Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam
usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian
Bayi menurut WHO (World Health Organization) (2015) pada Negara
ASEAN (Association of South East Asia Nations) seperti di Singapura 3
per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup,Thailand
17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per kelahiran hidup, dan
Indonesia 27 per kelahiran hidup.. Angka Kematian Bayi (AKB) di
Inodnesia masih tinggi dari negra ASEAN lainnya, jika dibandingkan
dengan target dari MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015
yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu
dalam kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan
adalah kematian bayi yang diawa sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan
kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan
oleh factor-faktor yang bertalian dengan pengaruh dari luar. (Vivian,2014)
Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah
Hiperbilirubin, dimana Hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena
klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu
pertama dalam kehidupannya. Insiden Hiperbilirubin di Amerika 65%,
Malaysia 75%, Indonesia 51,47% ( Putrid an Mexitalia, 2014)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas,2015)
menunjukkan angka Hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia
sebesar 51,47%,di Kota Kebumen Tahun 2015 dengan penyebab antara
lain adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu 56 kasus (27,86%),
untuk penyebab lainnya adalah Asfiksia 31 kasus (15,42%), Kelainan
Kongenital 26 kasus (2.99%), Sepsis 5 kasus (2,99%), Ikterus 4 kasus

1
2

(1,99%), Kelainan syaraf 1 kasus (0,5%) dan 57 kasus disebabkan karena


lain-lain seperti infeksi,keganasan,kelainan jantujng,febris,kejang dan lain-
lain.
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang
disebabkan oleh penimbunan bilirubin dalam jaringan tubuh sehingga
kulit,mukosa dan sclera berubah warna menjadi kuning.(Nike,2014).
Hiperbilirubin adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sclera, selaput
lender, kulit, atau organ tubuh lain akibat penumpukan bilirubin.
Peningkatan kadar bilirubin terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai
puncaknya pada hari ke-5 sampai hari ke-7, ada hari ke-10 sampai hari ke-
14 (Dewi,2014)
Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan kejadian yang
relative tidak berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat
menjadi toksik dan berbahaya terhadap system saraf pusat bayi.
Hiperbilirubin dengan konsntrasi bilirubin yang tinggi, yang setumnya
mungkin menjerumus mearah terjadinya kern icterus bila kadar bilirubin
tidak dikendalikan. Kern iktetus adalah ensefalopati bilirubin yang
biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubin berat dan
pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak (AlKhadar,2010).
Hiperbilirubin itu terbagi menjadi atas dua, fisologis dan patologis
dimana hiperbilirubin fisiologis adalah keadaan hiperbilirubin karena
faktor fisiologis yang merupakan gejala normal dan sering dialami bayi
baru lahir. Hiperbilirubin patologis adalah dimana keadaan hiperbilirubin
dalam darah mencapai nilai yang melebihi batas normal hiperbilirubin dan
mempunyai poyensi untuk menimbulkan kern ikterik (Manuaba,2012)
Menurut Kosim (2014) menyatakan penyebab factor resiko yamg
mempengaruhi hiperbilirubin meliputi faktor maternal seperti usia gestasi,
komplikasi kehamilan (preeklamsi,letak sungsang, anak besar) factor
perinatal seperti infeksi pada bayi baru lahir (asfiksia),trauma persalian
(cepalhematoma) dan jenis persalinan (Section Caesarea), dan factor bayi
3

baru lahir seperti prematuritas, rendah asupan ASI,hipoglikemia, dan bayi


dengan berat lahir rendah (BBLR).
Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Kebumen menurut Profil
Kesehatan Kebumen (2015), Jumlah kematian Bayi di Kota Kebumen
Tahun 2015 sebanyak 201 kasus kematian bayi dari 20.444 kelahiran
hidup atau 9,83/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian bayi di
Kabupaten Kebumen Tahun 2015 terbanyak adalah Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) yaitu 56 kasus (27,86%), untuk penyebab lainnya adalah
Asfiksia 31 kasus (15,42%), Kelainan Kongenital 26 kasus (2.99%),
Sepsis 5 kasus (2,99%), Ikterus 4 kasus (1,99%), Kelainan syaraf 1 kasus
(0,5%) dan 57 kasus disebabkan karena lain-lain seperti
infeksi,keganasan,kelainan jantujng,febris,kejang dan lain-lain.,
Penelitian yang dilakukan Tazami, Mustarim, Syah (2013)
diketahui angka kejadian hiperbilirubin meningkat pada kasus neonates
dengan preterm dibandingkan dengan neonatus aterm, pemberian ASI
yang kurang dari 8kali/hari (72%) dibandingkan frekuensi menyusi ASI
yang lebih dari 9kali/hari (27,9%). Itu menunjukkan bahwa frekuensi ASI
ikut mempengaruhi terjadinya hiperbilirubinemia termasuk juga lama
menyusui ASI. Di beberapa rumah sakit pendidikan seperti RSUd Dr,
Soedirman Kebumen angka kejadian Hiperbilirubin sebanyak 1,99%
Berdasarkan data uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji
lebih dalam mengenai “ Hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir “ yang
akan dibahas dalam laporan kasus ini.
4

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Kepada By Ny N Usia 3
Hari Dengan Ikterus Derajat III.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada By Ny N
usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III di RSUD DR Soedirman
Kebumen tahun 2019.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subyektif dan data obyektif
Asuhan Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus
Derajat III di RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
b. Mampu melakukan Interpretasi data pada Mampu melakukan
Diagnosa Potensial pada Asuhan Kebidanan Pada By Ny N usia 3
hari dengan Ikterus Derajat IIIdi RSUD DR Soedirman Kebumen
tahun 2019.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada
Asuhan Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus
Derajat III di RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
d. Mampu melakukan pelaksanaan tindakan segera pada Asuhan
Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat IIIdi
RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
e. Mampu merencanakan tindakan menyeluruh pada Asuhan
Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat IIIdi
RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
f. Mampu melaksanakan implementasi/pelaksanaan pada Asuhan
Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat IIIdi
RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
5

g. Mampu mengevaluasi pada Asuhan Kebidanan Pada Asuhan


Kebidanan Pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III di
RSUD DR Soedirman Kebumen tahun 2019.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Baru Lahir


