Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS BERKAITAN

DENGAN PROGRAM PEMERINTAH


MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas

Dosen Pengampu : Tri Puspa Kusumaningsih, S.S.T.,M.Kes

Nama Kelompok :

1. Diah Ayu Kurnia Wati (102017006)


2. Himah Umarah Dewi (102017012)
3. Jihan Huda Lailla (102017015)
4. Rademta Syuniarita (102017025)

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan denga baik. Makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Asuhan Kebidanan Komunitas” yang
diampu oleh Bu Tri Puspa Kusumaningsih S.S.T.,M.Kes

Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Tri Puspa
Kusumaningsih S.S.T.,M.Kes selaku dosen pembimbing serta teman-teman
sekalian. Dalam pembuatan yang berjudul “Asuhan Kesehatan Bayi Balita Di
Komunitas Berkaitan Dengan Program Pemerintah’’. Kami berharap setelah
membaca makalah ini, pembaca dapat memahami dan menambah pengetahuan
yang baik, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga kesalahan


dalam penulisan makah ini. Maka dari itu , kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi pembuatan makalah yang akan datang.

Purworejo, 5 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Standar Pelayanan Minimal


B. Jadwal Kunjungan Bayi dan Balita
C. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan / Deteksi Dini
D. Program Imunisasi

