Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A DENGAN POSTPARTUM PSIKOSA

DI RUANG NIFAS

DIRUMAH SAKIT X

OLEH :
INTAN LIAN SARI

PO71241180018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

1
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

DAN NEONATAL

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. A DENGAN POSTPARTUM PSIKOSA

DI RUANG NIFAS

DIRUMAH SAKIT X

Laporan Kasus ini telah disetujui, dipertahankan dan disahkan oleh pembimbing kasus Prodi
Sarjana Terapan Kebidanan

Pada tanggal

Pembimbing

Yuli Suryanti, M.Keb

2
NIP. 19800710200212200

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan study kasus dengan judul” asuhan kebidanan pada
NY. “A” dengan Postpartum Psikosa di ruang nifas tahun 2020 ” Laporan
studi kasus ini penulis susun dalam rangka pencapaian kompetensi Praktik
Klinik Kebidanan, dan merupakan salah satu tugas seminar pribadi yang
harus dipenuhi oleh setiap mahasiswi Prodi DIV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi pada semester V. Terselesaikannya penyusunan laporan ini
tidak lepas dari bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Hj. Suryani S.Pd, MPH Selaku Ketua Jurusan Kebidanan

2. Ibu Yuli Suryanti, M.Keb yang telah membimbing penyusunan


Laporan Studi Kasus yang telah penulis buat dan sekaligus
Pembimbing Seminar

3. Seluruh Dosen beserta Staf Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan


Kebidanan

4. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan dan


semangat dalam menjalankan penyusunan laporan kasus ini

5. Dan untuk seluruh teman-teman yang telah menemani dalam suka dan
duka serta mendukung pembuatan laporan kasus ini

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan kasus ini.

Penulis mengharapkan semoga laporan studi kasus ini dapat memenuhi


tugas akhir Praktik Klinik Kebidanan.

Jambi, Desember 2020

Penulis

3
4
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................1

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................................2

KATA PENGANTAR....................................................................................................................3

DAFTAR IS...............................................................................................................................5

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................6

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................7

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................7

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................9

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................9

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................................9

1.5 Ruang Lingkup....................................................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................11

2.1 Postpartum Psikosa...........................................................................................................11

2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Menurut Varney Pada Ibu Nifas Dengan Postpartum Psikosa
...................................................................................................................................................17

BAB III TINJAUN KASUS..............................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................27

4.1 Pengumpulan Data Dasar.................................................................................................27

4.2 Diagnosa Kebidanan..........................................................................................................27

4.3 Penatalaksanaan...............................................................................................................27

BAB V PENUTUP......................................................................................................................28

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................28

5.2 Saran...................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................30

Daftar tabel

5
Catatan perkembangan..........................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Postpartum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu
masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya
6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode postpartum adalah periode waktu selama 6-8 minggu
setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat
reproduksikembali seperti keadaan sebelum hamil atau tidak hamil sebagai akibat dariadanya
perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan. Periode masa nifas merupakan waktu
dimana ibu mengalami stress pasca persalinan, terutama pada ibu primipara ( Saleha, 2009 : 77 ).

Wanita yang dapat melahirkan adalah sebuah karunia terbesar dan merupakan momen yang
sangat membahagiakan. Setelah melahirkan banyak orang menganggap bahwa kehamilan adalah
kodrat wanita yang harus dilalui namun kenyataannya pada wanita yang mengalami hal tersebut
melahirkan dapat menjadi episode yang dramatis dan traumatis yang sangat menentukan
kehidupannya, karena ibu yang mengalami stress, perasaan sedih dan takut akan mempengaruhi
emosional dan sensivitas ibu pada pasca melahirkan (Suhernidkk, 2009). Salah satu masalah
yang terjadi pada masa nifas adalah postpartum Psikosa. Angka kejadian postpartum psikosa di
Luar Negeri cukup tinggi yakni 26-85%. Di Indonesia, diperkirakan insiden depresi postpartum
sekitar 10-15% dari perempuan yang melahirkan (Nurjanah, 2013). Sedangkan, untuk angka
kejadian postpartum psikosa di Indonesia antara 50-70%. Angka kejadiannya rendah bila
dibandingkan negara-negara lain (Janiwarty dan Pieter 2013). Wanita pada pasca persalinan
perlu melakukan penyesuaian diri dalam melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai seorang
ibu di minggu-minggu pertama atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang telah
berhasil melakukan penyesuaian diri dengan baik dapat melewati gangguan psikologis, tetapi
sebagian lain yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri ini akan mengalami gangguan-
gangguan psikologis, inilah yang dinamakan postpartum psikosa atau depresi pasca persalinan
(Mansur, 2009).

Depresi pasca persalinan merupakan suatu gangguan emosional ibu berupa adanya perubahan
mood yang cepat berubah dan berganti-ganti (mood swing), dari tingkatan yang sangat ringan
yang bersifat sementara (baby blues) sampai depresi psikosa yang sangat berat dan memerlukan
penanganan psikiatri. Ibu bersalin Sekitar 50-80% mengalami baby blues dalam sepuluh hari
pasca melahirkan. Hal ini jika ibu tidak mendapatkan penanganan lebih lanjut maka baby blues
dapat meningkat menjadi depresi yang lebih berat (Andri, 2010). Ibu yang melahirkan sekitar 22
% akan mengalami depresi pasca persalinan, dan 14% mengalami resiko peningkatan depresi.
Yang mengkhawatirkan, sebanyak 19,3% dari mereka berpikir untuk menyakiti diri mereka
sendiri dan/atau menyakiti sampai membunuh bayinya. Banyak dari mereka yang didiagnosis

7
ternyata pernah mengalami setidaknya satu episode depres sebelumnya dan memiliki gangguan
kecemasan. Sebanyak 22 % dari mereka juga mengidap gangguan bipolar (Wisner, 2013).Secara
pasti penyebab depresi pasca persalinan belum diketahui. Beberapa penelitian menjelaskan
perubahan tingkat hormon, kelelahan fisik, kecemasan sebelum melahirkan, kehidupan yang
penuh tekanan, hubungan perkawinan yang buruk, kehamilan yang tidak direncanakan atau tidak
dikehendaki, masalah ekonomi, serta dukungan sosial yang rendah dapat menjadi penyebabnya.
Faktor kepribadian ibu yang mudah cemas, kurang percaya diri dan penakut serta adanya riwayat
depresi sebelumnya dapat meningkatkan resiko (Kasdu,2005; Andri, 2010).

Hasil penelitian Setyowati dan Riska pada tahun 2006 di RSU Dr. Soetomo Surabaya
mengidentifikasi bahwa dari 31 orang ibu postpartum, terdapat 17 orang (54,84%) yang
mengalami postpartum psikosa. Sedangkan Albright mengemukakan angka kejadian postpartum
psikosa di luar negeri cukup tinggi pada ibu yang baru melahirkan sekitar 75-80% (Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan, 2011). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyowati
dan Uke(2006) tentang faktor yang memengaruhi terjadinya postpartum bluesdidapatkan hasil
bahwa sebanyak 54,84% mengalami postpartum psikosa yang disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya pengalaman yang tidak menyenangkan pada periode kehamilan dan persalinan
sebanyak 38,71%, faktor psikososial (dukungan sosial sebanyak 19,35%, kualitas dan kondisi
bayi baru lahir sebanyak 16,13%) serta faktor spiritual sebanyak 9,78% (Psik, 2014). Pasca
melahirkan ibu akan mengalami beberapa perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan
psikologis. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu, sebagian ibu bisa menyesuaikan diri dan
sebagian tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak bisa menyesuaikan diri
akan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai macam sindrom atau gejala,
yang biasa disebut dengan sindrom postpartum blues(Hospital Majapahit, 2014). Perubahan
psikis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitif,
sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat dan peran bidan untuk
menghindari perubahan psikis yang patologis (Nurjanah, 2013). Studi Pendahuluan yang
dilakukan di RB Dr.Johan Surakarta pada bulan Januari - September 2014 didapatkan data ibu
nifas sebanyak 108 pasien. Didapatkan 3 orang (2,7%) ibu nifas dengan kasus hipertensi, 4 orang
(3,7%) ibu nifas dengan bendungan ASI, dan 4 orang (3,7%) ibu nifas dengan kasus postpartum
Psikosa Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan pengambilan kasus yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny. A Umur 22 Tahun P1A0 dengan Postpartum
Psikosa di RB Dr. Johan Surakarta”.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah bagaimana menerapakan Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Ny. A Umur 22 Tahun P1A0H1 dengan PostPartum Psikosa

1.3 Tujuan Penulisan

1) Tujuan umum

8
Adapun tujuan umum dari kasus ini Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan postartum psikosa dengan menggunakan pendekatan 7 langkah manajemen
kebidanan menurut Hellen Varney.

2) Tujuan khusus

a. Penulis mampu:

1) Melaksanakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan pengkajian secara


menyeluruh meliputi data subyektif dan obyektif pada Ny. A Umur 22 Tahun P1A0 dengan
postpartum psikosa.

2) Melaksanakan interpretasi data dasar yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah


dan kebutuhan yang dapat terjadi pada Ny. A Umur 22 Tahun P1A0 dengan Postpartum Psikosa.

3) Menentukan diagnosa potensial yang terjadi pada Ny. A Umur 22 Tahun P1A0
dengan postpartum psikosa.

4) Melakukan tindakan segera pada Ny. A Umur 22 Tahun P1A0 dengan postpartum
psikosa.

5) Merencanakan tindakan sesuai dengan kondisi pada Ny.A Umur 22 Tahun P1A0
dengan postpartum psikosa.

6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. A Umur 22 Tahun
P1A0 dengan postpartum psikosa.

7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada Ny. A Umur 22 Tahun P1A0
dengan postpartum psikosa.

b. Penulis mampu menganilisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan postpartum psikosa.

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi jurusan Kebidanan

penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penelitian yang akan datang sebagai referensi
bagi lembaga pendidikan.

3. Bagi pusat layanan kesehatan

diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam memberikan asuhan kebidanan nifas pada ibu dengan
post partum psikosa dan dapat menjadi masukan yang berguna khususnya bagi rumah sakit x dalam
upaya meningkatkan serta memberikan asuhan kebidanan yang sesuai untuk mengurangi komplikasi
baik yang terjadi pada ibu dan bayi.

9
4. Bagi Institusi

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikan mata kuliah yang
berkaitan dengan penelitian ini terutama mata kuliah Askeb Patologi.

5. Bagi instansi

Hasil penulisan ini dapat dijadikan bahan masukan dan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan pada ibu nifas dengan postpartum psikosa.

1.5 Ruang lingkup


Adapun ruang lingkup dalam penulisan laporan kasus ini adalah asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal pada Ny.I G1P0A0H1 dengan Postpartum Psikosa dengan
menggunakan manajemen varney.

a. What : postpartum psikosa.

b. Where : diruang nifas.

c. When : bulan desember 2020.

d. Why : untuk mengetahui asuhan kebidanan pada postpartum psikosa.

e. How : analisis postpartum psikosa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Definisi Postpartum Psikosa

Masa nifas (postpartum/ puerperium) yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, berkisar sekitar 6-8 minggu. (Sujiyatini,dkk. 2010 : 1)

10
Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi
dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan. (Suherni, dkk. 2009 : 1) Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun
psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis, namun jika tidak dilakukan pendampingan
melalui asuhan kebidanan maka menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.(Sulistyawati,
2010:1)

Post partum adalah masa yang dimulai sesudah kelahiran bayi dan berakhir setelah lebih kurang 6
minggu. Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikologis. Secara umum ada tiga gangguan psikologis
utama pasca persalinan, dari yang ringan sampai berat, yaitu postpartum blues, depresi postpartum dan
post partum psikosis. Ibu postpartum yang tidak dapat beradaptasi dengan peran barunya dapat terjadi
depresi postpartum. Depresi postpartum (DPP) adalah suatu depresi yang ditemukan pada perempuan
setelah melahirkan, yang terjadi dalam kurun waktu 4 (empat) minggu, beberapa bulan bahkan
beberapa tahun bila tidak diatasi dengan baik. Pendapat lain menyebutkan depresi postpartum dapat
terjadi mulai 6 minggu sampai 1 tahun (Corwin,E,J,Ph.D & Pajer,K,2008). Prevalensi DPP didunia sebesar
13% (Lori E. et al.2009), untuk wilayah Asia –Afrika berkisar 25% - 60% (Corey & Tapha, 2011). Rata-rata
angka kejadian postpartum psikosa di Indonesia adalah 11 – 30 % (Elvira S. D. 2006).

Menurut kembaren, psikosis pasca persalinan merupakan suatu gangguan kejiwaan yang ditandai ketika
seorang ibu yang baru melahirkan mengalami kesulitan membedakan mana hal yang nyata dan hal yang
tidak nyata. Gangguan ini sangat jarang, terjadi 1-2 kasus per 1000 persalinan. hal ini merupakan suatu
gangguan serius dan gawat darurat yang memerlukan penanganan segera. ibu yang mengalami psikosis
pasca persalinan biasanya memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya seperti psikosis, skizofrenia atau
bipolar. Anggota keluarga yang mempunyai riwayat gangguan kejiwaan (faktor genetik) Google Mama
pengaruhi munculnya psikosis pada ibu setelah melahirkan (Deassy M. Destiani. 2019:11)

Post partum psikosa adalah depresi yang terjadi pada minggu pertama dalam 6 minggu setelah
melahirkan. disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatri lainnya yang
disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum
psikosa. satu periode ketika seorang perempuan kehilangan sentuhan dengan kenyataan. Post partum
psikosa mencapai tingkat bunuh diri 5% dan tingkat pembunuhan bayi 4% dari setiap kasus yang ada.
( Susanto Vita Andina. 2018)

Postpartum psikosa adalah gangguan kepribadian derajat barat yang mengurangi kemampuan fungsi
tanggung jawab pasien. Gejala-gejala ini diklasifikasikan sebagai psikosis manik depresi, psikosis
postpartum, skizofrenia, dan keadaan kebingungan toksik. Gejala yang sering muncul pada Postpartum
Psikosa adalah sedih, menangis, cepat tersinggung, cemas, sulit untuk berkonsentrasi, labilitas perasaan
serta gangguan tidur dan nafsu makan, lebih berat lagi ditemukan ada pikiran bunuh diri, waham
paranoid dan melakukan ancaman kekerasan terhadap bayinya(Corwin,E,J,Ph.D & Pajer,K, 2008).Faktor
penyebab DPP cenderung kompleks dan masih belum jelas. Perubahan hormonal pasca persalinan
ditengarai berhubungan dengan symptom depresif dan sedikit faktor biologis yang dapat menjelaskan
terjadinya depresi pasca persalinan (Corey & Tapha, 2015) .

2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya postpartum Psikosa

Ada riwayat depresi, kegelisahan selama kehamilan, konflik perkawinan, adanya tekanan hidup atau
pengalaman hidup tidak menyenangkan, dukungan sosial yang rendah, status ekonomi yang rendah dan
adanya komplikasi obstetrik (Stewart, et al. 2003) Depresi postpartum bisa berdampak negatif pada
kesehatan ibu, anak dan keluarga. Pada ibu dapat menurunkan kemampuan dalam mengasuh anak,
ketertarikan terhadap bayinya kurang, tidak berrespon positif terhadap bayinya dan malas menyusui.
Sehingga akan mempengaruhi kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan sang bayi.(Fitelson.et
al,2011)

3. Komplikasi dari Postpartum Psikosa

 Ibu merasakan adanya halusinasi dimana seorang ibu akan mendengar suara-suara yang akan
membahayakan anaknya.

11
 membunuh diri sendiri.
 membahayakan bagi bayinya bahkan membunuh bayinya sendiri.
 melukai orang lain. ( Kusumawardhani, Agung 2017 Buku Ajar Psikiatri )

4. Upaya penanganan Postpartum Psikosa

Meliputi pengobatan medis, terapi psikologi, psikososial dan penanganan tanpa obat seperti latihan,
akupunktur dan massage terapi (Fitelson.et al,2011).