1. Definisi
Menurut Marmi dan Rahrdjo (2012), bayi baru lahir adalah bayi
yang baru lahir sampai usia 4 minggu. Biasanya dengan usia gestasi
38-42 minggu.
Menurut Yulianti dan Rukiyah (2013), bayi baru lahir adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu, dengna berat badan lahir 2500 sampai 4000 gram, nilai
APGAR lebih dari 7 dan tidak cacat bawaan.

2. Ciri-ciri bayi normal


Menurut Dewi (2013), ciri-ciri bayi normal yaitu :
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang badang 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Nilai APGAR > 7
g. Gerakan aktif
h. Bayi lahir langsung menangis

3. Klasifikasi bayi baru lahir


Menurut Rahardjo dan Marmi (2012), kalsifikasi bayi baru lahir yaitu:
a. Preterm Infant : kurang dari 37 minggu lengkap
b. Term Infant : mulai dari 37 sampai kurang 42 minggu
lengkap
c. Posterm Infant : Mulai dari 42 minggu atau lebih lengkap

6
7

4. Komplikasi pada bayi baru laihir


a. Asfiksia
Asfiksia adalah kegagalan untuk melanjutkan dan memulai
kembali pernapasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru
lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Fauziah dan Sudarti, 2013)

b. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)


Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badannya kurang dari 2500 gram (Prawihardjo, 2009)

c. Ikterus
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir (Arief dan Weni, 2009).

d. Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (bayi kurang
dari 1 bulan) yang disebabkan oleh Cloastridium Tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem
saraf pusat (Prawihardjo, 2009)

B. Ikterus
1. Definisi
Ikterus adalah gejala kuning pada skelara kulit dan mata akibat
bilirubin yang berlebihan didalam darah dan jaringan (Kusuma dan
Nuraif, 2015).
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata (norma
berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah (Dwi dkk, 2011).
Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang
terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbillirubinemia
(Dewi dkk, 2013).
8

2. Klasifikasi Ikterus
Menurut Kristiyanasari dan Jitowiyono, (2011), ikterik ada 2 macam
yaitu :
a. Ikterus fisiologis ialah :
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5%/hari
3) Tidak mempunyai dasar patologis
b. Ikterus Patologis ialah :
1) Icterus terjadi dalam 24 jam pertama
2) Peningkatan kadar bilirubin > 5%/hari
3) Mempunyai dasar patologis

3. Etiologi
Menurut Kusuma dan Nuraif (2015), penyebab icterus pada bayi
baru lahir dapat disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
a. Produksi bilirubin yang berlebihan
b. Ganguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
c. Gangguan transportasi dalam metabolism
d. Gangguan dalam eksresi

4. Patofisiologi Ikterus
Menurut Yuliani dan Suriadi (2010), patofisiologis ikterus adalah :
a. Pigmen kuning yang ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari
pemecahan hamoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin
reduktase dan agen pereduksi nonenzimatik dalam sistem
retikuloentelial.
b. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil
oleh protein intraselular “Y protein” dalam hati. Pengambilan
tergantung pada aliran darah hepatikdan adanya ikatan protein.
9

c. Bilirubin tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh


enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphodpfoglucuronic
acid (UPGA) glukuronil transfase menjadi bilirubin mono dan
diglucuronida yang polar dan larut dalam air.
d. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi
melalui ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu
melalui membran kanalikular. Kemudian ke sistem gastrointestinal
dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja
dan urin. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi
enterohepatik.
e. Warna kuning dalam kulit akibat dari akumulasi pigmen bilirubin
yang larut lemak, tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi inderek).
f. Pada bayi dengan hyperbilirubinemia kemungkinan merupakan
hasil dari difisiensi atau tidak aktifnya glukuronil
transfarase.Rendahnya pengambilan dalam hepatik kemungkinan
karena penurunan protein hepatik sejalan dengan penurunan aliran
darah hepatik.
g. Warna kuning yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil
dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau
asam lemak bebas yang terdapat dalam ASI. Terjadi 4 sampai 7
hari setelah lahir. Dimana terdapat kenaikan bilirubin tak
terkonjugasi dengan kadar 25 sampai 30 mg/dl selama minggu ke2
sampai ke 3. Biasanya dapat mencapai usia 4 minggu dan menurun
10 mingggu. Jika pemberian ASI dilanjutkan, hiperbilirubinemia
akan menurun berangsur-angsur dapat menetap selama 3 sampai 10
minggu pada kadar yang lebih rendah. Jika pemberian ASI
dihentikan, kadar bilirubin serum akan turun dengan cepat,
biasanya mencapai normal dalam beberapa hari. Perhentian ASI
selama 1 sampai 2 hari dan penggantian ASI dengan formula
mengakibatkan penurunan bilirubin serum dengan cepat,
10

sesudahnya pemberian ASI dapat dimulai lagi dan hyperbilirubin


tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti sebelumnya.
h. Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dala 24 jam
pertama kelahiran. Sedangkan untuk bayi dengan ikterus fisiologis
muncul antara 3 sampai 5 hari sesudah lahir.

