Oleh :
Kelompok 1
Ruang Lily 3B
CI Lahan CI Institusi
Basri Syam, S.Kep., Ns., M.Kes Eva Arna Abrar, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. NIDN. 0909059003
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Laporan Kelompok Keperawatan Medikal
Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Endokrin pada Ny.S
Dengan Carcinoma Parotis di Ruang Lily 3B RSUD. Dr. Tadjuddin Chalid Makassar”
menjadi salah satu langkah awal pembelajaran dalam mengenyam pendidikan di dunia
kesehatan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang
telah membantu, memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis mulai dari penyusunan
awal pembuatan laporan hingga selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
dalam penyajian sistematika penulisannya, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat diharapkan untuk perbaikan laporan ini.
Penulis,
Kelompok I
BAB I
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Nama Kelompok : Kelompok I NIM : Tertera pada Sampul
INFORMAN/ KELUARGA
Nama : Tn. A
Umur : 40 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hubungan dengan Pasien : Suami
GENOGRAM
? ? ?
? ?
47 38 35
\\
40
Keterangan :
: Laki-laki : Keturunan
: Meninggal : Serumah
: Menikah : Pasien
RIWAYAT KESEHATAN
Pernah Operasi : pasien pernah dilakukan tindakan biopsi insisi tanggal 5 Maret 2023.
Pasien dilakukan tindakan pemasangan Chemoport di ruang operasi tanggal 15 Maret
2023
Riwayat Kesehatan Sekarang : Pasien mengalami nyeri pada luka dan benjolan bagian
leher dextra. Setelah pasien dilakukan operasi pemasangan chemoport dan pasien merasa
tidak nyaman karena baru pertama kali merasakan pemasangan alat tersebut. Pasien
diberikan intervensi kemoterapi siklus pertama pada tanggal 17 Maret 2023.
Riwayat Alergi : Pasien tidak alergi terhadap makanan dan obat.
Riwayat Medikasi : Pasien tidak pernah mendapat pengobatan sebelumnya.
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15
E :4
V :5
M :6
1. Kepala
Inspeksi :
Warna rambut : Hitam
Kuantitas rambut : Lebat
Distribusi rambut : Merata
Kulit kepala : Tidak ada benjolan
Bentuk kepala : Mesochephalus
Wajah : Tidak simetris, ekspresi sedih
Kulit wajah : warna cerah, tidak berbulu, ada lesi
Palpasi :
Tekstur rambut : Halus
Kulit kepala : Tidak ada benjolan
Kulit wajah : Halus, ada nyeri tekan, ada benjolan
2. Mata
Uji Penglihatan :
Tajam penglihatan : Visus 6/6
Lapang pandang : Normal (Superior 40 derajat, lateral 90 derajat, medial
60 derajat, inferior 70 derajat)
Inspeksi :
Posisi/kesejajaran : Sejajar
Alis mata : Tidak ada dermatitis seborea
Kelopak mata : Tidak ada bengkak pada tepi kelopak mata
Aparatus lakrimal : Tidak ada pembengkakan sakus lakrimalis
Konjungtiva : Merah
Sklera : Putih
Kornea, iris, lensa : Tidak ada opasitas kornea, tidak ada katarak
Pupil : Ukuran 3 mm, bentuk normal, simetris, dan bereaksi
terhadap cahaya
Otot Ekstraokuler : Ada keseimbangan muscular refleks kornea terhadap
cahaya tengah
Enam arah cardinal pandangan : Mengikuti segala arah
Palpasi :
Kelopak mata : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, bola mata
teraba lunak
3. Telinga
Inspeksi :
Aurikula : Tidak ada keloid
Liang telinga : Tidak ada serumen, tidak ada bengkak, tidak ada
eritema
Gendang telinga : Tidak menonjol, tidak ada kemerahan, tidak ada
perforasi
Palpasi :
Tragus, mastoid : Tidak nyeri tekan
Aurikula : Tidak ada benjolan
Uji Pendengaran :
Uji bisikan : Dapat mendengar bisikan
Uji detik jam : Dapat mendengar detik jam tangan
Uji garputala : Rinne (tidak dilakukan pemeriksaan), weber (tidak
dilakukan pemeriksaan)
4. Hidung dan Sinus
Inspeksi :
Hidung luar : Lurus
Hidung dalam : Tidak ada pembengkakan pada mukosa nasal, tidak ada
deviasi pada septum nasal
Palpasi :
Hidung, sinus : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, tidak ada
benjolan
5. Mulut dan Faring
Inspeksi
Bibir : Lembab
Mukosa oral : Lembab, tidak ada luka
Gusi : Tidak ada gingivitis, tidak ada penyakit periodontis
Gigi : Tidak ada karies dentis
Palatum : Tidak ada torus palatines
Lidah : Selaput merah
Kelenjar parotis : Ada kemerahan, ada benjolan, ada pembengkakan
Dasar mulut : Tidak ada benjolan
Faring : Tidak ada kemerahan, palatum durum simetris
Palpasi
Bibir, mukosa oral : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Lidah : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
Kelenjar parotis : Ada benjolan, ada nyeri tekan
6. Leher
Inspeksi :
Leher : Tidak ada jaringan parut, ada massa dengan ukuran 12 cm x 8,5 cm
x 6 cm , tidak ada tortikollis, tampak pasien sulit untuk menoleh ke
kiri dan ke kanan.
