Anda di halaman 1dari 44

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan study kasus dengan
judul” Asuhan Kebidanan Pada Ibu Preeklamsia NY. M G 1P0A0H0 Dengan Preeklampsia Berat
Di Ruangan VK RSUD X Tahun 2020 “. Laporan studi kasus ini penulis susun dalam rangka
pencapaian kompetensi Praktik Klinik Kebidanan (PKK II), dan merupakan salah satu tugas
seminar pribadi yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Jambi pada semester IV. Terselesaikannya penyusunan laporan ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Hj. Suryani S.Pd, MPH Selaku Ketua Jurusan Kebidanan
2. Ibu Imelda, S,SiT, M.Bmd yang telah membimbing penyusunan Laporan Studi Kasus
yang telah penulis buat dan sekaligus Pembimbing Seminar
3. Seluruh Dosen beserta Staf Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kebidanan
4. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat dalam
menjalankan penyusunan laporan kasus ini
5. Dan untuk seluruh teman-teman yang telah menemani dalam suka dan duka serta
mendukung pembuatan laporan kasus ini

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan studi kasus ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
laporan kasus ini.
Penulis mengharapkan semoga laporan studi kasus ini dapat memenuhi tugas akhir
Praktik Klinik Kebidanan (PKK II).
Jambi, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

DAFTAR BAGAN..........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................3
1.5 Ruang Lingkup...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Preeklamsia Berat ...........................................................................5


2.2 Patofisiologi Preeklamsia Berat.........................................................................5
2.3 Etiologi Preeklamsia Berat ................................................................................6
2.4 Tanda Gejala Preeklamsia Berat .......................................................................7
2.5 Diagnosa Potensial Preeklamsia Berat...............................................................9
2.6 Penanganan Preeklamsia Berat........................................................................11
2.7 Management Umum Perawatan Preeklamsia Berat.........................................12
2.8 Perawatan Konservatif Preeklamsia Berat.......................................................14
2.9 Konsep Manajemen Kebidanan Menurut Varney............................................16

ii
BAB III TINJAUAN KASUS

LANGKAH VARNEY

3.1. Pengumpulan Data Dasar................................................................................20

3.2 Diagnosis atau Masalah Potensial ..................................................................20


3.3 Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.....................20
3.4 Perencanaan Asuhan yang Menyeluruh..........................................................26
3.5 Pelaksanaan Asuhan yang Menyeluruh..........................................................28
3.6 Evaluasi Asuhan yang Menyeluruh.................................................................29

BAB IV Pembahasan

4.1 Pengumpulan Data ..........................................................................................30


4.2 Interpretasi data ...............................................................................................32
4.3 Masalah Potensial ...........................................................................................33
4.4 Tindakan Segera ..............................................................................................34
4.5 Perencanaan .....................................................................................................35
4.6 Pelaksanaan......................................................................................................36
4.7 Evaluasi............................................................................................................36

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................38


5.2 Saran .............................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................40

iii
DAFTAR BAGAN
1. Penatalaksanaan Preeklamsia..............................................................................13

iv
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar ciri-ciri preeklamsi berat........................................................................11

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan
upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh disetiap 100.000 kelahiran hidup. Hasil
SUPAS Tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target
MDGs (Kemenkes RI, 2019). Pada tahun 2015 AKI mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup
yang disebabkan karena perdarahan mencapai 38,24% (111,2 per 100.000 kelahiran hidup),
preeklampsia berat 26,47% (76,97 per 100.000 kelahiran hidup), akibat penyakit bawaan
19,41 (56,44 per 100.000 kelahiran hidup), dan infeksi 5,88% (17,09 per 100.000 kelahiran
hidup) (Kemenkes RI, 2019).
Dari data-data tersebut di atas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah kematian ibu
maupun pergeseran urutan penyebab kematian akibat preeklampsia berat yaitu yang semula
tahun 2012 berada diurutan ke-3 sebanyak 30,7 per 100.000 kelahiran hidup (10%) menjadi
urutan ke-2 yaitu sebanyak 76,97 per 100.000 kelahiran hidup (26,47%). Preeklampsia berat dan
komplikasinya (eklampsia) juga menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu (Kemenkes RI,
2019). Preeklampsia adalah tekanan darah sekurang kurangya 140/90 mmHg pada dua kali
pemeriksaan yang berjarak 4-6 jam pada wanita yang sebelumnya normotensi setelah kehamian
20 minggu atau pada periode pasca salin dini disertai dengan proteinuria. Proteinurin minimal
positif 1 atau pemeriksaan protein kuantitatif menunjukan hasil > 300 mg per 24 jam (Kemenkes
RI, 2013 ; Mose dan Irianti, 2018).
Di negara maju angka kejadian preeklampsia berat berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-
0,7%. Menurut World Health Organization (WHO) menyatakan angka kejadian preeklampsia
berkisar antara 0,51% - 38,4 %, sedangkan angka kejadian di Indonesia sekitar 3,4% - 8,5%
(Legawati & Utama, 2017). Angka kejadian preeklampsia di Indonesia berkisar antara 3-10%
dari seluruh kehamilan (Gloria, 2017). Prognosis bergantung kepada terjadinya eklampsiaa. Di
negara-negara maju kematian akibat preeklampsia sebesar ± 0,5%.
Namun, jika eklampsia terjadi, prognosisnya menjadi kurang baik. Kematian akibat
eklampsia sebesar ± 5%. Prognosis sang anak juga turut memburuk bergantung kepada saat

1
preeklampsia menjelma dan keparahan preeklampsia. Kematian perinatal sebesar ± 20% dan
sangat dipengaruhi oleh prematuritas. Ada ahli yang berpendapat bahwa preeklampsia dapat
menyebabkan hipertensi menetap terutama bila preeklampsia berlangsung lama atau dengan kata
lain bila gejala - gejala preeklampsia timbul dini. Sebaliknya ahli lain menganggap bahwa
penderita hipertensi menetap seusai persalinan sudah menderita hipertensi sebelum hamil (Mose
dan Irianti, 2018). Menurut Hennyati, Syafrullah dan Syahfitri, (2017) WHO mencatat bahwa
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia tahun 2016 sebanyak 289.000 jiwa perempuan yang
meninggal karena hamil dan melahirkan.
AKI di Indonesia sangat tinggi ditahun 2016 yaitu sekitar 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Di Jawa Barat tahun 2015 AKI sebesar 359 per 100.000 KH tertinggi di Indonesia
(Dinkes Provinsi Jabar, 2018). Di Kabupaten Cirebon jumlah kematian ibu pada tahun 2017
sebanyak 39 dari 47.585 kelahiran hidup. Tahun 2016 jumlah kematian ibu naik menjadi 48
orang dari 47.115 Beberapa penelitian tentang faktor yang mempengaruhi terjadi nya
preeklampsia sudah banyak dilakukan. Menurut penelitian Tolinggi, Mantulangi dan Nuryani,
(2018) kejadian preeklampsia dan faktor risiko yang mempengaruhi antara lain: paritas, jarak
kehamilan dan pendidikan.
Menurut penelitian Radjamuda dan Montolalu, (2014) faktor yang berhubungan
dengan kejadian preeklampsia adalah umur, dan riwayat hipertensi (preeklampsia- eklampsia).
Menurut penelitian Prasetyo, Wijayanegara dan Yulianti, (2015) terdapat hubungan antara
karakteristik ibu hamil dengan kejadian preeklampsia diantaranya ditinjau dari segi pekerjaan,
usia, dan paritas. Menurut penelitian Isnawati (2012) Ibu hamil yang terpapar asap rokok
memiliki risiko mengalami preeklampsia 8.38 kali lebih besar mengontrol berat badan ibu hamil,
status gravida dan status ANC. Menurut penelitian Sa’adah, Raharja dan Candrasari, (2013)
terdapat hubungan antara berat badan ibu hamil dengan preeklampsia, namun untuk usia dan
graviditas tidak ada hubungan.
1.2. Rumusan Masalah

Berdaasarkan uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimana


penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Preeklamsia Berat di ruang bersalin
RSUD X “?

