Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. B DENGAN BBLR

DI RUANG NICU (PERINATOLOGI) RSUD KOTA MAKASSAR

Oleh:

Nurhalisah, S.Kep

NS0622085

CI Lahan CI Institusi

NIP: NIP:

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2023
BAB I

KONSEP KEPERAWATAN

A. Konsep Penyakit BBLR


Berat badan merupakan hasil pengukuran antropometri yang paling
sering dilakukan dan sangat berguna untuk mengetahui apakah bayi lahir
dengan berat badan normal atau mengalami Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(Depkes RI, 2003). Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
suatu kondisi di mana berat bayi yang baru lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi (Arda, 2015). BBLR di bedakan
menjadi 2 kategori yaitu beyi berat lahir rendah karena premature, (Umur
kehamilan kurang dari 37 minggu) atau BBLR karena Intrauterina
Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi memilki berat
badan kurang untuk ukuran berat badan nirmal pada umumnya
(DepkesRI,2003).
B. Klasifikasi BBLR
BBLR diklasifikasikan atas dua bagian yaitu berdasarkan berat badan bayi
dan usia kehamilan. Berdasarkan berat badan bayi adalah sebagai berikut :
a. Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan lahir 1.500 - 2.500 gram
b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) adalah bayi yang
lahir dengan berat badan 1.000-1.500 gram
c. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) adalah
bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1.000 gram (Arda, 2015).
BBLR berdasarkan usia kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Prematuritas murni yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
kehamilan. (Arda, 2015).

C. Etiologi

Menurut teori ada bebrapa factor-faktor penyebab Bayi Berat Badan Lahir
Rendah
a. Faktor ibu

1. Status gizi ibu hamil, Status gizi sangat berpengaruh terhadap ibu
hamil untuk pertumbuhan janin dalam kandungan. Karena apabila status
gizi buruk saat sebelum atau selama hamil akan memberikan dampak
pada anak yakni BBLR, dapat juga menghambat pertumbuhan otak
janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi baru lahir akan mudah terkena
infeksi, abortus, dan lainnya. Sehingga sebelum atau selama kehamilan,
ibu sebaiknya memeriksakan diri secara berkala agar baik ibu maupun
janin dapat sehat dan lahir dengan baik.
2. Kelainan bentuk uterus /serviks incompeten, Keadaan ini dapat
menjadi faktor pemicu terjadinya kelahiran premature karena berkaitan
dengan kontraksi uterus. Keadaan ini dihubungkan dengan kejadian
premature dengan kelainan uterus karena kelainan bentuk tersebut dapat
menjadi suatu keadaan yang membuat perkembangan bayi menjadi tidak
normal dan menjadi pencetus untuk terjadinya kelahiran premature,
walaupun keadaan ini jarang terjadi. Serviks inkompeten dapat juga
menjadi penyebab abortus selain partus preterm.
3. Penyakit menahun/diderita ibu
Apabila ibu menderita suatu penyakit, maka akan mempengaruhi janin
yang ada dalam kandungannya, sehingga diperlukan pengawasan dan
pemeriksaan yang ketat serta khusus. Adapun penyakit yang dapat
memperburuk ibu maupun janin yaitu hipertensi kronik, diabetes, asma,
dll.
b. Faktor obestric
1. Kehamilan ganda atau gemelli dapat membawa risiko bagi janin,
bahaya bagi ibu tidak begitu besar, tetapi wanita dengan kehamilan
kembar memerlukan perawatan yang khusus. Pada kehamilan kembar
ini, berat badan janin dapat lebih rendah dibandingkan kehamilan
tunggal walaupun umur gestasi sama antara ibu yang hamil kembar
dengan ibu yang hamil tunggal
2. Komplikasi kehamilan, Komplikasi yang dapat atau sering terjadi
selama kehamilan ibu ialah KPD, perdarahan antepartum (plasenta
previa, solusio plasenta), HDK dengan atau tanpa edema pretibial,
ancaman persalinan premature dan infeksi berat dalam kehamilan.
a. Pecah ketuban dini merupakan penyebab persalinan prematur
dimana ketuban pecah sebelum waktunya. Hal ini
disebabkan karena berkurangnya kekuatan membrane atau
meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan ini dapat disebabkan karena infeksi selama
janin berada dalam rahim ibu.
b. Hipertensi dalam kehamilan : hipertensi pada ibu hamil
cenderung akan mempengaruhi timbulnya uteroplacental
insufficiency yang menyebabkan kekurangan zat asam
(anorexia) pada janin dalam masa sebelum atau sewaktu
dilahirkan yang dapat menyebabkan kematian perinatal dan
BBLR.
c. Faktor janin dan plasenta
1. Infeksi dalam rahim, kelainan kromsom, dan cacat bawaan Cacat
bawaan yang terjadi dapat membuat persalinan menjadi premature,
keguguran, lahir mati, atau kematian pada bayi setelah persalinan pada
minggu pertama. Kelainan ini berkontribusi sebesar 20% terhadap
kematian BBLR.
2. Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
Pertumbuhan janin terhambat dapat terjadi karena pemasokan oksigen
dan makanan kurang adekuat dan hal inipun dapat mendorong untuk
dilakukannya terminasi kehamilan lebih dini.
D. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis
pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat
napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada
bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila
prematuritas bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir
selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature
harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki
kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh karena itu dapat
mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali. Imaturitas organ
lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi premature meliputi
system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang
karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami
infeksi.
E. Manifestasi klinis
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10.Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11.Kepala tidak mampu tegak
12.Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13.Nadi 100 – 140 kali / menit