Program nasional kunjungan ulang masa nifas dilakukan minimal 3 kali meliputi deteksi dini, pencegahan
dan menangani komplikasi ( Muchtar,A. Sursilah, I. Isir, M. Dkk., 2014). Kunjungan ini dinilai belum
menyentuh aspek psikologis, padahal ibu nifas mengalami perubahan tidak hanya fisik namun juga
psikologis dan sosial.Demikian juga dukungan keluarga dan tenaga kesehatan yang baik terbukti
berpengaruh terhadap depresi postpartum (Wahyuni, Murwati, & Supiati, 2014). Model kunjungan
rumah oleh profesional dengan intervensi pencegahan DPP yang terstruktur berhasil meningkatkan
kesehatan ibu dan anak (Barnes, Senior, & MacPherson, 2009). Hasil penelitian lain menyatakan bahwa
terapi kognitif dapat menurunkan depresi pasca salin (Haerani dan Moordiningsih, 2009). Untuk itu
diperlukan suatu bentuk intervensi kognitif yang dapat mengatasi perubahan suasana hati dan perasaan
tidak mampu pada ibu post partum yang gagal beradaptasi sehingga tidak berlanjut menjadi DPP dan
malas menyusui (Diaz, V. A., & Carolyn, C. 2012)

5. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan
pemantauan karena pelaksanaab yang kurang maksimal dapat menyebabkan berbagai masalah.
(Sulistyaawati, 2009 : 1).

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

a. Puerperium dini

Puerpurium dini merupakan masa kepulihan ketika ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan. (Bahiyatun,
2009 : 63)

b. Puerperium intermedial

Puerperium intermedial merupakan suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya
sekitar 6-8 minggu. (Dewi Vivian, 2011 : 4)

c. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat
berlangsung selama bermingguminggu, bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati, 2009 : 5)

6. Proses Adaptasi Psikologi

Masa Nifas proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil. Wanita hamil
akan mengalami perubahan psikologis yang nyata sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood
seperti sering menangis, lekas marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan
manifestasi dari emosi yang labil. (Suherni, dkk. 2009 : 85)Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu
pertama setelah melahirkan banyak wanita menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi
dari ringan sampai berat serta gejala-gejala neurosis traumatik. Berikut beberapa faktor yang berperan
antara lain, ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil, struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat obtetrik (kandungan)
abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, riwayat penyakit lainnya. (Ambarwati, 2010 : 87)
Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan.
Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. (Sulistyawati, 2009:
87)Pada masa nifas, wanita banyak mengalami perubahan selain fisik yaitu antara lain wanita meningkat
emosinya. Pada masa ini wanita mengalami transisi menjadi orang tua.

12
Fase yang dilalui oleh ibu postpartum adalah :

a. Taking inFase

Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari ke 1-2 setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.

Pengalaman proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat
untuk mencegah gejala kurang tidur seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih
pasif terhadap lingkungannya. (Ambarwati, 2010 : 88-89)Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar
yang baik ketika ibu menceritakan pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas
hasil perjuangan ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahan
dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan pasien tehadap dirinya dan bayinya hanya Karena
kuranngnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan bidan. (Sulistyawati, 2009 : 88)

b. Taking hold

yaitu meniru dan role play. Cirinya :

1. Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 postpartum


Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab terhadap bayi.

2.Berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya.

3. Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan perawatan bayinya.

4. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tersebut.
(Sulistyawati, 2009 : 88) Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan
yang baik untuk menerima berbagai dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. (Dewi
Vivian, 2011 : 66)

c. Letting go

1) Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang
diberikan oleh keluarga.

2) Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi. Ia harus beradaptasi dengan kebutuhan
bayi yang sangat bergantung, yang menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan
berhubungan sosial.

3) Pada periode ini umumnya terjadi depresi postpsrtum. ( Bahiyatun, 2009 : 64-65)

7. Gangguan Psikologi Masa Nifas

Secara psikologi, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik. Wanita
banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu. Penting sekali sebagai bidan untuk mengetahui tentang penyesuaian psikologis yang
normal sehingga ia dapat menilai apakan seorang ibu memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini.
(Ambarwati, 2010 : 87).

Gangguan psikologi masa nifas meliputi :

a. Postpartum Blues

Postpartum blues dapat terjadi begitu selesai proses kelahiran dan biasanya akan hilang setelah
beberapa hari sampai seminggu setelah melahirkan. Seseorang yang baru melahirkan dapat terkena
perubahan mood secara tiba-tiba/ tak terduga, merasa sedih, menangis tak henti tanpa sebab,
kehilangan nafsu makan, tak tenang, gundah dan kesepian. (Sujiyatini dkk, 2010 : 192) Tidak ada
perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang signifikan. Empati dan dukungan

13
keluarga serta staf kesehatan diperlukan. Jika gejala tetap ada lebih dari dua minggu diperlukan bantuan
professional. (Bahiyatun, 2009 : 65)

Namun apabila postpartum blues ini tidak kunjung reda, keadaan ini dapat berkembang menjadi
depresi pasca melahirkan atau postpartum depression, itulah kenapa akan membantu bila kita tidak
menganggapnya sebagai kejadian yang tidak penting. Bentuk paling hebat dari depresi postpartum yang
tidak tetangani dengan baik akan mengakibatkan postpartum psikosis (Marshall : 2004 :25-26)