2
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada pasien persalinan dengan pre
eklamsia berat dengan menggunakan manajemen varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data dasar pada Ny.M dengan data varney.
b. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dasar yang sudah dikaji pada ny. M dengan
persalinan PEB.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan diagnose dan masalah potensial pada ny. M
dengan persalinan PEB.
d. Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan akan tindakan segera pada ny. M dengan
persalinan PEB.
e. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan menyeluruh pada ny. M dengan persalinan
PEB.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang telah dibuat pada ny. M dengan
persalinan PEB.
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pada ny. M dengan
persalinan PEB.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Bagi mahasiswa
a. Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan/teori
dan pengalaman nyata/kasus dalam memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan
dengan preeklamsia berat.
b. Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam memperoleh kasus
preeklamsia berat sehingga dapat menambah wawasan dan ketrampilan.
2. Bagi bidan
Pelaksanaan dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat,cepat dan komprehensif
terutama pada kehamilan dengan preeklamisa berat.
3. Bagi ibu hamil
Dapat memahami kondisi asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan komprehensif terutama
pada kehamilan dengan preeklamsia berat.

3
1.5. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penulisan laporan kasus ini adalah asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal neonatal pada Ny. M G1P0A0H0 usia dengan preeklamsi berat :

Masalah kesehatan tentang preeklamsia berat adalah suatu komplikasi yang ditandai
dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria oedema pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Pada ibu hamil Ny. G1P0A0H0 dengan preeklamsia berat di
ruang bersalin RSUD X. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan juli 2020. Karna pemahaman
tentang kesehatan semasa kehamilan sangat penting untuk diketahui wanita hamil, apalagi
penyakit yang timbul pada masa kehamilan salah satunya yaitu preeklamsia berat. Perancangan
Asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan preeklamsia berat dilakukan dengan cara analisis
literature review.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Preeklamsia Berat

Pre eklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra dan
postpartum. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua
penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita degan pre ekalmsinya ringan
mendadak kejang jatuh dan koma. Gambaran klinik preeklamsia bervariasi luas dan sangat
individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklamsia yang timbul lebih
dahulu.(Sarwono Prawirdjo,2014).

Pre eklamsia adalah kelainan multi yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi dan edema,serta dapat disertai proteinuria,biasanya terjadi pada usia kehamilan
20 minggu keatas atau dalam 37 minggu,ataupun dapat terjadi segera sesudah
persalinan,preeklamsia merupakan sidroma spesifik kehamilan yang terutama berkaitan dengan
kurangnya parfusi organ akibat vasospasme dan aktivitasi endotel,yang bermanifetasi dengan
adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria.preeklampsia dapat berkembang dari
ringan,sedang,samapai dengan berat yang dapat berlanjut menjadi eklampsia.(Diana Chirstine
Laenoh :Preeklampsia Berat dan eklampsia Tatalaksana erioperat erioperative:2012)

Preeklamsia Berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke -3 kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa (Wiknjosastro, 2017).

Preeklamsi Berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan oedema pada kehamilan 20 minggu
atau lebih. (Anik Maryunani, 2016).
2.2. Klasifikasi preeklamsia

Preeklamsia di bagi menjadi 2 golongan yaitu ringan dan berat.


a. Preeklamsia Ringan
1) Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.

5
2) Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
3) Penyebab preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas.
b. Preeklamsia Berat
1) Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
2) Preeklamsia dikatakan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini
:
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gram atau lebih per liter.
c. Oliguria jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
e. Ada edema paru dan sianosis.(Elisabeth, 2018).

2.3. Patofisiologi Preeklamsia Berat

Menurut Prawirohardjo(2013) menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan


terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
 Teori kelainan vaskularisasi plasenta.
Kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri
uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus meometrium
berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus
endometrium menjadi arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Kehamilan normal
akan terjadi invasi trophoblast kedalam lapisan otot arteri spiralis yang menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis, sehingga jaringan
matriks menjadi gembur dan memudahkan arteri spiralis mengalami disentensi dan
dilatasi. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan
resistensi vascular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya
aliran darah kejanin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat
menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering dinamakan dengan
remodeling arteri spiralis. Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi
invasi sel-sel trophoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks prose

6
inflamasi. Plasenta juka akan melepaskan debris trophoblast dalam kehamilan normal.
Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trophoblast, akibat reaksi stress oksidatif.
Sehingga terjadi peningkatan produksi nekrotik trophoblast. Makin banyak sel
trophoblast plasenta maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa
dedris trophoblast juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inflamasi dalam darah ibu jauh lebih besar disbanding inflamasi dalam kehamilan
normal.
 Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut
juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah
satunya adalah radikal hidrolik yang sangat toksis, khususnya terhadap membrane sel
endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membrane sela yang
mengandung asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak akan
merusak nucleus, dan protein sel endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar
diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membrane sel endotel. Akibat sel
endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endotel yang
mengakibatkn terganggunnya fungsi endotel bahkan rusaknya sel endotel.
 Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap konsriktor akan hilang jika terjadi dalam kehamilan dan
ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresos. Artinya daya
refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresis hilang hingga pembuluh darah
menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresos.
 Teori genetic
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial
jika dibandingkan dengan genotype janin. Terlah terbukti bahwa ibu yang mengalami
pre-eklamsia 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklamsia pula, sedangkan
hanya 8% anak menantu mengalami preeklamsia.

7
2.4. Etiologi Preeklamsia berat
1. Preeklamsia merupakan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan dan sebab pastinya
belum jelas.
2. Dalam hal ini penyebab timbulnya preeklamsia pada ibu hamil belum diketahui
secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola.
3. Teori yang banyak dikemukakan sebagai penyebab nya adalah iskemia plasenta atau
kurangnya oksigen ke plasenta.
4. Factor-faktor lain yang di perkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklamsia
antara lain: Primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa,
multigravida, mal nutrisi berat,usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun
serta anemia.
5. Preeklamsia dapat menyebabkan kematian.
6. Oleh karena itu wanita yang mempunyai penyakit preeklamsia harus diusahakan agar
tidak berlanjut ke eklamsia.
a. Faktor predisposisi atau terjadinya preeklamsia amtara lain :
1. Usia Ekstrim
a. Resiko terjadinya preeklamsia meningkat seiring peningkatan usia (peningkatan
risiko 1,3 per 5 tahun peningkatan usia ) dengan interval antar kehamilan (1,5 per
5 tahun interval antara kehamilan pertama dan kedua)
b. Resiko terjadinya preeklamsia pada wanita usia belasan terutama adalah karena
lebih singkatnya.
c. Sedang pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia makin berkurang
kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon infalamasi sistemik dan stress
regangan hemodinamik.
b. Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
Riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya memberikan resiko sebesar 13,1%
untuk terjadinya preeklamsia pada kehamilan kedua dengan patner yang sama.
c. Riwayat keluarga yang mengalami preeklamsia memiliki kecenderungan untuk
diturunkan secara familial.
d. Penyakit yang mendasari :
a. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal

8
b. Obesitas resistensi dan penyakit ginjal
c. Gangguan thrombofilik
d. Faktor eksogen : merokon, stress, tekanan psikososial yang berhubungan dengan
pekerjaan, latihan fisik, infeksi saluran kemih. (Anik Maryunani, 2016)

2.5. Tanda Gejala Preeklamsia Berat

Wanita hamil yang mengalami hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali
hipertensi. Hipertensi paling banyak dijumpai dengan tekanan darah sekitar 140/90 mmhg
sampai 160/100 mmhg. Hipertensi jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga
mencapai sistolok 200 mmHg atau lebih. Gajala-gejala seperti kelainan jantung, perdarahan otak,
dan penyakit ginjal baru timbul dalam waktu lama. Gejala lain yang muncul antara lain :
1. Kehamilan dengan hipertensi esensial akan berlangsung normal sampai aterm.
2. Pada kehamilan setelah 30 minggu, 30% wanita hamil akan menunjukkan kenaikan
tekanan darah namun tanda gejala.
3. 20% wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah yang mencolok,
diantaranya disertai dengan edema dan proterin dengan keluhan sakit kepala, nyeri
epigastrium, oyong mual muntah dan gangguan penglihatan ( visus ).
4. Sakit kepala : meskipun sakit kepla merupakan gejala yang relative biasa selama
kehamilan, sakit kepala dapat menjadi gejala awal dari edema otak. Sebagai konsekuen,
tekanan darah pasien harus di tentukan.
5. Gangguang penglihatan mungkin merupakan gejala preeklamsia berat dan dapat
menunjukkan spasme anterior retina, iskemia, edema atau pada kasus-kasus yang jarang.
(Sarwono Prawirdjo, 2011).

Menurut Anik Maryunani (2016) Preeklamsi dinyatakan berat bila ada satu diantaranya
gejala-gejala berikut:
1. Hipertensi dengan tekananan darah 160/110 mmHg atau lebih, diukur minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
2. Proteinuria 5 gram/24 jam atau lebih +++ atau ++++ pada pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria, urine 400 ml/24 jam atau kurang.
4. Edema paru-paru ,sianosis.

9
5. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, masalah kelihatan, pandangan kabur dan
spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual dan muntah sera emosi
mudah marah.
6. Pertumbuhan janin intrauterine terlambat.
7. Adanya HELLP syndrome (H= Hemolysis, ELL = Elevated Liver Enzym, P = Low
Platelet Count).
Menentukan edema :
1. Kriteria menentukan adanya edema adalah : nilai positif jika pitting edema didaerah
tibia,lumbosacral,wajah (kelopak mata) dan tangan, terutama setelah malam tirah
baring.
2. Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:
+ : sedikit edema pada daerah kaki pretibia
++ : Edema ditentukan pada eksremitas bawah
+++ : edema pada muka , tangan , abdomen bagian bawah.
++++ : anasarka disertai asites.
3. Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram per liter urine 24 jam atau
lebih dari 2 gram per liter sewaktu. Urine diambil dengan penyadapan/ kateter.
+ : 0,3 gram protein per liter
++ : 1 gram protein perliter
+++ : 3 gram protein per liter
++++ : > 10 gram per liter
4. Kenaikan berat badan berlebih jika berat badan naik dari 500 gram perminggu atau
2000 gram per bulan.

10
1.Gambar Ciri-Ciri Preeklamsi Berat
2.6. Diagnosa potensial
1. IUFD

Resiko janin dengan preeklamsia 86 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 26, hamper 50
kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 27, dan lebih dari 35 kali lebih tinggi Pada minggu ke 28.
Bahkan pada minggu ke 34, resiko meningkat 7 kali lipat. Resiko ini masuk akal karena
gangguan plasenta. Pada preeklamsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan meningkatnya
resistensi perifer dan menurutnnya aliran darah ke organ termasuk aliran darah ke plasenta yang
dapat menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi ke janin menjadi terganggu, jika dibiarkan dapat
menyebabkan kematian janin. (Sarwono Prawirdjo, 2011).
2. Eklamsia

Eklamisa merupakan kasus akut dari pada penderita preeklamsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklamsia, eklamsia dapat timbul pada
ante, intra dan postpartum. Pada penderita preeklamsia yang akan kejang, umumnya gejala-
gejala atau tanda yang khas yang dapat dianggap sebagai tanda pedoman akan terjadinya kejang.
Pada sebagian kasus eklamsia,pasien meninggal mendadak bersamaan dengan kejang atau segera
sesudahnya, akibat perdarahan otak yang luas. Perdarahan subletal dapat menyebabkan
hemiplegia. Perdarahan otak lebih besar kemungkinan terjadi pada wanita yang lrbih tua dengan
hipertensi kronis. Meskipun jarang, perdarahan dapat disebabkan rupture aneurisma berry atau
malfornasi arteriovena. (Sarwono Prawirdjo, 2011).

11
3. IUGR

Preeklamisa dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi yang dapat merusak pembuluh
darah balik arteri. Kerusakan pembuluh darah arteri akan menyebabkan aliran darah terganggu
sehingga menyebabkan terganggunya kinerja otak dan menghambat pertumbuhan bayi. Dan pada
kasus preeklamsia dapat menyebabkan terjadinya pengapuran di dalam plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya pengapuran pada plasenta,
makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang. (Sarwono Prawirdjo, 2011).

2.7. Penanganan Preeklamsia Berat


1. Pemberian cairan RL untuk mengganti cairan yang hilang dan merupakan larutan isotonic
yang sering digunakan dalam pemberian infus intravena karena mempunyai kosentrasi
yang sama dengan plasma darah sehingga mencegah perpindah cairanelektrolit kedalam
intra sel.
2. Pemasangan kateter untuk membantu ibu buang air kecil. Dengan melakukan
pemasangan kateter akan membantu ibu untuk berkemih dan mempermudah petugas
kesehatan untuk mengetahui cairan ouput dan input ibu.
3. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemebrian obat oral Nefedipin 3x1 hari 10 mg.
Nefedipin merupakan obat antihipertensi yang menghambat kanal kalsium.
Anti hipertensi diberikan bila tensi ≥ 180/110 atau MAP ≥ 126
 Obat : nivedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 20 menit, maksimum 120mg
dalam 24 jam. Nifedine tidak dibenarkan sublingal karena absorbs yang terbaik
adalah melalui saluran pencernaan makanan.
 Tekanan darah diturunkan secara bertahan : penurunanan awal 25% dari tekanan
distolik, tekanan darah diturunkan mencapai <160/105 atau MAP < 125
4. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian MgSO4. MgSO4 merupakan obat anti
kejang yang berfungsi menghambat dan menurunkan kadar asettikolin pada rangsangan
serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuscular.
Pemberian anti kejang / anti kovulsan magnesium (MgSO 4) sebagai pencegahan dan
terapi kejang. MgSO4 merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang
pada preeklamsia Berat.