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan kompehensif bagi bayi lahir dimulai
sejak janin dalam kandungan sampai dengan bayi berumur 28 hari di
puskesmas dan jaringannya maka setiap tenaga kesehatan harus mematuhi
standar pelayanan yang sudah ditetapkan. Standar yang dijadikan acuan
antara lain: Standar pelayanan kebidanan atau SPK, pedoman asuhan
persalinan normal( APN) dan pelayanan neonatal esensial dasar (Sudarti,
2010).
Perlindungan anak di bidang kesehatan  diselenggarakan melalui
berbagai upaya  pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi  anak
termasuk untuk bayi baru lahir dan anak balita . Pelayanan kesehatan
untuk bayi baru lahir dan ank balita  merupakan salah satu program
kesehatan  anak yang bertujuan untuk menjamin  kelangsungan hidup,
tumbuh kembang anak  secara optimal dan perlindungan khusus dari
kekerasan dan diskriminasi. Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
anak Indonesia yang sehat , cerdas ceria, berakhlq mulia dan terlindungi
sebagai modal dasar bagi pembangunan bangsa (Hidayat, 2013.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
dan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,
menegaskan bahwa seorang anak berhak untuk hidup, tumbuh dan
berkembang secara optimal, terhindar dari kekerasan dan diskriminasi.
Selain itu, Undang Undang Perlindungan Anak juga mengamanahkan
bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak;
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang komprehensif bagi anak agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan.
Anak merupakan harapan masa depan. oleh karena itu mereka
perlu dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang
berkualitas,sehat dan cerdas. Program kesehatan anak merupakan salah
satu kegiatan dari penyelenggaraan perlindungan anak di bidang
kesehatan, yang dimulai sejak bayi berada di dalam kandungan, masa bayi,
balita, usia sekolah dan remaja. Program tersebut bertujuan untuk
menjamin kelangsungan hidup bayi baru lahir , memelihara dan
meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh kembangnya, dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup anak yang akan menjadi sumber daya
pembangunan bangsa di masa mendatang (Yeyeh, 2012).
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan menguraikan
mengenai asuhan kesehatan bayi dan balita di komunitas berkaitan dengan
program pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja standar pelayanan minimal?
2. Kapan saja jadwal kunjungan bayi dan balita?
3. Bagaimana cara mengetahui pertumbuhan dan perkembangan atau
mendeteksi dini?
4. Apa saja program imunisasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja standar pelayanan minimal
2. Mengetahui kapan saja jadwal kunjungan bayi dan balita
3. Mengetahui bagaimana cara mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan atau mendeteksi dini?
4. Mengetahui apa saja program imunisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Pelayanan Minimal Alat dan Tempat pada Bayi Dan Balita
Menurut Hidayat (2013), standar pelayanan minimal alat dan tempat
pada bayi dan balita antara lain :
1. Standar Alat dan Tempat Pelayanan
Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum
lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan, sejenisnya. Tidak
berdekatan dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar
sesuai dengan fungsi sosialnya dengan salah satu fungsinya adalah
mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
a. Standar Peralatan
1) Bak instrument
- Gunting steril/ DTT untuk memotong tali pust
- 2 klem steril/ DTT
- Benang steril/ DTT ( atau klem _ untuk mengikat tali pusat,
sarung tangan bersih / DTT
2) Sarung tangan bersih\
3) Bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT
4) Gunting (biasa,perban)
5) Medikamentosa :
- Spuit ukuran 1cc
- Vitamin K 1 ampul
- Salep mata oxytetrasiklin 1%
- Vaksin hepatitis B (HB0)
6) Tempat periksa
7) Alat Pelindung Diri :
- Celemek
- Masker
- Sepatu boot
- Kacamata google
8) Lampu yang berfungsi untuk penerangan dan memberikan
kehangatan
9) Kain bersih
10) Air bersih, sabun, dan handuk kering
11) Tempat kain kotor
12) Tempat sampah
13) Tempat plasenta
14) Stetoskop
15) Jam dengan jarum detik
16) Termometer
17) Timbangan bayi
18) Pengukur panjang bayi
19) Metline (pita cm)
20) Format pencatatan (buku KIA, formulir BBL, formulir MTBM,
partograf, formulir register kohor bayi)
2. Standar Tempat
Memiliki pencahayaan yang cukup (baik melalui jendela, lampu
ataupun sumber cahaya lainnya). Ruangan harus hangat dan terhalang
dari tiupan angin secara langsung, selain itu harus tersedia meja atau
permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan
peralatan yang diperlukan.
3. Standar Pelayanan
1) Pengertian Bayi
Menurut Wahyuni (2012), bayi adalah usia 0 bulan hingga
1 tahun, dengan pembagian masa neonatal, yaitu usia 0–28 hari.
Masa neonatal dini yaitu usia 0–7 hari Masa neonatal lanjut, yaitu
usia 8–28 hari. Masa pasca neonatal yaitu usia 29 hari–1
tahun.Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1
tahun, namun tidak ada batasan yang pasti. Pada masa ini manusia
sangat lucu dan menggemaskan tetapi juga rentan terhadap
kematian. Kematian bayi dibagi menjadi dua, kematian neonatal
(kematian di 27 hari pertama hidup), dan post-natal (setelah 27
hari).
2) Pengertian Pelayanan Pada Bayi
Pengertian pelayanan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pelayanan adalah menolong menyediakan segala apa
yang diperlukan orang lain seperti tamu atau pembeli.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 12 bulan
setelah bayi lahir.
3) Standar Pelayanan BBL dan Neonatus
a. Selalu mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan bersih/
DTT sebelum menangani bayi baru lahir
b. Memastikan bahwa suhu ruangan hangat ( ruangan harus
hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir )
c. Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan di perut ibu,
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih yang hangat
setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian kepalanya
dengan handuk baru yang bersih dan hangat> riset
membuktikan bahwa 90% bayi baru lahirmengalami perubahan
dari kehidupan intrauterine menjadi ekstrauterine dengan
pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lender rutin tidak perlu
perlu dan mungkin membahayakan)
d. Segera menilai bayi utnuk memastikan bahwa bayi bernafas/
menangis sebelum menit pertama nilai APGAR, jika bayi tidak
menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan hidung
bayi secara hati-hati menggunakanbola karet pengisap atau
penghisap DeLee yang di DTT
e. Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafassan walaupun
sudah dilakukan pengeringan, stimulasi atau penghisapan
lender dengan hati-hati, mulai lalukan resusitasi bayi baru lahir
untuk menanganii asfiksia.
f. Jika bayi menangis/ bernafas, lakukan pemeriksaan APGAR
pada menit pertama setelah lahir
g. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat diklem di dua tempat
menggunakan klem steril/ DTT
h. Pasang benang/ klem tali pusat
i. Bayi harus tetap diselimui dengan baik, anjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan segera mulai menyusui. ( riset
menunjukkna pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan
awal pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga
merupakan cara yang baik untuk menjaga pengaturan suhu
tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap
oleh ibunya, selimut ibayi dengan handuk yang bersih dan
hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk mencegah
kehilangan panas )
j. Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi
secara umum dengan menggunakan skor APGAR
Skor 0 1 2
APGAR
Warna Biru/ pucat Tubuh merah Seluruh tubuh
jambu, kemerahan
ekstremitas
kebiruan
DJJ Tidak ada <100 x/ menit >100 x/ menit
Refleks Tdak ada Menyeringai Bersin, batu,
menarik kaki
Aktivitas Tidak ada/ Sedikit fleksi Gerak aktif
lemas
Pernapasan Tidak ada Lemah dan tidak Menangis kuat,
teratur/ menangis pernafasan kuat
lemah dan teratur
Keterangan :
1) Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah
plasenta lahri dan kondisi ibu stabil
2) Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan
menggunakan thermometer yang diletakkan di ketiak
( janganmemasukkan thermometer dalam anus bayi, hal ini
merupakan prosedur yang tidak perlu dan dapat
membahayakan bayi ). Bila suhu bayi <36 C atau jika tubuh
atau kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan
penghangatan tubuh bayi seperti pada “ penangaan
hipotermi”. Amati suhu bayi setiap jam sampai suhunya
normal dan stabil
3) Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari
kemungkinan adanya kelainan. Periksa anus dan daerah
kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi
tidak kedinginan. Ibu hendaknya menyaksika pemeriksaan
tersebut
4) Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat
agar bayi tidak mengalami hipotermi
5) Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi
pada timbangan yang dingin akan menyebabkan kehilangan
panas. Berat yang tercatat kemudian dpat disesuaikan
dengan mengurangi jumlah berat handuk/ kain tersebut
6) Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan
baik, pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan berikan bayi
kembali untuk dipeluk ibu. Hal in merupakan cara yang
sangat baik untuk mencegah hipotermi
7) Cuci tangan lagi dengan sabun, air, dan handuk yang
bersih. Dalam waktu satu jam setelah kelahiran, berikan
salep/ obat tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk
mencegah oftalmia neonatorum : salep mata tetrasikilin 1%,
lautan perak 1%, atau eritromisin 1%. Biarkan obatnya
tetap di mata bayi, jangan dibersihkan salep/ obat tets mata
yang berada di sekitar mata
8) Jika bayi belum diberi ASI, bantu ibu untuk mulai
menyusui. ( riset menunjukkna bahwa memulai pemberian
ASI dalam waktu 1 jam pertama ketelah kelahiran adalah
penting untuk keberhasilan awal pemberian ASI.
Kolostrum, ASI pertama, penting karena mengandung zat
kekebalan untukpencegahan infeksi dan penyakit pada bayi
baru lahir. Pemberian ASI dini akan mencegah/ menangani
hipoglikemia pada bayi baru lahir
9) Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal
ini tidak perlu dan mungkin membahayakan
10) Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi, sebelum
memandikannya, tunggu lebih lama jika bayi mengalami
kesulitan mempertahankan suhu tbuhny atau mengalami
asfiksia pada saat lahir : periksa suhu tubhbayi sebelum
memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus antara
36-37 C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan
pastikan ruangan hangat. Memandikan bayi dengan cepat
dan segera keringkan bayi dengan handuk bersih, hangat,
dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang
berlebihan
11) Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan
handuk/ kain yang hangat dan bersih
12) Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan
meconium dalam 24 jam pertama kehidupannya., catat
waktu pengeluaran urine dan meconium. Mintalah ibu
memperhatikannya bila persalinan berlangsung di rumah.
Bila dalam 24 jam bayi tiak mengeluarkan urine dan
meconium, segera rujuk ke rumah sakit
13) Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang
diberikan dengan cermat dan lengkap dalam partograf,
Karu Ibu dan Kartu Bayi
14) Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika
ditemukan kelainan dari normal

