Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), bahwa di dunia ini setiap
perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dalam kehamilan dan
persalinan, begitu juga dengan angka kematian balita terutama pada masa neonatal
masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara global, regional,
maupun di Indonesia. Itulah sebabnya tujuan keempat Sustainable Development
Goal’s (SDGs) adalah mengurangi jumlah kematian. Ibu dan jumlah kematian balita.
Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, secara global 4 juta (33 per
1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari
(neonatal lanjut) (WHO, 2018).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Negara Association of South East Asian


Nation (ASEAN) seperti Singapura 3/1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000
kelahiran hidup, Thailand 17/1000 kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 kelahiran
hidup dan Philipina 26/1000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia adalah angka tertinggi di Negara ASEAN. Kematian bayi
tersebut terutama di Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 bayi tersebut
adalah bayi di Negara Indonesia (SDKI, 2017).

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan
menempati urutan pertama di ASEAN. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 359 per 100.000
sedangkan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia walaupun masih jauh dari
angka target Sustainable Development Goals (SDG’s) yaitu AKB tahun 2015
sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu
sebesar 35/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017) menjadi sebesar 34/1000 kelahiran
hidup, dan terakhir menjadi 32/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017).

Jawa Barat termasuk provinsi yang memberikan kontribusi terbesar


terhadap tingginya AKI dan AKB di Indonesia. Menurut Bina Pelayanan Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2013 sebanyak 312/100.000
kelahiran hidup, dan AKB 40/1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017).

1
MenurutKabid Bina Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. Niken
Budiarti, MM,AK mengatakan di Jawa Barat jumlah AKB mencapai 40/1000
kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2016).

Angka kematian bayi di Kota Tasikmalaya mencapai 147 kasus per tahun.
Dari 147 kasus tersebut, 94 kasus kematian bayi di usia 0-7 hari, 24 kasus bayi
meninggal pada umur 7-28 hari dan 29 kasus bayi meninggal pada umur 29-11
bulan, hingga perlu mendapat perhatian serius dari Dinkes Pemkot Tasikmalaya,
Jawa Barat. Penyebab utama kematian bayi, faktor ekonomi mengakibatkan ibu
maupun bayi kurang gizi, berat badan lahir rendah, (BBLR) dan penyumbang
saluran nafas infeksi (asfiksia) (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2015).

Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak


disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir,
kelainan kongenital hyperbilirubin. Bayi baru lahir di sebut juga neonatus
merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intraurine
ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2014).

Penelitian telah menunjukan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi
dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang akan
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat
hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan cold stress yang
selanjutnya dapat mengakibatkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan
kerusakan otak (Prawirohardjo, 2009).

Hipertermi pada bayi baru lahir adalah suatu kondisi dimana suhu inti tubuh
bayi berada terus menerus diatas 37,8o per oral atau 38,8o per rektal. Kondisi ini
disebabkan oleh suhu lingkungan yang berlebih, dehidrasi atau perubahan
mekanisme yang berhubungan dengan trauma lahir pada otak. Hipertermi ini bukan
disebabkan oleh pengaturan panas hipotalamus. Hipertermi pada bayi baru lahir
dapat disebabkan antara lain oleh lingkungan yang panas, paparan matahari yang
terlalu lama, infeksi sistematik, dehidrasi dan sepsis (Saputra,2014). Demam pada
neonatus dapat dikatakan Hipertermi bila suhu >37,5 oC per axila (Rukiyah dan
Yeyeh, dkk, 2015).

2
Penanganan bayi baru lahir dengan hipertermi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu memodifikasi lingkungan atau memindahkan bayi keruangan yang
sejuk dengan suhu kamar 36-38oC, mengganti baju bayi dengan yang lebih tipis, dan
meningkatkan sirkulasi udara dengan membuka jendela. Kemudian mengompres dan
menyeka bayi dengan air hangat kuku untuk menghilangkan panas tubuh, memberikan
cairan agar tidak dehidrasi (Heryani Reni, 2019).
Heryani Reni (2019) menyatakan bahwa gejala hipertermi yang terjadi pada
bayi baru lahir diantaranya yaitu, suhu tubuh bayi > 37,5oC per axila, frekuensi napas
bayi <60x/menit adapun tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit
kurang dan jumlah urin berkurang. Dampak yang ditimbulkan hipertermi, dapat berupa
penguapan cairan yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan, Bagaimana
penatalaksanaan asuhan kebidanan dengan Hipertermia di puskesmas ?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memperoleh pengetahuan dan Memberikan Asuhan
Kebidanan Pada Neonatus Dengan Hipertermi di Puskesmas X.
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada bayi Ny.A Dengan
data varney
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar yang sudah dikaji pada bayi
Ny.A dengan hipertermia
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnose dan masalah potensial pada
bayi Ny.A dengan hipertermia
4. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada bayi Ny.A
dengan hipertermia
5. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada bayi Ny.A dengan
hipertermia

3
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada bayi
Ny.A dengan hipertermia
7. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada bayi
Ny.A dengan hipertermia

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan/teori dan pengalaman nyata/kasus dalam memberikan asuhan
kebidanan pada neonatus dengan hipertermia
b. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam memperoleh kasus
hipertermia sehingga dapat menambah wawasan dan ketrampilan.
2. Bagi Bidan
Pelaksanaan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan
komprehensif terutama pada neonatus dengan hipertermia.

1.5 Ruang Lingkup


Adapun ruang lingkup dalam penulisan laporan kasus ini adalah asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal pada bayi Ny.A dengan hipertermia, dengan
menggunakan manajemen varney.
Masalah kesehatan tentang hipertermia adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana
tubuh terasa panas dan suhunya naik sampai 38℃. Pada hipertermia bayi usia 2 hari
dengan hipertermia di puskesmas X. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan desesmber
2020. Karena pemahaman tentang kesehatan neonatus sangat penting untuk diketahui
oleh ibu, apalagi penyakit yang timbul pada masa neonatus salah satunya yaitu
hipertermia. Perancangan asuhan kebidanan pada neonatus dengan hipertermia dilakukan
dengan cara analisis literature review.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SUBSTANSI (TEORI KLINIS)


2.1 Tinjauan Umum Tentang Neonatus
a. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologis berupa maturasi,
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin)
dan toleransi bagi BBL untuk dapat hidup dengan baik. Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan (dari kehamilan 37-
42 minggu) dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa
tanda-tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Marmi dan Rahardjo, 2018:1).

b. Masa Neonatal
Masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran
(Rahardjo, Kukuh & Marmi, 2018:3).
a. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan
sesudah lahir.
b. Neonatus dini : usia 0-7 hari
c. Neonatus lanjut : usia 0-28 hari.
c. Ciri-ciri bayi baru lahir Normal
a. Berat badan : 2500-4000 gram.
b. Panjang badan : 48-52 cm.
c. Lingkar kepala : 33-35 cm.
d. Lingkar dada : 30-38 cm.
e. Frekuensi jantung : 120-160 x/menit.
f. Pernafasan : 40-60 x/menit.
g. Kulit kemeran dan licin karena jaringan subkutan cukup
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia.

5
Perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki testis
telah turun, skrotum sudah ada.
k. Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.
l. Refleks moro batau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.
m. Refleks graps atau menggenggam sudah baik.
n. Eleminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan (Rahardjo.Kukuh, Marmi, 2018:8)

2.2 Tinjauan Khusus Tentang Hipertermi

a. Pengertian Hipertermi

Hipertermi adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh terasa panas dan
suhunya naik sampai 380C, sementara suhu normal berkisar 36,50C – 37,50C.
menurut Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah meningkatnya temperature tubuh
secara abnormal. Dan menuut Rudofth (2006, hlm. 592) Berdasarkan pengukuran
suhu bayi normal, suhu rektal sebesar 380C atau lebih harus digunakan sebagai
definisi batas bawah demam (Heryani Reni 2019).

b. Etiologi
Disebabkan oleh meningkatnya produksi panas andogen ( olahraga berat,
hipertermia maligna, sindrom neuroleptic maligna, hipertiroidisme ), pengurangan
kehilangan panas, atau terpajan lama pada lingkungan bersuhu tinggi ( sengatan
panas ) ( Marmi, 2018).