12
 Syarat pemberian MgSO4 :
 Frekuensi pernafasan minimal 16x/ menit.
 Refleks patella (+)
 Urin minimal 30ml / jam dalam 4 jam terakhir terakhir atau 0,5 mL/
KgBB/jam
 Siapkan ampul kalsium Glukonas 10% mL
 Siapkan ampul kalsiumGlukonas 10% dalam 10 mL
Antidotum : Jika terjadi henti nafas : lakukan ventilasi (masker balon, ventilator), beri
kalsium glukonas 1 gram (10 mL dalam larutan 10 % ) IV perlahan-lahan sampai
pernafasan mulai lagi
5. Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk mengecek propteinuria. Dengan
mengecek proteinuria dapat membantu untuk tindakan selanjutnya dan melaporkan hasil
nya kedokter. (Taufan Nugroho, 2015)

1.Penatalaksanaan Preeklamsia

13
2.8. Management Umum Perawatan Preeklamsia Berat

Perawatan Pre eklamsia berat:


 Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat-obatan atau terapi medisinalis

Penderita Pre eklamsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dan
dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang penting pada pre eklamsia berat ialah
pengelolaan cairan karena penderita preeklamsia dan eklamsia mempunyai resiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, tetapi
faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia,
vasospanse, kerusakan sel endotel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid. Oleh karena itu,
monitoring input cairan melalui oral maupun infuse dan cairan urin menjadi sangat penting.
Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan
dikeluarkan melalui urin.
Pemberian obat anti kejang:
 Magnesium sulfat (MgsO4),intervena harus diberikan selama persalinan dan selama
evaluasi awal pasien penderita pre-eklampsia berat
 MgSO4 Digunakan untuk menghentikan dan/atau mencegah konvulusi tanpa
menyebabkan depresi SSP umum untuk ibu maupun janin
 MgSO4 tidak diberikan untuk mengobati untuk mengobati hipertensi
 Dosis awal 4 gm MgSO4diencerkan dalam 10Ml larutan cairan IV(Ringer Laktat) selama
10 menit dengan tetesan IV lambat.
 Dosis jaga (Maintenance) 1-2gm/jam dengan tetesan IV lambat yang dimulai segera
setelah dosis awal dan dilanjutkan setelah 24jam setelah persalinan atau setelah Konvulsi
terakhir
 MgSO4Harus selalu diberikan dengan metode infus terkendali/pantau untuk mencegah
overdosis yang dapat bersifat letal
 MgSO4, yang diberikan secara parental dibersihkan hampir secara total oleh ekskresi
ginjal,Keracunan Magnesium dihindari dengan memastikan bahwa sebelum pemberian
setiap dosis pasien memiliki :
 Output urin tidak kurang dari 30Ml/Jam
 Refleks Patela yang terjaga

14
 Kecepatan pernafasan diatas 12/Menit
 Kalsium glukonat (1 gm IV yang disuntikan selama beberapa menit) mungkin diberikan
untuk antidot toksisitas MgSO4,Jika toksisitas terjadi dan harus tersedia.
 Konvulsi eklampsia hampir selalu dicegah oleh kadar magnesium plasma yang
dipertahankan pada 4-7mEq/L.Hilangnya refleks patelar dimulai dengan kadar plasma 10
mEq/L; Henti nafas terjadi pada kadar 12-15 m Eq/L. Jika keduannya tidak
terjadi,disarankan untuk memeriksa kadar MgSO4Secara periodik selama masa
pemakaian obat. (Buku Ponex Kebidanan : 2013)

Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang:


 Diasepam
 Fenitoin
 Difeihidantoin obat anti kejang untuk epilepsy telah banyak dicoba pada penderita
eklamsia.

Beberapa peneliti telah memakai bermacam-macam regimen. Fenitoin sodium


mempunyai khasuat stabilitas neuron, cepat masik jaringan orak dan efek antikejang terjadi 3
menit setelah injeksi intravena. Fenitoin sodium diberikan dalam dosis 15 mg/ kg berat badan
dengan pemberian intravena 50 mg/menit. Hasilnya tidak lebih baik dari magnesium sulfat,
pengalaman pemakaian fenitoin di beberapa senter di dunia masih sedikit.
Pemberian magnesium sulfat sebagai anti kejang lebih efektif disbanding fenitoin berdasae
Cochrane review terhadap uji klinik yang melibatkan 897 penderira eklamsia.
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
 Harus tersedia antidotum MgSO4 bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukonas 10% =
1g
 Reflek patella (+) kuat
 Frekuensi pernafasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distress napas. (Buku
Ponex Kebidanan : 2013)

15
2.9. Perawatan Konservatif

Indikasi perawatan konservartif ialah bila kehamilan preterm ≤38 minggu tanpa disertai
tanda-tanda impending eklamsia dengan keadaan janin baik. Diberi pengobatan yang sama
dengan medikamentosa pada pengelolaan secara aktif. Pada perawatan konservatif pre eklamsia
loading dose MgSO4 diberikaqn secara IV. Selama perawatan konservatif, sikap terhadap
kehamilannya ialah hanya observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif, kehamilan tidak
diakhiri.(Sarwono, 2011)
Jika Kehamilan diakhiri Di usia ≥38 minggu. Maka akan menghasilkan hasil akhir ibu
dan janin baik.
Terminasi Kehamilan:
Cara Persalinan
 Jika ibu tidak dalam sedang dalam proses bersalin,periksa serviks, Jika serviks dalam
kondisi yang matang untuk induksi, Mulailah induksi persalinan.
 Jika pasien sedang dalam proses persalinan dan terdapat kemajuan yang memadai
ditinjau dari patograf dan tidak terdapat komplikasi janin atau ibu,lanjutkan
percobaan persalinan pervagina dengan pematuan janin/ibu yang ketat.
 Jika terdapat indikasi obsterik untuk persalinan dengan cara sesar, lakukan prosedur
sejak awal.

2.10. KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN DAN MENURUT VARNEY PADA IBU


HAMIL DENGAN PREEKLAMSI BERAT DAN PENDOKUMENTASIAN SECARA
SOAP
A. Manajemen varney

Merupakan metode pemecahan kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut varney ada 7 langkah, meliputi
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

16
Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus
yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat
menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya.
2. Langkah II : Interpretasi data dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan


diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnose dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefenisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan.
Masalah sering dengan hasil pengkajian.
3. Langkah III : Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnose yang sudah diindentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-
siap bila masalah potensial benar-benar terjadi.

4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan


penanaganan segera dan kolaborasi

Mengantisipasi perlunya tidnakan segera oleh bidan dan/ dokter untuk konsultasi atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain.
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi
dari kondisi/masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut,
apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada
masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan
adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan
kelurga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

17
6. Langkah VI : Melaksanakan asuhan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah dibuat dapat
dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain.

7. Langkah VII: Evaluasi

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah dipenuhi sesuai dengan diagnose/masalah.
B. Manajemen SOAP
Soap merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
 Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa.
 Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien, suami atau keluarga
(identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat
kehamilan,riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat
psikososial, pola hidup).
 Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu dibagian data belakang “S” diberi
tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa
yang dibuat.

O: Objektif
 Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan
tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment.
 Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum, vital sign,
fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang, pemeriksaan
dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
 Data ini memberikan bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan
diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi, informasi kajian teknologi (hasil
laboratorium , sinar –X, rekaman CTG, dan lain-lain) serta informasi dari keluarga

18
A: assessment
 Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan klien terus
berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses
pengkajian adalah suatu proses dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting
dalam mengikuti pekembangan klien.
P : planning
 Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan
assessment. Untuk perencanaan implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam planning.
(Elisabeth, 2018)

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN

RS/PUSKESMAS/RB/BPS : X Pj. Ruangan :


NOMOR RM : Tanggal/Pukul pengkajian : 18 Juli 2020 / 15.16 wib

Mahasiwa : Merystica Yunita Sari Sumber informasi tempat pelayanan


Teman Orang tua/keluarga
NIM : PO71241180024
Nakes :.... √ Sendiri
Pembimbing : Imelda, S,SiT, M.Bmd

A BIODATA

1. Nama klien/Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. R


Umur : 38 tahun Umur : 40 tahun
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jambi Alamat : Jambi
No Telp/HP : No Telp/HP :

Penanggung Jawab
Nama : Tn. R Pekerjaan : Buruh
Umur : 40 tahun Alamat : Jambi
Hubungan dengan klien : suami No Telp/HP :

ALASAN KUNJUNGAN/KELUHAN :
Ibu mengatakan dirinya sakit kepala, pusing dan
pembengkakan pada kaki

2 Riwayat perkawinan :
Perkawinan ke : 1 Tahun ke : 13
Usia saat kawin : 25 tahun G1P0A0H0
3 Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
N Tgl Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
o Partus Partus Hamil Persalinan Persalinan Kel/BB Anak Sek
1 Ini

20
4. Riwayat kehamilan saat ini : G1P0A0H0
Pertama kali memeriksakan kehamilan pada UK : 8 minggu
Di RB oleh : bidan
Pemeriksaan saat ini yang ke : 2
Masalah yang pernah dialami :
Hamil muda :  mual muntah perdarahan keputihan
Lain-lain :
Hamil tua : pusing  sakit kepala - perdarahan keputihan
Gerakan janin :  Terasa Tidak teras

Gerakan terakhir jam : 10


Imunisasi :
 TT : Hepatitis :
Lain-lain :

Pengobatan / anjuran yang pernah diperoleh selama kehamilan ini :


Tidak ada
5 Riwayat penyakit/operasi yang lalu: (jenis penyakit, operasi, dimana dan kapan) tidak ada
Riwayat penyakit keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah menderita sakit
6 - Kanker - Penyakit hati - Hipertensi - DM - Penyakit ginjal

- TBC - Epilepsi - Kelainan bawaan - Alergi - Hamil kembar


- Penyakit jiwa Lain-lain : …....Tidak Ada.......…………

7 Riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan reproduksi


- Infentilitas - infeksi virus - PMS - Servisitis kronis - Endrometriosis

- Myoma - Polip servix - Kanker kandungan - Operasi kandungan - Perkosaan

Lain-lain : ….....Tidak Ada...... ……


8 Genogram (bila ada)

9 Riwayat Keluarga Berencana


Metode KB yang pernah dipakai : tidak ada Suntik Lama :

21
11 Pola Makan / Minum / Eliminasi / Istirahat
Makan : ..........3........ kali/hari ;
Minum : ........5-8...... gelas/hari ;
Jenis makanan/minuman yang sering dikonsumsi :
Nasi, Lauk Pauk, Sayuran, Buah Air Putih dan susu
Jenis pantangan :
Tidak Ada
(bila terdapat gangguan pada pola ma-mi, hitung secara kuantitas/kualitas di lembar lain)
Pola Eliminasi : BAK : 3-5 kali/hari
BAB : 1 kali/hari
Kelainan/masalah yang ditemukan pada pola eliminasi :
Tidak Ada
Pola istirahat : Tidur : 7 jam/hari : Tidur terakhir jam : ...22:00.........Wib
Psikososial : Penerimaan klien terhadap kehamilan ini :
Social support dari :  Suami;  Orang tua;  Mertua; Keluarga lain
Masalah/gangguan yang ditemukan pada pola istirahat & Psikososial
tidak ada
B DATA OBYEKTIF
1 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : lemah
Tanda-tanda vital :  TD 180/120 mmHg  P 20 x/mn  N 80 x/mnt S. .36,8oC
Turgor :  Baik - Kurang - Jelek
Mata : Seklera : - Ikterus  Tidak Ikterus
Konjungtiva : Pucat  merah muda

Penghilatan :  Jelas - Kabur - Lain-lain ..................


Alat bantu : - Kacamata - Kontak-lens
Muka : - Hiperpigmentasi - Edema  Tdk. Tampak kelainan
Lain-lain: ..........………..........................................................
Payudara :  Simetris - Asimetris - Kemerahan - Bengkak - Benjolan
Puting susu : - Datar  Menonjol - Ke dalam - Lecet - Kotor
Areola mammae :  Bersih - Kotor - Hiperpigmentasi

22
Pengeluaran asi :  Kolostrum - Tidak tampak
Jantung : Bunyi jelas teratur Lain-lain ...jelas dan cepat...
Paru-paru :  Bunyi nafas bersih Lain-lain ...........................
Ekstremitas : - tidak tampak cacat - cacat - varises  edema kedua tungkai
Refleks patella : ..+/+......................
Akral : - Dingin - Pucat - Kebiruan  Hangat /normal

Abdomen
- Hepar/lien : - : tidak teraba Tidak ada kelainan
- Luka operasi : - : ada - bersih - kotor - tanda infeksi  tidak ada
- Fundus uteri : - : tidak teraba  teraba 27 cm  kontraksi

- Lain- lain : …… …………………………………
Ano-genetalia
- Perdarahan : - mengalir merembes Jumlah …………………….
- Vulva :- edema - hematoma  tidak ada kelainan
- Perineum : - utuh - ruptur - jahitan belum merapat  bersih
- kotor - tanda-tanda infeksi - jahitan menyatu
- lokhia : - rubra - sanguinolenta - serosa purulenta
√- bau amis - bau menyengat lain-lain
- Hemorroid :  tidak ada ada jelaskan……………………………
- Fistel :  tidak ada √ ada jelaskan……………………………………………

Lain-lain :…-………………………………………………………………….
Pemeriksa Penunjang
Lab :
Hb : 13,5 gr%
Protein Urine (+)3

2 Hal-hal lain yang masih perlu dikaji, tetapi tidak tercantum pada format
Tidak ada

C Diagnosis/masalah

23
G1P0A0H0 Usia kehamilan 28 minggu janin hidup tunggal intrauterin, presentasi kepala dengan
preeklamsi berat

24
D PERENCANAAN

TANGGAL/ DIAGNOSA/ PERENCANAAN RASIONALISASI NAMA &


PKL MASALAH PARAF
18 Juli G1P0A0H0 1. Lakukan invomed 1. Infromed consent
2020/ 15.16 Usia consent dilakukan untuk
kehamilan 28 2. Observasi tanda-tanda mendapatkan
minggu janin vital ibu persetujuan /
hidup tunggal 3. Pemberian cairan RL 5 % penolakan atas
intrauterin, dektrosa 60-125cc/jam tindakan yang akan
presentasi 4. Pasang kateter untuk dilakukan
kepala membantu ibu buang air 2. Obeservasi tanda-
dengan kecil. tanda vital
preeklamsi 5. Kolaborasi dengan dokter dilakukan untuk
berat SpOG untuk pemberian mengetahui
obat oral nifedipin 3x1 keaadaan ibu
hari 10mg. 3. Larutan RL
6. Kolaborasi dengan dokter digunakan untuk
SpOG untuk pemberian mengganti cairan
MgSO4 yang hilang dan
7. Kolaborasi dengan merupakan larutan
petugas laboratorium isotonik yang
untuk mengecek sering digunakan
proteinuria dalam pemberian
8. Lakukan infus intravena
pendokumentasian karena mempunyai
konsentrasi yang
sama dengan
plasma darah
sehingga mencegah
perpindahan cairan
elektrolit ke dalam
intra sel
4. Dengan melakukan
pemasangan kateter
akan membantu ibu
untuk berkemih dan
mempermudah
petugas kesehatan
untuk mengetahui
cairan output dan
input ibu.
5. Nifedipin
merupakan obat
antihipertensi yang
menghambat kanal

25
kalsium
6. MgSO4 merupakan
obat anti kejang
yang berfungsi
menghambat dan
menurunkan kadar
asettikolin pada
rangsangan serat
saraf dengan
menghambat
transmisi
neuromuscular.
7. Dengan mengecek
proteinurinaria
dapat membantu
untuk tindakan
selanjutnya dan
melaporkan
hasilnya ke dokter.
8. Pendokumentasian
digunakan untuk
mendokumentasi
semua kegiatan
yang telah
dilakukan.

