BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP BBLSR
2.1.1 Definisi BBLSR
Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang dari
37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction /IUGR).
Bayi lahir dengan presentase berat badan dibawah dari 10% pada kurva intrauterine
bayi tersebut dapat lahir dalam keadaan preterm, aterm atau postterm, (Sudarti &
Fauziah, 2013).
2.1.2 Etiologi
Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama hanya saja
dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat terjadi karena
persalinan kurang bulan atau bayi lahir kecil masa kehamilan karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan atau kombinasi keduanya,
(Kemenkes, 2011).
a. Factor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja,
kehamilan ganda, riwayat kelahiran premature, perdarahan antepartum,
penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan gizi, hipertensi, toksemia, anemia,
penyakit kronik dan merokok.
b. Factor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Factor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana, 2016).
2.1.3 Tanda dan gejala
Tanda dan gejala bayi premature menurut surasmi 2003 dalam handriana 2016 :
1. Usia kehamilan 37 minggu atau kurang.
2. Berat badan 1500gr atau kurang dari.
3. Panjang badan 46cm atau kuran dari.
4. Kuku panjang belum melewati ujung jarinya.
5. Batas tidak jelas antara dahi dan ujung rambut kepala.
6. Lingkar kepala 33cm atau kurang dari.
4
5
5
6
6
7
diberikan sedikit sedikit tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
diberikan lebih utama, karena merupakan makanan yang paling utama. Bila
faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde arah lambung.
Cairan awal yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi, bayi prematuritas mudah terkontaminasi infeksi,
disebabkan daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang, dan pembentukan antibodi yang belum sempurna. Oleh karena itu,
upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
2.1.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan BBLSR
2.1.7.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan data awal atau dasar bagi pasien yang
komperehensif yang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan diagnostic dan laboratorium serta informasi dari keluarga pasien
dan tim kesehatan, Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian
cepat namun seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan
mengidentifikasi masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan
ini terutama ditujukan untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis.
Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly
congenital yang jelas atau adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2009).
Pengkajian tersebut meliputi:
1) Biodata
Identitas pasien atau bidata yang terdiri dari, Terdiri dari nama,
umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara
dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena
berkaitan dengan diagnosa bayi BBLR.
7
8
2) Keluhan utama
Pada pasien BBLR yang tampak yaitu BBL > dari 2500 gram.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan pasien hingga dirawat di Rumah Sakit atau
perjalanan penyakit pasien.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm,
letak bayi belakang kaki atau sungsang.
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum, pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan
lemah, bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB
<2500 gram, dan tangisan masih lemah.
b) Tanda-tanda vital, umumnya suhu tubuh mudah terjadi hipotermi.
c) Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala, dilakukan inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan
minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
Rambut, npeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau
bercabang dan halus atau kasar. Palpasi: mudah rontok atau tidak
Mata, Inpeksi: biasanya kunjungtiva dan scklera berwana normal,
lihat reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan
pupil isokor. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.
Hidung, npeksi: biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat
sekret berlebih dan terpasang O2 Palpasi: adanya nyeri tekan dan
benjolan.
Mulut dan faring, Inspeksi: pucat sianosis, membrane mukosa kering,
bibir
kering, dan pucat.
Telinga, Inpeksi: adanya kotoran atau cairan dan baigaimana bentuk
tulang rawanya. Palpasi: adanya respon nyeri pada daun telinga.
8
9
Thorax, Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam.
Pada lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm Auskultasi :
Adanya stridor atau wreezing menunjukkan tanda bahaya
Abdomen, Inpeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen
Palpasi: adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen
Kulit dan kelamin, Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh
lanugo, pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, terlihat hanya sedikit
lemak jaringan. Pertumbuhan genetalia belum sempurna. Palpasi : pada
bayi laki – laki testis belum turun, sedangkan
pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol (labia
mayora belum menutup labia minora)..
Musculoskeletal, nspeksi : tumit terlihat mengkilap, dan telapak kaki
teraba
halus, tonus otot masih lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakkannya lemah, tubuhnya kurang berisi ototnya lembek,
dan kulitnyapun terlihat keriput dan tipis Palpasi : adanya nyeri tekan dan
benjolan
d) Neurologi atau reflek, Fungsi saraf yang belum efektif dan tangisannya
lemah, Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
Reflek menghisap: suckling Reflek menelan swallowing: masih buruk
atau kurang. Reflek batuk yang belum sempurna
6) Kebutuhan dasar
a) Pola nutrisi
Pada neonatus dengan BBLR perlu perawatan kusus, karena organ tubuh
terutama lambung belum sempurna.
b) Pola eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh terutama
pencernaan belum sempurna.
c) Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama
saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti popok kusus bayi
BBLR yang kering dan halus.
9
10
d) Pola tidur
Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih, meskipun
keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi cenderung lebih banyak
tidur dan pemalas.
2.1.7.2. Diagnose
Diagnosa keperawatan menurut NANDA tahun 2015 -2017: Hipotermi
berhubungan dengan kegagalan mempertahankan suhu tubuh, penurunan
jaringan lemak subkutan. Diagnosis keperawatan yang sering muncul
menurut wong, 2009 :
a. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas paru
dan neuromuscular, penurunan energy dan keletihan.
b. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kontrol suhu
imatur dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.
c. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan imunologik.
d. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mengingesti nutrient karena
imaturitas dan/ atau sakit.
2.1.7.3. Intervensi
Intervensi keperawatan yang diberikan menurut wong 2009 :
a. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas
paru dan neuromuscular, penurunan energy dan keletihan.
Tujuan : pasien memperlihatkan parameter oksigenasi yang adekuat.
Tindakan :
1) Posisikan telentang dengan leher sedikit ekstensi dan hidung
menghadap keatas dalam posisi “mengendus”. Rasional : untuk
mencegah penyempitan nafas.
2) Selama penggantian popok, angkat bayi sedikit dibawah panggul
dan jangan menaikkaan kaki dan tungkai Rasional : karena perut
akan menekan bagian dada.
3) Laksanakan program yang ditetapkan untuk terapi suplemen
oksigen (pertahankan konsentrasi O2 ruangan pada tingkat FiO2
10
11
11
12
12
13
13
WOC : BBLSR
14
Pengertian : Berat Bayi Lahir Rendah (BBLSR) Macam-macam BBLSR : Pemeriksaan penunjang : Penatalaksanaan : monitoring secara
adalah bila berat badannya kurang dari 1500 gram . BBLSR premature kurang pemeriksaan skor ballad, teratur, pengaturan suhu badan bayi
Bayi yang dilahirkan dengan BBLSR umumnya bulan, BBLSR tidak darah rutin, foto dada atau dengan berat lahir rendah, Atasi infeksi
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang sesuai usia kehamilan baby gram, USG kepala. dengan terapi pencegahan pemberian
baru sehingga dapat mengakibatkan pada (dimatur). vaksin dan antibiotik yang adekuat, Obat-
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, obatan : Pemberian vitamin K1: Injeksi 1
bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya mg IM sekali pemberian, atauPer oral 2
(Prawirohardjo, 2006). BBLSR dapat terjadi pada Etiologi : faktor mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali
bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi genetic, faktor pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan
cukup bulan (intrauterine growth restriction) lingkungan, faktor umur 4-6 minggu), Pemberian nutrisi
(Pudjiadi, dkk., 2010).
janin, faktor plasenta. kepada bayi.
Ketidak Menurunnya Hipoksemia Daya tahan Status Hipoter Resiko Dehidra Hipoter
efektifan pola nutrisi mi ketidaksta si mi
kesadaran tubuh
bilan
nafas terhadap menurun
kadar
infeski glukosa
menurun darah Ikterus
Dipsnea
Nutrisi Metabolism
Intervensi : kurang meningkat
Monitor pola
dari
Nafas, Observasi
frekuensi dan bunyi kebutuhan
Ketidakefektifan tubuh Intervensi :Monitor Intervensi : Amati
nafas, Observasi Resiko
pola nafas tanda-tanda hipertermi tanda-tanda icterus,
adanya sianosis, infeksi dan hipotermi, Rawat Terapkan tambalan
Beri O2 sesuai
bayi dengan suhu untuk menutup kedua
program dokter, Intervensi :Observasi lingkungan sesuai, mata, menghindari
Observasi respon Intervensi : Kaji tanda-tanda intake dan output, Beri Hindarkan bayi kontak tekanan yang
bayi terhadap infeksi, Cuci tangan sebelum minum sesuai program, langsung dengan benda berlebihan, Ubah posisi
ventilator dan dan sesudah kontak dengan Pasang NGT bila reflek Sebagai sumber tiap 4 jam, Memantau
terapi O2, Atur bayi, Pastikan semua menghisap dan dingin/panas, Ukur tingkat bilirubin, Amati
ventilasi ruangan perawatan yang kontak dengan menelan tidak ada, suhu bayi setiap 3 jam tanda-tanda dehidrasi.
tempat perawatan bayi dalam keadaan bersih Monitor tanda-tanda atau kalau perlu, Ganti
klien. /steril, Berikan antibiotic intoleransi terhadap popok bila basah.
sesuai program. nutrisi parenteral.
15
16
16
17
17
18
18
19
e. Warna urine tampak gelap dan tinja tampak pucat seperti dempul,
kelelahan, muntah.
f. Pembesaran hati dan limpa, perut membuncit atau besar.
g. Mata tampak berputar-putar namun tidak jelas diawal.
h. Tidak ada dorongan untuk menghisap, tampak lemah dan kejang.
i. Gangguan perkembangan otak, gangguan bicara, dapat terjadi tuli.
j. Pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot, epistotonus, kejang,
stenosis, yang disertai otot tegang jika bayi hidup.
k. Kurangnya nagsu makan.
l. Tidak ada reflek hisap.
m. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
2.2.4 Patofisiologi Hiperbilirubin
Pemecahan hemoglobin oleh heme oksigenase biliverdin reduktase dan
agen pereduksi nonenzimatik dalam system retikuloendotelial menyebabkan
adanya pigmen kuning dalam empedu. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin
tak terkonjugasi diambil oleh protein intraselular “Y protein” dalam hati.
Pengambilan tergantung pada aliran darah hepatic dan adanya ikatan protein.
Beberapa bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati akan diubah atau
dikonjugasi oleh enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphospho
glucuronic acid (UPGA) glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan
diglucuronida yang polar, larut dalam air (bereaksi direk). Bilirubin yang
terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui ginjal. Bilirubin
dapat masuk ke empedu melalui membrane kanalikular, kemudian ke sistem
gastrointestinal dengan diaktifkan oleh bakteri menjadi urobilinogen dalam urine
dan feses. Beberapa bilirubin diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
Kekuningan yang tampak pada kulit diakibatkan adanya akmulasi pigmen
bilirubin yang larut lemak tak terkonjugasi, nonpolar (bereaksi indirek). Bayi
dengan hiperbilirubinemia kemungkinan merupakan hasil dari difisiensi atau
tidak aktifmya glukuronil transferase. Rendahnya pengambilan dalam hepatik
kemungkinan karena penurunan protein hepatic sejalan dengan penurunan aliran
darah hepatic. Jaundice yang terkait dengan pemberian ASI merupakan hasil
dari hambatan kerja glukoronil transferase oleh pregnanediol atau asam lemak
19
20
bebas yang terdapat dalam ASI. Dalam empat sampai tujuh hari setelah lahir,
terdapat kenaikan bilirubin tak terkonjugasi dengan kadar 25-30 mg/dl selama
minggu ke 2-3, biasanya hingga usia 4 minggu dan menurun 10 minggu.
Apabila pemberian ASI terus diberikan maka hiperbilirubinemia akan menurun
berangsur-angsur dapat menetap selama 3-10 minggu dengan kadar yang lebih
rendah, namun bila pemberian ASI dihentikan maka kadar bilirubin serum akan
menurun dengan cepat mencapai normal dalam beberapa hari. Penghentian ASI
selama 1-2 hari dan penggantian ASI dengan formula memgakibatkan
penurunan bilirubin serum dengan cepat, sesudahnya pemberian ASI dapat
dimulai lagi dan hiperbilirubin tidak kembali ke kadar yang tinggi seperti
sebelumnya. Bilirubin yang patologis tampak ada kenaikan bilirubin dalam 24
jam pertama kelahiran, sedangkan pada bayi dengan ikterus fisiologis muncul
antara 3 hingga 5 hari sesudah lahir.
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Visual
a. Menggunakan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus ata hasil bisa terlihat lebih parah bila dilihat
dengan pencahayaan yang kurang.
b. Untuk mengetahui warna jaringan subkutan dan warna dibawah kulit
tekan kulit bayi dengan lembut menggunakan jari.
c. Parah icterus dapat ditentukan berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh
yang tampak kuning. Jika kekuningan terlihat pada bagian tubuh
manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan,
dan kaki pada hari kedua, maka di golongkan sebagai ikterus sangat
berat dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu menunggu
hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar.
2. Laboratorium (pemeriksaan Darah)
a. Test Coomb pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-
positif, anti-A, anti-B dalam darah ibu.
Hasil positif dari test Coomb direk menandakan adanya sensitisasi (Rh-
positif, anti-A, anti-B) SDM dari neonatus.
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk gestasi (SGA), bayi
dengan letardasio pertumbuhan intra uterus (IUGR), bayi besar
untuk usia gestasi (LGA) seperti bayi dengan ibu diabetes.
Terjadi lebih sering pada bayi pria daripada bayi wanita.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran Antenatal care yang kurang
baik, kelahiran prematur yang dapat menyebabkan maturitas pada
organ dan salah satunya hepar, neonatus dengan berat badan lahir
rendah, hipoksia dan asidosis yang akan menghambat konjugasi
bilirubin, neonatus dengan APGAR score rendah juga
memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan
terlihat pergerakan dada yang abnormal.
3) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
4) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
5) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah kepala
dan leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada daerah kepala
serta badan bagian atas digolongkan ke grade dua. Kuning
terdapat pada kepala, badan bagian atas, bawah dan tungkai
termasuk ke grade tiga, grade empat jika kuning pada daerah
kepala, badan bagian atas dan bawah serta kaki dibawah tungkai,
sedangkan grade 5 apabila kuning terjadi pada daerah kepala,
badan bagian atas dan bawah, tungkai, tangan dan kaki.
25
26
26
27
27
28
28
29
29
WOC : Hiperbiliubin Prematuritas Hemolysis Kerusakan sel darah Defisiensi protein
Sel darah merah
rusak merah “Y”
hemoglobin
Immaturitas hepar
Heme Globin Uptake bilirubin ke
Etiologi
sel hepar gagal
Produksi bilirubin
Fungsi hepar
biliverdin
terganggu Peningkatan
inkompatibilitas Bilirubin akan terus
darah Rh, ABO dan bersirkulasi
Gangguan konjugasi gagal melakukan
sepsis
bilirubin konjugasi erah rusak
Suplai bilirubin
melebihi kemampuan
Hepar gagal
berkonjugasi
Bilirubin bersirkulasi
kembali
Icterus pada skelra Icterus neonatus Hiperbilirubinemia
dan leher,
Peningkatan bilirubin peningkatan bilirubin
Sebagian masuk ke unconjugated dalam >12 mg/dl
sikulus enterohepatik darah
30
Gangguan system
Kadar bilirubin >12 Kadar bilirubin >20
tubuh
mg/dl mg/dl
Ikterik Menumpuk
neonatus dan melekat di Resiko kerusakan
Resiko infeksi Resiko
sel otak integritas kulit
kekurangan
Kern ikterus
Resiko cedera
Ketidakefektifan
pola makan bayi
Kejang dan
penurunan Kematian
Resiko kesadaran
kekuarangan
volume cairan 31
32