OLEH :
DWI RACHMAT K.
70300112044
KEP A
KEPERAWATAN MATERNITAS
PRODI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013
1
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI PRETERM
2
Tapi dengan melihat tingginya angka bayi prematur justru
berpotensi menambah angka kematian bayi dan tidak maksimalnya kualitas
hidup.
Badan kesehatan dunia atau WHO menyatakan setiap 2 detik di
dunia seorang bayi lahir dengan keadaan berat badan rendah (low birth
weight).
Di Indonesia, data WHO dan DHS (USAID) menunjukkan bahwa
pada tahun 1991, angka kelahiran bayi dengan berat badan rendah adalah
2,6 persen. Angka ini terus meningkat dan pada 2007 mencapai 5,5 persen.
Ini menunjukkan terdapat peningkatan angka kelahiran bayi dengan berat
badan rendah sebanyak lebih dari dua kali lipat.
C. Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya persalinan preterm
(prematur) adalah :
1. Faktor ibu :
a. gizi saat hamil yang kurang
b. umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
c. jarak hamil/bersalin terlalu dekat
d. penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok)
e. faktor bekerja yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan
a. hamil dengan hidramnion
b. hamil ganda
c. perdarahan antepartum
d. komplikasi hami : pre-eklampsia/eklampsia, KPD
3. Faktor janin
a. cacat bawaan
b. infeksi dalam rahim
4. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
3
5. Faktor kebiasaan
6. Faktor yang masih belum diketahui
D. Manifestasi Klinik
Tampak luar dan tingkah laku bayi prematur tergantung dari tuanya
umur kehamilan. Karakteristik untuk bayi prematur berat lahir < 2500 gr,
panjang badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar kepala < 33 cm, umur
kehamilan < 37 minggu.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis-transparan,
lanugo banyak, lemah subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus,
tangisnya lemah dan jarang, bernafas tidak teratur-sering timbul apnea, jika
hal ini sering terjadi dengan tiap serangan lebih dari 20 detik maka
kemungkinan timbulnya kerusakan otak yang permanen lebih besar.
E. Patofisiologi
Kelahiran prematur yang biasa terjadi disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu faktor dari ibu sendiri misalnya karena gizi yang kurang, umur
ibu, jarak kehamilan ataupun persalinan. Faktor kehamilan seperti adanya
hamil ganda, perdarahan antepartum. Faktor janin misalnya karena adanya
infeksi dalam rahim. Selain itu juga disebabkan oleh adanya keadaan sosial
ekonomi yang rendah, faktor kebiasaan dan faktor yang belum diketahui.
Oleh karena pada prematur, umur bayi belum cukup (normal) sehingga
perkembangan organ-organ tubuh juga tidak sempurna. Pusat pengaturan
napas bayi belum sempurna dan otot pernapasan juga lemah. Kelemahan
juga terjadi pada organ pencernaan yaitu motilitas usus berkurang, dan
refleks menelan dan mengisap masih lemah. Pembentukan antibody dalam
tubuh bayi belum sempurna sehingga berisiko terjadinya infeksi. Selain
organ-organ diatas, kelainan juga dijumpai pada hepar dan organ ginjal
bayi.
4
F. Penatalaksanaan
1. Kala Pertama persalinan
Dapat didukung dan dipantau sesering pada ibu bersalin lainnya. Jika
tidak ada komplikasi medis, tanpa vital dan kontraksi harus dipantau seperti
jalan.
a. Tetap bergerak dan tegak. Ini akan membantu penetapan posisi janin
aman bagi bayi kecil). Berbaring dengan posisi telentang harus dihindari
5
a. Dilatasi penuh, hindari pemeriksaan vagina untuk menegakkan
pada durasi kala kedua karena tidak ada hubungannya antara waktu dan
nilai Apgar rendah. Yakinkan ibu bahwa ia sudah berusaha dengan baik
hanya memiliki dua indikasi, pertama untuk gangguan janin akut dan
6
b. Bila dokter pediatric fleksibel, dan bayi memerlukan pengisapan dan
oksiegn, bisa merupakan bonus bila dapat dilakukan dengan tali pusat
masih dapat dilaksanakan dengan bayi tetap terhubung dengan tali pusat.
o Transfusi via tali pusat “lebih cepat” bila bayi digendong di bawah
uterus selama 30-60 detik, yang mungkin penting pada bayi distress atau
hipovolemik.
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh arena
7
itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam incubator sehingga panas
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang beisi air panas, sehingga
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
3. Menghindari infeksi
8
persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan
4. Perawatan inkubator
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada, untuk melihat kematangan paru-paru.
2. Analisa gas
3. Kadar gula darah
4. Kadar kalsium darah
5. Kadar bilirubin.
H. Pencegahan
1. Tirah baring
2. Obat-obat khusus untuk mengurangi kontraksi rahim
3. Suntikan steroid untuk pematangan paru janin
4. Pemeriksaan klinik
5. Tidak beraktifitas berlebih
6. Menjaga emosi
7. ANC memantau perkembangan ibu dan bayi
I. Komplikasi
1. Asfiksia
2. Hipotermia
suhu tubuh bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar
9
36,5oC - 37oC (suhu aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau
c. Infeksi
d. Prognosis
Prognosis bayi prematur tergantung dari berat ringannya. Masalah
perinatal misalnya masa gestasi (makin muda gestasi/ makin rendah berat
bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindrom
gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi, gangguan
metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilirubinia). Prognosis juga
tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua, dan
perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu
lingkungan resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinia, hipoglikemia)(Budjang, 2006, hal
783).
10
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Keperawata
Untuk pengkajian pada pasien hepatits data-data yang di perroleh tergantung
pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati. Adapun faktor-faktor
utama yang perlu dikaji pada pasien hepatitis :
Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise umum.
Sirkulasi
Tandanya : Bradikardi (hiperbilirubinemia berat), ikterik pada sklera,
kulit dan membran mukosa.
Eliminasi
Gejala : Urine gelap
Diare/konstipasi; warna tanah liat
Adanya/berulangnya haemodialisa.
Makanan/cairan
Gejalanya : Hilangnya napsu makan (anoreksia), penurunan berat
badan atau peningkatan (edema), mual/muntah.
Tanda : Asites
Neorosensori
Tanda : Peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
Nyeri/kenyamanan
Gejalanya : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas,
mialgia, artralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)
Tanda : Otot tegang, gelisah.
Pernapasan
Gejalanya : Tidak minat atau enggan merokok (perokok)
Keamanan
Gejalanya : Adanya transfusi darah/produk darah
Tanda : Demam
11
Urtikaria, lesi makulo papular, eritema tak beraturan,
eksaserbasi jerawat, angioma jaringan, eritema palma,
ginekomastia (kadang ada pada hapatitis alkoholik),
splenomegali, pembesaran nodus servikal posterior.
Seksualitas
Gejalanya : Pola hidup/prilaku meningkat resiko terpajan (contoh homo
seksual aktif, biseksual pada wanita.
2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
a. Vital sign
1) Tekanan darah
2) Suhu tubuh
3) Respirasi
4) Denyut nadi
b. Sistem persistem
1) Sistem pernafasan
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem pencernaan
4) Sistem indera
5) Sistem persarafan
6) Sistem muskuloskeletal
7) Sistem integumen
8) Sistem endokrin
9) Sistem perkemihan
10) Sistem reproduksi
11) Sistem Imun
3. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
4. Test Diagnostik
12
B. Penyimpangan KDM
Faktor resiko higiene &
sanitasi buruk
Masuk sirkulasi
Produksi garam empedu ↓ Kerusakan jaringan hepar Terjadi imflamasi sel hati
Nutrisi kurang
13
C. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, maka di temukan beberapa
diagnosa keperawatan pada klien dengan hepetitis yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
D. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa :Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar
Tujuan : Klien akan mengatakan nyeri berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Klien dapat beradaptasi dengan nyeri.
b. Klien berada pada skala nyeri 2-3 pada skala 0-10.
c. Tanda vital dalam batas normal :
TD : 110/80 mmHg
N : 60 - 100 / menit
P : 16 - 22 / menit
S : 36 - 37o C
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, lokasi , dan skala nyeri.
b. Pertahankan tirah baring ketika klien mengalami nyeri abdomen.
c. Beri posisi yang menyenangkan .
d. Lakukan massase pada proksimal kuadran hipokondria kanan.
e. Anjurkan klien napas dalam bila mengalami nyeri.
f. Beri pakaian yang longgar.
g. Penatalaksanaan antibiotik: Amoxicillin tab 3x500 mg sehari.
Rasional :
a. Merupakan indikator untuk intervensi selanjutnya.
b. Mengurangi kebutuhan metabolik dan melindungi hepar.
c. Posisi semi fowler dapat mengurangi penekanan pada diapragma
terhadap hepar.
14
d. Meningkatkan sirkulasi darah ke jaringan sehingga transportasi
lancar.
e. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping
dengan memfokuskan kembali perhatian.
f. Menurunkan peningkatan tekanan abdomen sehingga mual,
muntah tidak ada yang dapat merangsang nyeri.
g. Antibiotika akan menghancurkan bakteri sehingga inflamasi
teratasi.
2. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Peningkatan BB 1 kg dalam satu bulan.
b. Nafsu makan meningkat.
c. Klien mampu menghabiskan porsi makan yang diberikan.
d. Asupan kalori 2280 kal/ hari
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien. Kaji cara penyajian makanan.
b. Observasi pemasukan diet/jumlah kalori dan beri makan dalam
porsi kecil dan frekwensi sering sesuai selera.
c. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien dan keluarga tertama
saat klien sakit.
d. Beri umpan balik positif saat klien mau berusaha menghabiskan
makanannya.
Rasional :
a. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan
klien.
b. Makanan banyak sulit untuk mengatur bila klien anoreksia.
Anoreksia juga paling buruk selama siang hari membuat masukan
makanan sulit pada sore hari dan menghindari kejenuhan serta
rangsang mual muntah.
15
c. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang nutrisi
sehingga motivasi untuk makan meningkat.
d. Memotivasi dan meningkatkan semangat makan klien.
E. Evaluasi
1. Klien mengalami peningkatan energi dan berpartisipasi dalam aktivitas
2. Klien mengalami perbaikan status nutrisi
3. Klien dapat terpenuhi kebutuhan cairannya
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica
Aesculapius FKUI, Jakarta.
Suyono, Slamet dkk., 2001, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 3, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
17