5. Manifestasi Klinis
a. Tampak ikterus : sklera, kuku, atau kulit dan membran mukosa.
Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama disebabkan oleh
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis, atau ibu dengan
diabetik atau infeksi. Jaundice yang tampak pada hari kedua atau
hari ketiga, dan mencapai puncak pada hari ketiga sampai hari ke
empat dan menuurun pada hari ke lima sampai hari ke tujuh yang
biasanya merupakan jaundice fisiologis.
b. Ikterus adalah akibat pengendapan bilirubin inderek pada kulit
yang cendurung tampak kuring atau orange, ikterus pada tipe
obstuksi (bilirubin direk) kulit tampak berwarna kuning kehijauan
atau keruh. Perbedaan ini hanya dapat dilihat pada ikterus yang
berat.
c. Muntah, anorexia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.

6. Penilaian Ikterik
Menurut Prawirohardjo (2009), penilaian kadar bilirubin adalah:
Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya
buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan
dengan menekan sedikit kilit yang akan diamati untuk menghilangkan
warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang
merupakan resiko terjadinya kern- icterus, misalnya kadar bilirubin
bebas; kadar bilirubin 1 atau secara klinis dilakukan di bawah sinar
biasa (day light).Sebaiknya penilaian klinis dilakukan secara
11

laboratoris, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan


secara klinis.

Pembagian
derajat ikterus dan daerah
kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus Kramer
(Prawirohardjo, 2009).

7. Penanganan Ikterus derajat III


Menurut Puspita dan Maryunani (2013), ada dua situasi untuk
penanganan hiperbilirubin pada bayi baru lahir, antara lain:
a. Penanganan sendiri di rumah :
1) Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari)
2) Sinar matahari dapat membantu memecahkan bilirubin
sehingga lebih mudah di proses oleh hati. Tempatkan bayi
dekat dengan jendela terbuka untuk mendapat matahari pagi
antara jam 7-8 pagi agar bayi tidak kepanasan, atur posisi
kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung.
Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan
15 menit tengkurap. Usahakan kontak sinar dengan kulit seluas
mungkin, oleh karena itu bayi tidak memakai pakaian
(telanjang) tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan.
12

b. Terapi Medis
1) Petugas kesehatan akan memutuskan untuk melakukan terapi
medis (phototherapy) sesuai dengan peningkatan kadar
bilirubin pada nilai tertentu berdasarkan usia bayi dan apakah
bayi lahir cukup bulan atau prematur. Bayi akan ditempatkan di
bawah sinar khusus. Sinar ini akan mampu untuk menembus
kulit bayi dan akan mengubah bilirubin menjadi lumirubin
yang lebihmudah di ubah oleh tubuh bayi. Selama terapi sinar
penutup khusus akan di buat untuk melindungi mata.
2) Jika terapi sinar yang standar tidak menolong untuk
menurunkan kadar bilirubin, maka bayi akan ditempatkan pada
selimut fiber optic atau terapi sinar ganda / triple akan
dilakukan (double / triple light therapuy)
3) Jika gagal dengan terapi sinar maka dilakukan transfusi tukar
yaitu penggantian darah bayi dengan darah donor. Ini adalah
prosedur yang sangat khusus dilakukan pada fasilitas yang
mendukung untuk merawat bayi dengan sakit kritis, namun
secara kesehatan, hanya sedikit bayi yang akan membutuhkan
transfusi tukar.

Pedoman terapi sinar dan transfusi tukar bayi berat lahir rendah
berdasarkan berat badan

Bilirubin total [ mg/dL (umol/L)]


Berat badan (g) Terapi sinar Transfusi tukar
< 1500 5 – 8 ( 85 – 140 ) 13 – 16 ( 220 – 275 )
1500 – 1999 8 – 12 ( 140 – 200 ) 16 – 18 ( 275 – 300 )
2000 – 2499 11 – 14 ( 190 – 240 ) 18 – 20 ( 300 –
340 )
13

C. MANAJEMEN KEBIDANAN 7 LANGKAH VARNEY

Langkah-langkah Manajemen Kebidanan (Varney, 1997):

1. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar


Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan
klien secara lengkap. Data terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data
subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau
catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari
pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
14

2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, data dasar yang sudah dikumpulkan


diinterpretasikan sehingga ditemukan diagnosis yang sfesifik (sesuai
dengan “nomenklatur standar diagnosa”) dan atau masalah yang
menyertai. Dapat juga dirumuskan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Masalah
dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaiakan seperti diagnosis, tetapi membutuhkan penanganan yang
dituangkan ke dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien.

3. Langkah III: Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial


Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.

4. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang


Memerlukan Penanganan Segera
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera
oleh bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota
tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu
seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi
atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen
asuhan kebidanan.
15

5. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh,
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, dan pada langkah ini reformasi / data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah
perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap
rencana haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan
klien, agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien merupakan
bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah
ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil
pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksankannya.

6. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan


Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diurakan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggungjawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
16

Manajemen yang efisien akan mengurangi waktu dan biaya serta


meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7. Langkah VII: Evaluasi


Pada langkah ke-tujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang sesuai dengan masalah dan diagnosis klien,
juga benar dalam pelaksanaannya. Disamping melakukan evaluasi
terhadap hasil asuhan yang telah diberikan, bidan juga dapat melakukan
evaluasi terhadap proses asuhan yang telah diberikan. Dengan harapan,
hasil evaluasi proes sama dengan hasil evaluasi secara keseluruhan.

D. SOAP
1. Pengertian
SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan
tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari
proses pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk
mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai
catatan kemajuan. Model SOAP sering digunakan dalam catatan
perkembangan pasien. Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP
setiap kali dia bertemu dengan pasiennya. Selama antepartum, seorang
bidan bisa menulis satu catatan SOAP untuk setiap kunjungan,
sementara dalam masa intrapartum, seorang bidan boleh menulis lebih
dari satu catatan untuk satu pasien dalam satu hari.

