund

(UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10

juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui

pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal

kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan

kepada bayi (Aprilia, 2010).

ASI ekslusif berdasarkan peraturan pemerintah nomer 33 tahun

2012, adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama

enam bulan tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau

minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).

Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu

maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk

menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena

ASI kaya dengan zat gizi dan antibodi. Kecenderungan proses mulai

menyusu kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini) di Indonesia pada

anak 0-23 bulan meningkat menjadi 34,5 persen (2013) dari 29,3 persen

(2010).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mercedes, Ida, Yuni tahun

2015 diketahui Ada hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini

dengan ikterus neonatorum. Oleh karena itu, disarankan pada ibu bersalin
disarankan untuk memberikan ASI Eksklusif sedini mungkin untuk

mencegah terjadinya ikterus neonatorum.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Hubungan Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi

Baru Lahir Usia 0-7 Hari dengan Pemberian ASI.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka dapat diambil

rumusan masalah yaitu “ Apakah ada Hubungan Kejadian Ikterus

Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Usia 0-7 Hari dengan Pemberian Asi?”

1.3 Tujuan Penelitian

Dari uraian pembahasan dan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian

adalah untuk mengetahui Hubungan Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi

Baru Lahir Usia 0-7 Hari dengan Pemberian Asi.

1.4 Manfaat Penelitian

A. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui secara

spesifik mengenai Hubungan Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi

Baru Lahir Usia 0-7 Hari dengan Pemberian ASI.

B. Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan khususnya tentang

Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi Usia 0-7 Hari dengan

Pemberian ASI.
2. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk belajar menerapkan teori yang telah

diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya berpikir dalam

menganalisa suatu masalah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori yang Relevan

A. Pengertian Bayi

Bayi adalah manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun

tidak ada batasan yang pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode

perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan.

Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.

Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti

bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial.

Pada masa ini manusia sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan

terhadap kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal

(kematian di 27 hari pertama hidup), dan postnatal yaitu kematian yang

terjadi setelah 27 hari ( Marmi dan Rahardjo, 2015).

B. Masa Bayi

Masa bayi (infancy) adalah umur 0 sampai 11 bulan (Marmi dan

Rahardjo, 2015)

Masa bayi ini dibagi menjadi 2 periode:

1. Masa neonatal umur 0 sampai 28 hari

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi

perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.

Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:


a. Masa neonatal dini, umur 0-7 hari.

b. Masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari.

Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi

anak sehat adalah :

1) Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana

kesehatan yang memadai.

2) Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan

terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk

melahirkan.

3) Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat

menenangkan perasaan ibu.

4) Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh rasa

syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan bayi

yang dilahirkannya.

5) Berikan ASI segera mungkin. Perhatikan refleks menghisap diperhatikan

oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.

2. Masa post neonatal umur 29 hari sampai 11 bulan

Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan

berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem

saraf. Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai

unit pertama yang dikenalnya. Beruntunglah bagi bayi yang mempunyai

orang tua yang hidup rukun, bahagia dan memberikan yang terbaik untuk

anak. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan kesehatan bayi,


mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan pennuh, diperkenalkan kepada

makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai

jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa dimana

kontak erat antara ibu dan anak terjalin, dalam masa ini, pengaruh ibu

dalam mendidik anak sangatlah besar.

C. Ikterus Neonatorum

Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa

yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus

tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥5 mg/dl. Disebut

hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum

> 13 mg/dl. Ikterus atau warna kulit sering dijumpai pada bayi baru lahir

dalam batas normal pada hari baru lahir dalam batas normal pada hari

kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh. Ikterus

disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi darah

dewasa. Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah

janin (fetal blood) dan darah dewasa (adult blood) yang mampu menarik

O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 melalui paru-paru. Penghancuran

darah janin inilah yang menyebabkan terjadinya ikterus yang bersifat

fisiologis. Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa kadar bilirubin

indirek bayi cukup bulan sekitar 15mg% sedangkan bayi belum cukup

bulan 10mg%. Diatas angka tersebut disebut sebagai hiperbilirubinemia

yang dapat menimbulkan icterus (Dwienda dkk, 2014).


