Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Oleh:

TRI CAHYANING TIAS


NIM 2022207209225

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2022/ 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari

2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR

umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat

mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan

dapat menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2012).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari

2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang

bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)

(Pudjiadi, dkk., 2010).

2. Etiologi

a. Faktor Ibu.

1) Penyakit : Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya :

perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum,

dan nefritis akut.


2) Usia ibu : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20 tahun, dan

multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.Kejadian terendah adalah pada

usia antara 26 – 35 tahun

3) Keadaan sosial ekonomi : Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan

antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi

yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.ternyata lebih tinggi bila

dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.

4) Sebab lain : ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.

b. Faktor janin.

Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom.

c. Faktor lingkungan

Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.

3. Patofisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin

pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu

menimbulkan asfiksia hingga yang bersifat sementara pada bayi, proses ini

dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor yang kemduian

akan berlanjut dengan pernafasan.


Bila terdapat gangguan pertukaran gas / penyangkutan O2 selama

kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan

mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan

kematian, kerusakan dan gangguan fungsi ini apat reversibel / tidak

tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.

Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode APNU

(primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi

akan memperlihatkan usaha bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan

teratur pada pendirita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi

selanjutnya berada dalam periode apnu kedua pada tingkat ini ditemukan

bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan

metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi pada

tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis

respriratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme

anderobik yang berupa glikosis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh

terutama pada jantung dan hati akan berkurang.

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko

gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.

a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh

sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,

fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan


demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia,

anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada

bayi BBLR Prematur.

b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai

lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan

mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.

c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara

refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan

32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena

target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan

buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.

d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori

yang meningkat.

e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding

dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas

ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.


4. Manifistasi Klinis

Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2015) adalah :

 Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

 Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr

 Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

 Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya

 Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas

 Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

 Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

 Rambut lanugo masih banyak

 Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

 Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

 Tumit mengkilap, telapak kaki halus

 Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum

kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.

 Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah

 Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.

 Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak

masih kurang
 Verniks tidak ada atau kurang

Menurut Jumiarni (2012), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni

b. Term dan posterm:

 Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada

 Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis

 Jaringan lemak dibawah kulit tipis

 Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif

 Tali pusat berwarna kuning kehijauan

5. PENATALAKSANAAN

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut

Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,

karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi

prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya

mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat

dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas

atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi

kanguru dalam kantung ibunya.

b. Pengawasan Nutrisi atau ASI


Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim

pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB

(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat

meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului

dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga

pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang

lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah

yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat

diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang

sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/

hari.

c. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang

masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi

belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak

pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.

Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus

dan terisolasi dengan baik.

d. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan

harus dilakukan dengan ketat.

e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur

dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5

hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan

infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna

bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau

lebih cepat bertambah coklat.

f. Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini

tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat

terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan

untuk mengobserfasi usaha pernapasan.

g. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir

rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah

secara teratur.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan

maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah

bayi itu prematuritas atau maturitas

b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada

ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah.

d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir

tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan

dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom

gawat nafas.

B. KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1. Biodata

Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan

terganggu

2. Keluhan utama

Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh

rendah

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan

kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3

menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal

5. Riwayat penyakit dahulu

Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan

ganda,hidramnion

6. Riwayat penyakit keluarga

Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,

tumor kandungan, kista, hipertensi


7. ADL

a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi

kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu

b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia

c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan

d. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas

e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi

urin rendah

8. Pemeriksaan

a. Pemeriksaan Umum

1. Kesadaran compos mentis

2. Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-

140X/menit

3. RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit

4. Suhu : kurang dari 36,5 C

b. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata

120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit

bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3

detik).

2. Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot

aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan


pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah

stridor, wheezing atau ronkhi.

3. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,

kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi

dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),

refleks menelan dan mengisap yang lemah.

4. Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin

(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).

5. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,

menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,

ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang

kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.

6. Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

7. Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,

pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.

8. Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500

gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar

kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan

atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan

rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita

klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum

berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR

pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput(Pantiawati, 2010)


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLR adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/ kelelahan,

ketidakseimbangan metabolik.

b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan

lemak tubuh subkutan.

c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.

RENCANA TINDAKAN

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan,

ketidakseimbangan metabolik.

1) Tujuan: pola napas menjadi efektif

2) Kriteria hasil:

- RR 30-60 x/mnt

- Sianosis (-)

- Sesak (-)

- Ronchi (-)

- Whezing (-)
3) Rencana tindakan:

- Observasi pola Nafas.

- Observasi frekuensi dan bunyi nafas

- Observasi adanya sianosis.

- Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.

- Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.

- Beri O2 sesuai program dokter

- Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.

- Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.

- Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya

b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan

lemak tubuh subkutan.

1) Tujuan: suhu tubuh dalam rentang normal

2) Kriteria hasil:

- Suhu 36-37C.

- Kulit hangat.

- Sianosis (-)

- Ekstremitas hangat

3) Tindakan keperawatan:

- Observasi tanda-tanda vital.

- Tempatkan bayi pada incubator.

- Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.

- Monitor tanda-tanda Hipertermi.


- Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.

- Ganti pakaian setiap basah

- Observasi adanya sianosis.

c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.

1) Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi

2) Kriteria hasil:

- Reflek hisap dan menelan baik

- Muntah (-)

- Kembung (-)

- BAB lancar

- Berat badan meningkat 15 gr/hr

- Turgor elastis

3) Tindakan keperawatan:

- Observasi intake dan output.

- Observasi reflek hisap dan menelan.

- Beri minum sesuai program

- Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.

- Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.

- Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral

- Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.

- Timbang BB setiap hari.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.


1) Tujuan: tidak terjadi infeksi

2) Kriteria hasil:

- Suhu 36-37C

- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

- Leukosit 5.000-10.000

3) Tindakan keperawatan:

- Kaji tanda-tanda infeksi.

- Isolasi bayi dengan bayi lain.

- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

- Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.

- Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.

- Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan

bersih/steril.

- Kolaborasi dengan dokter.

- Berikan antibiotic sesuai program.


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2011. Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Doenges,

Marylinn E (2011). Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk

perencanaan dan dokumentasi perawatan klien. Jakarta : EGC. Herdman, T . H., &

Kamitsuru, S. (2018-2020). Diagnosis KeperawatanDefinisi & Klasifikasi. Edisi

10. Jakarta: EGC.

Jumiarni.2012. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha

Medika

Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis

Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Anda mungkin juga menyukai