2. Pembagian SOAP
Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses
pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan
asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan.
17

Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien,


dengan cara penulisannya adalah sebagai berikut.
a. S (subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien
melalui anamnesis (wawancara) yang
merupakan ungkapan langsung.
b. O (objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi
melalui pemeriksaan fisik.
c. A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan yang
meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan
tindakan segera.
d. P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan
yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, diagnosis atau labolatorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.

3. Pentingnya Pendokumentasian SOAP


a. Menciptakan catatan permanen tentang asuhan kebidanan yang
diberikan kepada pasien
b. Kemungkinan berbagai informasi diantara para pemberi asuhan
c. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan
d. Memungkinkan pengevaluasian dari asuhan yang diberikan
e. Memberikan data untuk catatan nasional, riset, dan statistic
mortalitas morbiditas
f. Meningkatakan pemberi asuhan yang lebih aman, bermutu tinggi
pada klien
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR PATOLOGIS PADA BY NY N

USIA 3 HARI DENGAN IKTERUS DERAJAT III

DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

PENGKAJIAN

Tanggal : 4 Agustus 2019


Waktu : 18.00 WIB
Tempat : Ruang Peristi

IDENTITAS

Identitas Bayi
Nama : By Ny N
Tanggal Lahir : 1 Agustus 2019
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Orang Tua
Nama Ibu : Ny. N Nama Suami : Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 26 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Candimulyo ½ Alamat : Candimulyo
Kebumen ½, Kebumen

18
19

I. DATA SUBYEKTIF
A. Alasan Datang : Bayi baru lahir 3 hari yang lalu dengan post SC
jam 13.50 WIB.
B. Keluhan Utama : Bayi tampak kuning dengan derajat Kramer III
C. Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga
Sekarang : Sedang tidak mengalami penyakit seperti penyakit
menurun (DM, Hipertensi), menahun (asma), dan
menular (HIV/AIDS).
Dahulu : Dulu tidak memiliki riwayat penyakit seperti
penyakit menurun (DM, Hipertensi), menahun
(asma), danmenular (HIV/AIDS).
Keluarga : Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti
penyakit menurun (DM, Hipertensi), menahun
(asma), danmenular (HIV/AIDS).
D. Riwayat Kesehatan Anak
BBL Post SC, lahir langsung menangis AS 7/8/9
E. Status Perkawinan Orang Tua
Menikah padausia 23 tahun, lama pernikahan sudah 2 tahun, dan
pernikahannya sah.
F. Riwayat Kehamilan Sekarang
G1P0A0, UK 41 +2 minggu
G. Riwayat Persalinan Sekarang
Bersanlin secara SC a/i gagal induksi ditolong oleh dr.SpOg di RSUD
Dr.Soedirman Kebumen
H. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
1. Pola Nutrisi : bayi sudah minum susu 8 x 20 cc (setiap 3 jam
sekali)
2. Pola eliminasi : bayi sudah BAB, warna kehitaman, tekstur lembek
dan bayi sudah BAK
3. Pola istirahat : bayi lebih banyak tidur
4. Pola hygiene : bayi mandi 1 x sehari
20

II. DATA OBYEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Vital Sign
Denyut Jantung : 138x/menit
Suhu : 35,5 C
Respirasi : 42x/menit
2. Pengukuran Antopometri
Pb : 50 cm LK : 32 cm
BB : 3230 gram LD : 33 cm
LILA : 12 cm
3. Keadaan Bayi
Menangis : Kuat
Warna Kulit : Kuning
Turgor : Baik
B. Status Presesnt
1. Kepala : Simetris, Masochepal
2. Muka : Simetris, tampakkuning
3. Mata : Simetris, konjungtiva merah, sklera kekuningan
4. Hidung : Simetris. Tidak polip, warna kekuningan
5. Mulut : Simetris, Bersih, tampak kekuningan
6. Telinga : Simetris, Bersih, tampak kekuningan
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Dada : Inspeksi : Simetris, warna kulit kuning
Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal
Perkusi : Ada bunyi sonor
Auskultasi : Tidak ada bunyi wheezing
21

9. Ketiak : Tidak ada benjolan abnormal


10. Pulmo/Cor : Tidak ada wheezing
11. Abdomen : Inspeksi : simetris. Warna kulit kekuningan
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : tidak ada benjolan abnormal
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
12. Genetalia : Penis berlubang, skrotum lengkap
13. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang, warna kulit
kuning
14. Anus : Berlubang
15. Ekstermitas : Simetris, jumlah jari lengkap
16. Kulit : Kuning (derajat III)
17. Reflek Bayi
Moro : (+)Bayi dapat memeluk jika dikagetkan
Rooting : (+)Bayi dapat mencari putting jika disentuh tepi
bibir
Sucking : (+)Bayi dapat menghisap jika dimasukkan putting
Grapsing : (+)Bayi dapat menggenggam jika telapak tangan
dirangsang
Babinsky : (+)Bayi dapat menggerakkan jari-jari kaki jika
telapak kakinya dirangsang
Swallowing : (+)Bayi dapat menelan jika sedang menyusu
Tonick neck : (+)
Tonus Leher : (+)
C. Pemeriksaan Penunjang
Bilirubin direk : 0,5 mg/dl
Bilirubin indirek : 10,9 mg/dl
Bilirubin total : 11,4 mg/dl
Billirubin total, normalnya <10 mg/dl
22

III.ASSESMENT
By Ny N usia 3 hari dengan ikterus neonatorum bayi baru lahir patologis
Masalah : Kulit bayi tampak kuning derajat Kramer III
Diagnosa Potensial : Ikterus derajat IV, kejang, dehidrasi
Antisipasi Masalah : Fototerapi

IV. PELAKSANAAN
Tanggal / Jam : 4 Agustus 2019 / 18.30 WIB
1. Melakukan informed consent pada keluarga tentang kondisi bayi
Hasil : sudah dilakukan informed consent
2. Memberitahu keluarga hasil pemeriksaan tanda – tanda vital pada
bayinya.
Nadi : 138x/menit, Suhu : 35,5 C, Respirasi : 42 x/menit
Hasil : keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan pada bayinya
3. Memberitahu keluarga bahwa bayinya akan dilakukan fototerapi sesuai
advice dokter selama 36 jam
Hasil : keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan
4. Memberitahu keluarga tujuan dilakukannya fototherapi yaitu untuk
menurunkan kadar bilirubin dalam darah bayi sehingga bayi menjadi
normal dan kulit tidak kuning
hasil : keluarga sudah mengetahui tujuan dilakukannya fototherapi
5. Mencuci tangan dengan handrub sebelum melakukan tindakan
Hasil : cuci tangan dengan handrub telah dilakukan
6. Menutup mata dan alat kelamin bayi dengan menggunakan karbon
dengan tujuan supaya mata dan alat kelin bayi tidak terdampak sinar
ultraviolet yang dapat membuat kerusakan pada mata dan kelamin
bayi.
Hasil : mata dan alat kelamin sudah ditutup dengan karbon
7. Melakukan tindakan fototherapi
23

Hasil : tindakan fototherapi telah dilakukan jam 19.00 WIB


8. Memantau keadaan bayi setiap saat (posisi bayi, karbon yang menutupi
mata dan alat kelamin, tanda-tanda vital)
Hasil : sudah dilakukan pemantauan
9. Menyusukan bayi setiap 3 jam sekali dengan diet 8 x 30 cc
Hasil : bayi telah disusukan setiap 3 jam sekali
10. Mendokumentasikan hasil tindakan
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan
24

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 04 Agustus 2019 Jam : 18.45WIB

A. Data Subyektif
Bayi tampak kuning pada bagian muka,sklera kekuningan, bagian badan
sampai lutut
B. Data Obyektif
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 126 x/menit
Suhu : 36,5 C
Respirasi : 42 x/menit
C. Assesment
Bayi Ny. N usia 3 hari dengan ikterus derajat III
D. Perencanaan
Tanggal : 04 Agustus 2019
Jam : 18.55 WIB
1. Lakukan observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan fototerapi
3. Lakukan pemberian PASI 20cc
4. Lakukan alih baring
5. Lakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
6. Lakukan pengurukan ulang suhu tubuh bayi
7. Lakukan dokumentasi
E. Pelaksanaan
Tanggal : 04 Agustus 2019
Jam : 19.00 WIB
1. Mencuci tangan dengan handrub sebelum melakukan tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
25

Hasil : Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi telah dilakukan


Keadaan Umum : baik
Suhu : 36,6 C
Nadi : 121 x/menit
Respirasi : 40 x/menit

3. Melakukan fototerapi
Hasil : fototerapi telah dimulai jam 19.00 WIB
4. Memberikan PASI pada bayi 20cc
Hasil : PASI telah diberikan sebanyak 20cc menggunakan spin
5. Melakukan alih baring pada bayi agar fototerapi dapat merata kesluruh
tubuh bayi
Hasil : alih baring telah dilakukan
6. Memonitor oedem pada tubuh bayi efek dari sinar fototerapi
Hasil : monitor telah dilakukan dan tidak ada oedem pada tubuh bayi
7. Mengecek kembali suhu bayi agar tidak hipertermi akibat fototerapi
dan incubator
Hasil : suhu bayi normal 36,7 C
8. Mencuci tangan menggunakan handrub setelah melakukan tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
9. Melakukan dokumentasi tindakan
Hasil : dokumentasi telah dilakukan
F. Evaluasi
Tanggal : 4 Agustus 2019
Jam : 20.00 WIB
1. Telah dilakukan cuci tangan dengan handrub sebelum tindakan
2. Telah dilakukan observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
3. Telah dilakukan fototerapi jam 19.00 WIB
4. Telah dilakukan pemberian PASI 20cc menggunakan spin
5. Telah dilakukan alih baring pada bayi
6. Telah dilakukan pemantauan pada bayi
26

7. Telah dilakukan pengukuran suhu kembalipada bayi


8. Telah dilakukan cuci tangan dengan handrub setelah tindakan
9. Telah dilakukan pendokumentasian
27

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 05 Agustus 2019 Jam : 07.00 WIB

A. Data Subyektif
Bayi masih tampak kuning pada bagian muka,leher,dada,punggung sampai
bawah pusat
B. Data Obyektif
KU : baik
Kesadaran : composmentis
N : 126 x/menit
S : 36,5 C
RR : 42 x/menit
Billirubin Total : 11,4
Billirubin Direx : 0,5
Billirubin Indirex : 10,9
C. Assesment
Bayi Ny. P usia 3 hari dengan Ikterus derajat II
D. Perencanaan
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 07.30 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan fototerapi
3. Pemberian PASI 25cc menggunakan spin
4. Lakukan alih baring
5. Lakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
6. Lakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
28

7. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK


8. Lakukan dokumentasi

E. Pelaksanaan
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 07.40 WIB
1. Melakukan cuci tangan dengan handrub sebelum tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
Hasil : KU dan tanda-tanda vital bayi baik
Keadaan Umum : baik
Suhu : 36,5 C
Nadi : 130 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
3. Lanjutkan fototherapi
Hasil : fototherapi lanjut, telah dilakukan selama 12jam
4. Memberikan PASI 25cc menggunakan spin
Hasil : PASI 25cc telah diberikan
5. Melakukan alih baring agar fototerapi merata pada tubuh bayi
Haisl : telah dilakukan alih baring
6. Melakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
Hasil : telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi dan tidak
ditemukan oedem
7. Melakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
Hasil : suhu bayi normal 36,6 C
8. Mengganti popok bayi jika penuh
Hasil : popok telah diganti dan bayi telah dirapikan
9. Cuci tangan dengan handrub setelah tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
10. Melakukan dokumentasi tindakan
29