Pembagian Ikterus Menurut Metode Kremer

Derajat Daerah Ikterus Perkiraan Kadar

Ikterus Bilirubin

I Daerah kepala dan leher 5.0 mg%

II Sampai badan atas 9.0%

III Sampai badan bawah hingga 11.4%

tungkai

IV Sampai daerah lengan, kaki, bawah, 12,4%

lutut

V Sampai daerah telapak tangan dan 16.0%

kaki

Kern ikterus adalah tertimbunnya dalam jaringan otak sehingga

dapat mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala klinis sesuai

tempat timbunan itu.

Ikterus fisiologis Ikterus patologis

a. Timbul pada hari kedua a. Timbul pada hari pertama dan

dan ketiga dan hilang hari keempat dan tidak hilang

pada 10 hari pertama. pada 10 hari pertama


b. Tidak mempunyai b. Ikterus yang mempunyai dasar

kadar patologis patologis bilirubin mencapai

c. Kadar bilirubin indirek nilai hiperbilirubinemia > 12,5

sesudah 2x24 jam tidak mg% (cukup bulan) dan > 10

melewati 15mg% mg% (kurang bulan)

(cukup bulan) 10mg% c. Peningkatan kadar bilirubin

(kurang bulan) >5mg%/hari

d. Kecepatan peningkatan

kadar bilirubin tak

melebihi 5mg%/hr

e. Dan tidak

menyebabkan

morbiditas pada bayi

D. Klasifikasi Ikterus

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit, atau jaringan lain akibat

penimbunan bilirubin dalam tubuh. Ikterus pada bayi baru lahir terdapat

pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus

yang kurang bulan (Deslidel dkk, 2011).

1. Klasifikasi ikterus :

a. Ikterus fisiologis, ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga

yang tidak mempunyai dasar patologis. Kadarnya tidak melewati


kadar yang membahayakan/mempunyai potensi menjadi

kernikterus dan tidak menyebabkan morbiditas pada bayi.

b. Ikterus patologis, ikterus yang mempunyai dasar patologis atau

kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia.

Penyebabnya bersifat fisiologis yaitu peningkatan bilirubin yang tidak

menampakkan gejala patologis dan tidak mempunyai potensi

berkembang menjadi kernikterus atau penyebab patologis karena

kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia

dan mempunyai potensi berkembang menjadi kernikterus.

2. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum adalah:

a. Produksi berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk

mengeluarkannya. Misalnya, hemolisis yang meningkat pada

inkompatibilitas darah Rh, definisi enzim G6PD.

b. Gangguan dalam ambilan dan konjugasi hati. Gangguan ini dapat

disebabkan oleh imaturitas hati, gangguan fungsi hati, hipoksia,

dan infeksi.

c. Gangguan transportasi. Bilirubin dalam darah berkaitan dengan

albumin kemudian diangkut ke hati. Definisi albumin

menyebabkan lebih banyak bilirubin indirek yang bebas dalam

darah yang mudah melekat pada sel otak.


d. Gangguan ekskresi. Gangguan ekskresi dapat terjadi akibat

obstruksi hati, biasanya akibat infeksi atau kerusakan hati oleh

penyebab lain.

3. Ikterus dapat dicegah dengan:

a. Pengawasan antenatal yang baik.

b. Tindakan menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada

bayi selama masa kehamilan dan kelahiran (misalnya : sulfafurazol,

novobiosin)

4. Tanda dan Gejala Ikterus

a. Fisiologis

1) Timbul pada hari kedua dan ketiga (setelah 24 jam lahir)

2) Kadar bilirubin indirek sesudah 2x24 jam tidak melewati 15

mg% pada neonatus kurang bulan dan 10 mg% pada neonatus

cukup bulan.

3) Peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5mg% per hari.

4) Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%

5) Kadar tertinggi pada hari kelima untuk bayi cukup bulan dan

pada hari ketujuh untuk bayi kurang bulan.

6) Ikterus yang menghilang pada 10 hari pertama tidak terbukti

terkait dengan keadaan patologis.

7) Hilang tanpa perlu pengobatan.


b. Patologis

1) Ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin

mencapai nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Ikterus

dikatakan patologis apabila:

a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.

b) Peningkatan kadar konsentrasi bilirubin >5mg/dl/hari.

c) Kadar bilirubin >15mg/dl.

d) Ikterus berlangsung lebih dari 14.

e) Warna feses pucat dan urine kuning tua.

f) Bilirubin direk >2mg/dl.

g) Hiperbilirubinemia, menurut pengamatan di Rumah Sakit

Dr. Cipto Mangunkusumo, hiperbilirubinemia terjadi bila

kadar ikterus mencapai lebih dari 12,5 mg% pada bayi

baru lahir kurang bulan.

h) Dapat berkembang menjadi kernikterus (kerusakan otak

akibat peningkatan kadar bilirubin indirek pada otak).

2) Penanganan asfiksia dan trauma persalinan yang tepat.

3) Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI.

4) Pencegahan infeksi.

Penatalaksanaan ikterus fisiologis dengan minum ASI dini dan

sering. Bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan

ulang dan kontrol lebih cepat terutama bila tampak kuning. Ikterus

patologis diatasi dengan terapi sinar dan transfusi tukar.


E. Perkiraan Klinis Keparahan Ikterus

Perkiraan Klinik Keparahan Ikterus menurut Subekti, 2008 :

Usia Ikterus Terlihat Pada Diklasifikasikan

Sebagai

Hari ke-1 Ikterus yang terlihat di Ikterus serius

mana pun

Hari ke-2 Lengan dan tungkai Ikterus serius

Hari ke-3 dan Tangan dan kaki Ikterus serius

hari

berikutnya

Ikterus yang terlihat di mana pun, di tubuh pada hari ke-1 atau di tangan

dan kaki selain lengan dan tungkai pada hari ke-2 sangat serius dan perlu

segera di atasi dengan fototerapi. Jangan menunggu fototerapi sampai

kadar bilirubin serum diketahui.

F. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang

sangat berguna bagi kesehatan bayi dan kehidupan selanjutnya


(Maryunani, 2010). ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI

saja, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air

teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,

bubur susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Kecuali obat, vitamin, mineral

dan ASI yang diperas (Maryunani, 2010).

ASI adalah suatu emulasi lemak dan larutan protein, laksona, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan

merupakan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala

kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya sampai

pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cinta kasih

serta perlindungan kepada anaknya (Bahiyatun, 2009).

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat

diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya.

Komposisinya berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat,

yaitu kolostrum pada hari pertama sampai 4-7 hari, dilanjutkan dengan

ASI peralihan sampai 3-4 minggu, selanjutnya ASI matur. ASI yang

keluar pada permulaan menyusu (foremilk = susu awal) berbeda

dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan (bindmilk = susu akhir).

ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan prematur komposisinya juga

berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup bulan.

Selain itu, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi (Prawirohardjo, 2009).


2. Manfaat ASI

a. Manfaat ASI bagi bayi menurut (Sunar, 2009) :

1) Ketika bayi berusia 6-12 bulan, ASI bertindak sebagai makanan

utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.

Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, maka ASI perlu

ditambah dengan Makanan Pendampin ASI (MP-ASI). Setelah

berumur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari

kebutuhan bayi, pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih

memberikan manfaat bagi bayi.

2) ASI memang terbaik untuk bayi manusia, sebagaimana susu

sapi yang terbaik untuk bayi sapi.

3) ASI merupakan komposisi makanan ideal untuk bayi.

4) Para dokter menyepakati bahwa pemberian ASI dapat

mengurangi risiko infeksi lambung dan usus, sembelit, serta

alergi.

5) Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit ketimbang bayi

yang tidak memperoleh ASI. Ketika ibu tertular penyakit melalui

makanan, seperti gastroenteritis atau polio, maka antibodi ibu

terhadap penyakit akan diberikan kepada bayi melalui ASI.

6) Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit

kuning. Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang

seiring diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi


kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan

tidak diberi pengganti ASI.

7) ASI selalu siap sedia ketika bayi menginginkannya. ASI pun

selalu dalam keadaan steril dan suhunya juga cocok.

8) Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI semakin

mendekatkan hubungan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,

nyaman, dan terlindungi. Hal ini mempengaruhi kemapanan

emosinya di masa depan.

9) Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk

diberikan kepadanya, karena ASI sangat mudah dicerna. Dengan

mengonsumsi ASI, bayi semakin cepat sembuh.

10) Bayi yang lahir prematur lebih cepat tumbuh jika diberi ASI.

Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai kebutuhan bayi. ASI

bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel

otak pada bayi prematur.

11) Beberapa penyakit yang jarang menyerang bayi yang diberi ASI

antara lain kolik, kematian bayi secara mendadak atau SIDS

(Sudden Infant Death Syndrome), eksem, dan ulcerative colitis.

12) IQ pada bayi yang memperoleh ASI lebih tinggi 7-9 poin

ketimbang bayi yang tidak diberi ASI. Berdasarkan hasil

penelitian pada tahun 1997, kepandaian anak yang diberi ASI

pada usia 9,5 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi dari pada

anak yang minum susu formula.


