Setiap bayi baru lahir akan mengalami bahaya jiwa saat proses kelahirannya.
Ancaman jiwa berupa kamatian tidak dapat diduga secara pasti walaupun dengan
bantuan alat-alat medis modern sekalipun, karena sering kali memberikan gambaran
berbeda terhadap kondisi bayi saat lahir.
Oleh karena itu kemauan dan keterampilan tenaga medis yang menangani
kelahiran bayi mutlak sangat dibutuhkan, tetapi tidak semua tenaga medis memiliki
kemampuan dan keterampilan standard, dalam melakukan resusitasi pada bayi baru
lahir yang dapat dihandalkan, walaupun mereka itu memiliki latar belakang pendidikan
sebagai profesional dan ahli.
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi
diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem.
Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada
ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling
besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem
organ tapi yang terpenting adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka
dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan
suatu tindakan untuk mencegah kegawatdaruratan terhadap neonatus.
Terdapat banyak kondisi yang menyebabkan kegawatdaruratan neonatal yaitu
BBLR Asfiksia BBL, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah Pemberian Air
Minum, Gangguan Nafas Pada BBL, Kejang pada BBL, Infeksi Neonatal, Rujukan dan
Transportasi BBL, Perdarahan, Syok/Renjatan.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam 1 (satu) jam setelah lahir. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan.
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40- 50 kali
per menit.
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah
langkah yang penting.Hal-hal yang dapat dilakukan:
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu
selama hamil.
Penatalaksanaan
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan belum
matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga
pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang
diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat terlentang
atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usalia pernapasan.
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan
mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan
gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan
bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan
yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
1. Asfiksia neonatorum ringan : Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak
memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia neonatorum sedang : Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan
terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfisia neonatorum berat : Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-
kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi
jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi
jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama asfiksia berat
a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.
c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka.
2. Memulai pernafasan
b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau mulut
ke mulut (hindari paparan infeksi).
3. Mempertahankan sirkulasi
b. Kompresi dada.
c. Pengobatan
Persiapan Alat Resusitasi
2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang,
handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi.
2.1.2 Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh <360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin. Untuk mengukur suhu tubuh pada hipotermia diperlukan
termometer ukuran rendah (low reading termometer) sampai 250C. Disamping sebagai
suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan
kematian.
1. Mencegah hipotermia
2. Mengenal bayi dengan hipotermia
a. Hipotermia sedang (suhu tubuh 320C - < 360C), tanda-tandanya antara lain: kaki
teraba dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah dan kulit berwarna tidak
rata atau disebut kutis marmorata.
b. Hipotermia berat (suhu tubuh < 320C), tanda-tandanya antara lain: sama dengan
hipotermia sedang, dan disertai dengan pernafasan lambat tidak teratur, bunyi jantung
lambat, terkadang disertai hipoglikemi dan asidosis metabolik.
c. Stadium lanjut hipotermia, tanda-tandanya antara lain: muka, ujung kaki dan
tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras, merah dan
timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (sklerema).
2. Cegah penurunan gula darah (berikan ASI bila bayi masih bisa menyusu dan
beri ASI perah atau air gula menggunakan pipet bila bayi tidak bisa menyusu) dapat
menyebabkan kerusakan otak
3. Nasehati ibu cara menjaga bayi tetap hangat selama perjalanan rujukan
4. Rujuk segera
2.1.3 Hipoglikemia
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara
teratur.
Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki
kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi
yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka bayi
tersebut termasuk menderita hipoglikemia. Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi
karena ketika kadar gula darah bayi sangat rendah maka sel otak dan otot tubuh bayi
tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh bayi
membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik.
Masalah hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam waktu singkat atau lama
tergantung dengan kondisi kesehatan bayi.
Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga
kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang
bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar gula
darah yang rendah, yaitu:
· Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu
dalam waktu yang singkat.
· Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik
untuk meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya
perawat yang akan memberikan lewat botol susu.
· Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak
untuk minum dengan baik.
· Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula
yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena
mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu formula dengan
baik maka dokter biasanya memutuskan untuk memberikan cairan IV yang
mengandung gula. Perawatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga kadar gula
darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Perawatan ini juga paling sering
dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, termasuk bayi
prematur.
Jika berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah bayi
menurun terus, maka dokter bisa melakukan tindakan operasi atau bedah untuk
mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah organ dalam tubuh bayi yang berfungsi
untuk menghasilkan insulin. Namun tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan
karena bisa meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi.
2.1.4 Ikterus
Ikterus merupakan perubahan warna kulit atau selaput mata menjadi kekuningan
sebagian besar (80%) akibat penumpukan bilirubin (hasil pemecahan sel darah merah)
sebagian lagi karena ketidak cocokan gol.darah ibu dan bayi. Peningkatan kadar
bilirubin dapat diakibatkan oleh pembentukan yang berlebihan atau ada gangguan
pengeluaran. Ikterus dapat berupa fisiologik dan patologik (hiperbilirubin
mengakibatkan gangguan saraf pusat). Sangat penting mengetahui kapan ikterus timbul,
kapan menghilang dan bagian tubuh mana yang kuning. Timbul setelah 24 jam dan
menghilang sebelum 14 hari tidak memerlukan tindakan khusus hanya pemberian ASI.
Ikterus muncul setelah 14 hari berhubungan dengan infeksi hati atau sumbatan aliran
bilirubin pada empedu. Lihat tinja pucat seperti dempul menandakan adanya sumbatan
aliran bilirubin pada sistem empedu.
Jika hasil pemeriksaan anda pada bayi A, usia 8 hari menunjukkan kuning
terlihat pada daerah kepala, leher, berapakah derajat ikterus yang dialami oleh bayi A.
b. Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar ke atas)
c. Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau siku
d. Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
Ikterus
3. Rujuk segera
Bayi menunjukkan tanda tidak bisa minum atau menyusu jika bayi terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap dan menelan. Bayi mempunyai tanda
memuntahkan semua jika bayi sama sekali tidak dapat menelan apapun.
Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahir, bayi berat lahir rendah, atau
bayi sakit berat Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain
untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit juga memenuhi tumbuh kembang bayi.
4. Ibu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil atau bayi
kembar
Langkah promotif/preventif
Diagnosis
Anamnesis
Gangguan nafas sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor penting
sebagai penyebab tingginya angka kesakitan dan angka kematian pada masa neonatus
(bayi baru lahir usia 0 – 28 hari). Diluar negeri kurang lebih 50% kematian neonatus
disebabkan oleh gangguan pernafasan. Di Indonesia berdasarkan Survey Kesehatan
Rumah TAngga tahun 1992, sebesar 20% kematian neonatus disebabkan oleh kelainan
saluran nafas.
· Sumbatan saluran nafas bagian atas, contoh: atresia koane(tidak ada saliran
lubang hidung),dll
· Penyakit paru contoh: pneumonia, atelektasis paru, Hyalin Membrab Disease,
dll
Apabila bayi lahir kemudian tidak langsung menangis atau bayi terlihat biru
maka kita harus bertanya kelainan apakah yang terdapat pada bayi ini. Berdasarkan
pengalaman klinis penyakit terbanyak penyebab gangguan nafas pada bayi antara lain
sindroma aspirasi mekonium (cairan ketuban yang tertelan dan masuk paru-paru bayi),
Hyalin Membran Disease/HMD ( gangguan nafas pada bayi prematur akibat paru-paru
belum matang) serta Transient Tachipnoe Of Newborn/TTN (gangguan nafas yang
sifatnya sementara).
Untuk menegakkan diagnosa gangguan nafas bayi baru lahir tentunya harus
berdasarkan sejumlah pemeriksaan. Disamping gejala klinis yang ada seperti nafas
cepat, sesak nafas, bayi terlihat kebiruan, bayi tidak menangis, perlu pemeriksaan
penunjang seperti rontsen dada, pemeriksaan laboratorium.
a. Tanya : adakah riwayat kejang? Tanyakan ke ibu dan gunakan bahasa atau
istilah lokal yang mudah dimengerti ibu.
b. Lihat : apakah bayi tremor dengan atau tanpa kesadaran menurun? Tremor atau
gemetar adalah gerakan halus yang konstan, tremor disertai kesadaran menurun
menunjukkan kejang. Kesadaran menurun dapat dinilai dengan melihat respon bayi
pada saat baju bayi dibuka akan terbangun.
c. Lihat : apakah ada gerakan yang tidak terkendali? Dapat berupa gerakan
berulang pada mulut, gerakan bola mata cepat, gerakan tangan dan kaki berulang pada
satu sisi.
e. Lihat dan raba : apakah bayi kaku seluruh tubuh dengan atau tanpa rangsangan.
Mulut mencucu seperti mulut ikan merupakan tanda yang cukup khas pada tetanus
neonatorum
Kejang
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang
disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik.Infeksi neonatal merupakan
sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama 1 bulan pertama kehidupan.
Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus.
Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal
adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan biakan darah, cairan serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik
sangat berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas
dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini
terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup
sensitif dan spesifik.