Hasil : telah dilakukan dokumentasi


F. Evaluasi
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 08.20 WIB
1. Telah dilakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Telah dilakukan fototerapi selama 12jam
3. Telah dilakukan pemberian PASI 25cc menggunakan spin
4. Telah dilakukan alih baring
5. Telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
6. Telah dilakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
7. Telah dilakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
8. Telah dilakukan dokumentasi
30

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 5 Agustus 2019 Jam : 14.30 WIB

A. Data Subyektif
Masih tampak kuning padabgian tubuh bayi yaitu muka,leher,dada,sampai
paha
B. Data Obyektif
KU :baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 143 x/menit
Suhu : 36,5 C
RR : 45 x/menit
C. Assesment
Bayi Baru lahir usia 4 hari dengan ikterus derajat III
D. Perencanaan
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 14. 45 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Lakukan fototerapi
4. Lakukan pemberian PASI 25cc menggunakan spin
5. Lakukan alih baring
6. Lakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Lakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Lakukan dokumentasi

E. Pelaksanaan
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 15.00 WIB
31

1. Mencuci tangan dengan handrub sebelum tindakan


Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
Hasil : observasi KU dan tanda-tanda vital bayi telah dilakukan
Keadaan umum : baik
Suhu : 36,6 C
Nadi : 142 x/menit
Respirasi : 42 x/menit
3. Memonitor tanda-tanda infeksi pada bayi
Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada bayi
4. Melakukan pemantauan fototherapi
Hasil : pemantauan fototherapi telah dilakukan selama 19jam, tutup
mata dan kelamin bayi tidak lepas
5. Memberikan PASI 25cc menggunakan spin
Hasil : PASI 25cc telah diberikan
6. Melakukan alih baring agar fototerapi merata pada tubuh bayi
Haisl : telah dilakukan alih baring
7. Melakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
Hasil : telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi dan tidak
ditemukan oedem
8. Melakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
Hasil : suhu bayi normal 36,5 C
9. Mengganti popok bayi jika penuh
Hasil : popok telah diganti dan bayi telah dirapikan
10. Cuci tangan dengan handrub setelah tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
11. Melakukan dokumentasi tindakan
Hasil : dokumentasi telah dilakukan
F. Evaluasi
Tanggal : 5 Agustus 2019
32

Jam : 15.30 WIB


1. Telah dilakukan observasi KU dan tanda-tanda vital pada bayi
2. Telah dilakukan monitoring tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Telah dilakukan pemantauan fofotherapi
4. Telah dilakukan pemberian PASI 25cc menggunakan spin
5. Telah dilakukan alih baring
6. Telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Telah dilakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Telah dilakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Telah dilakukan dokumentasi tindakan
33

CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 5 Agustus 2019 Jam : 21.00 WIB

A. Data Subyektif
Warna kulit bayi sedikit kuning pada bagian
muka,leher,dada,punggung,sampai bawah pusat
B. Data Obyektif
KU :baik
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,8 C
Nadi : 138 x menit
Respirasi : 40 x/menit
C. Assesment
Bayi Ny. N usia 4 hari dengan Ikterus Derajat II
D. Perencanaan
Tanggal : 5 Agustus 2019
Jam : 21.10 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Lakukan fototerapi
4. Lakukan pemberian PASI 25cc menggunakan spin
5. Lakukan alih baring
6. Lakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Lakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Lakukan dokumentasi

E. Pelaksanaan
34

Tanggal : 5 Agustus 2019


Jam : 21.30 WIB
1. Mencuci tangan dengan handrub sebelum tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan monitoring KU dan tanda-tanda vital bayi
Hasil : monitoring KU dan tanda-tanda vital bayi telah dilakukan
Keadaan umum : baik
Suhu : 36,7 C
Nadi : 142 x/menit
Respirasi : 46 x/menit
3. Memonitor tanda-tanda infeksi pada bayi
Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada bayi
4. Melakukan fototherapi
Hasil : fototherapi telah dilakukan selama 26jam, tutup mata dan alat
kelamin bayi tidak lepas, posisi bayi baik
5. Memberikan PASI 25cc menggunakan spin
Hasil : PASI 25cc telah diberikan
6. Melakukan alih baring agar fototerapi merata pada tubuh bayi
Haisl : telah dilakukan alih baring
7. Melakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
Hasil : telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi dan tidak
ditemukan oedem
8. Melakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
Hasil : suhu bayi normal 36,7 C
9. Mengganti popok bayi jika penuh
Hasil : popok telah diganti dan bayi telah dirapikan
10. Cuci tangan dengan handrub setelah tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
11. Melakukan dokumentasi tindakan
Hasil : dokumentasi telah dilakukan
F. Evaluasi
35

Tanggal : 5 Agustus 2019


Jam : 21.45 WIB
1. Telah dilakukan observasi KU dan tanda-tanda vital pada bayi
2. Telah dilakukan monitoring tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Telah dilakukan pemantauan fofotherapi
4. Telah dilakukan pemberian PASI 25cc menggunakan spin
5. Telah dilakukan alih baring
6. Telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Telah dilakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Telah dilakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Telah dilakukan dokumentasi tindakan
36

CATATAN PERKEMBANGAN V

Tanggal : 6 Agustus 2019 Jam : 07.30 WIB

A. Data Subyektif
Bayi tampak kuning sedikit pada bagian muka sampai leher
B. Data Obyektif
KU :baik
Kesadaran : composmentis
Suhu : 37 C
Nadi : 144 x/menit
RR : 40 x/menit
Kulit : normal (tidak kuning)