13) Menyusui bukanlah sekedar memberi makan, tetapi juga

mendidik anak. Sambil menyusui, ibu perlu mengelus bayi dan

mendekapnya dengan hangat. Tindakan ini bisa memunculkan

rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat

emosi dan spiritual yang tinggi. Hal itu terjadi dasar bagi

pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik, yang

menyayangi orang lain.

b. Manfaat ASI bagi ibu menurut (Sunar, 2009) :

1) Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat

kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta

mengurangi risiko pendarahan.

2) Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa

kehamilan berpindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat

langsing kembali.

3) Resiko terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu

yang menyusui bayi lebih rendah ketimbang ibu yang tidak

menyusui bayi.

4) Menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu

menyiapkan dan mensterilkan botol susu, dot, dan lain

sebagainya.

5) ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan ke luar rumah

tanpa harus membawa banyak perlengkapan, seperti botol,

kaleng susu formula, air panas, dan lain-lain.


6) ASI lebih murah, karena ibu tidak perlu membeli susu formula

beserta perlengkapannya.

7) ASI selalu bebas kuman, sedangkan campuran susu formula

belum tentu steril.

8) Ibu yang menyusui bayinya memperoleh manfaat fisik dan

emosional.

9) ASI tidak akan basi, karena senantiasa diproduksi oleh pabriknya

di wilayah payudara. Bila gudang ASI telah kosong, ASI yang

tidak dikeluarkan akan diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI

dalam payudara tidak pernah basi, sehingga ibu tidak perlu

memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.

c. Manfaat ASI bagi keluarga menurut (Sunar, 2009) :

1) Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu

formula, botol susu, serta kayu bakar atau minyak tanah untuk

merebus air, susu, dan peralatanya.

2) Jika bayi sehat, berarti keluarga mengeluarkan lebih sedikit

biaya guna perawatan kesehatan.

3) Penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi LAM dari ASI

eksklusif.

4) Jika bayi sehat, berarti menghemat waktu keluarga.

5) Menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu siap tersedia.

6) Keluarga tidak perlu repot membawa botol susu, susu formula,

air panas, dan lain sebagainya ketika bepergian.


d. Manfaat ASI bagi masyarakat dan Negara menurut (Sunar 2009) :

1) Menghemat devisa Negara lantaran tidak perlu mengimpor susu

formula dan peralatannya.

2) Bayi sehat membuat Negara lebih sehat.

3) Penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi yang

sakit hanya sedikit.

4) Memperbaiki kelangsungan hidup anak dengan menurunkan

angka kematian.

5) Melindungi lingkungan lantaran tidak ada pohon yang digunakan

sebagai kayu bakar untuk merebus air, susu, dan peralatannya.

6) ASI merupakan sumber daya yang terus-menerus diproduksi.

3. Keuntungan ASI

Beberapa keuntungan yang diperoleh bayi dari mengkonsumsi ASI

(Bahiyatun, 2009):

a. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi.

b. Dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas

bakteri, dan dalam suhu yang sesuai, serta tidak memerlukan alat bantu.

c. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan.

d. Problem kesulitan pemberian makanan bayi jauh lebih sedikit dari

pada bayi yang mendapatkan susu formula.


e. Mengandung zat anti yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi

usus dan alat pencernaan.

f. Mencegah terjadinya keadaan gizi yang salah (marasmus, kelebihan

makanan, dan obesitas).

Keuntungan pemberian ASI (Buku Acuan & Panduan, 2007):

a. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi.

b. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui

kolostrum.

c. Merangsang kontraksi uterus.

4. Air Susu Menurut Stadium Laktasi

a. Kolostrum

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi

dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A

(IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan

mencegah kuman memasuki bayi. IgA juga membantu dalam mencegah

bayi mengalami alergi makanan. Kolostrum merupakan cairan yang

pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara (Saleha, 2009).


Berikut ini adalah manfaat dari kolostrum (Bahiyatun, 2009):

1) Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum

dan setelah masa puerperium.

2) Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3

3) Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.

4) Merupakan cairan viskus kental dengan warna kekuning-kuningan

dan lebih kuning dari pada susu yang matur.

5) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium

dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.

6) Lebih banyak mengandung protein dari pada ASI yang matur,

tetapi berbeda dari ASI yang matur. Dalam kolostrum, protein yang

utama adalah globulin (gamma globulin).

7) Lebih banyak mengandung antibodi dari pada ASI yang matur.

Selain itu, dapat memberikan perlindungan bayi sampai umur 6

bulan.

8) Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah dari pada ASI yang matur.
9) Mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida) lebih tinggi

daripada susu matur.

10) Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya

58 kal/100 ml kolostrum).

11) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi dari pada ASI yang

matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi

atau lebih rendah.

12) Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak

13) pH lebih alkalis dari pada ASI yang matur.

14) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dari pada

ASI yang matur.

15) Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidroloisis protein yang ada di

dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih

banyak menambah kadar antibodi pada bayi.

16) Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.


b. Air Susu Masa Peralihan

Ciri dari air susu masa peralihan adalah sebagai berikut (Saleha, 2009):

1) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang

matur.

2) Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi

ada pula pendapat yang mangatakan bahwa ASI matur baru terjadi

pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.

3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi.

4) Volumenya juga akan makin meningkat.

Komposisi ASI menurut penyelidikan dari I.S. Kleiner dan J.M. Osten.

Waktu Protein Karbohidrat Lemak

Hari ke 5 2,00 6,42 3,2

Hari ke 9 1,73 6,73 3,7

Minggu ke 34 1,30 7,11 4,0


c. Air Susu Matur

Adapun ciri susu matur adalah sebagai berikut (Soleha, 2009):

1) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,

komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa

komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3

sampai minggu ke-5).

2) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi,

ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan

cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.

3) Merupakan suatu cairan bewarna putih kekuning-kuningan yang

diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan

karoten yang terdapat di dalamnya.

4) Tidak menggumpal jika dipanaskan.

5) Terdapat antimikrobial faktor, anatara lain sebagai berikut:

a) Antibodi terdapat bakteri dan virus.

b) Sel (fagosit, granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T).

c) Enzim (lizisim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase,

amylase, fosfodieterase, dan alkalin fosfatase).

d) Protein (laktoferin, B12 binding protein.

e) Resistance faktor terhadap stafilokokus.

f) Komplemen.

g) Interferon producing cell (sel penghasil interferon).


h) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan

adanya faktor bifidus.

i) Hormon-hormon.

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Menurut Gusliham (2009) salah satu penyebab ikterus adalah akibat

kekurangan ASI yang biasanya timbul pada hari kedua atau ketiga pada

waktu ASI belum banyak dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Jarang

mengancam jiwa dan timbul setelah 4-7 hari pertama dan berlangsung lebih

lama dari ikterus fisiologis yaitu 3-12 minggu. Berdasarkan teori tersebut

maka dapat disusun sebuah kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI Ikterus Fisiologis

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian pada tinjauan pustaka, maka hipotesis penelitian ini

adalah: Ha : Ada Hubungan Antara Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi

Baru Lahir Usia 0 – 7 Hari dengan Pemberian ASI di Rumah Sakit Umum

Gambiran Tahun 2017.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/ Desain/ Rancangan Penelitian

Penelitian bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk

mengetahui hubungan kejadian ikterus neonatorum pada bayi baru lahir usia

0-7 hari dengan keterlambatan pemberian ASI di Rumah Sakit Umum

Gambiran tahun 2017.


3.2 Kerangka Operasional

Kerangka kerja merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam

penelitian yang berbentuk kerangka atau alur penelitian. Penulisan kerangka

kerja disajikan dalam bentuk alur penelitian mulai dari desain hingga analisis

data (Hidayat, 2010).

Populasi
Seluruh bayi yang mengalami ikterus dari umur 0-7 hari di Rumah Sakit
Gambiran tahun 2017 yang berjumlah 102 bayi

Teknik Sampling
Purposive sampling

Sampel

Sebagian bayi yang mengalami ikterus dari umur 0-7 hari di Rumah Sakit
Gambiran tahun 2017 yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 51 bayi

Pengumpulan Data

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI Ikterus Fisiologis

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
Chi Square

Hasil

Kesimpulan
3.3 Populasi, Sampel dan Sampling/ Subjek penelitian untuk penelitian

kualitatif

A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang mengalami

ikterus dari umur 0-7 hari di Rumah Sakit Umum Gambiran Tahun 2017

yang berjumlah 102 bayi.

B. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah bayi yang mengalami ikterus 0-

7 hari di Poli Anak Rumah Sakit Umum Gambiran Tahun 2017.

Pengumpulan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dimana

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri berdasarkan ciri

atau sifat - sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoadmodjo, 2005).

Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi, peneliti

menggunakan rumus Slovin (Natoatmodjo, 2005).

n= N
1 +N (d2)
Keterangan :

N = besar populasi

n = besar sampel

d = derajat kepercayaan 10% (0,1)

Maka :

n= 102
1+ 102 (0,12)
n= 102
1+ 102 (0,01)

n= 102
1+ 1,02

n= 102

2,02

n = 50,49 = 51 sampel

Maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 51 responden.

3.4 Kriteria Sampel/ Subjek

A. Kriteria Inklusi

1. Ibu yang memiliki bayi baru lahir usia 0-7 hari.

2. Ibu yang memiliki bayi baru lahir dengan masalah ikterus.

3. Ibu yang tidak memiliki masalah komunikasi.

4. Ibu yang tidak memiliki gangguan kejiwaan.

5. Ibu yang bersedia diteliti.

B. Kriteria Ekslusi

1. Ibu yang memiliki bayi baru lahir usia 8-28 hari.

2. Ibu yang memiliki bayi baru lahir normal.

3. Ibu yang memiliki masalah komunikasi.

4. Ibu yang memiliki masalah gangguan kejiwaan.

5. Ibu yang tidak bersedia diteliti.


3.5 Variabel Penelitian/fokus studi untuk penelitian kuantitatif

Terdapat dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi pengaruh atau menjadi

penyebab atau independent variabel (Arikunto, 2008). Dalam penelitian

ini variabel bebasnya adalah Pemberian ASI.

2. Variabel terikat yaitu varibel yang menjadi akibat atau variabel tidak

bebas variabel tergantung atau dependent variabel (Arikunto 2008).

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Ikterus Neonatorum.

3.6 Definisi Operasional Variabel/Fokus Studi

No Variable Definisi Cara Ukur Alat Hasil Skala Ukur


Operasional Ukur Ukur

Variabel Dependen

1. Ikterus Warna Menyebarkan Kuesioner -Positif Ordinal


kuning yang kuesioner -Negatif
terjadi pada dengan
kulit dan kategori:
selaput mata - Positif: bila
bayi karena warna kuning
penumpukan terlihat pada
kadar 24 jam
bilirubin pertama
dalam darah. setelah bayi
lahir.
- Negatif:
bila terlihat
warna kuning
tidak dalam
waktu 24 jam
pertama
setelah bayi
lahir.

Variabel Independen

2. Pemberian Air susu ibu Menyebarkan Kuesioner - Sering Ordinal


ASI yang kuesioner - Tidak
diberikan ibu dengan Sering
kepada kategori:
bayinya dari - Sering : bila
umur 0 hari X ≥ 2,1
sampai 2 - Tidak
tahun. Sering :
X < 2,1

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Gambiran Kediri

Tahun 2017.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 Januari- 20 Februari

2017.

3.8 Alat Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berjumlah 5 pertanyaan

tentang pemberian ASI dan 2 pertanyaan tentang ikterus, (Arikunto, 2006)

yaitu:

A. Untuk mengetahui pemberian ASI pada bayi ikterus dikelompokkan

menjadi 2 kategori:
1. Sering : Bila X ≥ 2,1

2. Tidak Sering : Bila X < 2,1

B. Untuk mengetahui kejadian ikterus pada bayi dikelompokkan menjadi 2

kategori:

1. Positif : Bila warna kuning terlihat pada 24 jam pertama setelah bayi

lahir.

2. Negatif : Bila tidak terlihat warna kuning dalam waktu 24 jam

pertama setelah bayi lahir.

3.9 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh pada saat penulis melakukan

penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari

Rumah Sakit Umum Gambiran Tahun 2017.

3.10 Metode Pengolahan Data

Menurut Arikunto, (2006), metode pengolahan data dilakukan

melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:

A. Editing (memeriksa)

Yaitu pengecekan kembali kelengkapan jawaban langsung

setelah kuesioner diisi oleh responden yang bertujuan untuk

memeriksa kelengkapan isian data pada kuesioner.

B. Coding (memberi kode)

Yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah di isi dengan

tujuan untuk memudahkan proses pengolahan data selanjutnya.


C. Transfering (mentransfer data)

Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari

responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan

kedalam tabel sesuia dengan variable yang diteliti.

