Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN BBL

Disusun oleh :

Taufik Hadi Arbai ( 180101086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

TAHUN 2020/2021
LAPORAN SINGKAT TENTANG TOPIC JURNAL HUBUNGAN PEMBERIAN
MAKANAN PRELAKTEAL TERHADAP KEJADIAN SAKIT PADA NEONATUS

1.Pengertian

Bayi Baru Lahir (BBL) BBL fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu
dan berat badan lahir 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2010)

2.Etiolgi

Menemukan etiologi dari kejang neonatus sangatlah penting. Hal ini berguna untuk
melakukan penanganan secara spesifik dan juga untuk mengetahui prognosis. Berdasarkan
literatur, didapatkan beberapa etiologi dari kejang neonatus yaitu:

a. Asfiksia

Asfiksia perinatal menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik-iskemik dan merupakan


masalah neurologis yang penting pada masa neonatal, dan menimbulkan gejala sisa
neurologis di kemudian hari. Asfiksia intrauterin adalah penyebab terbanyak ensefalopati
hipoksik-iskemik. Hal ini karena terjadi hipoksemia, kurangnya kadar oksigen ke jaringan
otak. Kedua keadaan tersebut

dapat terjadi secara bersama-sama, yang satu dapat lebih dominan tetapi faktor

iskemia merupaka faktor yang paling penting dibandingkan hipoksemia.

b. Trauma dan Perdarahan Intrakranial

Trauma dan perdarahan intrakranial biasanya terjadi pada bayi yang besar yang dilahirkan
oleh ibu dengan kehamilan primipara. Hal ini terjadi pada partus lama, persalinan yang
sulit disebabkan oleh kelainan kedudukan janin dalam rahim atau kelahiran presipitatus
sebelum serviks uteri membuka cukup lebar. Pada bayi berat lahir rendah dengan berat
badan <1500 gram biasanya perdarahan terjadi didahului oleh keadaan asfiksia.
Perdarahan intrakranial dapat terjadi di ruang subarachnoid, subdural, dan intraventrikular
atau parenkim otak.

c. Infeksi

Pada bayi baru lahir infeksi dapat terjadi di dalam rahim, selama persalinan, atau segera
sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena infeksi primer dari ibu seperti
toxoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan herpes. Selama persalinan atau segera
sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi oleh virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E. Colli,
dan Streptococcus B yang dapat menyebabkan ensefalitis dan meningitis.

3.Manifestasi klinis

Manifestasi klinis dari infeksi neonatus di mulai tanpa gejala, tanda-tanda ringan, menggigit,
iritabel, letargi, gelisah, dan keinginan menyusu yang kurang dapat menjadi tanda-tanda
utama.Temperatur yang tidak stabil dapat meninggi atau kurang dari normal (biasanya
hipotermia terjadi pada bayi BBLR).Perubahan warna kulit, lambatnya waktu pengisian
kapiler, perubahan denyut jantung, frekuensi nafas, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan
kurang, muntah dan diare menjadi nyata pada keadaan penyakit yang progresif.Selain itu,
dapat terjadi edema, salerema purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali, dan
kejang.Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu “not doing well” kemungkinan besar ia
menderita infeksi.Manifestasi lainnya adalah data laboratorium yang tidak stabil (khususnya
hipoglikemia) dan neptropenia.Diagnosis dapat dikonfirmasikasikan dengan kultur darah
yang positif. Kultur ini dapat memakan waktu 48 jam.Sedangkan perjalanan infeksi dapat
mengakibatkan kematian dalam beberapa jam. Oleh karena itu, kita harus memulai terapi
antibiotik secepatnya. Antibiotik dapat tidak dilanjutkan kultur darah negatif dan bayi tidak
menunjukkan gejala infeksi. Neonatus terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam
pertama dan bayi tersebut menunjukkan gejala penyakit atau menderita penyakit kongenital
tertentu.Namun tingkah lakunya berubah dapat dicurigai terjadi infeksi.
➢ Resume Jurnal
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PRELAKTEAL TERHADAP
KEJADIAN SAKIT PADA NEONATUS

A).PICO

P:Masa neonatal merupakan masa yang paling rentan terhadap infeksi karena imunitas pada
neonatus masih belum matang. Pada saat ini neonatus perlu diberikan ASI (kolostrum) yang
tinggi antibodi, anti infeksi dan imunoglobulin untuk menjaga kesehatan mereka, tetapi
pemberian makanan pralakta dapat menghambat pemberian ASI kolostrum pada neonatus,
hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi seperti ISPA, demam dan diare.

I : PEMBERIAN MAKANAN PRELAKTEAL PADA NEONATUS

C: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan


retrospektif dan sampel sebanyak 45 neonatus. Itu alat ukur yang digunakan adalah
kuesioner. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk menentukan frekuensi
distribusi dan bivariat menggunakan alternatif Fisher Exact Test.

O: : Setelah dilakukan penelitiant entang hubungan pemberian makanan prelakteal terhadap


kejadian sakit pada neonatus, diketahui bahwa responden yang mengalami sakit dan
diberimakanan prelakteal berjumlah 5 orang (21,7%), responden yang diberimakanan
prelakteal dan tidak mengalami sakit berjumlah 18 orang (78,3%), sedangkan responden yang
tidak diberimakanan prelakteal berjumlah 22 orang (48,8%) dan tidak ada satupun responden
mengalami sakit. Berdasarkanhasilujistatistikdapatdisimpulkanbahwaadahubungan yang
bermaknaantarapemberianmakananprelaktealterhadapkejadiansakitpadaneonatusdengannilai
p value = 0,049 < α = 0,05.

B).Pertanyaan Klinis

1.Apakah setiap ibu yang habis melahirkan ASInya dapat keluar dengan lancar dan
mengandung nutrisi sesuai kebutuhan bayi

2.Apakah susu formula mempengaruhi kesehatan BBL

C.Resum Jurnal Meliputi:

• Latar Belakang:
Neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 4 minggu (0-28 hari), periode
neonatal adalah periode yang paling rentan terhadap infeksi karena imunitas
bayi yang masih immatur dan bayi sedang menyempurnakan penyesuaian
fisiologis yang dibutuhkan pada kehidupan extrauterin. Pada kehidupan
intrauterin bayi sepenuhnya mendapat perlindungan dari ibu, bayi memperoleh
antibodi melalui plasenta yang menghubungkan tubuh bayi dengan tubuh ibu,
antibodi ini sangat penting untuk menjaga janin dalam kandungan agar tidak
terkena infeksi dan berbagai komplikasi yang membahayakan kesehatannya
(Irsal, Paramita, & Sugianto 2017). Saat bayi dilahirkan ia kehilangan
perlindungan tersebut dan bayi juga akan terpapar lingkungan yang penuh
kuman, sementara tubuhnya belum sepenuhnya mampu melindungi dirinya
sendiri, hal ini dapat mengakibatkan bayi akan lebih mudah terkena infeksi
(Armini, Sriasih, & Marhaeni 2017).
• Tujuan :
melindungi bayi baru lahir dari infeksi adalah dengan memberi bayi Air Susu
Ibu (ASI) saja tanpa makanan tambahan lain (Kemenkes, 2015a).
• Jenis penelitian adalah kuantitatif, dengan menggunakan desain penelitian
deskriptif korelasi dengan pendekatan retrospective. Penelitian deskriptif
korelasi adalah suatu penelitian yang menelaah hubungan antara 2 variabel
pada suatu situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2012). Populasi dari
penelitian ini adalah seluruh neonatus (0-28 hari) pada bulan Januari yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dengan jumlah 52 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh
neonatus yang berusia 0-28 hari pada bulan Januari yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Simpang Tiga yang berjumlah 52 orang. Pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan
analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat mendeskripsikan
karakteristik responden terkait umur ibu, tingkat pendidikan ibu, paritas,
pekerjaan, jenis persalinan dan usia neonatus. Analisa bivariat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel
dengan menggunakan uji Chi square..
• Hasil ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi ibu dalam pemberian ASI
eksklusif pada neonatus dan menghindari pemberian makanan prelakteal,
karena ASI dapat melindungi neonatus dari infeksi dan diharapkan kepada
tenaga kesehatan di Puskesmas untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan
tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir.
• Salah satu factor kegagalan pemberian ASI pada bayi baru lahir adalah
pemberian makanan prelakteal
• Setelahdilakukanpenelitiantentanghubunganpemberianmakananprelaktealterha
dapkejadiansakitpadaneonatus, diketahuibahwaresponden yang
mengalamisakitdandiberimakananprelaktealberjumlah 5 orang (21,7%),
responden yang diberimakananprelaktealdantidakmengalamisakitberjumlah 18
orang (78,3%), sedangkanresponden yang
tidakdiberimakananprelaktealberjumlah 22 orang (48,8%)
dantidakadasatupunrespondenmengalamisakit.
Berdasarkanhasilujistatistikdapatdisimpulkanbahwaadahubungan yang
bermaknaantarapemberianmakananprelaktealterhadapkejadiansakitpadaneonat
usdengannilai p value = 0,049 < α = 0,05.
• meningkatkan promosi kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi
baru lahir.

4.Kesimpulan laporan

a) neonatus yang mendapat ASI eksklusif mendapatkan beberapa kandungan yang dapat
memperkuat pertahanan system imun untuk mencegah penyakit infeksi.

Lampiran jurnal

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/download/23242/22502
DAFTAR PUSTAKA

Armini, N.W., Sriasih, N.K., &Marhaeni, G.A. (2017). Asuhankebidananneonatus, bayi,


balita&anakprasekolah. Yogyakarta: Andi. IDAI. (2014). NeonatologiEdisiPertama. Jakarta: IDAI. IDAI.
(2016). Tepatkahmadudiberikankepadabayi. Diperolehtanggal 20 Oktober 2018 dari
http://www.idai.or.id/Irsal, F.S., Paramita, G.T &Sugianto, W. (2017). A to Z ASI &menyusui. Jakarta:
PustakaBunda. Kemenkes RI. (2009). Pemberdayaanperempuandalampeningkatanpemberian ASI.
Jakarta: Kemenkes. Kemenkes RI. (2014). Situasidananalisis ASI eksklusif. Jakarta: Pusat Data
danInformasiKementerianKesehatan RI. Kemenkes RI. (2015). Modulpelatihankonselingmenyusui.
Jakarta: Kemenkes. Notoatmodjo, S (2010). Promosikesehatanteori&aplikasi. Jakarta:
RinekaCiptaNotoatmodjo, S. (2012). Metodologipenelitiankesehatan. Jakarta: RinekaCiptaNugraheni,
R.B., Hardianti, G &Eka, D (2017). Pengaruhpengetahuan,
jenispersalinandantradisiterhadappemberianmakananprelakteal di
wilayahkerjapuskesmasjalangedangkotabengkulutahun 2017. JurnalBahanKesehatanMasyarakat
V.(2).1 hal 13-20 Diperolehpadatanggal 10 Januari 2019 dari http://journal.poltekkesjambi.ac.id/
Nguyen P. H., Sarah C.K., Nguyen N.T., Nguyen T.T., Tran L.M.,&Hajeebhoy N. (2013).

Anda mungkin juga menyukai