F. Penatalaksanaan BBLR
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0

C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram.
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk
bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Jumlah sel darah putih : 18000/mm3, neutrophil meningkat
sampai 23000- 24000/mm3, hari pertama setelah lahir
(menurun bila ada sepsis).
2. Hematocrit (Ht) : 43%-61% (peningkatan sampai 65% atau
lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal / prinatal)
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20gr/dl (kadar lebih rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolysis berlebihan).
4. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan,
8mg/dl 1-2 hari, dan 12mg/dl pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama
setelah kelahiran rata-rata 40-50mg/dl meningkat 60-
70mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elekrolit (Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
H. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah
antara lain yaitu :
1. Hipotermia.
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit.
4. Hiperbilirubinemia.
5. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
6. Paten suktus arteriosus.
7. Infeksi.
8. Perdarahan intraventrikuler.
9. Apnea of prematuruty
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Sirkulasi :
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas
normal (120-160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar
dapat menandakan duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan/cairan : Berat badan kurang 2500 (5lb 8 oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran
kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin
merapat(tergantung usia gestasi).
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak
teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-
60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung.
5. Seksualita
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

B. Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis


2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan hambatan pada
neonates (prematuritas)
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
4. Ikterik neonatus berhubungan dengan penurunan berat badan yang
abnormal
C. Intervensi

Diagnose Kriteria Hasil Intervensi


a. Pola nafas Setelah dilakukan Manajemen jalan
tidak efektif tindakan keperawatan nafas Observasi
berhubungan selama 3x8 jam 1. Monitor pola nafas
dengan diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi nafas
imaturitas membaik dengan kriteria tambahan Terapeutik
neurologis hasil : 1. Lakukan penghisapan
1. Gerakan mata lendir kurang dari 15 detik
membaik
2. Berikan oksigen,
2. Pola nafas membaik
jika perlu
3. Frekuensi nafas
Edukasi
membaik
1. Edukasi tanda-
4. Denyut jantung apical
membaik tanda pola nafas
2. Jelaskan tujuan
5. Denyut jantung
radialis membaik tindakan
penghisapan
lendir
Kolaborasi
1.Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
b. Menyusui tidak Setelah dilakukan Nutrisi bayi
efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3x8 jam 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan diharapkan menyusui kemampuan ibu menerima
hambatan pada tidak efektif membaik informasi
neonates dengan kriteria hasil: Terapeutik
(prematuritas) 1. Berat badan 1. Sediakan materi dan
meningkat
media pendidikan
2. Panjang badan kesehatan
meningkat Edukasi
3. Kulit kuning menurun 1. Jelaskan tanda-tanda awal
4. Sklera kuning rasa lapar ( misalnya bayi
menurun gelisah, membuka mulut,
5. Membrane mukosa menghisap jari atau
kuning menurun
tangan)
6. Bayi cengeng
2. Anjurkan tetap memberikan
menurun
ASI
7. Kesulitan makan
saat bayi sakit
menurun
Kolaborasi
8. Pola makan membaik
1. kolaborasi pemberian
9. Proses tumbuh
Gizi
kembang membaik
c. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan nutrisi Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi faktor yang
dengan selama 3x8 jam diharapkan mempengaruhi asupan gizi
ketidakmampu an deficit nutrisi membaik 2. Identifikasi perubahan
mengabsorbsi dengan kriteria hasil : berat badan
nutrient 1. Berat badan membaik Terapeutik
2. Tebal lipatan kulit 1. Timbang berat badan
membaik Indeks massa 2. Ukur antropometrik
tubuh membaik komposisi tubuh (indeks
massa tubuh, pengukuran
pinggang, dan ukuran
lipatan kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan proses
pemantauan kepada ibu
atau keluarga bayi
2. Informasikan hasil
pemantauan
pada ibu atau keluarga bayi
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian
nutrisi

DAFTAR PUSTAKA

Arda Darmi. 2015. Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) Di Ruangan PNC RSUD Kota Makassar.

Depkes RI, (2003) .Program Penangulangan Gizi Pada Wanita Umur


Subur (WUS),Direktorst gizi masyarakat dan Binkesmas: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Nurafif, Amin Huda. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnose NANDA . Mediaction: Jogjakarta.

Rohmatika, Monika. 2020. Aspek Legal etik.


https://id.scribd.com/doc/82673424/Aspek- Legal-Etik. Diakses 2 maret 2021

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan


Indonesia (SLKI) Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
PPNI

Zaidin, Ali. 2014. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai