Anda di halaman 1dari 32

KEGAWATDARURATAN NEONATAL & ASUHAN BAYI BARU LAHIR

2.1 Kegawatdaruratan Neonatal

Kegawatdaruratan neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan


manajemen yang tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis (≤ usia 28 hari)
membutuhkan pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu.

Kegawatdaruratan neonatal adalah mencakup diagnosis dan tindakan terhadap


organisme yang beradap ada periode adaptasi kehidupan intra uterine keekstra uterin
yang memerlukan perawatan yang tidak direncanakan dan mendadak, serta untuk
menekan angka kesakitan dan kematian pasien.

Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan
bantuan alat-alat medis modern sekalipun, karena sering kali memberikan gambaran
berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.

Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki
kemampuan dan keterampilan standard, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru
lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan
sebagai profesional dan ahli.

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi
diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada
ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ tapi yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka
dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan
suatu tindakan untuk mencegah kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal yaitu
BBLR Asfiksia BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah Pemberian Air
Minum, Gangguan Nafas Pada BBL, Kejang pada BBL, Infeksi Neonatal, Rujukan dan
Transportasi BBL, Perdarahan, Syok/Renjatan.

2.1.1 BBLR Asfiksia BBL

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan


kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran
pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah.

Menurut Manuaba (1998), karakteristik Bayi Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) adalah sebagai berikut:

a. Berat kurang dari 2.500 gram

b. Panjang badan kurang dari 45 cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak


g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik- lemah.

h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali
per menit.

i. Kepala tidak mampu tegak

j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting.Hal-hal yang dapat dilakukan:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama


kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat
dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam


rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.

3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi


sehat (20-34 tahun).

4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu
selama hamil.

Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang


dapat terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.


Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme
rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus
dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila
tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2. Makanan bayi prematur.

Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga
pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang
diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.

3. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.

4. Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang
atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usalia pernapasan.
5. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.

6. Menghindari Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.

Asfiksia Neonatorum dapat dibagi dalam tiga klasifiasi:

1. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.

2. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat

Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal


sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut
ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara

b. Kompresi dada.

c. Pengobatan
Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi


dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.

2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi.

3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.

4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.

5. Kotak alat resusitasi.

6. Jam atau pencatat waktu.

2.1.2 Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.

Akibat hipotermia adalah meningkatnya konsumsi oksigen (terjadi hipoksia),


terjadinya metabolik asidosis sebagai konsekuensi glikolisis anaerobik, dan menurunnya
simpanan glikogen dengan akibat hipoglikemia. Hilangnya kalori tampak dengan
turunnya berat badan yang dapat ditanggulangi dengan meningkatkan intake kalori.
Etiologi dan faktor predisposisi dari hipotermia antara lain: prematuritas, asfiksia,
sepsis, kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, pengeringan yang
tidak adekuat setelah kelahiran dan eksposure suhu lingkungan yang dingin.
Penanganan hipotermia ditujukan pada:

1. Mencegah hipotermia
2. Mengenal bayi dengan hipotermia

3. Mengenal resiko hipotermia

4. Tindakan pada hipotermia.

Tanda-tanda klinis hipotermia :

a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain: kaki
teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak
rata atau disebut kutis marmorata.

b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama dengan
hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung
lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.

c. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan
tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi


terlebih dahulu untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut
dalam anda lakukan sebelum anda melakukan rujukan.

1. Menghangatkan tubuh bayi

2. Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan
beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat
menyebabkan kerusakan otak

3. Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan

4. Rujuk segera

2.1.3 Hipoglikemia

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki
kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi
yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka bayi
tersebut termasuk menderita hipoglikemia. Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi
karena ketika kadar gula darah bayi sangat rendah maka sel otak dan otot tubuh bayi
tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh bayi
membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik.
Masalah hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam waktu singkat atau lama
tergantung dengan kondisi kesehatan bayi.

Perawatan hipoglikemia pada bayi

1. Berikan ASI atau susu formula

Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga
kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang
bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar gula
darah yang rendah, yaitu:

· Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu
dalam waktu yang singkat.

· Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik
untuk meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya
perawat yang akan memberikan lewat botol susu.

· Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak
untuk minum dengan baik.

· Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula
yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena
mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.

2 Pemberian cairan IV untuk bayi

Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu formula dengan
baik maka dokter biasanya memutuskan untuk memberikan cairan IV yang
mengandung gula. Perawatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga kadar gula
darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Perawatan ini juga paling sering
dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, termasuk bayi
prematur.

3. Tindakan operasi mengeluarkan pankreas bayi

Jika berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah bayi
menurun terus, maka dokter bisa melakukan tindakan operasi atau bedah untuk
mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah organ dalam tubuh bayi yang berfungsi
untuk menghasilkan insulin. Namun tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan
karena bisa meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi.

2.1.4 Ikterus

Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan
sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah)
sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar
bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan
pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin
mengakibatkan gangguan saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul,
kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan
menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI.
Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran
bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan
aliran bilirubin pada sistem empedu.

Untuk menilai derajat kekuningan digunakan metode KRAMER.

Jika hasil pemeriksaan anda pada bayi A, usia 8 hari menunjukkan kuning
terlihat pada daerah kepala, leher, berapakah derajat ikterus yang dialami oleh bayi A.

a. Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher

b. Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)

c. Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
d. Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki

e. Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi


terlebih dahulu untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut
dalam anda lakukan sebelum anda melakukan rujukan.

Ikterus

1. Cegah turunnya gula darah

2. Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat

3. Rujuk segera

2.1.5 Masalah Pemberian Air Minum

Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi mempunyai tanda
memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan apapun.

Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau
bayi sakit berat Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain
untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.

Masalah paling sering terjadi

1. Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum

2. Bayi malas minum sejak lahir

3. Berat bayi tidak naik

4. Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil atau bayi
kembar

Langkah promotif/preventif

1. Perawatan antenatal yang meliputi perawatan payudara


2. Mencegah kelahiran BBLR

3. Penanganan infeksi maternal

4. Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas

Diagnosis

Anamnesis

1. Riwayat cara pemberian minum bayi

2. Riwayat terjadinya masalah pemberian minum

3. Riwayat penimbangan bayi

4. Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini

2.1.6 Gangguan Nafas Pada BBL

Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus
(bayi baru lahir usia 0 – 28 hari). Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonatus
disebabkan oleh gangguan pernafasan. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan
Rumah TAngga tahun 1992, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan
saluran nafas.

Neonatus dianggap menderita gawat nafas apabila ditemukan gejala


meningkatnya frekuensi nafas (lebih dari 60x/menit). Gejala gangguan nafas lainnya
antara lain sesak nafas, adanya tarikan dinding dada. Apabila gangguan sudah sangat
berat, bayi terlihat biru (sianosis).

Klasifikasi gangguan nafas pada neonatus:

· Sumbatan saluran nafas bagian atas, contoh: atresia koane(tidak ada saliran
lubang hidung),dll
· Penyakit paru contoh: pneumonia, atelektasis paru, Hyalin Membrab Disease,
dll

· Kelainan dinding dada, contoh: hernia diafragmatika,dll

· Kelainan di luar paru-paru, contoh kelainan jantung

Apabila bayi lahir kemudian tidak langsung menangis atau bayi terlihat biru
maka kita harus bertanya kelainan apakah yang terdapat pada bayi ini. Berdasarkan
pengalaman klinis penyakit terbanyak penyebab gangguan nafas pada bayi antara lain
sindroma aspirasi mekonium (cairan ketuban yang tertelan dan masuk paru-paru bayi),
Hyalin Membran Disease/HMD ( gangguan nafas pada bayi prematur akibat paru-paru
belum matang) serta Transient Tachipnoe Of Newborn/TTN (gangguan nafas yang
sifatnya sementara).

Untuk menegakkan diagnosa gangguan nafas bayi baru lahir tentunya harus
berdasarkan sejumlah pemeriksaan. Disamping gejala klinis yang ada seperti nafas
cepat, sesak nafas, bayi terlihat kebiruan, bayi tidak menangis, perlu pemeriksaan
penunjang seperti rontsen dada, pemeriksaan laboratorium.