Trakea : Tidak ada deviasi trakea
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Palpasi :
Kelenjar limfe : Tidak ada limfadenopati servikal
Trakea : Tidak ada deviasi trakea
Denyut karotis : Ada amplitudo, ada kontur denyut karotis
Kelenjar tiroid : Tidak ada nodul, tidak ada goiter, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi :
Arteri karotis : Tidak ada bruit
Kelenjar tiroid : Tidak ada bruit
7. Torak dan Paru-Paru
Inspeksi :
Toraks, gerak nafas : Tidak ada deformitas, tidak ada gangguan atau
penyimpangan gerakan pernapasan, pengembangan
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi
inspirasi supraklavikular, tidak ada retraksi
interkostal, tidak ada kontraksi inspirasi
sternokleidomastoideus
Bentuk dada pasien : Normochest
Dada posterior : Tidak ada deformitus atau asimetris, tidak ada
retraksi inspirasi supraklavikular, tidak ada
kelambanan gerak pernafasan unilateral
Palpasi :
Dada : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur iga, tidak ada
massa, tidak ada saluran sinus, ekspansi dada
simetris, taktil fremitus seimbang
Perkusi :
Paru-Paru : Resonan
Auskultasi :
Frekuensi dan irama : 20 x/menit
Bunyi nafas : Vesikular
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada
Bunyi suara nafas yang ditransmisikan : Tidak ada
8. Jantung
Inspeksi :
Thrill : Tidak ada thrill
Impuls apical : Letak (ICS 5 garis midklavikularis kiri)
Amplitudo normal
Palpasi :
Parasternum kiri, area kiri : Tidak ada pembesaran ventrikel kanan
Interkostal kanan dan kiri dekat sternum : Tidak ada pulsasi, S2 tidak menonjol, tidak
ada thrill
Perkusi :
Jantung : Tida redup pada area jantung
Auskultasi :
Bunyi jantung : Bunyi jantung 2 Aorta (ICS II garis parasternal kanan)
murni dan teratur
Bunyi jantung 2 Pulmonal (ICS II garis parasternal kiri)
murni dan teratur
Bunyi jantung 1 Trikuspid (ICS IV garis parasternal
kiri) murni dan teratur
Bunyi jantung 1 Mitral (ICS 5 garis midclavicularis
kiri) murni dan teratur
Bunyi tambahan : Tidak ada murmur, tidak ada bunyi jantung 3 dan 4
9. Payudara dan Aksila
Inspeksi
Payudara : Ukuran besar, simetris
Putting : Ukuran besar, bentuk bulat, tidak ada ruam, tidak ada ulkus,
tidak ada rabas putting
Aksila : Tidak ada ruam, tidak ada infeksi, tidak ada pigmentasi, tidak
ada limfadenopati
Palpasi
Payudara : Konsistensi lembek dan kenyal, tidak ada nyeri tekan
Aksila : Tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan
10. Abdomen
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada jaringan parut, tidak ada striae
Umbilikus : Tidak ada hernia, tidak ada inflamasi
Bentuk, kesimetrisan : Tidak ada penonjolan pinggang, tidak ada
penonjolan suprapubik, tidak ada pembesaran hati atau limfa, tidak ada tumor
Gelombang peristaltik : Tidak ada obstruksi gastrointestinal
Pulsasi : Tidak ada peningkatan aneurisma aorta
Auskultasi :
Bising usus : Normal
Bruit : Tidak terdengar
Peristaltik usus : 15 x/menit
Perkusi :
Abdomen : Bunyi timpani
Hepar : 4-8 cm pada garis midsternal dan 6-12 cm garis
midklavikular kanan
Limfa : Pekak pada kiri bawah dada anterior
Palpasi :
Ringan : Tidak ada nyeri otot, tidak ada nyeri lepas, tidak ada
nyeri tekan
Dalam : Tidak ada tumor, tidak ada nyeri tekan
Dinding abdomen : Tidak kaku seperti papan
Hati : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa tumor
Limfa : Teraba
Ginjal : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan
Aorta : Tidak ada pulsasi aorta
Ascites : Tidak ada pegeseran bunyi pekak, tidak gelombang
cairan
11. Genitalia dan Anus
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada ruam, tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada
jaringan parut
Anus : Tidak ada haemorhoid, tidak ada kutil, tidak ada herpes, tidak
ada tumor
Vagina : Tidak ada kemerahan, ada rambut pubis, tidak ada benjolan,
tidak ada rabas, tidak ada rabas, tidak ada kista, tidak ada
herpes
Palpasi :
Kulit : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, kontur halus
Anus : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada rabas
Vagina : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan
12. Ekstremitas
Inspeksi :
Bahu : Kontur bahu normal, lingkar bahu tidak ada atrofi
dan tidak ada dislokasi, rentang gerak sendi normal
Siku : Tidak ada dislokasi, rentang gerak sendi normal
Pergelangan tangan : rentang gerak normal, kontur normal, tidak ada
deformitas, tidak ada atrofi, tidak ada pembengkakan
Pinggul : Cara berjalan baik, rentang gerak normal, kontur
normal, tidak ada dislokasi
Lutut : Gaya berjalan baik, kesejajaran baik, kontur normal,
tidak ada pembengkakan patella
Pergelangan kaki : Tidak ada hallux valgus, tidak ada corns, tidak ada
kalus, rentang gerak normal, tidak ada kontur, tidak
ada deformitas, tidak ada atrofi
Palpasi :
Bahu, Siku, Pergelangan : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada peradangan, tidak ada jaringan parut, tidak ada
krepitasi
Pinggul, Lutut, Pergelangan : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada peradangan, tidak ada jaringan parut, tidak
ada krepitasi
Refleks :
Refleks Biceps : Fleksi pada perkusi 2 (0-4)
Refleks Triceps : Ekstensi pada perkusi 2 (0-4)
Achilles Percussion Reflex : Plantar fleksi pada perkusi 2 (0-4)
Knee Percussion Reflex : Ekstensi pada perkusi 2 (0-4)
Babinsky Reflex : Kelima jari kaki plantar flexi
Kaku kuduk : Dagu bisa menyentuh dada
Brudsinsky I : Tungkai fleksi pada saat dagu ditekuk ke dada
Brudsinsky II : Tungkai kanan fleksi pada saat tungkai kiri
difleksikan pada panggul dan lutut
Kernig Sign : Fleksi panggul 90 derajat kemudian
mengekstensikan lutut pasien, tidak nyeri pada paha
Laseque : Tidak nyeri sepanjang m. ischiadika pada saat
tungkai diangkat ke atas lurus
13. Nervus
Nervus I (Olfaktorius) :
Dapat membedakan bau
Nervus II (Optikus) :
Ketajaman penglihatan : 6/6
Hasil pemeriksaan lapang pandang : Normal
Nervus III (Okulomotorius)
Reaksi pupil terhadap cahaya : Ada
Nervus IV (Troklearis)
Bola mata bergerak ke semua arah : Ya
Nervus V (Trigeminalis)
Uji nyeri dan sensasi sentuhan ringan pada wajah area oftalmik, maksillaris, dan
mandibularis : Ya, terasa nyeri
Kontraksi otot temporalis dan masseter : Ada
Refleks kornea : Ada
NervusVI (Abdusen)
Bola mata bergerak ke semua arah : Ya
Nervus VII (Fasialis)
Mengangkat kedua alis : Bisa
Cemberut : Bisa
Menutup mata dengan rapat : Bisa
Memperlihatkan gigi : Bisa
Tersenyum : Bisa
Menggembungkan pipi : kesulitan untuk menggembungkan pipi
Nervus VIII (Akustikus)
Uji kemampuan pendengaran : Normal
Rinne : Tidak teruji
Weber : Tidak teruji
Nervus IX (Glossofaring)
Menelan : Bisa
Nervus X (Vagus)
Mengeluarkan suara : Bisa
Palatum durum naik saat pasien mengatakan “ah” : Bisa
Refleks muntah : Bisa