Menurut Bobak (2005), yang menjelaskan bahwa yang dimaksud postpartum blues adalah perubahan
mood pada ibu postpartum yang terjadi setiap waktu setelah ibu melahirkan tetapi seringkali terjadi
pada hari ketiga atau keempat postpartum dan memuncak antara hari kelima dan ke-14 postpartum
yang ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung, gelisah, letih,
pelupa dan tidak dapat tidur.Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues mempunyai gejala
antara lain rasa marah, murung, cemas, kurang konsentrasi, mudah menangis, sedih, nafsu makan
menurun, sulit tidur (Pillitari, 2003; Lynn dan Pierre, 2007 dlam Macmudah, 2010).Keadaan ini akan
terjadi beberapah hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan berangsur-angsur menghilang dalam
beberapa hari dan masih dianggap sebagai kondisi yang normal terkait dengan adaptasi psikologis
postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka dapat berlanjut menjadi
depresi postpartum.

b. Postpartum depression

Depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan
kebahagian/gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur danmenurunnya selera
makan (Wahyuni, 2010). Depresi postpartum adalah perasaan sedih akibat berkurangnya kebebasan
bagi ibu, penurunan estetika dan perubahan tubuh, berkurangnya interaksi sosial dan kemandirian yang
disertai gejala sulit tidur, kurang nafsu makan, cemas, tidak berdaya, kehilangan kontrol, pikiran yang
menakutkan mengenai kondisi bayi, kurang memerhatikan bentuk tubuhnya, tidak menyukai bayi dan
takut menyentuh bayinya dimana hal ini terjadi selama 2 minggu berturut-turut dan menunjukkan
perubahan dari keadaan sebelumnya (Lubis, 2010).

Gejala yang sering timbul antara lain kehilangan harapan, kesedihan, mudah menangis, tersinggung,
mudah marah, menyalahkan diri sendiri, kehilangan energi, selalu dalam keadaan cemas, sulit
berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk malakukan hubungan seksual dan ada
ide untuk bunuh diri (Beck, 2001; Lynn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah, 2010).

Sekitar 10% wanita setelah melahirkan mengalami post natal depression atau postpartum depression.
Gejala dari postpartum depresi ini yaitu merasa letih, mudah putus asa, depresi, serangan panik, tidak
tertarik untuk melakukan hubungan seksual, sulit tidur walaupun sangat lelah, tegang, pikiran obsesif
dan tidak terkontrol, mempunyai rasa bersalah yang berlebihan terhadap sesuatu. (Jhaquin, 2010: 39)

Penyebab kelainan ini juga belum diketahui secara pasti, tetaapi seorang wanita akan lebih mungkin
mengalami depresi postpartum jika secara social dan emosional ia terisolasi atau mengalami peristiwa
kehidupan yang penuh dengan setres terhadap kondisi jiwanya , terutama selama masa-masa kehamilan
dan menjelang persalinan. (Hendrik, 2006 : 144)Postpartum depression ini dapat terjadi kapanpun di
dalam jangka waktu satu tahun setelah melahirkan. Postpartum depression ini memerlukan perawatan
dokter melalui konsultasi, group support dan pengobatan. (Sujiyatini, 2010 : 193)

c. Postpartum psikosis

Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik atau fungsional/ emosional dan
menunjukan gangguan kemampuan berpikir , bereaksi secara emosional meningkat , berkomunikasi,
menafsirkan kenyataan dan bertindak sesuai dengan kenyataan. Psikosis merupakan gangguan
kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan menilai realita dengan fantasi dirinya. (Rukiyah,
2010 :383) Postpsrtum psikosis merupakan keadaan dimana wanita mengalami tekanan jiwa yang
sangat hebat yang bias menetap sampai setahun. Gangguan kejiwaan ini juga bias selalu kambuh setiap
pasca melahirkan. (W. Benedicta, 2014 : 104)

14
Postpartum psikosis merupakan gangguan mental berat pasca melahirkan yang memiliki gejala-gejala
yang mirip dengan postpstum depression ditambah penderita sering berkhayal, berhalusinasi dan
bingung hingga muncul pikiran ingin melukai bayinya dan dirinya sendiri, tanpa menyadari bahwa
pikiran-pikiran itu tidak masuk akal. Jadi resiko untuk bunuh diri atau membunuh bayinya lebih besar
dari pada postpartum depression. (H. Budhyastuti, 2011 : 322)Mengalami depresi berat seperti
gangguan yang dialami Penderita depresi postpartum ditambah adanya gejala proses pikir (delusion,
hallucinations and inchorence of association) yang dapat mengancam dan membahayakan keselamatan
jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat memerlukan pertolongan dari tenaga profesional yaitu psikiater
dan pemberian obat (Olds, 2000, Pilliteri, 2003, Lynn dan Pierre, 2007).

Postpartum Psikosis

a) Pengertian

Postpartum psikosis adalah Insiden yang terjadi 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus ini
sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang membahayakan seperti
menyakiti diri sendiri atau bayinya. Gejala muncul umumnya dari beberapa hari sampai 4-6
minggu Postpartum (Prawirohardjo, 2015).

b) Gejala

Gejala Postpartum Psikosis menurut Marmi (2015) adalah:

1. Delusi.

2. Obsesi mengenai bayi.

3. Keresahan dan agitasi.

4. Gangguan perilaku.

5. Kebingungan dan konfusi.

15
6. Rasa curiga dan ketakutan.