CATATAN PELAKSANAAN
NAMA : Ny.M NO.RM : RUANG:

UMUR: 38 tahun TANGGAL : 18 juli 2020 KELAS :

Diagnosa/Masalah :
G1P0A0H0 Usia kehamilan 28
minggu janin hidup tunggal
intrauterin, presentasi kepala dengan
preeklamsi berat

TANGGAL/ CATATAN PELAKSANAAN NAMA &


Pkl. PARAF

26
18 Juli 2020/ 1. Melakukan invomed consent
15.16 WIB 2. Mengobservasi tanda-tanda vital ibu
TD : 180/120 mmHg
N : 80 x/menit
S :36,8 °C
P : 20 x/menit
3. Memberikan Cairan Rl mengandung 5 % dektrosa 60-125cc/jam
4. Melakukan pemasangan kateter pada ibu untuk membantu ibu
buang air kecil.
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian obat
nifedipin 3x1 hari 10 mg
 Obat : nivedipine : 10-20 mg oral, diulangi setelah 20
menit, maksimum 120mg dalam 24 jam. Nifedine tidak
dibenarkan sublingal karena absorbs yang terbaik adalah
melalui saluran pencernaan makanan.
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
MgSO4 untuk mencegah kejang jika tekanan darah tidak turun.
7. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk
mengecek proteinurinaria
8. Melakukan pendokumentasian

CATATAN EVALUASI
NAMA : Ny. M NO.RM : RUANG:

UMUR: 38 tahun TANGGAL : 18 juli 2020 KELAS :

Diagnosa/Masalah : G1P0A0H0
Usia kehamilan 28 minggu janin
hidup tunggal intrauterin, presentasi
kepala dengan preeklamsi berat
TANGGAL/ CATATAN EVALUASI NAMA &
Pkl. PARAF

27
18 juli 2020 / 1. Inform consent telah dilakukan dan ibu menyetujui tindakan yang
16.00 wib akan dilakukan
2. Telah dilakukan pengobservasian tanda-tanda vital ibu.
Keadaan umum : baik
Kesadaran : komposmentis
TTV : TD : 180/120 mmHg
N : 80x/I
S : 36,8 C
P : 20xi
3. Infus telah terpasang dengan cairan RL
4. Kateter telah terpasang
5. Telah diberikan nifedifin 3x1 hari 10 mg
6. Telah diberikan MgSO4
7. Telah dilakukan pendokumentasian

BAB IV
PEMBAHASAN
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor penunjang terjadinya preeklamsia
berat yaitu kehamilan yang pertama, kehamilan di usia remaja, dan kahamilan pada wanita di
atas usia 40 tahun (Rukiyah, 2010).
Hasil penelitian lain juga mengatakan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium
cukup, kasus yang mengalami preeklamsia berat adalah 14 %, sedangkan yang diberi glukosa
adalah 17 % (Sarwono, 2010).
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus pada

28
pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. M dengan preeklamsia Berat yang dirawat
di RSUD X.
Pembahasan ini penulis akan membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan dengan tujuh langkah varney, yaitu pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis
atau masalah aktual, merumuskan diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan
segera atau kolaborasi, merencanakan tindakaan asuhan kebidanan, melakukan tindakan asuhan
kebidanan, dan mengevaluasi asuhan kebidanan.

4.1. Pengumpulan Data

Identifikasi data dasar merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang ditujukan
untuk pengumpulan informasi baik fisik, psikososial dan spritual. Tahap pengkajian diawali
dengan pengumpulan data melalui anamnesis yang meliputi ibu, data biologis atau fisiologis,
riwayat kehamilan dan persalinan lalu dan sekarang, pemeriksaan fisik yang berpedoman pada
format pengkajian yang tersedia.
Data yang dikumpulkan adalah data yang relafan dengan situasi yang sedang ditinjau atau
data yang memiliki hubungan dengan situasi yang ditinjau. Teknik pengumpulan data melalui
indra penglihatan(perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi wajah, pendengaran(bunyi, batuk,
bunyi nafas), penciuman (bau nafas, bau luka) serta perabaan (suhu badan, nadi). Informasi
diperoleh mengenai data-data tersebut penulis juga bisa dapatkan dengan mengadakan
wawancara langsung dari klien dan keluarganya serta sebagian bersumber dari pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang / laboratorium ( Nurhayati dkk, 2013)
Tahap ini dilakukan identifikasi data dasar (pengkajian ) merupakan proses manajemen
asuhan kebidanan yang ditujukan untuk mengumpulkan informasi baik fisik, psikososial dan
spritual. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesis yang meliputi biodata bertujuan
memperjelas identitas pasien, riwayat psikososial untuk mendapatkan informasi tentang keluhan-
keluhan yang biasa dialami oleh ibu kekhawatiran khusus yang muncul akibat adanya perubahan
psikologis mapupun psikologi.
Dalam tahap pengumpulan data dasar, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti,
karena pada saat pengumpulan data pada Ny.M , maupun keluarga serta bidan dan dokter yang
ada diruangan dapat memberikan informasi seacara terbuka sehingga dapat memudahkan penulis
untuk memperoleh data-data yang diinginkan sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

29
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan bnar tidaknya proses
interpretasi data pada tahap selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium dan urine. Pengkajian pada kasus
ini maka dilanjutkan dengan perencanaan asuhan pada ibu dengan preeklamsia berat.
Langkah pertama yaitu identifikasi data dasar Ny.M didapatkan dari tahap anamnesa yaitu
keluhan utama ibu adalah ibu merasa pusing sejak 2 hari yang lalu,serta ibu merasa sakit kepala
dan bengkak pada kakinya sejak 1 minggu yang lalu, serta ibu merasakan sakit kepala dan
bengkak pada kakinya sejak 1 minggu yang lalu, riwayat kehamilan sekarang ibu didapatkan
bahwa hari pertama haid terakhir adalah tanggal 21 desember 2019, riwayat kesehatan yang lalu
ibu yakni ibu tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melitus, asma dan jantung pada
kehamilan sebelumnya, riwayat kb ibu didapatkan ibu belum pernah KB .
Sedangkan tahap pemeriksaan fisik ibu atau data objektif didapatkan keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, tekanan darah :180/120 mmHg, Suhu : 36,8 C, nadi :80 x/menit,
pernapasan : 20x/i pada palpasi ekstremitas bawah didapatkan bahwa ibu mengalami oedama
pada keuda tungkai.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan protein urine ibu adalah +3 dan hemeglobin ibu
adalah 13,8 gr%. Preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan tekanan darah sitolik ≥ 160mmHg
dan tekanan darah distolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 atau ≥+2 (Sarwono,
2014).