Penatalaksanaan bayi dengan gangguan nafas adalah penatalaksanaan bayi pada


umumnya seperti diberikan oksigen bila sesak, pemberian cairan baik untuk makanan
maupun cairan infus, pemberian antibiotika bila ada infeksi. Apabila sampai bayi
berhenti bernafas tentunya kita harus menggunakan alat khusus yaitu ventilator sebagai
alat bantu pernapasan.

2.1.7 Kejang Pada BBL

Kejang merupakan gejala kelainan susunan saraf pusat dan merupakan


kegawatdaruratan. Kejang pada Bayi Muda umur ≤2 hari berhubungan dengan asfiksia,
trauma lahir, dan kelainan bawaan dan jika lebih dari 2 hari dikaitkan dengan tetanus
neonatorium.

a. Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau
istilah lokal yang mudah dimengerti ibu.
b. Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau
gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun
menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi
pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.

c. Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan
berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada
satu sisi.

d. Lihat : apakah mulut bayi mencucu?

e. Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.
Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus
neonatorum

f. Dengar : apakah bayi menangis melengking tiba-tiba? Biasanya menunjukkan


ada proses tekanan intra kranial atau kerusakan susunan saraf pusat lainnya.

Sebelum anda melakukan rujukan, anda harus melakukan upaya stabilisasi


terlebih dahulu untuk meningkatkan keberhasilan rujukan. Beberapa tindakan tersebut
dalam anda lakukan sebelum anda melakukan rujukan.

Kejang

1. Bebaskan jalan nafas dan memberi oksigen

2. Menangani kejang dengan obat anti kejang (pilihan 1 fenobarbital 30 mg = 0,6


ml IM, pilihan 2 diazepam 0.25 ml dengan berat <2500 gr dan 0,5 ml dengan berat ≥
2500 gr per rektal)

3. Jangan memberi minum pada saat kejang akan terjadi aspirasi

4. Menghangatkan tubuh bayi (metode kangguru selama perjalanan ke tempat


rujukan

5. Jika curiga Tetanus Neonatorum beri obat Diazepam bukan Fenobarbital

6. Beri dosis pertama antibiotika PP


2.1.8 Infeksi Neonatal

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi neonatal merupakan
sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan.
Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.

Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi


dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar
belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut
AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan
asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal.

Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis. Penyebab SAM


belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akibat hipoksia janin
kronik dan asidosis serta kejadian kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor
Apgar <5 pada menit ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau
tidak jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas anamnesis,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan atau sistem skor
untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal.

Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal
adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan biakan darah, cairan serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik
sangat berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas
dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini
terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup
sensitif dan spesifik.

2.1.9 Rujukan Dan Transportasi BBL

Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan
fasilitas dan keahlian yang memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi
bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugal layanan kesehatan (perawat/bidan/dokter)
atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus
mengetahui kewenangan dan tanggungjawab tugas masing-masing sesuai dengan
jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.

Selama rujukan perawatan ASI diusahakan teteap diberikan. Apabila tidak


memungkinkan ASI tetap harus dikeluarkan supaya payudara tetap produktif. Dalam
menangani bayi baru lahir petugas senantiasa diharapkan:

· Mewaspadai faktor resiko

· Mengenal tanda-tanda resiko tinggi

· Mengetahui indikasi rujukan

Factor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan rujukan

· Berfungsinya mekanisme rujukan dari tingkat masyarakat dan puskesmas


hingga rumah sakit tempat rujukan

· Adanya komunikasi 2 arah antara yang merujuk dan tempat rujukan

· Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam

· Tersedianya lat kesehatan dan obat-obatan sesuai kebutuhan di tempat yang


merujuk dan di tempat rujukan

· Tersedianya sarana angkutan/transportasi selama 24 jam

· Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk transport, perawatan
dan pengobatan di rumah sakit.

· Tersedianya dana insentif bagi petugas kesehatan yang siaga 24 jam

Tanggung jawab petugas dalam pelaksanaan rujukan

Tanggung jwab petugas yang merujuk

· Persiapan rujukan yang memadai


· Penerangan kepada orang tua atau keluarga mengenai penyakit yang ditemukan
atau diduga

· Izin rujukan atau tindakan lain yang akan dilakukan

· Pemberian identifikasi, data (riwayat kehamilan, riwayat kelahiran, riwayat


penyakit) yang ada, yang sudah dilakukan dan yang mungkin diperlukan (hasil
laboratorium,, foto Rontgen, contoh darah ibu).

· Stabilisasi keadaan vital janin/bayi baru lahir selama perjalanan merujuk

· Bagi petrugas yang menerima rujukan berupa penanganan kasus rujukan

· Pembinaan kemampuan dan keterampilan teknis petugas puskesmas oleh dokter


spesialis kebidanan dan anak dalam penanganan kasus rujukan nenonatuis sakit,
minimal sekali setiap 3 bulan

Bentuk kegiatannya berupa:

a. Telaah (review) kasus rujukan

b. Audit maternal-perinatal/neonatal

c. Konsultasi dokter spesialis serta kunjungan dokter spesialis

· Penerapan prosedur tetap pelayanan esensial dan tatalaksana penyakit pada


nenonatus di setiap jenjang pelayanan kesehatan.

2.1.10 Perdarahan

Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau kapiler)
ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah.
Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :

1. Kontraksi pembuluh darah

2. Pembentukan gumpalan trombosit (platelet plug)

3. Pembentukan trombin dan fibrin yang memperkuat gumpalan trombosit tersebut.


Umumnya peranan ketiga mekanisme tersebut bergantung kepada besarnya kerusakan
pembuluh darah yang terkena. Perdarahan akibat luka kecil pada pembuluh darah yang
kecil dapat diatasi oleh kontraksi arteriola atau venula dan pembentukan gumpalan
trombosit, tetapi perdarahan yang diakibatkan oleh luka yang mengenai pembuluh darah
besar tidak cukup diatasi oleh kontraksi pembuluh darah dan gumpalan trombosit.
Dalam hal ini pembentukan trombin dan akhirnya fibrin penting untuk memperkuat
gumpalan trombosit tadi. Disamping untuk menjaga agar darah tetap didalam
salurannya diperlukan pembuluh darah yang berkualitas baik. Bila terdapat gangguan
atau kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut, terjadilah
perdarahan yang abnormal yang sering kali tidak dapat berhenti sendiri.

Penatalaksanaan

Pada perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau transfusi darah atas indikasi
yang tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan gawat janin, mungkin diperlukan
perawatan intensif; pemberian preparat besi biasanya ditangguhkan. Jenis perdarahan
menahun umumnya tidak memerlukan transfusi darah; dalam kasus ini senyawa besi
dapat langsung diberikan.

Penanganan bayi kembar dengan sindrom transfusi feto-fetal memerlukan tindakan


cepat dan tepat, serupa dengan tindakan gawat darurat. Bayi kembar donor yang
mungkin dalam keadaan gawat memerlukan parawatan intensif yang umum, seperti
pembebasan jalan nafas, pemberian oksigen, pemberian cairan intravena atau darah,
pengelolaan keseimbangan asam-basa dan parameter hematologik lainnya. Bila terdapat
gejala payah jantung, dapat diberikan digitalisasi dengan pemberian digoksin 0,03-0,05
mg/kg.BB/hari secara parenteral, yang mungkin perlu disertai degnan pemberian
furosemid 0,5-1,0 mg/kg.BB/kali secara intramuskular, dan dapat diulang setelah 2 jam.

Penatalaksanaan perdarahan subaraknoid umumnya bersifat simptomatik, misalnya


pengobatan terhadap kejang atau gangguan nafas. Selanjutnya perlu dilakukan observasi
terhadap kadar darah tepi dan sistem kardiovaskular serta kemungkinan terjadinya
hiperbilirubinemia. Selain itu perlu diawasi terhadap kemungkinan terjadinya
komplikasi hidrosefalus.
2.1.11 Syok / Rejatan

Syok adalah gejala klinis yang kompleks disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi
yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adekuat. Hal
tersebut mengakibatkan kurang adekuatnya jumlah oksigen dan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan jaringan tubuh dan untuk pembuangan sisa hasil metabolisme.

Syok dapat dijumpai pada masa antepartum, intrapartum dan postpartum. Meskipun
telah dicapai kemajuan dalam penanganan pada bayi baru lahir, syok sirkulasi tetap
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius dalam kaitannya dengan
mekanisme kompleks yang menyertai pada masa transisi janin-bayi baru lahir dan
aspek-aspek unik lainnya dari fisiologi bayi baru lahir.

Terdapat 3 fase syok yaitu : kompensasi, dekompensasi dan irreversibel. Fase


kompensasi ditandai: frekuensi jantung, frekuensi napas, tekanan darah dan suhu tidak
terganggu atau terjadi gangguan minimal. Tanda klinis fase ini adalah pucat, takikardia,
kulit perife lembab, capilary refill memanjang. Bila mekanisme homeostasis sudah
jenuh atau tidak adekuat akan terjadi fase dekompensasi. Fase dekompensasi ditandai
dengan tekanan darah yang makin menurun, capilary refill sangat memanjang,
takikardi, kulit dingin, nafas cepat (untuk mengkompensasi asidosis metabolik) dan
jumlah urin berkurang atau tidak ada. Penanganan yang terlambat akan mengakibatkan
terjadinya syok irreversibel.

Syok pada bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:

a. Hipovolemia

b. Sepsis

c. Reaksi obat (anafilaktik)

d. Kardiogenik

e. Neurogenik
f. Endokrinogenik

Tumbuh kembang

· Pada bayi-bayi baru yang mengalami syok, setelah pulang dari RS perlu
pemantuan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama bulan pertama dan selanjutnya
di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk memantau tumbuh kembang selama masih bayi
maupun balita.

· Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi medik
untuk fisioterapi.

Langkah promotif/preventif

· Mencegah dan identifitasi awal infeksi maternal

· Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini

· Menghindari anestesi dan mencegah hipotensi maternal

· Perawatan antenatal yang baik

· Mencegah persalinan prematur dan berat lahir rendah

· Mencegah asfiksia neonatorum

· Melakukan resusitasi dengan benar

· Identifikasi awal terhadap kemungkinan terjadinya hemolisis neonatus

· Mencegah perdarahan fetal/neonatal

· Mencegah sepsis neonatorum

· Mencegah pulmonary air leak syndrome

· Mencegah terjadinya over distensi paru saat ventilasi tekanan positif

· Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko syok dan pengelolaan yang
efektif
2.2 Asuhan Bayi Baru Lahir Bermasalah

Prinsip – Prinsip Asuhan Bayi Baru Lahir

· Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan, penangan bayi tersebut bergantung pada :

- Apakah bayi mempunyai kondisi atau masalah yang perlu tindakan segera,

- Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian, atau
tindakan sama sekali.

2.2.1 Bayi Baru Lahir Dengan Masalah

· Masalah/kondisi akut perlu tindakan segera dalam 1 jam kelahiran (oleh


tenaga di kamar persalinan):

- Tidak bernafas,

- Sesak nafas

- Sianosis sentral (kulit biru)

- Bayi berat Lahir rendah (BBLR) <2.500 g,

- Letargis

- Hipotermia/stress dingin (suhu axila <36,5 C

- Kejang

· Kondisi perlu tidakan awal

- Potensial infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah lama)

- Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau positif)

· Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan


segera (oleh tenaga di kamar bersalin)
- lakukan asuhan bayi segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran
bayi,

- rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan sesuai.

2.2.1.1 Rujukan Bayi

· jelaskan kondisi/masalah bayi kepada ibu

· jaga bayi agar tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak atau kering,
selimuti, dan pakai topi

· rujuk dengan di gendong petugas, jika memungkinkan. Gunakan incubator atau


basinet jika perlu tindakan khusus, misalnya pemberian O2.

· Mulai menyusui

· Ajari memeras payudara dan ASI yang di berikan kepada bayi jika menyusui
dini tidak di mungkinkan oleh kondisi ibu atau bayi.

· Pastikan kamar bayi NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau tempat pelayanan
yang dituju penerima formulir riwayat persalinan, kelahiran, dan tindakan yang
diberikan kepada bayi.

2.2.1.2 Kondisi Atau Masalah Segera Setelah Lahir

Masalah

· Bayi baru lahir dengan kondisi atau masalah

- Tidak bernafas atau napas megap – megap,

- Sukar bernafas (hitung nafas dalam <30 atau >60, tarikan dinsing dada ke dalam
yang kuat atau suara merintih)

- Sianosis (biru)
- Premature atau Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), (<32 minggu atau <
1500 g)

- Letargi

- Hipotermia

- Kejang

· Bayi dengan kondisi atau masalah yang perlu di perhatikan di kamar bersalin:

- Bayi berat lahir rendah (BBLR) (1500 – 2500 g)

- Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)

- Potensial sifilis (ibu dengan gejala atau serolohis positif)

2.2.1.3 Penanganan Segera

Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah: tidak bernafas atau megap – megap,
sianosis atau sukar bernafas.

2.2.2 Tidak Bernafas atau Megap –megap

2.2.2.1 Penanganan Umum

· Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat –
kering

· Jika dilakukan, segera klem dan potong tali pusat

· Letakan bayi di tempat yang keras dan hangat (dibawah radisant heater) untuk
resusitasi

· Kerjakan pedoman pencegahan infeksi dalam melakukan tindakan perawatan dan


resusitasi
2.2.2.2 Resusitasi

Perlunya resusitasi harus di tentukan sebelum akhir menit


pertama kehidupan.Indicator terpenting bawha di perlukan resusitasi ialah kegagalan
napas setelah bayi lahir.

Kotak 32.1: Peralatan Resusitasi

2.2.2.3 Membuka Jalan Nafas

· Posisi bayi

- Terlentang

- Kepala lurus dan sedikit tengadah/ekstensi (posisi mencium bau)

- Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada

· Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung. Jika terdapat darah
atau meconium di mulut atau hidung, isap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : jangan menghisap terlalu dalam tenggorok, karena karena dapat
mengakibatkan turunnya frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti nafas.

· tetap jaga kehangatan tubuh bayi

· Pertimbangkan pembrian nalokson (setelah tanda vital baik) jika ibu mendapat
petidin atau morfin sebelum melahirkan

· Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti, dan nilai apakah terjadi napas
spontan.

- Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/menit), tidak ada tarikan dinding dada
dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.

- Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas
spontan terjadi

· Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit
setelah tangis berhenti :

- Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60x/menit) tidak ada tarikan dinding dada
dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.

- Jika frekuensi <30x/menit, lanjutkan ventilasi.

- Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oksigen, jika
tersedia. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju.

· Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi

- Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

- Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.

· Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit
ventilasi, hentikan ventilasi; bayi lahir mati. Berikan dukungan psikologis kepada
keluarga.
Kotak 32.2: Mengatasi depresi pernafasan bayi baru lahir akibat obat narkotika

2.2.2.4 Asuhan Pascaresusitasi yang Berhasil

· Hindari kehilangan panas:


- Lakukan kontak kulit di dada ibu (metode Kanguru), dan selimuti bayi.

- Letakkan di bawah radiant heater, jika tersedia.

· Periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit.

- Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) beri oksigen lewat kateter hidung atau
nasal prong.

· Ukur suhu aksiler:

- Jika suhu 36oC atau lebih, teruskan metode Kanguru dan mulai pemberian ASI.

- Jika suhu <36oC, lakukan penanganan hipotermia.

· Mendorong ibu mulai menyusui: bayi yang mendapat resusitasi cenderung


hipoglikemia.

- Jika kekuatan menghisap baik, proses penyembuhan optimal.

- Jika menghisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang
dituju.

· Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas
kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

2.2.2.5 Sianosis atau Sukar Bernafas

· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60 x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih).

- Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan nafas bersih.

- Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.

- Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.

· Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan
pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.
Kotak 32.3: Penggunaan oksigen

2.2.2.6 Penilaian

Banyak kondisi serius pada bayi baru lahir – misalnya infeksi bakteri, malformasi,
asfiksia berat, penyakit hialin membran pada prematur – dengan gejala yang sama
dengan sukar bernafas dan minum lemah/tidak mau minum.

Diagnosis banding sukar tanpa bantuan tes diagnostik lengkap.Meskipun demikian


tindakan segera harus dilakukan tanpa diagnosis yang khusus.Bayi dengan masalah di
atas harus segera dirujuk.
2.2.3 Penanganan Bayi Baru Lahir Bermasalah

2.2.3.1 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil

Jika bayi sangat kecil (<1500 g atau ,32 minggu) sering terjadi masalah yang berat
misalnya sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi
rentan terjadi hipotermia jika tidak dalam inkubator.

Bayi ini memerlukan pelayanan kesehatan khusus.Rujukan harus segera dilakukan ke


tempat pelayanan yang sesuai bagi bayi baru lahir sakit atau kecil sedini mungkin.
Sebelum dan selama rujukan:

· Pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas.

· Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri, beri dosis pertama
antibiotika:

- Gentasimin 4 mg/kg BB I.M. (atau kanamisin)

- Ditambah ampisilin 100 mg/kg BB I.M. (atau benzil penisilin)

· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per
menit, tarikkan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.

2.2.3.2 Letargi

Jika bayi alergi (tonus otot rendah, tidak ada gerakan), sangat mungkin bayi sakit berat
dan harus segera di rujuk ketempat pelayanan yang sesuai.

2.2.3.3 Hipotermia

Hipotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau pada bayi yang
diresusitasi atau dipisahkan dari ibu.Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun <
35oC. Hangatkan segera:

· Jika bayi sakit berat atau hipotermia berat (suhu aksiler < 35oC ):
- Gunakan alat yang tersedia (inkubator, radiant heater, kamar hangat, tempat tidur
hangat)

- Rujuk segera ke tempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU,

- Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per
menit, tarikan dinding dad kedalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.

· Jika bayi begitu tampak dan suhu aksiler 35oC atau lebih:

- Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti, dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas

- Dorong ibu untuk segera menyusui, setelah bayi siap

- Pantau suhu aksiler setiap jam sampai normal

- Bayi dapat diletakan kedalam inkubator atau dibawah radiant heater

2.2.3.4 Kejang

Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat disebabkan oleh
maningitis, ensefalopati, atau hipoglekemia berat

· Pastikan bayi dijaga tetap hangat . bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas

· Rujuk segera ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU

2.2.4 Bayi Prematur Sedang Atau Bblr

Bayi prematur sedang (33 atau 38 minggu) atau BBLR (1500-2500 gram) dapat
mempunyai masalah segera setelah lahir

· Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metode kanguru:

- Rawat bayi tetap bersama ibu


- Dorong ibu menyusui dalam 1 jam pertama

· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60 x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau
nasal prong

· Jika suhu aksiler turun di bawah 35oC, hangatkan bayi segera

2.2.5 Bayi Prematur Dan/Atau Ketuban Pecah Lama Dan Asimptomatis

Panduan berikut bisa dimodifikasi sesuai dengan keadaan setempat

· Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri atau jika ketuban pecah lebih dari
18 jam meskipun tanda-tanda klinis infeksi

- Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui

- Lakukan kultur darah dan berikan antibiotika dosis pertama

· Jangan berikan antibiotika pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda infeksi
selama 3 hari:

- Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui

- Jika dalam 3 hari terjadi tanda infeksi, rujuk ke NICU, lakukan kultur darah, dan
berikan antibiotika dosis pertama.

· Jika bayi menunjukan tanda-tanda sifilis, rujuk ke NICU. Tanda-tanda sifilis


termasuk:

- Edema umum

- Ruam kulit

- Telapak tangan atau kaiki melepuh

- Rinitis

- Kondiloma anal

- Pembesaran hepat/lien
- Paralis salah satu anggota tubuh bagian bawah

- Ikterus

- Pucat

- Sfiroketa positif dari lesi cairan tubuh cairan serebrospinal

· Jika tes srelogis ibu positif atau menunjukan gejala tetapi bayi tidak menunjukan
tanda-tanda sefilis, beri benzatin penisilin 50.000 unit/kg BB I.M. dosis tunggal.

Anda mungkin juga menyukai