PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian perinatal yang terdiri atas jumlah yang tidak menunjukkan tanda-
tanda hidup waktu di lahirkan, penurunan jumlah kematian perinatal dapat di di capai
disamping dengan membuat persalinan seaman-amannya bagi bayi ibu. Dengan
mengusahakan agar janin dan ibu kondisinya baik-baik saja.
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi
bayi.Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan
kehidupansekarang ( ekstrauterus ) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur
ataupun bayi yangdilahirkan dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan
tersebut menjadi lebihsulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yangmenyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan kehidupan ke fase
berikutnya(meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan istilah bayi resiko tinggi.
(surasmi,dkk.2003)
Faktor – faktor lain seperti, afiksia neonatorum, letak sungsang dan lain – lain. Dua
hal yang banyak terjadinya angka kematian perinatal ialah tingkat kekurangan gizi Ibu dan
janin serta pelayanan petugas kesehatan. Latar belakang disusunnya makalah ini adalah agar
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mahasiswa tetang pengetahuan angka kematian
perinatal dan pelajaran yang lain
B. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan referensi dan tambahan wawasan
terhadap mahasiswa sekaligus dapat membantu proses pembelajaran matakuliah Askeb
Kegawatdaruratan dalam pokok bahasan deteksi dini terhadap komplikasi dan kelainan pada
bayi baru lahir (Neonatal). Selain itu pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas dalam mata kuliah Askeb Kegawatdaruratan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang di berikan
oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0
sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang di berikan oleh
tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11
bulan setelah bayi lahir.
1. Asuhan BBLN adalah asuhan yang diberikan pada BBL selama jam pertama setelah
kelahiran BBLN. (Sarwono, 2002: 30 )
2. Asuhan neonatal asuhan yang diberikan pada bayi yang berusia 0-28 hari (tumbuh
kembang anak:17)
3. Asuhan neonatal adalah asuhan yang berhubungan dengan 4 minggu pertama setelah
kelahiran. (kamus kedokteran, Dorland :736)
2. Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupannya
sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan tersebut selama 24 jam setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :
1. Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar.
2. Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau masalah kesehatan pada
neonatus.
Kunjungan bayi bertujuan :
1. Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan dasar.
2. Untuk Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat
mendapat pertolongan
3. Üntuk Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan
pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang.
2
3. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi
lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai
dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai
dengan hari ke-28 setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi:
1. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan
2. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3-5 bulan
3. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6-8 bulan
4. Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9-11 bulan
b. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan
dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
6
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu
hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin
timbul.
c. Kejang
Kejang, spasme, atau tidak sadar dapat di sebabkan oleh asfiksia neonatorum,
hipoglikemi atau merupakan tanda meningitis atau masalah pada susunan syaraf. Diantara
episode kejang yang terjadi, bayi mungkin tidak sadar, letargi, rewel atau masih normal.
Spasme pada tetanus neonatorum hamper mirip dengan kejang, tetapi kedua hal tersebut
harus dibedakan karena manajemen keduanya berbeda.
d. Ikterus
Ikterus adalah warna kuning yang ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-14, tidak
disertai tanda dan gejala ikterus patologis (Muslihatun, 2010).
Ikterus adalah keadaan transisional normal yang mempengaruhi hingga 50% bayi
aterm yang mengalami peningkatan progresif pada kadar bilirubin tak terkonjugasi dan
ikterus pada hari ketiga (Myles, 2009).
Ikterus adalah kadar bilirubin yang tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl
(Kosim, 2008).
e. Hipotermi
Hipotermi pada bayi baru lahir adalah suhu tubuh dibawh 36,5oC pengukuran
dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit.
Hipotermi disebabkan oleh :
Evaporasi, terjadi apabila bayi lahir tidak segera dikeringkan.
7
Konduksi, terjadi apabila bayi diletakkan ditempat dengan alas yang dingin, seperti
pada waktu menimbang bayi.
Radiasi, terjadi apabila bayi diletakkan diudara lingkungan dingin.
Konveksi, terjadi apabila bayi berada dalam ruangan ada aliran udara karena pintu,
jendela terbuka.
1) Cara Mengatasi Hipotermi
a) Ganti pakain yang dingin dan basah dengan pakain yang hangat dan kering, memakai
topi dan selimut yang hangat.
b) Bila ada ibu/ pengganti ibu anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak
kulit dengan kulit.
c) Periksa ulang suhu bayi 1 jam kemudian, bila suhu naik pada batas normal (36,5 -
37,5o C), berarti usaha meenghangatkan berhasil.
d) Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan
ASI peras.
e) Rujuk apabila terdapat salah satu keadaan :
Jika setelah menghangatkan selama 1 jam tidak ada kenaikan suhu (membaik).
Bila bayi tidak dapat minum
Terdapat gangguaan nafas atau kejang.
Bila disertai salah satu tanda tanpak mengantuk/ letargis atau ada bagian tubuh
bayi yang mengeras.
Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak
ada masalah lain yang memerlukan pengawasan, bayi tidak perlu dirujuk. Nasihati ibu cara
merawat bayi lekat/ metode Kanguru dirumah.
(Departemen kesehatan RI 2009)
f. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus).
Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena
trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara
lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (IlmuKesehatanAnak,
1985)
8
g. Sindroma Gangguan Pernafasan Nafas
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari
60 kali per menit, adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal, interkostal, epigastrium saat inspirasi. Penyakit ini merupakan penyakit
membrane hialin, dimana terjadi perubahan atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner
komponen ini merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru.
Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus
sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit
ini terjadi pada bayi mengingat produksi surfaktan yang kurang. Pada penyakit ini
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan alveolus akan
kembali kolaps pada setiap akhir ekspirasi dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan
tekanan negative intra thorak yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat. Keadaan
kolapsnya paru dapat menyebabkan gangguan pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan
asidosis.
Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa sebab, apabila
gangguan pernapasan tersebut disertai dengan tanda-tanda hipoksia (kekurangan oksigen),
maka proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Kalau
seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi dan terjadi kelainan neorologis
dikemudian hari.
1) Penyebab Gangguan Pernafasan
a) Penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis
b) Kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru – paru, hemia diafragmatika
c) Obstruksi jalan nafas, misalnya trakeomalasia, makrolasia .
2) Penilaian
Tanda – tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan cara
menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi.
3) Ciri – Ciri Bayi yang Mengalami Gangguan Pernafasan
a) Nafas bayi berhenti lebih 20 detik
b) Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibir)
c) Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali/menit
d) Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukan tanda tambahan
gangguan nafas.
9
4) Penatalaksanaan
Bila bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap sambil melakukan lebih awal :
a) Beritahukan ibu dan keluarga bayinya perlu bantuan nafas
b) Mintalah salah seorang keluarganya untuk mendampingi ibu memberi dukungan
moral, menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan
Tahap I
Langkah awal perlu dilakukan dalam 30 detik langkah tersebut adalah :
a)Jaga bayi tetap hangat
Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
Pindahkan bayi ke atas kain ditempat resusitasi
b)Atur posisi bayi
Baringkanlah bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
c) Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara sebagai berikut :
Isap lendir mulut dari mulut dulu kemudian hidung
Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, jangan lebih dari 5 cm ke
dalam mulut dan lebih dari 3 cm ke dalam hidung.
d) Keringkanlah dan Rangsang Bayi
Keringkanlah bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas
Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
Menepuk atau menyentil telapak kaki
Menggosok perut, dada, punggung atau tungkai kaki dengan telapak tangan
e) Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain yang ada di bawahnya
Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka, dada agar biasa
memantau pernafasan bayi
Atur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi
10
f) Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, atau tidak bernafas megap-megap
Bila bayi bernafas normal, berikan ibunya untuk disusui
Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi
Tahap II : Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah volume
udara ke paru-paru dengan tekanan positif untuk membawa aveoli perlu agar bayi bisa
bernafas spontan dan teratur.
Langkah-langkah sebagai berikut :
a) Pasang sungkup
Pasang sungkup dan pegang agar menutupi mulut dan hidung bayi
b) Ventilasi 2 kali
Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
Lihatlah apakah dada bayi mengembangl. Bila dada tidak mengembang periksa
posisi kepala, pastikan sudah ekstensi, periksa posisi sungkup dan pastikan tidak
ada udara bocor dan periksa cairan atau ledir di mulut bila ada mengembang
lakukan tahapan berikutnya.
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
Lanjutkan ventilasi tiap 20 x dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
Hentikan ventilasi setiap 30 detik
Lakukanlah penelitian bayi, apakah bayi bernafas, bernafas tidak normal atau
megap-megap
Bila bayi normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama
Bila bayi tifak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 x dalam 30
detik, kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi
Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tidak berhasil
Tahap III : Asuhan Pasca Resusitasi
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi, yang diberikan
baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan keluarga setelah resusitasi berhasil sebaiknya
bidan tinggal bersama ibu dan keluarga bayi untuk memantau bayi minimal 2 jam pertama
11
a) Bila pernapasan bayi dan warna kulitnya normal, berikan pada ibunya
Letakkan bayi di dada ibu dan selimuti keduanya dengan kain hangat
Anjurkan ibu menyusui bayinya dan membelainya
Lakukan asuhan neonatal normal
b) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama
Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi
Terikan dinding dada ke dalam nafas megap-megap, frekuensi nafas < 30x/menit
atau > 60 x/menit
Bayi kebiruan atau pucat
Bayi lemas
c) Pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernafas
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi sampai 6 sampai 24 jam
Bila kondisi bayi memburuk, perlu rujukan sesudah resusitasi
Jika terdapat tarikan dinding dada kedalam, atau megap-megap, atau sianosis menetap,
tingkatkan konsentrasi oksigen dengan kateter nasal, nasal prong, atau kap oksigen
Catatan:
Pemberian oksigen secara sembarangan pada bayi prematur dapat menimbulkan kebutaan.
12
7. Manajemen Segera pada Tanda Bahaya
a. Perdarahan
1) Hentikan perdarahan yang tampak (misalnya perdarahan dan tali pusat),ulangi
penjepitan atau pengiktan tal pusat, jika perdarahan dari tempat khitan atau
sirkumsisi, tekan kompres perdarahan dengan kompres steril.
2) Beri vit k1 1 mg IM
3) Ambil contoh darah untuk pemeriksaan golongan dan reaksi silang
4) Lakukan manajemen umum perdarahan dan kemudian lengkapi penilaian lebih lanjut.
b. Syok
Jika perdarahan sebagai penyebab syok :
1) Beri segera cairan infus ringer laktat atau NaCl 0,9% dengan dosis 10 mL/kg BB di
berikan selama 10 menit
2) Bila tanda syok masih berlanjut ulangi lagi dosis diatas sesudah 20 menit
3) Beri segera tranfusi darah O, Rhesus negatif (bila tersedia)
4) Kemudian beri infus glukosa 10% dengan dosis rumatan sesuai dengan umur bayi
5) Beri oksigen dengan aliran kecepatan maksimal
6) Hangatkan bayi
7) Setelah kondisinya stabil, lengkapi penilaian lanjut.
Jika perdarahan bukan penyebab syok :
1) Naikkan kecepatan infus cairan IV sampai 20 cc/kg BB/jam selama 1 jam pertama
2) Hangatkan bayi, pastikan lebih hangat
3) Cari tanda-tanda sepsis (misalnya gangguan napas, suhu tubuh tidak normal, muntah)
dan mulai terapi kecurigaan sepsis, jika tanda tersebut ditemukan.
4) Setelah kondisi stabil, lengkapi penilaian lanjut.
c. Kejang
1) Atasi kejang dengan fenobarbital
2) Bila jalur IV sudah terpasang beri injeksi fenobarbital20 mg/kgsecara IV pelan dalam
waktu 5 menit.
13
3) Bila jalur IV belum terpasang, beri injeksi fenobarbital 20 mg/kg BB dosis tunggal
secara IM
4) Pasang jalur IV dan beri caiarn IV dengan dosis rumatan
5) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka
6) Beri oksigen, bila perlu
7) Periksa kadar glukosa darah. Bila kadar glukosa darah< 45 menit, tangani untuk
hipoglikemi
8) Lakukan manajemen lanjut kejang.
d. Tidak sadar
1) Pasang jalur IV, beri cairan IV dengan dosis rumatan
2) Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka, bila perlu beri oksigen
3) Lakukan manajemen lanjut tidak sadar.
B. KONSEP ASUHAN
Data Subjektif
Bayi pucat dan sulit bernapas,
Pada saat lahir, bayi tidak menangis spontan,
Bagian ekstremitas bayi berwarna biru,
Tubuh bayi teraba dingin
Gerakan bayi lemah
Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir:
1. Tanda-tanda vital:
Nadi : 120 x/menit
Respirasi : 65x/menit
Suhu : 36oC
2. Ukuran Antropometri
BB : 3000gr LK : 32 cm
14
PB : 43cm LD : 31cm
LILA : 10cm
3. Apgar score:
Menit 1 Menit ke 5:
A: 1 A: 1
P: 1 P: 1
G: 1 G: 1
A: 1 A: 2
R: 1 R: 1
4. Keadaan wajah : pucat
5. Hidung : simetris kanan-kiri, lubang hidung ada, pernafasan cuping hidung
tidak ada, keadaan kotor
6. Mulut : simetris, normal tidak ada sumbing, warna bibir biru
7. Dada : Posisi simetris, suara nafas belum bersih, tidak teratur, bunyi jantung
tidak terdengar mur-mur, keadaan retraksi (pelekokan dada)
8. Perut : Bentuk simetris, pembesaran abnormal tidak ada
9. Ekstremitas : Pergerakan lemah, warna kulit : biru
10. Refleks :
Menghisap (suctung) : ada namun lemah, bayi ingin menghisap sesuatu untuk
menempel di mulutnya
Mengenggam (graping) : ada namun lemah, terhadap benda yang dikaitkan di jarinya
Reflek kaki (staping) : ada namun lemah, bayi tampak menendangkan kakinya
Reflek moro : ada namun lemah, bayi nampak bisa memeluk bila di kejutkan.
Analisa
Bayi Ny. D dengan asfiksia neonatorum.
Penatalaksanaan
Bayi memerlukan penanganan resusitasi:
1. Gunakan teknik septic dan anti septic dalam resusitasi
a. Siapkan ruangan dan alat untuk resusitasi
15
b. Pakai pelindung diri untuk mencegah infeksi
c. Cuci tangan dengan 6 langkah
2. Cegah kehilangan panas
a. Bungkus bayi dengan handuk di atas perut ibu bila tali pusat panjang
b. Hidupkan radian warmer untuk menghangatkan tubuh bayi
3. Pembebasan jalan panas
a. Membebaskan jalan nafas dengan cara membersihkan mata, hidung, dan mulut, bayi
dengan kasa steril.
b. Meletakkan bayi terlentang atau miring dengan leher agak ekstensi (tengadah) dengan
meletakkan selimut atau handuk yang digulung di bawah bahu sehingga bahu
terangkat 2-3 cm.
c. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap cairan amnion, lendir, mulut, dan hidung
menggunakan penghisap lendir delee. Bila air ketuban bercampur mekonium, maka
penghisapan dan trakea diperlukan untuk mencegah ospirsi mekonium, hisap dan
mulut dahulu kemudian hidung.
4. Lakukan rangsangan taktil
a. Usap-usap punggung bayi
b. Sentil bagian kaki
5. Lakukan tindakan resusitasi
a. Memasang sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam
pertautan antara singkup dan wajah.
b. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan saluran jari tangan (tergantung
pada ukuran balon resusitasi).
c. Lakukan penyuluhan pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak 2 kali dan
periksa gerakan dinding dada dengan cara:
1) Melakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air tiupan awal sangat penting
untuk membuka alveoli paru agar bayi mulai bernafas dan sekaligus menguji
apakah jalan nafas terbuka atau bebas.
2) Melihat apakah dada bayi mengembang, bila tidak mengembang memeriksa posisi
kepala, pastikan posisinya sudah benar memeriksa pamasang sungkup dan
pastikat/tidak terjadi kebocoran memeriksa ulang apakah jalan nafas tersumbat
cairan atau lendir (isap lendir) bila dada naik turun dengan baik berarti ventilasi
berjalan lancar.
16
6. Lakukan penilaian bayi
a. Memperhatikan dan menilai pernafasan bayi yaitu bayi dapat bernafas spontan.
b. Menghitung frekuensi denyut jantung bayi, bila lebih dari 100 x/menit maka lanjutkan
menilai warna kulit, bila terjadi sianosis perifer lakukan observasi dan pemantauan.
c. Apabila bayi bernafas normal, hentikan ventilasi dan berikan asuhan pasca resusitasi.
7. Lakukan perawatan tali pusat
a. Jepit tali pusat dengan 2 buah klem
b. Potong tali pusat
c. Bungkus tali pusat
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya kematian bayi baru lahir masih tinggi di Indonesia oleh karena itu kita
sebagai petugas kesehatan harus mampu mendeteksi dini adanya komplikasi pada bayi baru
lahir sehingga kita dapat membuat perencanaan dan penatalaksanaan dari komplikasi
tersebutsehingga dapat memberikan pertolongan segera serta dapat mencegah terjadinya
kematian.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dari makalah ini adalah laksanakanlah penatalaksanaan yang
sebaik- baiknya pada Bayi baru lahir, sehingga pada akhirnya akan dapat menurunkan angka
kematian Bayi baru lahir.
Bagi Mahasiswa
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajianyang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang kompeten bagi pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat
mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses pembelajaran di lapangan.
Bagi Institusi
Pendidikan Diharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin dalam
membimbingmahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanan bagi pasien, sehingga
mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah diperolehnya.
Bagi pasien dan keluarga
Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan yang telah diberikan
baik berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya
18
DAFTAR PUSTAKA
Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam Kumpulan makalah Konas III
IDSAI. Surabaya.
Hassan, R dkk. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Saifudin. A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
19