C. Assesment
Bayi Ny N Usia 5 hari dengan Ikterus Derajat I
D. Perencanaan
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 07. 50 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Lakukan fototerapi
4. Lakukan pemberian PASI 30cc menggunakan spin
5. Lakukan alih baring
6. Lakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Lakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Lakukan dokumentasi
37

E. Pelaksanaan
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 08.15 WIB
1. Mencuci tangan dengan handrub sebelum tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi
Hasil : pemeriksaan tanda-tanda vital bayi telah dilakukan
Suhu : 36,7 C
Nadi : 138 x/menit
Respirasi : 48 x/menit
3. Melakukan pemeriksaan tanda infeksi bayi
Hasil : telah dilakukan pemeriksaan, tidak ada infeksi pada bayi
4. Melakukan fototherapi
Hasil : fototherapi telah dilakukan selama 26jam, tutup mata dan alat
kelamin bayi tidak lepas, posisi bayi baik
5. Memberikan PASI 30cc menggunakan spin
Hasil : PASI 30cc telah diberikan
6. Melakukan alih baring agar fototerapi merata pada tubuh bayi
Haisl : telah dilakukan alih baring
7. Melakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
Hasil : telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi dan tidak
ditemukan oedem
8. Melakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
Hasil : suhu bayi normal 36,7 C
9. Mengganti popok bayi jika penuh
Hasil : popok telah diganti dan bayi telah dirapikan
10. Cuci tangan dengan handrub setelah tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
38

11. Melakukan dokumentasi tindakan


Hasil : dokumentasi telah dilakukan

F. Evaluasi
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 09.00 WIB
1. Telah dilakukan observasi KU dan tanda-tanda vital pada bayi
2. Telah dilakukan monitoring tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Telah dilakukan fofotherapi selama 26jam
4. Telah dilakukan pemberian PASI 30cc menggunakan spin
5. Telah dilakukan alih baring
6. Telah dilakukan pemantauan oedem pada tubuh bayi
7. Telah dilakukan pengukuran suhu ulang pada bayi
8. Telah dilakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
9. Telah dilakukan dokumentasi tindakan
39

CATATAN PERKEMBANGAN VI

Tanggal : 6 Agustus 2019 Jam : 07.30 WIB

A. Data Subyektif
Bayi tampak kuning sedikit pada bagian muka sampai leher
B. Data Obyektif
KU :baik
Kesadaran : composmentis
Suhu : 37 C
Nadi : 144 x/menit
RR : 40 x/menit
Kulit : normal (tidak kuning)

C. Assesment
Bayi Ny N Usia 5 hari dengan Ikterus Derajat I
D. Perencanaan
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 07. 50 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Lakukan pemantauan fototerapi
4. pemberian PASI 30cc menggunakan spin
5. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
6. Lakukan KIE penangana ikterik derajat II dirumah
7. Sudah boleh pulang jika keluarga siap
8. Lakukan dokumentasi
40

E. Pelaksanaan
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 08.15 WIB
1. Mencuci tangan dengan handrub sebelum tindakan
Hasil : handrub telah dilakukan
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi
Hasil : pemeriksaan tanda-tanda vital bayi telah dilakukan
Suhu : 36,7 C
Nadi : 138 x/menit
Respirasi : 48 x/menit
3. Melakukan pemeriksaan tanda infeksi bayi
Hasil : telah dilakukan pemeriksaan, tidak ada infeksi pada bayi
4. Melakukan fototherapi
Hasil : fototherapi telah dilakukan selama 36jam, selesai tanggal 5
Agustus 2019 jam 17.00 WIB
5. Memberikan PASI 30cc menggunakan spin
Hasil : PASI 30cc telah diberikan
6. Mengganti popok bayi jika penuh
Hasil : popok telah diganti dan bayi telah dirapikan
7. KIE penanganan dirumah ikterik dejarat Kramer II pada keluarga bayi
Ny.N. Penangananya yaitu Berikan ASI yang cukup (8-12 kali sehari) ,
selain itu juga menjemur bayi dibawah sinar matahari pagi pada jam 7-
8 pagi selama 30 menit dengan cara 15 menit telentang 15 menit
tengkurep kemudian atur posisi kepala agar wajah tidak mengahadap
matahari langsunng. Juga tetap memperhatikan kehangantan agar bayi
tidak kedinginan.
Hasil : keluarga Ny. N sudah mengerti cara penangan bayi kuning
fisiologis (iketik) dirumah
8. Sudah boleh pulang jika keluarga siap
Hasil : keluarga sudah siap, bayi boleh pulang
9. Melakukan dokumentasi tindakan
41

Hasil : dokumentasi telah dilakukan

F. Evaluasi
Tanggal : 6 Agustus 2019
Jam : 09.00 WIB
1. Lakukan Observasi KU dan tanda-tanda vital bayi
2. Lakukan pemantauan tanda-tanda infeksi pada bayi
3. Lakukan pemantauan fototerapi
4. pemberian PASI 30cc menggunakan spin
5. Lakukan ganti popok jika popok penuh BAB dan BAK
6. Lakukan KIE penangana ikterik derajat II dirumah
7. Sudah boleh pulang jika keluarga siap
8. Lakukan dokumentasi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kesempatan kali ini kami akan membahas kasus tentang Bayi Baru
Lahir Patologis pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III. Bayi tersebut
adalah bayi baru lahir di RSUD DR Soedirman Kebumen post SC. Karena kami
menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney, maka
pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan anamnesa Data Subyektif dan Data Obyektif :
Pada data subyektif didapatkan nama By Ny N lahir pada tangal 1 Agustus
2019 pada pukul 13.50 WIB dengan jenis kelamin laki-laki.
Data Obyektif pada kasus bayi baru lahir patologis pada By Ny N
usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III. Keadaan pasien : baik, kesadaran :
composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital diatas batas normal.
Pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital seperti Keadaan umum sedang, Kesadaran Composmentis, Nadi :
138x/menit, Suhu : 35,5 C, Respirasi 42x/menit.
Pemeriksaan penunjang/ labolatorium :
Bilirubin direk : 0,5 mg/dl
Bilirubin indirek : 10,9 mg/dl
Bilirubin total : 11,4 mg/dl
Dan teori menurut (Windaningsih,2015) mengatakan bahwa
Pengkajian yang dilakukan adalah anamnesa Data subyektif dan data
obyektif. Jadi dalam data pengkajian tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik di lahan.