Apabila setelah dilahirkan bayi menjadi sakit atau gawat dan membutuhkan
fasilitas dan keahlian yang memadai, bayi harus dirujuk. Keputusan untuk merujuk bayi
bayi baru lahir sebaiknya dibuat oleh petugal layanan kesehatan (perawat/bidan/dokter)
atas dasar kesepakatan dengan keluarga. Setiap petugas pelayanan kesehatan harus
mengetahui kewenangan dan tanggungjawab tugas masing-masing sesuai dengan
jenjang pelayanan kesehatan tempatnya bertugas.
· Tersedianya tenaga kesehatan yang mampu, terampil dan siaga selama 24 jam
· Bagi keluarga tidak mampu tersedia dukungan dana untuk transport, perawatan
dan pengobatan di rumah sakit.
b. Audit maternal-perinatal/neonatal
2.1.10 Perdarahan
Perdarahan ialah keluarnya darah dari salurannya yang normal (arteri, vena atau kapiler)
ke dalam ruangan ekstravaskulus oleh karena hilangnya kontinuitas pembuluh darah.
Sedangkan perdarahan dapat berhenti melalui 3 mekanisme, yaitu :
Penatalaksanaan
Pada perdarahan akut dapat diberikan carian intravena atau transfusi darah atas indikasi
yang tepat. Karena dapat terjadi renjatan dan gawat janin, mungkin diperlukan
perawatan intensif; pemberian preparat besi biasanya ditangguhkan. Jenis perdarahan
menahun umumnya tidak memerlukan transfusi darah; dalam kasus ini senyawa besi
dapat langsung diberikan.
Syok adalah gejala klinis yang kompleks disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi
yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak adekuat. Hal
tersebut mengakibatkan kurang adekuatnya jumlah oksigen dan nutrien untuk
memenuhi kebutuhan jaringan tubuh dan untuk pembuangan sisa hasil metabolisme.
Syok dapat dijumpai pada masa antepartum, intrapartum dan postpartum. Meskipun
telah dicapai kemajuan dalam penanganan pada bayi baru lahir, syok sirkulasi tetap
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang serius dalam kaitannya dengan
mekanisme kompleks yang menyertai pada masa transisi janin-bayi baru lahir dan
aspek-aspek unik lainnya dari fisiologi bayi baru lahir.
Syok pada bayi baru lahir dapat terjadi karena berbagai macam faktor:
a. Hipovolemia
b. Sepsis
d. Kardiogenik
e. Neurogenik
f. Endokrinogenik
Tumbuh kembang
· Pada bayi-bayi baru yang mengalami syok, setelah pulang dari RS perlu
pemantuan selanjutnya di Poliklinik Perinatologi selama bulan pertama dan selanjutnya
di Poliklinik Tumbuh Kembang untuk memantau tumbuh kembang selama masih bayi
maupun balita.
· Bayi-bayi yang ada gejala sistim neurologis, rujuk ke unit rehabilitasi medik
untuk fisioterapi.
Langkah promotif/preventif
· Melakukan identifikasi awal terhadap faktor risiko syok dan pengelolaan yang
efektif
2.2 Asuhan Bayi Baru Lahir Bermasalah
· Jika bayi di lahirkan oleh seorang ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan, penangan bayi tersebut bergantung pada :
- Apakah bayi mempunyai kondisi atau masalah yang perlu tindakan segera,
- Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh, sebagian, atau
tindakan sama sekali.
- Tidak bernafas,
- Sesak nafas
- Letargis
- Kejang
- Potensial infeksi bakteri ( pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
· jaga bayi agar tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak atau kering,
selimuti, dan pakai topi
· Mulai menyusui
· Ajari memeras payudara dan ASI yang di berikan kepada bayi jika menyusui
dini tidak di mungkinkan oleh kondisi ibu atau bayi.
· Pastikan kamar bayi NICU (Neonatal Intensive Care Unit) atau tempat pelayanan
yang dituju penerima formulir riwayat persalinan, kelahiran, dan tindakan yang
diberikan kepada bayi.
Masalah
- Sukar bernafas (hitung nafas dalam <30 atau >60, tarikan dinsing dada ke dalam
yang kuat atau suara merintih)
- Sianosis (biru)
- Premature atau Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), (<32 minggu atau <
1500 g)
- Letargi
- Hipotermia
- Kejang
· Bayi dengan kondisi atau masalah yang perlu di perhatikan di kamar bersalin:
- Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah dini atau pecah lama)
Tiga keadaan yang perlu tindakan segera ialah: tidak bernafas atau megap – megap,
sianosis atau sukar bernafas.
· Keringkan bayi, ganti kain yang basah dan bungkus dengan pakaian hangat –
kering
· Letakan bayi di tempat yang keras dan hangat (dibawah radisant heater) untuk
resusitasi
· Posisi bayi
- Terlentang
· Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut lalu hidung. Jika terdapat darah
atau meconium di mulut atau hidung, isap segera untuk menghindari aspirasi.
Catatan : jangan menghisap terlalu dalam tenggorok, karena karena dapat
mengakibatkan turunnya frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti nafas.
· Pertimbangkan pembrian nalokson (setelah tanda vital baik) jika ibu mendapat
petidin atau morfin sebelum melahirkan
· Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti, dan nilai apakah terjadi napas
spontan.
- Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/menit), tidak ada tarikan dinding dada
dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.
- Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai nafas
spontan terjadi
· Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5 menit
setelah tangis berhenti :
- Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60x/menit) tidak ada tarikan dinding dada
dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan
awal bayi baru lahir.
- Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oksigen, jika
tersedia. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju.
- Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika diperlukan.
· Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada nafas setelah 20 menit
ventilasi, hentikan ventilasi; bayi lahir mati. Berikan dukungan psikologis kepada
keluarga.
Kotak 32.2: Mengatasi depresi pernafasan bayi baru lahir akibat obat narkotika
- Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) beri oksigen lewat kateter hidung atau
nasal prong.
- Jika suhu 36oC atau lebih, teruskan metode Kanguru dan mulai pemberian ASI.
- Jika menghisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang
dituju.
· Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar bernafas
kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju.
· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau >60 x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih).
- Beri oksigen 0,5 l/menit lewat kateter hidung atau nasal prong.
· Jaga bayi tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti, dan
pakai topi untuk mencegah kehilangan panas.
Kotak 32.3: Penggunaan oksigen
2.2.2.6 Penilaian
Banyak kondisi serius pada bayi baru lahir – misalnya infeksi bakteri, malformasi,
asfiksia berat, penyakit hialin membran pada prematur – dengan gejala yang sama
dengan sukar bernafas dan minum lemah/tidak mau minum.
2.2.3.1 Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) atau Prematur Kecil
Jika bayi sangat kecil (<1500 g atau ,32 minggu) sering terjadi masalah yang berat
misalnya sukar bernafas, kesukaran pemberian minum, ikterus berat dan infeksi. Bayi
rentan terjadi hipotermia jika tidak dalam inkubator.
· Pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak,
kering, selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas.
· Jika pada riwayat ibu terdapat kemungkinan infeksi bakteri, beri dosis pertama
antibiotika:
· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per
menit, tarikkan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.
2.2.3.2 Letargi
Jika bayi alergi (tonus otot rendah, tidak ada gerakan), sangat mungkin bayi sakit berat
dan harus segera di rujuk ketempat pelayanan yang sesuai.
2.2.3.3 Hipotermia
Hipotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau pada bayi yang
diresusitasi atau dipisahkan dari ibu.Dalam kasus-kasus ini, suhu dapat cepat turun <
35oC. Hangatkan segera:
· Jika bayi sakit berat atau hipotermia berat (suhu aksiler < 35oC ):
- Gunakan alat yang tersedia (inkubator, radiant heater, kamar hangat, tempat tidur
hangat)
- Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60 x per
menit, tarikan dinding dad kedalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung
atau nasal prong.
· Jika bayi begitu tampak dan suhu aksiler 35oC atau lebih:
- Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti, dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas
2.2.3.4 Kejang
Kejang dalam 1 jam pertama kehidupan jarang. Kejang dapat disebabkan oleh
maningitis, ensefalopati, atau hipoglekemia berat
· Pastikan bayi dijaga tetap hangat . bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas
Bayi prematur sedang (33 atau 38 minggu) atau BBLR (1500-2500 gram) dapat
mempunyai masalah segera setelah lahir
· Jika bayi tidak ada kesukaran bernafas dan tetap hangat dengan metode kanguru:
· Jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi <30 atau > 60 x per menit,
tarikan dinding dada ke dalam atau merintih), beri oksigen lewat kateter hidung atau
nasal prong
· Jika ibu mempunyai tanda klinis infeksi bakteri atau jika ketuban pecah lebih dari
18 jam meskipun tanda-tanda klinis infeksi
- Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
· Jangan berikan antibiotika pada kondisi lain. Amati bayi terhadap tanda infeksi
selama 3 hari:
- Rawat bayi tetap bersama ibu dan dorong ibu tetap menyusui
- Jika dalam 3 hari terjadi tanda infeksi, rujuk ke NICU, lakukan kultur darah, dan
berikan antibiotika dosis pertama.
- Edema umum
- Ruam kulit
- Rinitis
- Kondiloma anal
- Pembesaran hepat/lien
- Paralis salah satu anggota tubuh bagian bawah
- Ikterus
- Pucat
· Jika tes srelogis ibu positif atau menunjukan gejala tetapi bayi tidak menunjukan
tanda-tanda sefilis, beri benzatin penisilin 50.000 unit/kg BB I.M. dosis tunggal.