7. Pengabaian kebutuhan dasar.

8. Gangguan saat tidur.

9. Suasana hati depresi yang mendalam.

10. Ibu menjadi hiperaktif.

11. Halusinasi.

c) Penyebab

Penyebab Postpartum Psikosis menurut Prawirohardjo (2015) yaitu:

1. Kurangnya dukungan sosial dan emosional.

2. Mempunyai masalah dalam perkawinan atau keluarga.

3. Riwayat gangguan mental pada saat sebelum atau selama kehamilan.

4. Adanya faktor genetik.

d) Penanganan

Penanganan postpartum Psikosis menurut Mansur (2009) adalah:

1. Kolaborasi dengan dokter untuk memberi obat anti depresan.

2. Memberikan konseling dan dukungan psikologis.

3. Menganjurkan ibu untuk beristirahat.

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

5. Menganjurkan ibu untuk bergabung dengan orangorang baru.

6. Menganjurkan ibu untuk bersikap fleksibel.

7. Menganjurkan ibu untuk berbagi cerita dengan orang terdekat.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode pendekatan dengan menggunakan langkah-


langkah pemecahan masalah sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran
serta langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis, yang menguntungkan baik bagi klien
maupun bidan (Varney, 2007). Dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang akan dilakukan, studi
kasus ini penulis menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney karena metode dan

16
pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan
masalah terhadap klien.

2. Langkah-Langkah Asuhan Kebidanan

Dalam studi kasus ini mengacu pada pola fikir Varney karena metode dan pendekatannya
sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah
terhadap klien. Proses menurut Hellen Varney ada 7 langkah dimulai dari pangumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi.

Ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut Varney dalam Ambarwati dan Wahyuni
(2009) adalah sebagai berikut :

Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan
wulandari, 2009).

Proses pengumpulan data mencakup data subyektif dan obyektif adalah sebagai berikut :

1. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005).

Data subyektif tersebut terdiri dari:

a. Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi:

1) Nama

Bertujuan untuk mengetahui nama pasien secara jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru pada saat akan melakukan tindakan asuhan (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009).

2) Umur

Bertujuan untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada ibu nifas
dengan postpartum blues faktor seperti umur dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues
(Mansur, 2009).

3) Agama

17
Bertujuan untuk mengetahui kepercayaan pasien yang berhubungan dengan pemberian dukungan
spiritual sesuai kepercayaan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

4) Suku Bangsa

Bertujuan untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-sehari (Ambarwati dan Wahyuni,
2009).

5) Pendidikan

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

6) Pekerjaan

Bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pasien yang berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi
pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

7) Alamat

Bertujuan untuk mengetahui tempat tinggal pasien supaya mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

b. Keluhan Utama

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keluhan yang dirasakan yaitu Ibu
merasa cemas dan sedih dengan keadaannya sekarang (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues,
faktor seperti riwayat ibu yang pernah mengalami Postpartum Blues pada kehamilan sebelumnya
dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang
berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu
nifas dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan emosi tidak stabil (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2010).

3) Riwayat Kesehatan keluarga

18
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap
gangguan kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

d. Riwayat perkawinan

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

e. Riwayat obstetrik

1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Bertujuan untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, pernah abortus atau tidak, berapa jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan masa nifas yang lalu. Pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues, pengalaman dan proses kehamilan dan persalinan
mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

2) Riwayat persalinan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan guna pengkajian apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wahyuni,
2009). Pada kasus Ibu nifas dengan kasus postpartum blues lamanya persalinan serta intervensi
medis yang digunakan dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

f.Riwayat Keluarga Berenana

Bertujuan untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

g. Kehidupan sosial budaya

Bertujuan untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat istiadat apa yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan
pantang makanan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

h. Data psikososial

Bertujuan untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Pada kasus postpartum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

i. Data pengetahuan

Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah
melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

j. Pola kebiasaan sehari- hari

19
1) Nutrisi

Bertujuan untuk mengetahui pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan selama masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas
dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan nafsu makan (Dewi dan Sunarsih,
2011).

2) Eliminasi

Bertujuan untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

3) Pola istirahat

Bertujuan untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, dan
kebiasaan sebelum tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang
cukup dapat mempercepat penyembuhan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas
dengan postpartum blues Ibu akan mengalami gangguan tidur atau istirahat (Dewi dan Sunarsih,
2011).

4) Personal Hygiene

Bertujuan untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalia (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues ibu
kurang perhatian terhadap kebersihan diri dan penampilannya (Nurjanah, 2013).

5) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola aktivitas perlu dikaji
pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2. Data Obyektif

Menurut Sulistyawati (2009) data obyektif bertujuan untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnosa, yang meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Umum

1) Keadaan Umum

Bertujuan untuk mengamati keadaan pasien secara keseluruhan dengan hasil :

a. Baik : Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan orang lain, serta fisik
dalam batas normal.

b. Lemah : Kriteria ini jika pasien kurang atau tidak memberi respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, tidak mampu berjalan. (Sulistyawati, 2009) Pada kasus Ibu nifas
dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan emosi tidak stabil (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2010).

20
2) Tingkat kesadaran

Bertujuan untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien, yaitu keadaan composmentis (Kesadaran
maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulstyawati, 2009).

3) Vital sign

Bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu yang berkaitan dengan kondisi yang dialami pasien.