42
43

2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnose kebidanan,
menentukan masalah dan kebutuhan pada kasus Pasien bayi baru lahir
patologi pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III.
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang
ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnosis. Masalah yang
timbul pada kasus “Bayi baru lahir patologis dengan icterus derajat III”
adalah kulit tampak kuning, dan menyusu lemah.

3. Diagnosa Potensial
Diagnose potensial yang terjadi pada bayi baru lahir patologis
pada By Ny N usia 3 hari dengan icterus derajat III yaitu : icterus derajat
IV, kejang dan dehidrasi.

4. Tindakan Segara
Pada kasus bayi baru lahir patologis pada By Ny N usia 3 hari
dengan icterus derajat III yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.A.

5. Perencanaan
Dalam langkah ini, perencanaan yang dilakukan pada bayi baru
lahir patologis pada bayi Ny. N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III
adalah :
a. Lakukan informed consent pada keluarga tentang kondisi bayi
b. Lakukan pemberitahuan pada keluarga hasil pemeriksaan tanda –
tanda vital pada bayi
c. Lakukan pemberitahuan pada keluarga bahwa bayi akan dilakukan
fototerapi sesuai advice dokter selama 36 jam
d. Lakukan pemberitahuan pada keluarga tujuan dilakukannya
fototherapi
e. Lakukan tindakan menutup mata dan alat kelamin bayi dengan
menggunakan karbon
44

f. Lakukan tindakan fototherapi


g. Lakukan pemantauan keadaan bayi setiap saat
h. Lakukan tindakan menyusui bayi setiap 3 jam sekali dengan diet 8 x
(30cc)
i. Lakukan dokumentasi hasil tindakan
6. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan, perawat telah melaksanakan sesuai dengan


perencanaan dan tidak ada kesenjangan dalam praktiknya.

7. Evaluasi
Semua perencanaan sudah dilakukan dan tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pengkajian

Pengkajian pada langkah pertama ini dikumpulkan semua


sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh
data dilakukan dengan anamnesa Data Subyektif dan Data
Obyektif. Pada data subyektif didapatkan nama By Ny N lahir pada
tangal 1 Agustus 2019 pada pukul 13.50 WIB jenis kelamin laki-
laki.Data Obyektif pada kasus bayi baru lahir patologis pada By
Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III. Keadaan pasien : baik,
kesadaran : composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital diatas
batas normal.

2. Interpretasi Data
Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnose kebidanan,
menentukan masalah dan kebutuhan pada kasus Pasien bayi baru
lahir patologi pada By Ny N usia 3 hari dengan Ikterus Derajat III
disini membutuhkan konsultasi dengan Dokter Sp.A. Dalam
interpretasi data ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik
di lahan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnose potensial yang terjadi pada bayi baru lahir
patologis pada By Ny N usia 3 hari dengan icterus derajat III yaitu
: icterus derajat IV, kejang dan dehidrasi. Dalam diagnosa potensial
ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lahan.
4. Tindakan Segera
Pada tindakan segera ini sudah sesuai karena bidan
langsung menangani pasien dan berkonsultasi dengan dokter Sp.A.

45
46

5. Perencanaan
Dalam perencanaan ini sudah sesuai bidan melakukan
perencanaan berdasarkan hasil konsultasi dari dokter Sp.A
6. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan ini semua perencanaan sudah
dilaksanakan. Dalam langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik di lahan
7. Evaluasi
Apa yang telah dilakukan dari 7 langkah varney ini sudah
ada yang sesuai dengan teori meskipun ada 1 kesenjangan teori
yang tidak sesuai dengan teori dan praktik di lahan.

B. Saran
1. Pembimbing Lahan dan Perawat
Dapat terus mengoptimalkan pelayanan terhadap pasien
sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan. Serta dapat terus
menuntun mahasiswa praktik agar dapat melatih kemampuannya
(skill).
2. Bagi Rumah Sakit :
Dapat terus mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan
dan fasilitas kesehatan yang memadai agar tetap terjaganya mutu
dan kualitas pelayanan yang optimum di RSUD Dr Soedirman
Kebumen
3. Bagi Pendidikan :
Dapat diguanakan sebagai sumber refrensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada
kasus Bayi Baru Lahir patologi dengan Iktreus Derajat III.
47

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z. R, Kristianasari, W. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika

Dewi, V. N. L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba

Medika

Djitowoyono, S, Kristianasari, W. 2011. Asuhan Keperawatan Neonatus dan

Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Marmi, Raharjo, K. 2012. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak pra sekolah.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Maryunani, A, Sari, E.P. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: Trans Info Medika

Nurarif, A.H, Kusuma, H 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOCK. Edisi Revisi 2. Yogyakarta:

Mediactoin Yogyakarta

Prawiroharjo. 2009. Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Rukiah, A. Y, Yulianti, L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans

Info Media.

Sudarti, Fauziah, A. 2012. Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.

Yokyakarta: Nuha Medika

Suryadi, Yuliani, R. 2010. Asuhan keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta:

Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai