POLISITEMIA VERA
Pembimbing :
Dr. Tjokorda Gde Dharmayuda, Sp.PD-KHOM
Disusun oleh :
Pande Agung Mahariski (1202006139)
Ni Made Meilani (1202006127)
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pengalaman Belajar Lapangan yang berjudul “Polisitemia Vera” ini tepat
pada waktunya. Laporan Pengalaman Belajar Lapangan ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penulisan laporan Pengalaman Belajar Lapangan penulis banyak
mendapatkan bimbingan maupun bantuan, baik berupa informasi maupun
bimbingan moril. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD-KHOM selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FakultasKedokteranUniversitasUdayana/RSUP Sanglah.
2. dr. Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI selaku Koordinator Pendidikan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah.
3. Dr. Tjokorda Gde Dharmayuda, Sp.PD-KHOM selaku dosen pembimbing
atas segala bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam penyusunan
responsi kasus ini.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan responsi kasus ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan Pengalaman Belajar Lapangan ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka
penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan
Pengalaman Belajar Lapangan ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan
dan kedokteran.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani dimana poly berarti banyak, cyt
berarti sel dan hemia berarti darah sedangkan vera berarti benar.2 Polisitemia
vera adalah kelainan pada sistem mieloproliferatif di mana terjadi klon
abnormal pada hemopoetik sel induk (hemopoetic stem cells) dengan
peningkatan sensitivitas pada growth factors yang berbeda untuk terjadinya
maturasi yang berakibat terjadi peningkatan banyak sel.1 Peningkatan sel
darah merah pada polisitemia vera lebih mengarah pada jumlah sel, bukan
pada peningkatan masa kehidupan dari sel.8,9
Polisitemia rubra vera atau polisitemia vera dikenal juga dengan istilah
polisitemia primer, Vaquez disease, Osler disease, Osler-Vaquez disease, dan
eritremia.8,10
Meningkatnya jumlah sel darah merah dalam sirkulasi darah, menaikkan
viskositas darah total, suatu peristiwa yang menyebabkan melambatnya aliran
darah dan merupakan penyebab dari banyak manifestasi patofisiologi penyakit
ini. Meningkatnya viskositas darah mengakibatkan peningkatan volume darah
dan selanjutnya diikuti dengan meningkatnya beban kerja jantung, vasodilatasi
serta meningkatnya suplai oksigen ke jaringan.11
Penyakit ini melibatkan unsur-unsur hemopoetik dalam sumsum tulang
yang awalnya diam-diam tetapi progresif. Polisitemia vera tidak
membutuhkan eritripoetin untuk proses pematangannya, hal ini jelas
membedakannya dari eritrositosis atau polisitemia sekunder dimana
eritropoetin tersebut meningkat secara fisiologis sebagai kompensasi atas
kebutuhan oksigen yang meningkat atau secara non fisiologis sebagai sindrom
paraneoplastik yang dijumpai daripada manifestasi neoplasma lain yang
mensekresi eritropoetin.1 Kadar eritropoetin pada polisitemia vera biasanya
rendah atau tidak ada dan produksi normalnya ditekan oleh naiknya
hematokrit dan saturasi oksigen pada hakekatnya normal.11
4
2.2 Epidemiologi
Polisitemia vera biasanya mengenai pasien berusia 40-60 tahun, rasio
perbandingan antara pria dan perempuan antara 2:1 dan dilaporkan insiden
polisitemia vera adalah 2,3 per 100.000 populasi dalam setahun. Keseriusan
penyakit polisitemia vera ditegaskan bahwa faktanya survival median pasien
sesudah terdiagnosis tanpa diobati 1,5-3 tahun sedang yang dengan
pengobatan lebih dari 10 tahun.2
2.3 Etiologi
Terdapat penelitian yang menyebutkan kelainan molekul mungkin bisa
menjadi salah satu penyebab. Salah satu penelitian sitogenetika menunjukkan
adanya kariotipe abnormal di sel induk hemopoisis pada pasien dengan
polisitemia vera dimana tergantung dari stadium penyakit, rata-rata 20% pada
pasien polisitemia vera saat terdiagnosis sedang meningkat 80% setelah
diikuti lebih dari 10 tahun. Beberapa kelainan tersebut sama dengan penyakit
mielodisplasia sindrom, yaitu deletion 20q (8,4%), deletion 13q (3%), trisomi
8 (7%), trisomi 9 (7%), trisomi 1q (4%), deletion 5q atau monosomi 5 (3%),
deletion 7q atau monosomi 7 (1%).2
2.4 Patogenesis
Adanya reaktivitas berlebihan pada sinyal Janus Kinase yaitu tirosin
kinase yang berperan dalam proses hematopoetik menyebabkan proliferasi
berlebih pada sel-sel hematopoetik dan juga menstimulasi proses inflamasi
pembuluh darah.
5
kaki (29%), gatal (pruritus) (43%), juga terdapat perdarahan dari hidung,
lambung (stomach ulcers) (24%) atau sakit tulang (26%).
2. Gejala akhir (later symptomps) dan Komplikasi
Sebagai penyakit progresif, pasien dengan polisitemia vera mengalami
perdarahan (hemorrhage) atau trombosis. Trombosis adalah penyebab
kematian terbanyak dari polisitemia vera. Komplikasi Iain peningkatan
asam urat dalam darah sekitar 10% berkembang ,menjadi gout dan
peningkatan resiko ulkus pepticum (10%).
3. Fase splenomegali
Sekitar 30% gejala akhir berkembang menjadi fase splenomegali. Pada
tase ini terjadi kegagalan sumsum tulang dan pasien menjadi anemia berat,
kebutuhan transfusi meningkat, liver dan limpa membesar.2
2.6 Diagnosis
1) Manifestasi Klinis
2) Pemeriksaan Laboratorium
a. Eritrosit
Untuk menegakkan diagnosis polisitemia vera pada saat perjalanan
penyakit ini, peninggian massa eritrosit haruslah didemonstrasikan.
Hitung sel jumlah eritrosit dijumpai >6 juta/ml pada pria dan >5,5
juta/ml pada perempuan, dan sediaan apus eritrosit biasanya
normokrom, normositik kecuali jika terdapat defisiensi besi.
Poikilositosis dan anisositosis menunjukkan adanya transisi ke arah
metaplasia mieloid di akhir perjalanan penyakit.
b. Granulosit
Granulosit jumlahnya meningkat terjadi pada 2/3 kasus PV, berkisar
antara 12-25 ribu/ml tetapi dapat sampai 60 ribu/mL. Pada dua perliga
kasus ini juga terdapat basofilia.
c. Trombosit
Jumlah trombosit biasanya berkisar antara 450-800 ribu/mL, bahkan
dapat >1 juta/ml. Sering didapatkan dengan morfologi trombosit yang
abnormal.
d. B12 Serum
B12 serum dapat meningkat hal ini dijumpai pada 35% kasus dan dapat
pula menurun hal ini dijumpai pada 30% kasus, dan kadar UB12BC
meningkatpada >15% kasus polisitemia vera.
e. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Pemeriksaan ini tidak diperlukan untuk diagnostik, kecuali ada
kecurigaan terhadap penyakit mieloproliferatif lainnya seperti adanya
sel blas dalam hitungjenis leukosit. Sitologi sumsum tulang
menunjukkan peningkatan selularitas normoblastik berupa hiperplasi
trilinier dari seri eritrosit, megakariosit, dan mielosit. Sedangkan dari
10
2. Kategori B
Trombositosis: trornbosit > 400,000/mL,
Leukositosis: leukosit > 12.000/mL (tidak ada infeksi).
Neutrophil alkaline phosphatase (NAP) score meningkat lebih dari 100
(tanpa adanya panas atau infeksi).
Kadar vitamin B12 >900 pg/ml dan atau UB12BC dalam serum> 2200
pg/ml.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan pada polisitemia vera adalah
1. Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus
(individual) dan mengontrol eritropoesis dengan flebotomi.
2. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/polisitemia yang
belum terkontrol.
3. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment).
4. Menghindari obat yang mutagenik, teratogenik dan berefek sterilisasi
pada pasien usia muda.
5. Mengontrol panmielosis dengan dosis tertentu fosfor radioaktif atau
kemoterapi sitostatika pada pasien diatas 40 tahun bila didapatkan:
13
Diagnosis PV
Tidak
Tanpa mielosupresi
Pertimbangkan kembali jika
ada komplikasi
Aspirin sebagai profilaksis
14
kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3 mCi/m2 secara intravena, apabila
diberikan per oral maka dosis dinaikkan 25%. Selanjutnya apabila setelah 3-4
minggu pemberian P32 pertama: 1) Mendapatkan hasil, re-evaluasi setelah 10-
12 minggu. Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini jarang
dibutuhkan; 2) Tidak mendapatkan hasil selanjutnya dosis kedua dinaikkan
25% dari dosis pertama, dan diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis
pertama. Dengan cara ini panmielosis dapat dikontrol pada sekitar 80%
pasien untuk jangka waktu sekitar l-2 bulan dan mungkin berakhir 2 tahun
atau lebih lama lagi. Sitopenia yang serius setelah pengobatan ini jarang
terjadi. Pasien diperiksa sekitar 2-3 bulan sekali setelah keadaan stabil.
Trombositosis dan trombositemia yang mengancam (hiperagregasi) atau
terbukti menimbulkan thrombosis masih dapat terjadi meskipun eritrositosis
dan lekositosis dapat terkontrol.
3. Kemoterapi sitostatika
Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatika adalah sitoreduksi. Saat ini lebih
dianjurkan menggunakan Hidroksiures salah satu sitostatika golongan obat
anti metabolik, sedangkan penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak
ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek leukemogenik, dan
mielosupresi yang serius. Walaupun demikian FDA masih membenarkan
Chlorambucil dan Busulfon digunakan pada polisitemia vera
Indikasi penggunaan kemoterapi sitostatika:
- hanya untuk Polisitemia rubra primer,
- flebotomi sebagai pemeliharaan dibutuhkan >2 kali sebulan.
- trombositosis yang terbukti menimbulkan trombosis,
- urtikaria berat yang tidak dapat diatasi dengan antihistamin,
- splenomegali simptomatik/mengancam rupture limpa.
Pasien dengan pangobatan cara ini harus diperiksa lebih sering (sekitar dua
sampai tiga minggu sekali). Kebanyakan klinisi rnenghentikan pemberian
obat jika hematokrit:
- Pada pria ≤47% dan memberikannya lagi jika >52%,
- Pada perempuan ≤ 42% dan memberikannya lagi jika >49%.
Kemoterapi biologi (sitokin)
5. Pembedahan Darurat
Pembedahan segera sedapat-dapatnya ditunda atau dihindarkan. Dalam
keadaan darurat dapat dilakukan flebotomi agresif dengan prinsip isovolemik
dengan mengganti plasma yang terbuang dengan plasmafusin 4% atau cairan
plasma ekspander lainnya bukan cairan isotonis atau garam fisiologis, suatu
prosedur yang dapat digolongkan sebagai tindakan penyelamatan hidup (life-
saving). Tindakan splenektomi sangat berbahaya untuk dilakukan pada semua
fase polisitemia, dan harus dihindarkan karena dalam perjalanan penyakitnya
jika terjadi fibrosis sumsum tulang organ inilah yang masih diharapkan
sebagai pengganti hemopoesrsnya.
6. Pembedahan Berencana
Pembedahan berencana dapat dilakukan setelah pasien terkontrol dengan baik.
Lebih dari 75% pasien dengan polisitemia vera tidak terkontrol atau belum
diobati akan mengalami perdarahan atau komplikasi trombosis pada
pembedahan, kira-kira sepertiga dari jumiah pasien tersebut akan meninggal.
Angka komplikasi akan menurun jauh jika eritrositosis sudah di kontrol
dengan adekuat sebelum pembedahan. Makin lama telah terkontrol, makin
kecil kemungkinan terjadinya komplikasi pada pembedahan. Darah yang di
dapat dari flebotomi dapat disimpan untuk transfuse autologus pada saat
pembedahan.
2.10 Prognosis
Polisitemia adalah penyakit kronis dengan survival median pasien sesudah
terdiagnosa tanpa diobati 1,5-3 tahun sedang yang dengan pengobatan lebih dari
10 tahun. Penyebab utama morbiditi dan mortaliti adalah:
- Trombosis dilaporkan pada 15-60% pasien, tergantung pada pengendalian
penyakit tersebut dan 10-40% penyebab utama kematian.
- Komplikasi perdarahan timbul 15-35% pada pasien polisitemia vera dan 6-
30% menyebabkan kematian
- Terdapat 3-10% pasien polisitemia vera berkembang menjadi
mielofibrosis dan pansitopenia
- Polisitemia vera dapat berkembang menjadi leukemia akut dan sindrom
mielodisplasia pada 1,5% pasien dengan pengobatan hanya phlebotomy.
Peningkatan risiko transformasi 13,5% dalam 5 tahun dengan pengobatan
klorambusil dan 10,2% dalam 6-10 tahun pada pasien dengan pengobatan
32
P. Terdapat juga 5,9% dalam l5 tahun risiko terjadinya transformasi pada
pasien dengan pengobatan hydroxyurea. 2
20
21
BAB III
LAPORAN KASUS
Status General :
Mata : Anemis-/-, ikterus -/- , refleks pupil +/+ isokor,
edema palpebra -/-
THT :
Telinga : Bentuk dalam batas normal, tidak ada tanda-tanda
radang, ataupun bekas luka, sekret (-)
Hidung : Bentuk dalam batas normal
Tenggorokan : Tonsil T1/T1 hiperemi (-), faring hiperemi (-),
lidah normal
Bibir : Sianosis (-), kering (-), ulkus (-)
Mulut : Hipertrofi gusi (-), perdarahan gusi (-),
Lidah: Atrofi papil lidah (-), glossitis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-), JVP PR + 0 cmH2O
Thorax : Simetris (+), retraksi (-)
Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : ICS II
Batas bawah : ICS V
Batas kanan : PSL dekstra ICS IV
Batas kiri : 2 cm MCL sinistra ICS V
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
24
Pulmo
Inspeksi: Simetris, statis dan dinamis
Palpasi: Vocal fremitus N N
N N
N N
Perkusi: Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Shifting dullness (-), undulasi (-), traube space
tympani
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
Ekstremitas:
Akral Hangat + + Edema - -
+ + - -
25
3.5 Diagnosis
Diagnosis saat dirawat :
SOL Cerebri et causa suspect tumor cerebri primer DD/ Tumor cerebri
metastase DD/ infeksi intracranial
3.6 Penatalaksanaan
- Hydrea 2x1000 mg
- Diet rendah garam
Planning Diagnostik
- Cek Darah Lengkap ulang 1 minggu
3.7 Prognosis
Dubia ad bonam
29
BAB IV
PEMBAHASAN
4.2 Saran-Saran Terhadap Problem List, Fisik Biomedis dan Bio Psikososial
Secara umum saran yang dapat diberikan terhadap permasalahan pasien
yang didapatkan, yaitu:
Pasien dianjurkan untuk makan dengan nutrisi seimbang dan
mengkonsumsi cukup air (1,5 – 2 liter per hari) serta mencukupi
kebutuhan kalori per harinya (1620 kalori)
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Rumah pasien
Jalan
Rumah Rumah
Padmasana Keluarga pasien Keluarga pasien
DAFTAR PUSTAKA