Vital sign menurut (Ambarwati dan Wahyuni, 2009) terdiri dari:

a) Suhu Suhu tubuh normal 36,5°C–37,5°C.

b) Nadi Bertujuan untuk mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung dalam satu menit. Batas
normal 60-80 x/menit, nadi lebih dari 100x/menit pada masa nifas mengindikasikan adanya suatu
infeksi.

c) Respirasi Bertujuan untuk mengetahui jumlah atau frekuensi pernapasan yang dihitung dalam
jumlah satu menit. Batas Normal 16- 20 x/menit.

d) Tekanan Darah

Tekanan darah normal 120 mmHg/ 80 mmHg.

b. Pemeriksaan Fisik

Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fisik dari ujung kaki dan kemudian menjelaskan
pemeriksaan fisik kepada pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pemeriksaan fisik pada ibu
nifas meliputi:

1) Kepala

a) Rambut Bertujuan untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak. Pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues ibu kurang memperhatikan kebersihan penampilan dirinya
(Nurjanah, 2013).

b) Muka Bertujuan untuk mengetahui keadaan muka adakah oedema atau tidak. Pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues muka ibu tidak oedema (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c) Mata Bertujuan untuk mengetahui konjungtiva bewarna kemerah-merahan atau tidak dan
sklera bewarna putih atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues konjungtiva mata
ibu berwarna merah dan skera berwarna putih (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

d) Hidung Bertujuan untuk mengetahui kebersihan, ada tidak polip.

e) Telinga Bertujuan untuk mengetahui kebersihan telinga.

f) Mulut/ gusi/gigi Bertujuan untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada caries dentis dan
karang gigi.

21
2) Leher Bertujuan untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah
bening atau tidak.

3) Dada dan axilla

a) Mammae Bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ukuran hyperpigmentasi (areola), keadaan
puting susu, retraksi, massa, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar limfe (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues payudara membesar, puting susu
menonjol, aerola hyperpigmentasi, colostrum sudah keluar (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

b) Axila Bertujuan untuk mengetahui benjolan dan nyeri yang terdapat apada axila. Pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues tidak ada benjolan disekitar axila (Rukiyah dan Yulyanti,
2010).

4) Ekstremitas Bertujuan untuk mengetahui ada varices atau tidak, ada oedema atau tidak,
reflek patella. Pada kasus ibu nifas dengan postpartum blues reflek patella positif (Rukiyah dan
Yuliyanti, 2010).

c. Pemeriksaan khusus obstetri Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009) keadaan anogenital
adalah :

1) Keadaan Perineum Bertujuan untuk mengetahui adakah oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi/ robekan, hecting.

2) Keadaan Anus Bertujuan untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak.

3) Lochea Bewarna merah kehitaman, bau biasa, tidak ada bekuan darah, jumlah perdarahan
yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).

Langkah II.

Interpretasi Data Dasar. Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman yang
diidentifikasi oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Interpretasi data terdiri dari
diagnosa, masalah dan kebutuhan.

1. Diagnosa Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan wulandari, 2009). Data yang
mendasari untuk diagnosa postpartum bllues adalah data subjektif, objektif dan data penunjang.
Diagnosa pada kasus Ibu nifas dengan postpartum bluesadalah : Ny. A umur … tahun , P… A…
postpartum hari ke … dengan postpartum blues (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2. Masalah Bertujuan untuk mengetahui masalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik (Ambarwati dan wahyuni, 2009). Masalah pada kasus
Ibu nifas dengan postpartum blues adalah ketidakmampuan ibu untuk beradaptasi terhadap

22
perubahan-perubahan yang terjadi sehingga akan terjadi depresi Postpartum (Rukiyah dan
yuliyanti, 2012).

3. Kebutuhan Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi
dalam diagnosa dan masalah. Pada kasus Ibu interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa
nifas dengan postpartum blues kebutuhan yang diperlukan ialah dukungan dari semua orang
terdekat, keluarga, suami atau saudara (Dewi dan Sunarsih, 2011).

Langkah III Mengidentifikasi diagnosa atau masalh potensial

Diagnosa Potensial Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda dan gejala
yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien untuk mengatasi dan mencegah
(Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

Masalah potensial pada ibu nifas dengan postpartum blues akan muncul apabila tidak segera
ditangani yang akan menyebabkan potensial terjadi depresi dan psikosis pacsa salin (Marmi,
2014).

Langkah IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

Antisipasi Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial dan merumuskan
tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Ambarwati dan Wahyuni,
2009). Antisipasi atau untuk Ibu Nifas dengan postpartum blues menurut Dewi dan Sunarsih
(2011) yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan, dokter spesialis jiwa serta
psikiater untuk membantu melakukan upaya pengawasan.

Langkah V. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Perencanaan Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien dengan postpartum psikosa menurut Marmi
(2014) yaitu :

1. Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2. Beritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a. Makan makanan yang bergizi.

b. Banyak istirahat dan tidur.

c. Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d. Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e. Menyediakan waktu untuk diri sendiri (untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan urusan
bayi).

23
f.Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3. Anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.

4. Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi
kekhawatirannya.

Langkah VI. Pelaksanaan

Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan
mutu dan asuhan klien (Varney, 2007). Pelaksanaan pada kasus Ibu nifas dengan postpartum
blues menurut Marmi (2014) yaitu:

1. Memberitahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.

2. Membritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik dengan cara:

a. Makan makanan yang bergizi.

b. Banyak istirahat dan tidur.

c. Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.

d. Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).

e. Menyediakan waktu untuk diri sendiri (untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan urusan
bayi).

f. Melewatkan waktu bersama teman-teman.

3. Meganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.

4. Bila perlu, menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi
ke khawatirannya.

Langkah ke VII. Evaluasi

Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan (Varney, 2007).
Setelah diberi asuhan kebidanan hasil yang diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, ibu sudah mau menerima bayinya dan menikmati peran barunya sebagai seorang
ibu, ibu sudah memperlakukan dirinya dengan baik dan ibu bersedia untuk menceritakan
perasaan yang dialaminya kepada teman terdekat.

ASUHAN KEBIDANAN DALAM BENTUK SOAP

24
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah manajemen Varney, sebagai
catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut
Varney, (2007) sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :

1. S (Subyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa


yang merupakan langkah I Varney.

Anamnes : Ibu mengeluh merasakan halusinasi bahwa ada yg ingin mencelakai bayinya

2. O (Obyektif)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan
tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu
Varney.

3. A (Assesment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif
suatu identifikasi :

a. Diagnosa atau masalah.

b. Antisipasi diagnosa atau masalah.

c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah II, III, IV Varney.

4. P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi, perencanaan berdasarkan


assesment sebagai llangkah V, VI, VII Varney.

25
Bab IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan data dasar

a. Data Subyektif

Berdasarkan data subjektif pada kasus Ny A usia 21 tahun G1P1A0H1 dengan postpartum psikosa, ibu
datang dengan diagnosa sering sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa
cepat delusi, halusinasi, gangguan saat tidur, obsesi mengenai bayi. Menurut teori, tanda dan gejala
postpartum Psikosa antara lain adalah halusinasi, delusi, gangguan saat tidur, dan obsesi mengenai bayi,
cemas berlebihan, delirium atau mania (kondisi dimana seseorang mengalami kebingungan parah terjadi
secara tiba-tiba, kesulitan berkonsentrasi, serta keinginan untuk bunuh diri )

b. Data Obyektif

Berdasarkan data objektif yang didapatkan melalui hasil pemeriksaan fisik keadaan umum ibu tampak
berhalusinasi TD 120/80 mmHg, N 84x/m, s 36°c, Rr 24x/m

4.2 Diagnosa kebidanan

4.3 Penatalaksanaan

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. A P1A0 dengan postpartum blues di RB Dr. Johan
Surakarta mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan menggunakan pendekatan menejemen
kebidanan menurut varney, maka peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek,
kemudian dapat dirincikan sebagai berikut

1. Pada pengkajian pada Ny.A P1A0 umur 22 tahun dengan postpartum blues dilaksanakan dengan
mengumpulkan data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara dimana ibu mengatakan sulit tidur,
tidak nafsu makan dan cemas terhadap keadaan bayinya dan dirinya. Data obyektif dieroleh dari
pemeriksaan fisik seperti keadaan umum dan pemeriksaan sistematis

2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu Ny. A P1A0 Umur 22 tahun dengan postpartum
blues, masalah yang muncul yaitu Ibu cemas dengan keadaannya dan keadaan bayinya sehingga
kebutuhan yang diberikan yaitu dukungan moril dan suport mental

3. Diagnosa potensial pada Ny.A P1A0 umur 22 tahun dengan poostpartum blues yaitu depresi
postpartum

4. Tindakan segera pada Ny.A P1A0 Umur 22 tahun dengan postpartum blues yaitu Konsultasi dengan
tenaga kesehatan

5. Pada rencana asuhan kebidanan yang akan dilakukan pada ibu nifas Ny.A P1A0 umur 22 tahun dengan
postpartum blues yaitu Beritahu ibu hasil pemeriksaan, Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu
yang buruk, Beritahukan ibu untuk memperlakukan dirinya dengan baik, Anjurkan ibu untuk
menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat
terdekat, Anjurkan ibu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mengurangi kekhawatirannya,
Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. A P1A0 umur 22 tahun dengan postpartum blues adalah
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa ibu sedang mengalami sindrome postpartum blues,
Memberitahu ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk, Memberitahu ibu untuk memperlakukan
dirinya dengan baik, menganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal lain yang ingin
diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat, Menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan
tenaga medis untuk mengurangi kekhawatirannya, memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

7. Evaluasi pada kasus ibu nifas Ny.A P1A0 Umur 22 tahun dengan postpartum blues adalah Ibu sudah
tahu ibu hasil pemeriksaan, Ibu sudah mengerti bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk, Ibu bersedia
untuk memperlakukan dirinya dengan baik, Ibu bersedia untuk menceritakan segala permasalahan atau
hal lain yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat, Ibu bersedia untuk berkonsultasi
dengan tenaga medis untuk mengurangi kekhawatirannya, Ibu sudah tahu tentang perawatan bayi
sehari-hari, Ibu sudah tahu tentang tanda bahaya masa nifas

27
8. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny.A dengan menerapkan tujuh langkah varney, tidak
ditemukan antara kesenjangan teori dan praktek. Dan dilanjutkan dengan data perkembangan dengan
menggunakan metode SOAP

5.2 Saran

Bagi Profesi Diharapkan dapat memberikan masukan kepada anggota profesi dalam mengembangkan
tingkat pengetahuan ibu nifas tentang postpartum blues

2. Bagi Institusi Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam memberikkan mata kuliah yang
berkaitan dengan penelitian ini,terutama mata kuliah Askeb IV Patologi

3. Bagi Instansi Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan pada ibu nifas dengan postpartum blues. . Bagi Responden Diharapkan
dapat dijadikan bahan masukan dan pengetahuan bagi ibu nifas yang mengalami sindrom postpartum
blues.

28
DAFTAR PUSTAKA

29

Anda mungkin juga menyukai