B. Jadwal Kunjungan Bayi dan Balita


Menurut Sudarti (2010), jadwal kunjungan bayi dan balita yaitu :
1. Jadwal Kunjungan Bayi
Kunjungan neonatal adalah pelaksanaan pelayanan ksehatan
neonatal/bayi baru lahir sedikitnya 4 kali yaitu:
a) Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b) Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c) Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d) Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Tujuan dari kunjungan bayi tersebut adalah :
a) untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan
dasar
b) mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan
c) pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan
d) imunisasi
e) peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh
kembang.
2. Jadwal Kunjungan Balita
a) Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
b) Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak
berumur 12 bulan
c) Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak
berumur 24 bulan
d) Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Kegiatan yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain :
a) Pemeriksaan fisik anak ditakukan termasuk penimbangan berat
badan
b) Penyuluhan atau nasehat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan
anak dan perbaikan gizi serta hubungan psiko sosial antar anak, ibu
dan keluarga. Ibu diminta memperhatikan tumbuh kembang anak,
pola makan dan tidur serta perkembangan prilaku dan sosial anak.
c) Penjelasan tentang Keluarga Berencana
d) Dokumentasi pelayanan

C. Pemantauan Pertumbuhan dan Perkembangan / Deteksi Dini


Menurut Yeyeh (2012), pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
atau deteksi dini yaitu :
a. Pengertian
SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang)
adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan
berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun pertama kehidupan
. Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga, masyarakat
dengan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial).
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan
lebih mudah dilakukan, tenaga kesehatan juga mempunyai “waktu”
dalam membuat rencana tindakan/intervensi yang tepat, terutama
ketika harus melibatkan ibu/keluarga. Bila penyimpangan terlambat
diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Intervensi dini penyimpangan perkembangan adalah tindakan
tertentu pada anak yang perkembangan kemampuannya menyimpang
karena tidak sesuai dengan umurnya.Penyimpangan perkembangan
bisa terjadi pada salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian anak.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak pra sekolah
umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi genetiknya sehingga berguna bagi nusa dan bangsa
serta mampu bersaing di era global melalui kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini.
2) Tujuan Khusus
a) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada
semua balita dan anak pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas.
b) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada semua balita dan anak pra sekolah di wilayah
kerja Puskesmas.
c) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak
pra sekolah dengan penyimpangan tumbuh kembang.
d) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa
ditangani di Puskesmas.
c. Sasaran
1) Sasaran langsung
Semua anak umur 0 sampai 6 tahun yang ada di wilayah kerja
Puskesmas
2) Sasaran tidak langsung
a) Tenaga kesehatan yang bekerja di lini terdepan (dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat, dan
sebagainya).
b) Tenaga pendidik, petugas lapangan KB, petugas sosial yang
terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak.
c) Petugas sector swasta dan profesi lainnya.
d. Jenis Skrining
1) Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan
a) Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB/TB)
- Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan
status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk.
- Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal
DDTK. Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih, yaitu tenaga kesehatan yang
telah mengikuti pelatihan SDIDTK.
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
- Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar
batas normal
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dilakukan di
semua tingkat pelayanan.Adapun pelaksana dan alat yang
digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tingkat Pelaksana Alat yang Digunakan
Pelayanan
Keluarga  Orang tua  KMS
masyarakat  Kader kesehatan  Timbangan dacin
 Petugas PAUD,
BKB, TPA dan
Guru TK
Puskesmas  Dokter  Table BB/TB
 Bidan  Grafik LK
 Ahli gizi  Timbangan
 Petugas lain  Alat ukur tinggi
badan
 Pita pengukur
lingkar kepala

Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan, deteksi ini


dilakukan di semua tingkat pelayanan. Pelaksana dan alat yang
digunakan dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tingkat Pelaksana Alat yang
Pelayanan Digunakan
Keluarga dan  Orang tua Buku KIA
Masyarakat  Kader kesehatan,  KPSP
BKB, TPA  TDL
 Petugas pusat  TDD
PAUD terlatih
 Guru TK terlatih
Puskesmas  Dokter  KPSP
 Bidan  TDL
 Perawat  TDD

Keterangan :
a) Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak
b) KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
c) TDL : Tes Daya Lihat
d) TDD : Tes Daya Dengar
e) BKB : Bina Keluarga Balita
f) TPA : Tempat Penitipan Anak
g) Pusat PAUD : Pusat Pendidikan Anak Usia Dini
h) TK : Taman Kanak-kanak
2) Skrining/pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
Tujuan pemeriksaan perkembangan menggunakan KPSP
adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan.
3) Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan
pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk
meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak.
4) Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan TDL adalah untuk mendeteksi secara dini kelainaan
daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga
kesempatan untuk memperoleh ketajaman penglihatan menjadi
lebih besar.
5) Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah
kegiatan/ pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini
adanya masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan :
a. Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/
masalah mental emosional pada anak pra sekolah
b. Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
umur 18 bulan sampai 36 bulan
6) Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan umur
dan jenis skrining
a. Intervensi dini penyimpangan perkembangan anak
Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak
adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah
atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu
yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini
penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin
ketika usia anak masih di bawah lima tahun.
Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi
perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah
selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi
stimulasi perkembangan.
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan
anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan
intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan
secara berjenjang sebagai berikut:
1) Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya
dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga
kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang
tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh
kembang buku KIA
2) Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu, Polindes,
Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar
pelayanan yang terdapat pada buku pedoman. Bila kasus
penyimpangan tersebut ternyata memerlukan penanganan
lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.
3) Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di
Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten
yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan
dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan
penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat
rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang
anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan
jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli
gizi dan psikolog.
b. Pelayanan posyandu
Posyandu adalah wadah pemeliharaan kesehatan yang
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas
terkait. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencanamerupakan salah satu
bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat, untuk
memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak
balita.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan
untuk, dari, dan oleh masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan guna memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan kematian ibu dan bayi. Dalam
pelaksanaan tugasnya kader pada posyandu selalu didampingi oleh
tim dari Puskesmas, seperti pada pelaksanaan pada meja IV,
apabila kader menemui masalah kesehatan, kader harus
berkonsultasi pada petugas kesehatan yang ada, masalah tersebut
dapat berupa:
1) Balita yang berat badanya tidak naik tiga kali berturut-turut
2) Balita yang berat badanya di bawah garis merah.
3) Balita yang sakit; batuk, sukar bernafas, demam dan sakit
telinga
4) Balita yang mencret.
5) Anak yang menderita buta senja atau mata keruh
6) Balita dengan penyimpangan tumbuh kembang atau
perkembangan terlambat.

D. Program Imunisasi
Menurut Muslihatun (2010), program imunisasi dibagi menjadi
beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Berdasarkan usia yang diimunisasi
a) Imunisasi rutin
Imunisasi rutin adalah pemberian imunisasi secara rutin yang
dilaksanakan pada periode waktu tertentu yang telah ditetapkan.
Berdasarkan kelompok usia sasarannya, imunisasi rutin dibagi
menjadi :
- Bayi (usia kurang dari 1 tahun)

Vaksin Pemberian Selang waktu Umu


Imunisasi pemberian r

BCG 1x - 0-11
bulan

DPT 3x 4 minggu 2-11


bulan

Polio 4x 4 minggu 0-11


bulan

Campak 1x - 9-11
bulan

HB 3x 4 minggu 1.11ulan

- Anak usia sekolah dasar


Jadwal Pemberian Imunisasi Anak Sekolah Dasar yaitu :

Kelas Pemberian Imunisasi Dosis

Kelas 1 DT 0,5 cc
Campak 0,5 cc

Kelas 2 TT 0,5 cc

Kelas 3 TT 0,5 cc

- Wanita Usia Subur


Jadwal Pemberian Imunisasi Wanita Usia Subur

Imunisasi Pemberian Selang Masa Dosis


Imunisasi Waktu Perlindungan
Pemberian

TT WUS T1 - - 0,5 cc
T2 4 minggu 3 tahun 0,5 cc
T3 setelah T1 5 tahun 0,5 cc
T4 4 minggu 10 tahun 0,5 cc
setelah T2 25 tahun 0,5 cc
4 minggu
setelah T3
4 minggu
setelah T4

Pelayanan imunisasi rutin dapat diberikan pada tempat sebagai


berikut :
 Pelayanan imunisasi di dalam gedung, yaitu di puskesmas,
puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin, dan
polindes
 Pelayanan imunisasi di luar gedung, yaitu di posyandu,
kunjungan rumah dan sekolah
 Pelayanan imunisasi rutin oleh swasta, seperti rumah sakit
swasta, dokter praktik, bidan praktik.
b) Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan diberikan untuk bayi dan anak. Kegiatan ini
adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin, hanya dilaksanakan
bila ditemukan masalah dalam pemantauan atau evaluasi.
Kegiatan dalam imunisasi tambahan adalah :
- Backlog Fighting
Backlog fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi
dasar pada anak usia 1-3 tahun pada desa non UCI setiap 2
tahun sekali
- Crash Program
Ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara
cepat karena masalah khusus, seperti angkat kematian bayi
tinggi, infrastruktur kurang, dan untuk memberi kekebalan
pada kelompok sasaran yang belum mendapatkannya saat
imunisasi rutin.
c) Imunisasi Masal
Dilakukan untuk antigen tertentu dalam wilayah luas dan
waktu tertentu, dalam rangka pemutusan mata rantai penyakit.
Kegiatannya antara lain :
- PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
PIN merupakan suatu upaya untuk mempercepat pemutusan
siklus hidup virus polio dengan memberikan vaksin polio
untuk setiap balita. Imunisasi diberikan sebanyak 2 kali dengan
selang waktu 1 bulan. Masing-masing imunisasi diberikan 2
tetes vaksin.
- Sub PIN
Merupakan upaya untuk memutus rantai penularan polio
bila ditemukan satu kasus polio dalam wilayah terbatas
(kabupaten) dengan cara pemberian 2 kali imunisasi polio
dalam interval 1 bulan secara serentak pada usia kurang dari 1
tahun.
- Catch up campaign campak
Merupakan upaya untuk memutus penularan virus campak
pada balita dan anak sekolah. Pemberian imunisasi campak
dilakukan secara serentak pada anak sekolah dasar, tanpa
mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya.
2. Berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan
a. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar diberikan untuk bayi. Imunisasi ini
diberikan sebagai imunisasi awal untuk mencapai kadar
kekebalan tubuh
b. Imunisasi lanjutan
Imunisasi lanjutan diberikan untuk anak usia sekolah dasar
dan wanita usia subur. Imunisasi merupakan imunisasi ulangan
untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas ambang
perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan.
3. Program imunisasi meningitis meningokokus
Imunisasi meningitis meningokokus diberikan kepada calon
jemaah haji minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.
Jika imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sebelumnya, harus
diberikan antibiotik profilaksis yang sensitif terhadap N. meningitidis.
4. Program imunisasi demam kuning
Bagi pendatang atau melewati negara yang terjangkit demam
kuning, harus dapat menunjukkan ICV (International Certificate of
Vaccination) yang masih berlaku sebagai bukti bahwa telah mendapat
imunisasi demam kuning. Jika belum, maka harus diisolasi selama 6
hari dan dilindungi dari gigitan nyamuk sebelum diizinkan
melanjutkan perjalanan.
Pemberian imunisasi bagi orang yang akan menuju negara endemis
demam kuning, minimal 10 hari sebelum keberangkatan. Imunisasi
diberikan bagi yang belum pernah diimunisasi atau yang imunisasinya
sudah lebih dari 10 tahun.
5. Program imunisasi rabies
Dilakukan pelatihan bagi tenaga medis dan para medis di puskesmas
dan rumah sakit dalam penatalaksanaan kasus gigitan. Penanggulangan
pada setiap kasus gigitan adalah dengan melakukan cuci luka dengan
sabun selama 10-15 menit dengan air mengalir.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menurut Hidayat (2013), standar pelayanan minimal alat dan tempat pada
bayi dan balita antara lain :
1. Standar Alat dan Tempat Pelayanan
2. Standar Tempat
3. Standar Pelayanan
Menurut Sudarti (2010), jadwal kunjungan bayi dan balita yaitu :
1. Kunjungan neonatal adalah pelaksanaan pelayanan ksehatan
neonatal/bayi baru lahir sedikitnya 4 kali yaitu:
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
2. Jadwal Kunjungan Balita
a. Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
b. Kemudian pemeriksaan dilakukan setiap 2 bulan sampai anak
berumur 12 bulan
c. Setelah itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak
berumur 24 bulan
d. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang
pada balita dan anak pra sekolah.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap dapat memperbaiki
kekurangan dalam prnyusunan makalah yang akan datang.

2. Bagi Institusi
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat keefektivan
dalam belajar, pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
mahasiswa dalam menerapkan atau mengaplikasi materi yang sudah
didapatkan, serta untuk melengkapi sumber-sumber buku
perpustakaan sebagai bahan informasi dan referensi yang penting
dalam mendukung pembuatan makalah selajutnya.

3. Bagi Pembaca
Penulis berharap pembaca khususnya kebidanan dapat mengambil
manfaat dari makalah ini yang penulis buat, dan dapat menambah
wawasan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta :

Nuha Medika

Hidayat, Alimul dan A.Aziz. 2008. Asuhan  Neonatus Bayi dan  Balita.

Buku   Praktikum Kebidanan. Jakarta : EGC

Sudarti.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi Dan Anak Balita.Yogyakarta:

Nuha Medika

Wahyuni, Sari.2012.Asuhan Neonatus,dan Balita.Jakarta:EGC

Yeyeh, Al Rukiyah. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Trans

Info Media

Anda mungkin juga menyukai