Preeklamsia berat dibagi atas 2 katagori yaitu preeklamsia berat tanpa impending
eclampsia, dan preeklamsia berat dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending
seperti nyeri kepala, mual atau muntah, nyeri epigastrium dan nyeri kuadran kanan atas abdomen
( Dewi Setiawati, 2013).
4.2. Identifikasi data / masalah aktual

Pada langkah ini dilakukan interpretasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan inpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah diagnosis yang spesifik.
Kata masalah dan diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosis, tetap sesungguhnya membutuhkan penanganan yang dituangkan

30
kedalam sejumlah rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering diidentifikasikan oleh bidan
sesuai dengan pengrahan, masalah ini sering disertai diagnosis.
Dalam tinjauan teori mengatakan bahwa preeklamsia berat ialah preeklamsia dengan
tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥110 mmHg disertai proteinuria
lebih 5g/24 jam. Kriteria diagnosis untuk preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi ≥160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria atau
oedama pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsia berat :tekanan
darah sitolik,> 160 mmHg, tekanan darah sistolik >110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati
atau ikterus, trombosit <100.000/mm3 oliguria<400 ml/24 jam, proteinuria >2gr/liter, nyeri
epigastrum, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina dan
oedama pulmonum.
Dari tinjauan kasus diperoleh data : pada klien Ny M ibu hamil dengan preeklamsia berat
dengan gejala yang dialami ibu yaitu pusing dan sakit kepala, tekananan darah 180/120 mmHg
dan data penunjang pemeriksaan protein +3 dan odema pada kedua tungkai.
Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data yang diperoleh dari data pertama, maka
diagnosa atau masalah aktual pada Ny M adalah : G1P0A0H0 usia kehamilan 28 minggu intra
uterin, janin tunggal, presentasi kepala dengan Preeklamsi Berat :

1. G1P0A0H0 merupakan kehamilan pertama. Pada pemeriksaan abdomen tampak linea


nigra dan strie alba, pembesaran perut sesuai usia kehamilan. Usia kehamilan Ny M yaitu
28 minggu, maka hal ini sesuai dengan data yaitu dari hasil bila dihitung HPHT tanggal
21 Desember 2019. Serta pembesaran perut sesuai denagn umur kehamilan dan TFU 3
jari diatas pusat (sesuai dengan usia kehamilan).
2. Intrauterine, bagian besar janin dapat diraba saat dilakukan palpasi secara leopold dan ibu
tidak merasa nyeri saat janin bergerak, teraba bagian-bagian janin dan uterus. Kehamilan
intrauterine,perkembangan rahim sesuai umur kehamilan.
3. Tunggal, pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan, teraba dua bagian besar pada
lokasi yang berbeda, bagian kepala pada perut bagian bawah, bokong teraba pada
kuadran fundus. Pada kehamilan tunggal hanya satu bunyi jantung.
4. Hidup, janin yang hidup ditandai dengan adanya pergerakan janin yang dapat dirasakan
oleh ibunya, dan pada auskultutasi DJJ yang jelas dan teratur.

31
5. Preeklamsia berat dengan gejala-gejala impending seperti nyeri dikepala, mata kabur,
mual atau muntah, nyeri epigastrum dan nyeri kanan atas abdomen (Dewi Setiawati,
2013). Preeklamsi berat ialah preeklamsia dengan tekanan sistolik ≥110 mmHg disertai
proteinuria lebih 5 g/24 jam (Sarwono, 2014).

Dalam pengkajian data dapat ditemukan diagnosa dan masalah kebidanan berdasarkan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang didukung oleh berapa data, baik data subjektif
maupun data objektif yang diperoleh dari hasil pengkajian yang telah dilakukan. Adapun
diagnosa/ masalah aktual yang dapat diidentifikasi pada klien Ny.M ibu hamil dengan
preeklamsia berat dengan gejala yang dialami tampak pusing, tekanan darah 180/120 mmHg dan
data penunjang pemeriksaan protein urinaria +3 sehingga dalam penentuan masalah aktual tidak
terdapat kesenjangan antraa tinjauan pustaka dan studi kasus pada Ny M secara garis besar
tampak ada persamaan dalam diagnosa aktual yang ditegakkan sehingga memperlihatkan tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktek.

4.3. Langkah III : identifikasi Diagnosa / masalah potensial

Pada tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah mengidentifikasi adanya masalah


potensial, melakukan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien diharapkan bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial benar-benar terjadi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Dalam merumuskan diagnosa/masalah potensial dengan manajemen asuhan kebidanan


adalah pengambilan keputusan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dan
membahayakan klien. Diagnosa /masalah potensial yang dapat diidentifikasi pada studo kasus
Ny. M ada kesamaan antara teori yaitu potensial terjadi eklamsia.
Pada kasus Ny.M yang dilakukan pengkajian penulis dapat mengidentifikasi masalah
potensial yang akan terjadi pada kasus ini yaitu dapat terjadi eklamsia.
Antisipasi terjadinya eklamsia dilihat dari beberapa faktor yang meningkatkan resiko
terjadinya preeklamsia dan eklamsia diantaranya adalah sebagai berikut : risiko yang
berhubungan dengan patner laki-laki berupa primigravida 2 kali lebih besar daripada
multigravida), umur yang ekstrim terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan, laki-laki yang

32
pernah menikahi wanita kemudian hamil dan mengalami preeklamsia, inseminasi donor dan
donor oocyte, resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit preeklamsia, hipertensi kronis,
penyakit ginjal, obesitas, diabetes gestsional, dan resiko yang berhubungan dengan kehamilan
berupa molahidatidosa kehamilan multipel,hydrops fetals (Yulia Fauziah,2020).
4.4. Langkah IV : Tindakan Emergency / Kolaboarasi

Bidan atau dokter harus melakukan tindakan segera dan atau mengkonsultasikan sera
menangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Pada langkah
ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen kebidanan
bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunnungan perinatal saja, melainkan juga
selama asuhan primer periodik atau kunjungan perinatal saja , melainkan juga selama wanita
tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya ketika wanita tersebut dalam persalinan. Data
baru dapat saja perlu dikumpulkan dari evaluasi. Beberapa data dapat mengidentivikasikan
situasi yang gawat, yakni bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
dan anak.
Adanya data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera dan harus menyelamatkan
jiwa ibu serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih provesional sesuai dengan keadaan
yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan dokter.
Berdasarkan tinjauan pustaka pada ibu hamil dengan preeklamsia berat tindakan segera
yang dilakukan yaitu memasang infus RL, memantau tekanan darah ibu, kolaborasi dengan
dokter untuk mencegah kejang pada kasus Ny.M telah dilakukan pemasangan infus dengan
cairan RL, memantau tekanan darah dan melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi obat. Pada kasus yang ditemukan bahwa Ny.M diberikan MgSO4 karena pada hasil
pemeriksaan laboratorium pada hasil protein urine (+3) dengan demikian tindakan yang
dilakukan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus dilahan
praktek sesuai.
4.5. Langkah V : Interpensi Asuhan Kebidanan

Proses penyusunan suatu rencana tindakan harus berdasarkan identifikasi masalah saat
sekarang serta antisipasi diagnosa dan masalah lain yang mungkin timbul namun lebih dahulu
harus dirumuskan tujuan dan kriteria yang akan dicapai.
Perencanaan adalah proses penyusunan atau rencana tindakan berdasarkan identifikasi

33
masalah saat sekarang , serta identifikasi diagnosa atau masalah lain yang mungkin terjadi.
Namun, terlebih dahulu harus dirumuskan tinjauan yang akan dicapai serta kriteria keberhasilan.
Pada tahap pernecanaan diagnosa kebidanan disusun menurut tingkat bertanya masalah dan
kebutuhan pasien. Masalah preekalamsia berat merupakan prioritas utama penulis sebagai
masalah mengancam keselamatan bayi dan perlu tindakan segera. Sedangkan masalah potensial
yang penulis angkat yaitu potensial terjadi preeklamsia.
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komperensif termasuk indikasi
apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta hubungan dengan masalah yang dialami klien,
dan juga meliputi antisipasi dengan bimbingan terhadap klie, serta konseling. Rencana tindakan
harus disetujui klien dan semua tindakan , diambil harus berdasarkan rasioanal yang relevan dan
diakui kebenarannya.
Ibu hamil Ny.M dengan preekamsia berat, penulis merencanakan asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan potensial sebagai berikut :
1. Memberitau bahwa ibu mengalami preeklamsia berat
2. Mengobservasi keadaan umum dan TTV
3. Melakukan pemeriksaan DJJ
4. Melakukan pemasangan infus dengan cairan RL
5. Melakukan pemasangan kateter tetap
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi obat sebagai anti kejang
7. Memberikan obat oral nefedipin 3x1 hari 10 mg
8. Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk mengecek protein urine.

4.6. Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri. Ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya ( memastikan langkah-langkah
tersebut benar-benar terlaksana) dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter dan
keterlibatannya dalam manajemen asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan
bertanggung jawab terhadap telaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan meningkatkan mutu asuhan.
Sesuai tujuan manajemen kebidanan bahwa melaksanakan rencana tindakan harus efiseien

34
dan menjamin rasa aman klien, implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun
sebagian dilaksanakan ibu serta bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tidakan yang telah direncanakan.
Pada studi kasus Ny.M ibu hamil dengan preeklamsia berat, semua tindakan telah
direncanakan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena adanya
kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan yang ada diruangan.
4.7. Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan kebidanan evaluasi merupakan tingkat akhir dari proses manajemen asuhan
kebidanan. Mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang dikumpulkan dengan
kriteria yang diidentifikasi, memutuskan apakah tujuan tercapai ayau belum dicapai.
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses manajemen kebidanan dimana pada tahap
ini ditemukan kemajuan atas keberhasilan dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada
langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikai didalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dianggap
efektif jika memang benar aktif dalam pelaksanaannya.

Pada tinjauan pustaka evaluasi yang berhasil dilakukan adalah pemantauan keadaan ibu
yang meliputi:
1. Preeklamsia berat sudah teratasi sehingga tidak terjadi eklamsia.
2. Tanda-tanda vital terdiri dari tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu badan dalam
keadaan normal.
3. Keadaan umum ibu sudah membaik dan kesadaran komposmentis.

Berdasarkan studi kasus Ny. M ibu hamil dengan preeklamsia berat diobservasi di RSUD
X tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluasi tinjauan pustaka, oleh karena tu
tinjauan pustaka dan studi kasus Ny. M secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.

35
BAB V
PENUTUP
Setelah mempelajari teori kasus tentang asuhan kebidanan pada Ny M dengan pereklamsia
berat di RSUD X maka penulis mendapatkan kesimpulan dan saran sebagai berikut.
5.1. Kesimpulan
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap ibu hamil dengan preeklamsia berat dilaksanakan
dengan pengumpulan data subjektif yang diperoleh dari hasil wawancara dari pasien
dengan keluhan pusing, sakit kepala, bengkak pada kaki, dan data objektif diperoleh dari

36
pemeriksaan tekanana darah 180/120 mmHg, oedema pada ekremitas dan pemeriksaan
laboratorium protein urinaria +3.
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data dengan teliti dan akurat sehingga
diagnose Ny. M GIP0A0H0 umur 38 tahun, usia kehamilan 28 minggu intra uterin, janin
tunggal, presentasi kepala dengan Preeklamsi Berat.
3. Diagnosa potensial pada Ny. M tidak muncul.
4. Tindakan segera Ny. M dengan preeklamsia berat adalah memantau tekanan darah,
memasang infus RL 28 tpm, melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemebrian obat
anti kejang yaitu MhSO4 dan obat oral yaitu nifedipin 3x1 hari 10mg.
5. Rencana tindakan pada Ny.M dengan preeklamsia berat memberikan konseling kepada
ibu tentang keadaanya, pantau tekanan darah, melakukan pemasangan infus RL dengan
28 tpm, melakukan pemberian obat anti kejang yaitu MgSO4 secara IV dengan dosis 4
gram dan MgSO4 dalam larutan RL 500 cc dengan dosis 6 gram 28 tpm dan obat oral
yaitu nifedipin 3x1 hari 10 mg serta melakukan pemasangan kateter dan melakukan
kolaborasi dengan petugas lab untuk melakukan pemeriksaan proteinuria.
6. Pelaksanaan pada ibu hamil Ny. M dengan preeklamsia berat sudah dilaksanakan sesuai
dengan rencana tindakan.
7. Evaluasi pada Ny.M dengan preeklamsia berat yaitu preeklamsia berat dapat teratasi.
8. Dalam penanganan kasus preeklamsia berat pada Ny. M tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
9. Pendokumentasian sangat penting dilakukan setiap tahap dalam manajemen kebidanan,
karena merupakan bukti pertanggungjawaban bidan terhadap asuhan kebidanana yang
telah diberikan terhadap pasien.
5.2. Saran
1. Bagi mahasiswa
Sebagai mahasiswa agar lebih menguasai materi dan mampu mengaplikasikan
sehingga ketika terjadi masalah dapat mengkajinya lebih dalam dan memberikan
asuhan yang sesuai kebutuhan pasien.
2. Bagi bidan pelaksana

37
Hal yang dapat dilakukan sebagai bidan yaitu melakukan deteksi dini komplikasi
pada ibu hamil dengan pengkajian secara teliti, sehingga dapat dilakukan asuhan dan
penanganan segera jika terjadi komplikasi.
3. Bagi ibu hamil
Sebagai ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur agar
lebih memahami kondisi tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bardja Sutiati.2020.Faktor Risiko Kejadian Preeklamsia Berat/ Eklamsia Pada Ibu


Hamil.Prodi Kebidanan, Akademi Isma Husada Cirebon
Lalenoh Christie Diana. 2018. Preeklamsia berat dan Eklamsia. CV Budi utama: Jakarta
Maryuani Anik.2016.Kehamilan Dan Persalinan Patologis. Jakarta : CV Trans

38
Infomedia
Nugroho Taufan. 2015.Patologi Kebidanan.Yogjakarta: Nuha Medika
Pratiwi Arantika Meydya. Fatimah.2019. Patologi Kehamilan. Yogjakarta : Pustaka Baru
Fress
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprensif (Ponex). 2013
Rabe Thomas.2015.Ilmu Kebidanan.Jakarta : KDT
Rachman M.2015.Penatalaksanaan Dalam Ilmu Kebidanan dan Bayi Baru
Lahir.Jakarta : Salemba
Sarwono Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta
Sarwono Prawirohardjo. 2011. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta
Triana Ani, Damayanti Putri Ika,dkk. 2015. Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal.
Cv Budi Utama: Yogyakarta
Wagiyo.Putrono.2016. Asuhan Keperawatam Antenatal Intranatal dan Bayi Baru Lahir
Fisiologis dan Patologis. Yogjakarta : CV.Andi Offset
Walyani Elisabeth Siwi. 2018. Asuhan kebidanan Pada Kehamilan. Yogjakarta: Pustaka
Baru Fress

39

Anda mungkin juga menyukai