Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR)
Dosen Pembimbing : Mamik Ratnawati S. Kep,Ns.,M.Kes

Fredy Anggoro Tri Prayogo, S.Kep


NIM. 201204002

Program Studi Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pemkab Jombang
Tahun Ajaran 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus sebagai tugas Stase Anak program Studi Profesi Ners STIKES Pemkab
Jombang.

Nama : Fredy Anggoro Tri Prayogo


NIM : 201204002

Telah dikonsulkan dan di revisi sebagai laporan kasus Stase Anak Program Studi Profesi
Ners STIKES Pemkab Jombang pada :

Hari :
Tanggal :

Jombang,

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Mamik Ratnawati S. Kep,Ns.,M.Kes Fredy Anggoro Tri .P


NIK. 021981201020070727 201204002
LAPORAN PENDAHULUAN
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

1.1 Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan
hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (< 37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk.,
2010).

1.2 Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
 Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan
 Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.

1.3 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian
bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan
lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas
ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
4. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
5. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
6. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
7. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
8. Rambut lanugo masih banyak
9. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
10. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga seolah-olah
tidak teraba tulang rawan daun telinga
11. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
12. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora tertutup oleh labia mayora.
13. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah
14. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.
15. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak masih
kurang
16. Verniks tidak ada atau kurang

1.5 Klasifikasi
Menurut Deslidel et al. (2011: 108)  klasifikasi BBLR, yaitu :
1. BBLR prematur atau kurang bulan
a. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
b. Sindrom gangguan pernafasan ideopatik (penyakit membran hialin)
c. Pnemonia aspirasi karena refkek menelan dan batuk belum sempurna, bayi
belum dapat menyusu
d. Perdarahan periventrikuler dan perdarahan intraventrikuler (P/IVH) otak lateral
akibat anoksia otak (erat kaitannya dengan gangguan pernafasan)
e. Hipotermia karena sumber panas bayi prematur baik lemak subkutan yang
masih sedikit maupun brown fat belum terbentuk. Beberapa ciri jika seorang
bayi terkena hipotermi antara lain :
 Bayi menggigil
 Kulit anak terlihat belang, merah putih atau timbul bercak-bercak
 Anak terlihat apatis atau diam saja
 Gerakan bayi kurang dari normal
 Lebih parah lagi jika anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan
ujung-ujung jarinya. (Walyani, 2015 : 161)
f. Hiperbilirubinemia karena fungsi hati belum matang
2. BBLR tidak sesuai usia kehamilan atau dimatur
a. Sindrom aspirasi mekonium
b. Hiperbilirubinemia
c. Hipoglikemia
d. Hipotermia

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :

a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan

maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah

bayi itu prematuritas atau maturitas

b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada

ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.

c. Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah.

d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir

tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai

pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
1.7 Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode
kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung
ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan
demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi
dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5
hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan
infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi
harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Terdiri dari nama, umur/ tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, identitas
orangtua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa bayi
BBLR.
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat badan kurang atau
sama dengan 2.500 gram, pemeriksaan apgar pada 1 sampai 5 menit pertama, 0 sampai 3
menunjukan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10
normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memiliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi kurang
atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin rendah
g. Pertumbuhan
Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan sama dengan atau
kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama
dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, bayi terlihat kecil,
pergerakan masih kurang dan lemah, BB <2500 gram, dan tangisan masih lemah
a) Kesadaran compos mentis
b) Capilary refill time (< 2-3 detik)
c) TTV :
- Nadi : 180X/menit pada menit 1 kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
- RR : 80X/menit pada menit 1 kemudian menurun sampai 40X/menit
- Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung,
sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak. Lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm
b) Rambut
Inspeksi : Lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang
dan halus atau kasar
c) Mata
Inspeksi : Biasanya konjungtiva dan sklera berwarna normal, lihat reflek
kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak, dan pupil isokor, pada
pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya
d) Hidung
Inspeksi : Biasanya terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat sekret
berlebih dan terpasang O2
Palpasi : Adanya nyeri tekan dan benjolan
e) Mulut dan faring
Inspeksi : pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat
f) Telinga
Inspeksi : Adanya kotoran atau cairan dan bagaimana bentuk tulang
rawanya
Palpasi : Adanya respon nyeri pada daun telinga
g) Dada/ Thorax
- Sistem sirkulasi/kardiovaskular
Inspeksi : Bentuk dada barel atau cembung, warna kulit bayi sianosis
atau pucat
Auskultasi : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai
160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop)
- Sistem pernapasan
Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke dalam,
pernafasan cuping hidung
Auskultasi : Bunyi pernapasan stridor, wheezing atau ronkhi
h) Abdomen
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, adanya distensi abdomen
Palpasi : Adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen
i) Genetalia
Inspeksi : Pertumbuhan genetalia belum sempurna
Palpasi : Pada bayi laki-laki testis belum turun, sedangkan pada bayi
perempuan labia mayora lebih menonjol (labia mayora belum menutup
labia minora)
j) Ekstremitas
Inspeksi : Tumit terlihat mengkilap, dan telapak kaki teraba halus,
Palpasi : Adanya nyeri tekan dan benjolan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas (hal 26).

b. Hipotermia b/d kekurangan lemak subkutan (hal 286).

c. Resiko defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (hal 56).

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


1 Pola nafas tidak Setelah - Dispnea Observasi
efektif b/ d dilakukan cukup - Monitor pola nafas
hambatan upaya tindakan menurun (4) - Monitor bunyi nafas
nafas keperawatan - Penggunaan tambahan (mis. gurgling,
selama ........... otot bantu mengi, wheezing, ronchi
pola nafas nafas cukup kering)
dapat membaik menurun (4) Terapeutik
- Kedalaman - Berikan oksigen
nafas cukup Edukasi
menurun (4) - Informasikan hasil
pemantauan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Hipotermia b/d Setelah -Pucat cukup Observasi
kekurangan dilakukan menurun (4) - Monitor suhu tubuh
lemak subkutan tindakan -Suhu tubuh Terapeutik
keperawatan cukup - Sediakan lingkungan yang
selama ........... membaik (4) hangat (mis. atur suhu
Termoregulasi -Suhu kulit ruangan, inkubator)
dapat membaik cukup - Ganti pakaian dan atau linen
membaik (4) yang basah
Edukasi
- Anjurkan penggunaan
pakaian pakaian yang longgar
3 Resiko defisit Setelah -Berat badan Observasi
nutrisi b/d dilakukan cukup - Identifikasi status nutrisi
ketidakmampua tindakan membaik (4) - Monitor berat badan
n mengabsorbsi keperawatan -Indek masa Terapeutik
nutrien selama ........... tubuh cukup - Berikan makanan yang tinggi
Status nutrisi membaik (4) kalori dan tinggi serat
dapat membaik -Membran Edukasi
mukosa - Ajarkan diet yang di
cukup programkan
membaik (4) - Ukur antropometrik
komposisi tubuh (mis. indeks
masa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran lipatan
kulit
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

Anda mungkin juga menyukai