Tahap terjadinya Hipertermi

a) Tahap I : awal
1) Peningkatan denyut jantung
2) Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
3) Kulit pucat dan dingin
4) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi
5) Rambut kulit berdiri
6) Pengeluaran keringat berlebih
7) Peningkatan suhu tubuh

6
b) Tahap II : proses demam

1) Tubuh teraba hangat/panas

2) Peningkatan nadi dan laju pernapasan

3) Dehidrasi ringan sampai berat

4) Proses meninggi lenyap

5) Mengantuk, kejang akibat iritasi sel saraf

6) Mulut kering

7) Bayi tidak mau minum

8) Lemas

c) Tahap III : pemulihan

1) Kulit tampak merah dan hangat

2) Berkeringat

3) Menggigil ringan

4) Kemungkinana mengalami dehidrasi ( Marmi, 2018).

c. Patofisiologi.
Substansi yang menyebabkan demam disebut pirogen dan endogen
berasal baik dari oksigen maupun endogen. Mayoritas pirogen endogen adalah
mikroorganisme atu toksik, pirogen endogen adalah polipeptida yang dihasilkan
oleh jenis sel penjamu terutama monosit, makrogaf, pirogen memasuki sirkulasi
dan menyebabkan pada tingkat temoregulasi di hipotalamus. Peningkatan
kecepatan dan pireksi atau demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan
cairan dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit dibutuhkan dalam metabolism
di otak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Apabila seseorang kehilangan cairan elektrolit (dehidrasi) maka
elektrolit-elektrolit yang ada pada pembuluh darah berkurang padahal dalam
proses metabolism di hipotalamus anterior dalam mempertahankan keseimbangan
termogulasi dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu tubuh (Sudarti dan
Fauzan, 2016).

7
d. Tanda dan Gejala Hipertermia
Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus
segera mendapat tindakan dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah
satu atau beberapa gejala berikut : bernafas cepat secara tidak normal, sulit
bernafas atau nafasnya bersuara, mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa,
menolak minuman, muntah terus menerus, suhu tubuh diatas 39 0C (Heryani Reni
2019).
Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang sering
terjadi kalau demam tubuh terasa panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum
kurang. Gejala / demam pada bayi baru lahir yaitu : Suhu tubuh bayi lebih dari
37,50C, Frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 x / menit, terlihatnya tanda-tanda
dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih
berkurang (Heryani Reni 2019).
Gejala hipertermi: suhu badannya tinggi, terasa kehausan, mulut kering-
kering, lemas, anoreksia (tidak selera makan), nadi cepat, dan pernafasan tidak
teratur (Marmi , 2018).

e. Faktor penyebab hipertermia

a. Dehidarsi

b. Infeksi atau trauma lahir

c. Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang)

d. Aktivitas yang berlebihan (Saputra, 2014).

f. Penanganan hipertermia

Penanganan hipertermia dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26 0C


- 280C.
2. Tanggalkan seluruh pakaian dan jangan menggunakan selimut.
3. Kompres dengan cara mencelup handuk kecil ke air hangat terlebih
dahulu, tambahkan kehangatan air jika suhu tubuh bayi semakin tinggi.
Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu

8
berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan
pembuluh darah bayi akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi
semakin menggigil untuk mempertahankan suhu tubuhnya.
4. Memberi ASI sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin, masuknya
cairan yang banayk kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk urin
merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh (Heryani Reni,
2019).

g. Komplikasi

Hipertermia dapat merupakan tanda sepsis. Bila kondisi bayi tidak membaik
setelah 3 hari kemungkinan sepsis.

 Gangguan elektrolit dan cairan

 Bila di diamkan akan berlanjut ke hipernatremia, yaitu peningkatan


suhu 410-440C dgn tanda dan gejala:
a. kulit panas dan kering
b. kulit kemerahan
c. pucat
d. stuper
e. koma
f. kejang dan Kematian, karena kerusakan otak (Maryati, Sujiarti
dan Budiarti, 2014).

h. Penatalaksanaan

Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan :

a. Letakkan bayi di ruangan dengan suhu lingkungan normal (25 ºC-28


ºC)

b. Lepaskan sebagian atau seluruh pakaian bayi bila perlu

c. Periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas
normal

9
d. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 39 ºC), bayi dikompres dengan air
yang suhunya 4ºC lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

e. Yakinkan bayi mendapatkan asupan cukup cairan, dengan


menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya . Bila ibu tidak dapat
menyusui bayinya, beri ASI peras dengan salah satu alternatif cara
pemberian minum menggunakan dot dan dibantu dengan PASI

f. Setelah suhu bayi normal lakukan perawatan lanjutan dan pantau bayi
selama 12 jam berikutnya, periksa suhu badannya setiap 3 jam.

g. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi minum
dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan
di klinik, bayi dapat dipulangkan, memberi nasehat ibu cara
menghangatkan bayi di rumah dan melindungi pancaran panas yang
berlebihan (Marni, 2018).

10
B. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT VARNEY PADA NEONATUS
DENGAN HIPERTERMI DAN PENDOKUMENTASIAN SECARA SOAP
A. Manajemen Varney
Merupakan metode pemecahan kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan
oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut
varney ada 7 langkah, meliputi :

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar


Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan keadaan pasien.Langkah ini
merupakan langkah awal untuk menentukan langkah berikutnya sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi.Data dasar ini meliputi data
subyektif, data obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan
keadaan pasien yang sebenarnya.

2. Langkah II : Interpretasi data dasar


Pada langkah ini mengidentifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosa
kebidanan dan masalah yang spesifik

3. Langkah III : Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial


Pada langkah ini diidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah.Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan


penanaganan segera dan kolaborasi
Mengantisipasi perlunya tidnakan segera oleh bidan dan/ dokter untuk
konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.

11
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
terindentifikasi dari kondisi/masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan
dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-masalah yang berkaitan
dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan
kelurga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

6. Langkah VI : Melaksanakan asuhan


Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat dapat
dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan
lain

7. Langkah VII : Evaluasi


Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai
dengan diagnosa/masalah.

B. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN SOAP


a. S : Subjektif
Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis
sebagai langkah I Varney.
b. O : Objektif
Menggambarkan hasil dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. A : Assasement
Kesimpulan apa yang dibuat dari subjektif dan objektif tersebut merupakan
langkah II, III, IV Varney
d. Planning atau penatalaksanaan
Menambahkan pelaksanaan dari tindakan dan evaluasi dari perencanaan
berdasarkan assasement langkah V, VI,VII Varney.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

RS/PUSKESMAS/RB/BPS: Puskesmas X Pj. Ruangan:


NOMOR RM :

Langkah I : PENGKAJIAN HIPERTERMIA Tanggal Pukul Masuk : 20-12-2020 / 10:00 WIB


Tanggal Pukul Pengkajian : 20-12-2020 / 10.00 WIB

Nama Mahasiswa : Mitra Oktavia Pembimbing : Imelda, S,SiT, M.Bmd


Nim : PO71241180025
A. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)

1. BIODATA ORANG TUA


Nama bayi : By. M Nama Ibu/Ayah : Ny. A
Tanggal Lahir : 20 – 12 – 2020 Alamat : Rt 02 Kuap
Umur : 2 hari Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA

PENANGGUNG JAWAB
Nama Ibu/Ayah : Ny. A
Alamat : Rt 02 Kuap
Agama : Islam
Pendidikan : SMA

2. KELUHAN UTAMA :

Ibu cemas karena sejak 2 jam yang lalu bayinya gelisah terus, serta badannya panas setelah dijemur

3. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)

a) Keadaan umum bayi : baik


b) Tingkat kesadaran : compos mentis
c) Vital sign
a. P : 65x/menit
b. N : 130x/menit
c. S : 38°C
d) Berat badan : 3.000 gram
e) Kepala dan wajah
a. Rambut
Pertumbuhan : baik
Keadaan √: bersih kotor rontok

Oedema : tidak ada

13
b. Mata
Conjungtiva : pucat √ tidak pucat

Sklera : ikterus √ tidak ikterus

Sekret : tidak ada


Bentuk : simetris

Tanda infeksi : Ada √ tidak ada

Kelainan :√ normal tidak normal

c. Hidung
Sekret : Ada √ tidak ada

Keadaan : √ normal tidak normal

d. Mulut
Mukosa : √ kering lembab lain-lain

Lidah :√ bersih kotor

Gigi : Ada √ tidak ada

e. Leher
Pembengkakan : Ada √ tidak ada

f. Dada

Bentuk : √ simetris asimetris

g. Hidung

Kelainan : Ada √ tidak ada

Bekas operasi : Ada √ tidak ada

h. Genetalia

Oedema : Ada √ tidak ada

Sekret : Ada √ tidak ada

Kelainan : Ada √ tidak ada

i. Ekstremitas

Oedema : Ada √ tidak ada

14
kelainan Ada √ tidak ada

Turgor Kulit : √ baik kurang jelek

4. Pemeriksaan penujang

Lain-lain :

Tidak ada

B DATA OBYEKTIF

√ Ibu lain-lain: ruang perinatologi

CATATAN ( Hal yang belum dicatat) :

C DIAGNOSA POTENSIAL : By. M usia 2 hari dengan Hipertermia

D ANTISIPASI/TINDAKAN SEGERA : Tidak ada

E PERENCANAAN
TANGGAL DIAGNOSA/ PERENCANAAN NAMA &
/ MASALAH PARAF
PUKUL
Bayi usia 2 hari 1. Lakukan informed consent.
20-12- dengan 2. Cuci tangan
2020 / Jam Hipertermia / Bayi 3. Observasi keadaan umum
10.00 gelisah dan dan TTV bayi
badannya panas 4. Pindahkan bayi dalam
ruangan dengan suhu ruangan
yang lebih sejuk
5. Lakukan kompres hangat
bayi
6. Beritahu ibu HE tentang cara
menjemur bayi yang baik.
7. Beritahu cegah terjadinya
dehidrasi

15
8. Anjurkan ibu untuk
memberikan ASI dengan cara
memeras susu
9. Lakukan pendokumentasian
10. Beritahu kunjungan ulang

CATATAN PELAKSANAAN

NAMA: By. M No. RM : RUANG: Bayi

UMUR : 2 hari TANGGAL : 20-12-2020 KELAS :

Diagnosis/masalah: By. M usia 2 hari dengan hipertermia

Bayi gelisah dan badannya panas

TANGGAL/ CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


PUKUL PARAF

20-12- 1. Melakukan informed consent.

16
2020 / Jam 2. Mencuci tangan
10.00 3. Mengobservasi keadaan umun dan TTV bayi :
K/U : Baik, N : 130 x/i, P : 65x/I, S : 38 ℃
4. Memindahkan bayi pada ruangan yang lebih sejuk
yaitu pada suhu antara 26℃ - 28 ℃ hingga suhu bayi
kembali normal
5. Mengkompres bayi dengan kain basah hangat hingga
panas menurun dan suhu menjadi normal
6. Memberikan informasi dan edukasi tentang cara
menjemur bayi yang efektif yaitu :
a. Jemur bayi  pada waktu yang paling efektif yaitu
pada pukul 07.00- 08.00 Wib dan pada pukul
15.00 -16.00 Wib selama ± 15 menit.
b. Ingat jaga agar mata bayi terhindar dari pancaran
langsung sinar matahari karena hal ini dapat
merusak  lensa mata bayi.
c. Usahakan agar seluruh tubuh bayi mendapat 
pancaran sinar. Dengan cara  membolak – balik
tubuh  terutama pada bagian punggungnya.
d. Jaga agar bayi tidak kediginan.
7. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan sesegera
mungkin memberikan ASI pada bayinya
8. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin
memberikan ASI kepada bayinya.
9. Melakukan pendokumentasian
10. Melakukan kunjungan ulang

N EVALUASI
O
TANGGAL DIAGNOSA/ EVALUASI NAMA &
/ MASALAH PARAF
PUKUL
20-12- Bayi usia 2 hari 1. Informed consent telah
2020 / Jam dengan dilakukan dan ibu menyetujui
11.00 hipertermia / tindakan yang akan dilakukan
Bayi gelisah dan 2. Ibu mengatakan bahwa ia telah
badannya panas mengerti tentang keadaan
anaknya. Ibu mau untuk
melaksanakan semua nasihat-
nasihat dan anjuran yang telah

17
diberikan pleh bidan.
3. Telah dilakukan
pendokumentasian
4. Ibu telah mengetahui
kunjungan ulang

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam hal ini, pembahasan akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan
asuhan kebidanan dengan tujuh langkah varney yaitu : pengumpulan data dasar, merumuskan
diagnosis atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan
tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan, melakukan
tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

18
Langkah I : Identifikasi data dasar

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang


ditujukan untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spiritual. Informasi yang
diperoleh mengenai data-data tersebut penulis dapatkan dengan mengadakan wawancara
langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang/laboratorium. (Sudarti, 2016).

Pengkajian data dasar pada kasus hipertermia dilakukan pada saat pengamatan
pertama kali di ruangan postnatalcare. Pengkajian meliputi anamnesis langsung oleh ibu
pasien. Pengkajian ini berupa identitas pasien, data biologi/fisiologis yang meliputi : keadaan
umum bayi, riwayat kehamilan dan persalinan serta pola eliminasi bayi. Pengkajian data
objektif diporelah melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital dan
pemeriksaan fisik. Pengkajian pada kasus ini dilanjutkan pada pendokumentasian asuhan
kebidanan.

Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian) yang merupakan langkah
pertama yang dilakukan untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien mengenai bayi Ny “A”, baik orang tua
maupun bidan dan dokter yang ada diruangan dapat memberikan informasi secara terbuka
sehingga memudahkan untuk memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan
yang diangkat. Data yang diambil dari studi kasus bayi Ny “A” dengan hipertermia selama
bayi dirawat di Puskesmas sampai dilakukan kunjungan rumah klien meliputi : HPHT tanggal
10 maret 2020, HTP 17 desember 2020 dan melahirkan tanggal 20 desember 2020 pukul
10.00 wib, usia kehamilannya yaitu 40 minggu, ibu sering datang memeriksakan
kehamilannya dipelayanan kesehatan dan ibu juga telah mendapatkan suntik TT, ibu
mengatakan tidak ada riwayat penyakit serius. Bayi lahir normal, presentase belakang kepala
dengan berat badan 3000 gram, panjang badannya yaitu 50 cm, keadaan umum bayi baik,
bayi lahir tanggal 20 desember 2020 pukul 10.00 wib dengan Apgar Score 7/10. Bayi dirawat
gabung bersama ibunya di ruangan Postnatal Care dengan suhu bayi 38ºC.

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, heart rate 130 x/menit, pernafasan
65x/menit, suhu 38ºC, refleks menghisap lemah, mulut kering, pergerakan kurang aktif,
lemas, mengantuk, bayi tidak mau minum, tangan dan kaki teraba panas disertai kejang yang
disebabkan kurangnya pengetahuan ibu tentang bagaimana cara mempertahankan suhu tubuh
bayinya.

19
Menurut Suriadi, Hipertermia adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh
terasa panas dan suhunya naik sampai 380C, sementara suhu normal berkisar 36,50C – 37,50C.
menurut Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah meningkatnya temperature tubuh secara
abnormal. Dan menuut Rudofth (2006, hlm. 592) Berdasarkan pengukuran suhu bayi normal,
suhu rektal sebesar 380C atau lebih harus digunakan sebagai definisi batas bawah demam
(Heryani Reni 2019).

Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera
mendapat tindakan dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa
gejala berikut : bernafas cepat secara tidak normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara,
mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak minuman, muntah terus menerus,
suhu tubuh diatas 390C. Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang
sering terjadi kalau demam tubuh terasa panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang.
Gejala / demam pada bayi baru lahir yaitu : Suhu tubuh bayi lebih dari 37,5 0C, Frekuensi
pernafasan bayi lebih dari 60 x / menit, terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan
menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih berkurang (Heryani Reni 2019).

Teori menurut Marni, Gejala hipertermi: suhu badannya tinggi, terasa kehausan,
mulut kering-kering, lemas, anoreksia (tidak selera makan), nadi cepat, dan pernafasan tidak
teratur (Marmi , 2018).

Berdasarkan uraian diatas terdapat persamaan antara teori dengan gejala yang timbul
pada kasus hipetermi. Hal ini membuktikan bahwa tidak ditemukan adanya kesenjangan
antara teori dan kasus.

Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Untuk melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa yang
berdasarkan interpretasi diatas, pada langkah ini data dikumpulkan dan diinterpretasikan
menjadi masalah atau menjadi diagnosa kebidanan.