D. Tabulating (data bentuk tabel)

Yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap

variabel yang diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel

distribusi frekuensi.

3.11 Penyajian Hasil

A. Analisis Univariat

Menurut (Sibagariang, 2010) analisa univariat merupakan analisa data

yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

presentase dari tiap variabel. Rumus yang dipakai untuk menghitung

rata-rata yaitu:

X= ∑x
n

Keterangan:

X = nilai rata-rata semua responden

∑ X= nilai semua responden

n = jumlah sampel (populasi)

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masing-

masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan table distribusi


frekuensi. Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel

digunakan rumus (Mochfoedz, 2009):

P = f1 x 100 %
n

Keterangan:

P = persentase

f1 = frekuensi

N= sampel

100%= bilangan tetap

B. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis hasil dari variabel independen yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel dependen. Untuk menguji

hipotesis dilakukan analisis computer dengan uji chi-square dengan

menggunakan program system computer yaitu program SPSS (Sistem

Product and Service Solusion) pada tingkat kepercayaan α = 0,05.

1. Ha di tolak : jika p value > 0,05 artinya tidak ada hubungan variabel

independen dengan variabel dependen.

2. Ha di terima : jika p value < 0,05 artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.


Untuk menentukan p-value Chi-Square Tes (X2) tabel, memiliki

ketentuan sebagai berikut (Hastono, 2006):

1. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 dijumpai nilai

ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai yang

terdapat pada nilai Fisher Exact Test.

2. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2 tidak dijumpai

nilai ekspantasi (E) < 5, maka p-value yang digunakan adalah nilai

yang terdapat pada nilai Continuity Correction.

3. Bila Chi-Square Tes (x2) tabel terdiri dari tabel 2x2, contohnya tabel

3x2, 3x3 dan sebagainya, maka p-value yang digunakan adalah nilai

yang terdapat pada nilai Pearson Chi-Square.

3.12 Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kebidanan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian kebidanan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut

(Hidayat, 2007 ) :

A. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden.

Lembar persetujuan ini diberikan sebelum penelitian dilakukan

sebagai persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya, jika responden bersedia maka mereka harus


menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak besedia

maka peneliti harus menghormati hak responden. Pada kasus ini

peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu prosedur penelitian yang

akan dilakukan pada orang tua Bayi Baru Lahir usia 0-7 hari dengan

ikterus neonatorum di Rumah Sakit Umum Gambiran tahun 2017

selanjutnya meminta persetujuan, dan jika orang tua bayi bersedia

maka wajib menandatangani lembar persetujuan diatas materai.

B. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar proses

pendokumentasian dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Pada

penelitian ini peneliti tidak akan mempublikasikan nama tiap

responden. Peneliti hanya menggunakan kode responden. Peneliti

tidak mencantumkan nama, melainkan hanya berupa inisial pada Bayi

Baru Lahir usia 0-7 hari dengan Ikterus Neonatorum di Rumah Sakit

Umum Gambiran tahun 2017.


DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian N.L. 2014. Resusitasi Neonatus. Jakarta: Salemba Medika

Dwienda, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita, dan
Anak Pra Sekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublisher

Putri, R.A dkk. 2014. Faktor hiperbilirubinemia pada Neonatus. Jakarta : EGC

Hariarti, Ari Yunanto, Evita L dkk. 2014. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta :
Sagung Seto

Rochman K.M., dkk. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita: Panduan
Belajar.Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: TIM

Lalani, A dan Schneeweiss, S. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta: EGC

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

_________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Sibagariang, dkk. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma


Kesehatan. Jakarta: TIM

Hidayat A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta;. Salemba Medica.

Machfoedz I. 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,


Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.

Marmi dan Rahardjo K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
KUESIONER

No. RM : Nama Bayi :

Nama Ibu : Tanggal Lahir :

Alamat : No. Hp :

Ikterus Pada Bayi

No. Kriteria Ya Tidak

1. Apakah kulit bayi terlihat berwarna kuning?

2. Apakah warna kuning muncul pada 24 jam pertama

kelahiran?

Pemberian ASI

1. Apakah ibu menyusui bayi minimal 2 jam sekali?

2. Apakah ibu memberikan susu formula pada bayi?

3. Apakah bayi mampu menyusu dengan baik?

4. Apakah ASI yang keluar lancar?

5. Apakah saat lahir dilakukan Inisiasi Menyusu

Dini?

Anda mungkin juga menyukai