Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di


Puskesmas Jagir telah disahkan oleh tim pembimbing pada:
Hari :

Tanggal :

Mahasiswa,

Nama

NIM. 011813243091

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
1.1 Latar Belakang
Peralihan dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri memerlukan berbagai
perubahan biokimia dan faal dengan terpisahnya bayi dan ibu. Banyak masalah
yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan
faal yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomis dan lingkungan yang
kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun setelah lahir. Masalah
pada neonatus timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang kurang tepat dan
tidak steril atau bersih, serta kurangnya perawatan BBL.
Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi dalam periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang akan
mengakibatkan cacat semur hidup bahkan kematian (Prawirohardjo, 2010).
Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
AKB sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup, yang artinya sudah menjapai target
MDGS 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup, namun masih jauh dari target
SDGS 2030 sebesar 12 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu cara untuk mengatasi
masalah ini adalah pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil atau
berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-
faktor yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan seperti
gizi yang rendah atau terjadinya anemia, dekatnya jarak antara kehamilan, dan
buruknya hygiene. Disamping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan
prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabkan
kematian perinatal yang meliputi perdarahan, hipertensi, infeksi, kelahiran
preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia dan hipotermi. (Myles, 2009).
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

1
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan menggunakan pola pikir manajemen Varney dan menerapkan manajemen
SOAP untuk pendokumentasian asuhan kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga mampu:
1. Menjelaskan konsep dasar bayi baru lahir fisiologis.
2. Menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan bayi baru lahir fisiologis.
3. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
4. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan.
5. Melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.
6. Menganalisis kasus berdasarkan teori.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama
pendidikan.
1.3.2 Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang bermutu dan sesuai
kebutuhhan.

BAB 4
PEMBAHASAN
Neonatus adalah organisme yang berada pada periode adaptasi kehidupan
intrauteri ke ekstrauteri (Saifuddin, 2013). Neonatus atau bayi baru lahir adalah
makhluk yang sangat unik karena merupakan lanjutan fase kehidupan janin
intrauterine ke ekstrauterin. Kehidupan pada masa BBL sangat rentan oleh karena
itu memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. W, diperoleh data
bahwa By. Ny. W adalah bayi baru lahir normal. Bayi Baru Lahir normal
merupakan bayi yang baru dilahirkan pada kehamilan cukup bulan dan berat
badan bayi antara 2500-4000 gram tanpa tanda-tanda asfiksia dan penyakit
penyerta yang lain (Johnson, 2008). Pada pemeriksaan fisik dan antropometri
didapatkan BBL: 3600 gr, PB: 49 cm, LK: 34 cm.
Berat badan adalah suatu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rata-rata
berat bayi normal (gestasi 37-41 minggu) adalah 3000-3600 gram. Masa gestasi
juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup
masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Konsep berat bayi lahir rendah
tidak sama dengan prematuritas karena tidak semua berat bayi lahir rendah lahir
dengan kurang bulan (Sylviati, 2008). Hubungan antara umur kehamilan dengan
berat bayi lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterine. Menurut
hubungan berat lahir/umur kehamilan maka berat bayi lahir dikelompokkan
menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan
Besar Masa Kehamilan (BMK).
Klasifikasi bayi menurut masa gestasi dan umur kehamilan adalah bayi
kurang bulan, bayi cukup bulan dan bayi lebih bulan. Berat lahir adalah berat bayi
yang ditimbang dalam jangka waktu 1 jam pertama setelah lahir. Klasifikasi
menurut berat lahir adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat lahir <
2500 gram, bayi berat lahir normal dengan berat lahir 2500-4000 gram dan bayi
berat lahir lebih dengan berat badan > 4000 gram (Sylviati, 2008). Klasifikasi bayi
menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu bayi kurang bulan adalah

36
bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), bayi cukup bulan
adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37 minggu sampai dengan 42 minggu
(259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah bayi dengan masa kehamilan mulai
42 minggu atau lebih (Sylviati, 2008). Dalam hal ini By. Ny. A dengan diagnosis
neonatus aterm sesuai masa kehamilan (NA SMK) usia 1 jam, sudah sesuai
dengan teori, dimana pada pengkajian didapatkan usia kehamilan 39-40 minggu
dengan berat badan lahir 3600 gr.
Bayi baru lahir rentan kehilangan panas hingga dapat berakibat pada terjadinya
hipotermi dan berlanjut pada hipoglikemi, maka penatalaksanaan awal pada bayi baru
lahir yaitu termoregulasi atau mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh. beberapa
mekanisme kehilangan panas bayi yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
Pada saat lingkungan dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa melalui mekanisme
menggigil yang merupakan cara untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya serta
hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Adanya timbunan lemak
tersebut menyebabkan panas tubuh meningkat, sehingga terjadilah proses adaptasi.
Dalam pembakaran lemak, agar menjadi panas, bayi menggunakan kadar glukosa.
Selanjutnya cadangan lemak tersebut akan habis dengan adanya stress dingin dan bila
bayi kedinginan akan mengalami proses hipoglikemia, hipoksia dan asidosis
(Hidayat, 2008). Dalam hal ini By. Ny. W sudah mendapat asuhan untuk mencegah
terjadinya kehilangan panas, segera setelah bayi lahir dikeringkan, diberi selimut kain
dan IMD serta ditempatkan di infant warmer sampai 2 jam setelah lahir kemudian
rawat gabung dengan ibu. Hasil pemeriksaan suhu tubuh bayi 36,8 ºC, akral hangat
dan kulit kemerahan.
Penatalaksanaan bayi baru lahir selanjutnya yang harus dilakukan adalah
pemberian vit K dan salap mata pada bayi sebagai upaya untuk mencegah perdarahan
karena defisiensi vit K pada bayi baru lahir. Semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vit K per oral 1 mg/hari selama 3 hari. Bayi dengan risiko tinggi
diberi vit K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM (Prawirohardjo, 2014).
Pencegahan infeksi pada mata yaitu dengan menggunakan salep mata tetrasiklin 1%.
Salep antibiotika tersebut harus diberikan sau jam setelah kelahiran. Upaya profilaksis
tersebut tidak efektif apabila dilakukan lebih dari satu jam (Johariyah dan Nigrum,
2012). Dalam hal ini, tatalaksana pada By. Ny. W

37
sudah sesuai teori dan prosedur dimana 1 jam setelah lahir bayi mendapat salf
mata dan vit. K serta sudah diberikan HB-0 2 jam setelah lahir atau 1 jam setelah
pemberian vit.K.
Pada pengkajian diketahui bayi telah BAB kehitaman dan belum BAK.
Hal ini normal sesuai dengan teori bahwa sebagian kecil bayi baru lahir terlambat
berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir (Bobak, 2009). Sehingga pada
tatalaksana dilakukan observasi terkait BAK dan memberikan KIE pada ibu untuk
selalu menyusui bayinya 2 jam sekali (ASI on demand). Serta untuk pola defekasi,
pada kasus ini bayi juga sesuai dengan teori bahwa pengeluaran mekonium
biasanya dalam 10 jam pertama. Dan setelah 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk
dan berwarna biasa (Setelah 4-5 hari berubah warna kuning-coklat) (Martono,
2011).
Pada kasus ini bayi sudah memasuki masa reaktifitas kedua, dimana bayi
peka terhadap ransangan dan frekuensi pernafasan, detak jantung kembali normal
yang sebelumnya terjadi penurunan pada periode Relative unresponsive internal
yang merupakan fase tidur (2-4 jam pertama kelahiran). Dengan lahirnya bayi
terjadi perubahan adaptasi fisiologis dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine.
Perubahan tersebut baik dari sistem peredaran darah, pernapasan, termoregulasi,
hingga metabolisme. (Suradi, 2010)
Pemeriksaan umum pada bayi Ny. W didapatkan tanda vital dalam batas
normal, serta pada pemeriksaan fisik dimulai dari kepala sampai ekstremitas tidak
ditemukan kelainan maupun kecacatan yang dapat mengakibatkan gangguan, baik
pada pertumbuhan maupun perkembangan bayi. Beberapa refleks yang ditimbulkan
oleh bayi seperti rooting, sucking, swallowing, grasp dan moro dapat mewakili
pemeriksaan yang menunjukkan kematangan neurologis bayi. (Khosim, 2010).
Masa neonatus merupakan masa kritis, dimana kita sebagai tenaga medis
wajib memantau perkembangannya. Sama seperti yang dijelaskan pada tinjauan
teori bahwa pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan tiga kali yaitu pada saat sesaat
setelah lahir, 24 jam di ruang perawatan, dan pada saat pulang.

38
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. BBL atau
Bayi baru lahir memerlukan perawatan agar keadaannya bisa stabil dan tidak mudah
mengalami hipotermia dan infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi perlunya
perawatan tali pusat dengan benar. Pemberian ASI eksklusif sesering mungkin dapat
mencegah terjadinya infeksi serta ikterus pada bayi.
Secara keseluruhan asuhan kebidanan pada By. Ny. W sudah sesuai dengan
prosedur dan sesuai kebutuhan bayi. Selain itu ibu bayi dan keluarga sudah
mendapatkan KIE yang dibutuhkan terkait perawatan pada bayi sehinggan asuhan
pada By. Ny. W sudah diberikan secara komprehensif.

5.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah kepustakaan yang telah dimiliki dan diharapkan juga dapat
menambah kajian baru serta dapat dijadikan bahan rujukan untuk penyusunan
laporan yang akan datang.
2. Bagi Tempat Praktik.
Meningkatkan kualitas pelayanan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

Anda mungkin juga menyukai