Masalah yang timbul berdasarkan data subjektif dan objektif : ibu mengeluh bayinya
rewel dan panas sejak jam 10.00 WIB dan didapat suhu tubuh 38oC sesuai dengan teori
(Heryani Reni 2019).

20
Untuk mengatasi masalah pada kasus tersebut adalah bayi dipindahkan ke ruangan
yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26℃ - 28℃, mengganti baju bayi dengan yang tidak
tebal dan menyerap keringat, mengompres bayi dengan air hangat, memberi ASI sebanyak-
banyaknya dan sesering mungkin sesuai teori (Heryani Reni 2019).

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengkajian data tidak ada perbedaan dengan
tinjauan kepustakaan yang ditemukan pada kasus.

Langkah III : Identifikasi diagnosis/Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi


berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. (Sudarti, 2016)

Menurut Maryati, dkk (2014), masalah potensial yang terjadi pada neonatus dengan
hipertermi adalah terjadinya penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi
kekurangan cairan dan kejang.

Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal
yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi bayi. (Sudarti, 2016).

Tindakan segera pada kasus neonatus dengan hipertermi adalah menurut (Marni 2018)
yaitu meyakinkan ibu bahwa bayi mendapatkan cukup asupan cairan, dengan menganjurkan
ibu untuk menyusui bayinya.

Langkah V : Perencanaan Asuhan Kebidanan

Merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus neonatus dengan hipertermi :

Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26℃ - 28℃,
mengganti baju bayi dengan yang tidak tebal dan menyerap keringat, mengompres bayi
dengan air hangat, memberi ASI sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin sesuai teori
(Heryani Reni 2019).

21
Langkah VI : Implementasi

Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa melaksanakan rencana


tindakan harus efesien dan menjamin rasa aman pada klien. Implementasi dapat dilaksanakan
seluruhnya oleh bidan ataupun sebagian dilaksanakan pasien serta kerjasama tim kesehatan
lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan.

Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien
atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan penatalaksanaan manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada neonatus dengan
hipertermi.

Pada studi kasus By.M dengan hipertermia, semua tindakan telah direncanakan sudah
dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya kerjasama dan
penerimaan yang baik dari klien serta dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan yang
ada diruangan.

Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen asuhan kebidanan dalam
mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria
yang diidentifikasikan, memutuskan apakah tujuan telah dicapai atas tidak dengan tindakan
yang sudah diimplementasikan.

Menurut teori Maryati, dkk (2014), evaluasi pada kasus ini yaitu keadaan bayi sudah
membaik, bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat diberi cairan (ASI) dengan baik
serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di klinik, bayi dapat dipulangkan.
Memberikan pendidikian kesehatan cara perawatan bayi baru lahir.

22
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melaksakan asuhan kebidanan pada bayi “M” dengan hipetermi di
Puskesmas X melalui bab ini, penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :

5.1 Kesimpulan
1. Dari data subjektif dan objektif yang didapatkan bayi “M” dengan hipetermi.

23
2. Pengkajian dan analisa data yang diberikan dengan asuhan kebidanan sangat
penting dilakukan karena merupakan langkah awal yang kiranya perlu
penanganan cermat sehingga semua masalah-masalah dapat terdeteksi secara dini
dan tidak berlanjut ke masalah kematian.
3. Masalah potensial yang terjadi pada hipetermi potensi terjadinya penguapan
cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang.
4. Tindakan segera atau kolaborasi pada bayi “M” tidak ada data yang mendukung
perlunya tindakan segera.
5. Rencana asuhan kebidanan yang dilakukan pada bayi “M”, hipetermi dapat
teratasi dan suhu kembali normal, kebutuhan nutrisi terpenuhi/teratasi, dan tidak
terjadi infeksi.

5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa
Sebagai mahasiswa agar lebih menguasai materi dan mampu mengaplikasikan
sehingga ketika terjadi masalah dapat mengkajinya lebih dalam dan memberikan
asuhan yang sesuai kebutuhan pasien.
2. Bagi bidan
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan
profesional sehingga dapat berperan dalam menurunkan angka kematian bayi,
karena itu bidan harus meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
melalui program pendidikan pelatihan – pelatihan, seminar agar menjadi bidan
yang berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK.

24

Anda mungkin juga menyukai