Nervus XI (Aksesorius)
Mengangkat bahu : Bisa
Memalingkan kepala melawan tangan : Tidak bisa
Nervus XII (Hipoglosal)
Artikulasi suara : Ada
Lidah bergerak ke segala arah : Bisa
KEBUTUHAN DASAR
Nutrisi
TB : 156 cm BB : 51 Kg IMT : 21 Kg/cm2
Kebiasaan makan : 3 x/hari (teratur)
Keluhan saat ini : Tidak nafsu makan (tidak)
Mual (tidak)
Muntah (tidak)
Sukar/ sakit saat menelan (ya)
Nyeri ulu hati (tidak)
Sakit gigi (tidak)
Konjungtiva : Pink/merah
Sklera : Putih
Pembesaran tyroid : Tidak ada
Hernia/ massa : Tidak ada
Holitosis : Tidak ada
Kondisi gigi/ gusi : Bersih, tidak ada lesi
Penampilan lidah : Lidah warna pink
Bising usus : <5 x/menit
Porsi makan yang dihabiskan : 1 Piring yang disediakan dari pihak
gizi
Makanan yang disukai : Ayam krispy
Diet : Makanan tinggi lemak
Data lain : Tidak ada
Cairan
Kebiasaan minum : ±1500 cc/hari, jenis air mineral
Turgor kulit : Elastis
Warna : Sawo matang
CRT : ≤2 detik
Mata cekung : Tidak
Edema : Tidak
Distensi vena jugularis : Tidak terdapat distensi
Asites : Tidak
Spider naevi : Tidak
Data lain : Tidak ada
Eliminasi
BAB : 1 x/hari
Warna : Kuning
Konsistensi : Padat
Bau : Khas bau makanan
BAK : >3 x/hari
Warna : Kuning
Bau : Khas
Tampilan : Jernih
Volume : ±200 ml tiap
berkemih
Penggunaan kateter : Tidak
Oksigenasi
Bentuk dada : Normochest
Bunyi napas : Vesikuler
Respirasi : TAK
Jenis pernapasan : Pernapasan dada dan perut
Fremitus : Vibrasi normal
Sputum : Tidak ada penumpukan sputum
Sirkulasi oksigenasi : TAK
Dada : TAK
Data lain : Tidak ada
Istirahat dan Tidur
Kebiasaan tidur : Malam (Jam : 23.00 s/d 04.00 WITA)
Siang (Jam : 14.00 s/d 14.30 WITA)
Lama tidur : Malam : 5 jam Siang : 30 menit
Kebiasaan tidur : Berdzikir
Faktor yang mempengaruhi : Nyeri pada leher dan pipi
Cara mengatasi : Tetap tenang
Data lain : Tidak ada
Personal Hygiene
Kebiasaan mandi
Sebelum masuk RS : 2 x/hari
Selama masuk RS : Tidak pernah
Kebiasaan mencuci rambut
Sebelum masuk RS : 2 x/minggu
Selama masuk RS : Tidak pernah
Kebiasaan memotong kuku
Sebelum masuk RS : 1 x/minggu
Selama masuk RS : Tidak pernah
Kebiasaan mengganti baju
Sebelum masuk RS : 2 x/hari
Selama masuk RS : 1 x/hari
Aktivitas – Latihan
Aktivitas waktu luang : Istirahat
Aktivitas/ hoby : Badminton
Kesulitan bergerak : Ya
Kekuatan otot :
4444 4444
4444 4444
Tonus otot :
Hipotoni Hipotoni
Hipotoni Hipotoni
Postur : Tegap
Tremor : Tidak
Rentang gerak (ROM) :
Ekstremitas atas kanan
(√) Fleksi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√) Adduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Ekstremitas atas kiri
(√) Fleksi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√) Adduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Ekstremitas bawah kanan
(√) Fleksi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√) Adduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Ekstremitas atas bawah kiri
(√) Fleksi (√) Ekstensi (√) Abduksi (√) Adduksi
(√) Supinasi (√) Pronasi (√) Sirkumduksi
Keluhan saat ini : Nyeri sendi
Penggunaan alat bantu : Tidak
Pelaksanaan aktivitas : Mandiri
Jenis aktivitas yang perlu dibantu : Tidak ada
Terapi Pengobatan:
- Pre-Medikasi :
1. Ondansetron 2 ampul/ IV
2. Ranitidine 2 ampul / IV
3. Dexamethasone 2 ampul/ IV
4. Diphenhydramine 2 ampul / IV
- Medikasi Kemoterapi :
1. Paclitaxel 186 mg
2. Cisplatin 77,5 mg
3. 5-FU 775 mg
- Protokol kemoterapi :
1. Pasien diberikan pre-medikasi (obat-obatan tertera pada riwayat terapi obat)
terlebih dahulu, setelah itu tunggu 30 menit untuk dilakukan medikasi kemoterapi
2. Masukkan paclitaxel 186 mg dalam 500 ml NaCl 0,9% habis dalam waktu 3 jam.
3. Setelah obat pertama habis, bilas dengan 100 ml NaCl 0,9% habis dalam 15 menit.
4. Masukkan obat kedua yaitu Cisplatin 77,5 mg dalam 100 ml NaCl 0,9% habis
dalam waktu 6 menit
5. Bilas dengan 100 ml NaCl 0,9% habis dalam waktu 15 menit
6. Masukkan obat ketiga yaitu 5-FU 775 mg dalam 500 ml NaCl 0,9% habis dalam
waktu 3 jam
7. Setelah habis bilas dengan 100 ml NaCl 0,9% habis dalam waktu 15 menit.
8. Setelah pemberikan kemoterapi, dilakukan observasi pasien 1x24 jam, bila tidak
ada keluhan pasien bisa dianjurkan untuk rawat jalan.
9. Untuk medikasi rawat jalan pasien diberikan obat oral :
- Ranitidine 150 mg 2x1
- Ondansetron 8 mg 3x1
- Vitamin B-complex 2x1
PENGKAJIAN RISIKO JATUH
Kesadaran Lupa/pelupa 15
Baik 0
Total Skor 0
Keterangan :
Resiko tinggi : ≥45
Resiko sedang : 25-44
Resiko rendah : 0-24
1. Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 128/85 mmHg
Nadi : 97 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,7 oC
2. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi Lengkap
RDW-SD 39.8 fL 37 – 54
Hitung Jenis
Neutrofil 61.4 % 50 – 70
Limfosit L 19.9 % 20 – 70
NLR 3.1 - -
Kimia Darah
Kreatinin
Elektrolit Darah
Hasil pemeriksaan :
1. Tampak bayangan radioopaq bulat pada lapangan atas paru kanan, ukuran lk 0,7 x
0,9
2. Cor dan aorta baik
3. Sinus dan diafragma baik
4. Tulang tulang intak
Kesan : Nodul paru kanan
Bentuk jaringan :
Pemeriksaan Patologi Anatomik (Biopsi)
PSIKOSOSIAL
CA PAROTIS
Nekrosis jaringan
Ukuran parotis Nyeri Akut/
membesar Kronis
Bakteri pathogen
Gangguan Citra
Tubuh
Resiko Infeksi
Gangguan
Menelan
No Analisa data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Pasien mengatakan nyeri Ca Parotis Nyeri Kronis
pada bagian leher Sebelah
kanan sejak ± 1 tahun yang
lalu Mendesak sel saraf
P : Nyeri karena adanya
benjolan
Q : Terasa seperti
tertusuk-tusuk Penekanan sel kanker
R : Parotis dextra pada saraf
S : VAS : 5
T : Secara terus menerus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kelenjar ludah adalah kelenjar tubuloasiner, yang terdiri atas gabungan
kelompok alveoli bentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang kecil. Saluran-
saluran dari tiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang lebih besar dan
mengantar sekretnya ke saluran utama dan melalui ini secret dituangkan ke dalam
mulut. Secara embriologis pertama kali muncul pada sekitar 6 minggu kehamilan.3
Kelenjar berasal dari lapisan germinal ektodermal dan lapisan germinal endodermal,
Kelenjar ludah dapat di bagi menjadi dua golongan.(Kertanadi et al., 2019)
Kelenjar parotis ialah yang terbesar. Satu di sebelah kiri satu di sebelah kanan
dan terletak di depan agak bawah telinga. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut
melalui saluran parotis atau saluran stensen, yang bermuara di pipi sebelah dalam,
berhadapan dengan geraham (molar) kedua atas. Ada dua struktur penting yang
melintasi kelenjar parotis, yaitu arteri karotis externa dan saraf cranial ketujuh (saraf
fasialis).
Kelenjar submandibularis nomer dua besarnya sesudah kelenjar parotis.
Terletak di bawah kedua sisi tulang rahang, dan berukuran kira-kira sebesar buah
kenari. Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau
saluran Wharton, yang bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguae. Kelenjar
sublingualis adalah yang terkecil. Letaknya di bawah lidah di kanan dan kiri frenulum
linguae dan menuangkan sekretnya ke dalam dasar mulut melalui beberapa muara
kecil.
Kelenjar parotis adalah kelenjar ludah terbesar pada manusia dan sering
terlibat dalam beberapa proses penyakit. Seluruh kelenjar dilapisi oleh fasia padat
sehingga pembengkakan kelenjar, seperti pada mumps misalnya, menimbulkan nyeri
yang sangat. Kelenjar parotis menempati posisi di sekitar liang telinga. Kelenjar ini
terletak di bagian luar otot masseter dengan batas atas pada zygomaticus, bagian
bawah dibatasi otot disgatrikus, bagian belakang dibatasi liang telinga dan bagian
depan otot sternokledomastoideus. (Tanoto et al., 2020)
Karsinoma didefinisikan sebagai pembengkakan abnormal dalam tubuh yang
disebabkan oleh neoplasma ganas, yang timbul dan berkembang biaknya sel secara
tidak terkendali sehingga selsel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ
tempat tumbuhnya.12 Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di
depan telinga.(Tanoto et al., 2020)
Karsinoma parotis adalah neoplasma ganas yang paling sering ditemukan
pada kelenjar liur mayor dan minor. Karsinoma parotis ini adalah tumor ganas
terbanyak yang paling sering terjadi di kelenjar parotis. Karsinoma parotis adalah
neoplasma maligna yang berasal dari sel epithelial yang terjadi di kelenjar liur yang
terbesar yang terletak di anteroinferior dari telinga yang disebut parotis. (Melliany,
2019)
B. Patofisiologi
Kelainan peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau
nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh
bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi
yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah
tumor benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma
plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga
disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar
tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul
sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi
maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%. Tumor-tumor jinak dari
glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam
oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan
tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik. Tumor parotis juga dapat
disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan
pendengaran. Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang
berulang.(Tanoto et al., 2020)
Clinical pathway
Ca parotis
Peningkatan konsistensi
Hipermetabolisme ke jaringan parotis Penekanan sel
Hipoksia
kanker pada syaraf
E. Etiologi
1. Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri
dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali didalam setahun. Infeksi
virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah faktor etiologik yang umum.
2. Genetik : Resiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat
utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen
merupakan segmen DNA yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan
produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel.
akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali
semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetik ini dapat merupakan bagian dari
virus virus tumor.
3. Bahan-bahan kimia obat-obatan hormonal, Kaitan hormon hormon dengan
perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi
dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah
pertumbuhan tumor.
4. Faktor imunologis: Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan
seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu. Sel sel yang mempengaruhi
perubahan (bermutasi}berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus
dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya. Dua puncak
insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut
usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah.(Utomo & Wahyudi,
2021).
F. Klasifikasi
Karsinoma parotis dapat dikelompokkan menjadi low grade carcinoma dan high grade
carcinoma. Low grade carcinoma terdiri atas acinic cell ca, adenoid cystic ca, low-
grade mucoepidermoid ca sedangkan high grade carcinoma terdiri dari
adenocarcinoma, squamoous cell ca dan high-grade mucoepidermoid ca. (Alamanda,
2019)
1. Karsinoma Mukoepidermoid
a. Jenis terbanyak dari keganasan kelenjar liur (sekitar 30%).
b. Insidens kejadian paling tinggi ditemukan pada usia 30-40 tahun.
c. Insidens keganasan kelenjar liur yang paling sering ditemukan pada anak-
anak.
d. Tumor ini berasal dari sel epithelial lobar intralobar duktus saliva. Tumor ini
tidak berkapsul serta metastase kelenjar limfe ditemukan sebanyak 30-40%.
e. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri dari derajat
rendah, menengah dan tinggi.
f. Tumor derajat rendah menyerupai adenoma pleomorfik (berbentuk oval, batas
tegas serta adanya carian mukoid). Tumor derajat rendah dan tinggi ditandai
dengan adanya proses infiltratif. Pasien-pasien usia muda biasanya ditemukan
yang berderajat rendah.
2. Adenokarsinoma
a. Berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus.
b. Sebagian besar (80%) tanpa gejala, 40% ditemukan terfiksasi di jaringan
diatas atau dibawahnya, 30% metastasis ke nodus servical, 20% menderita
paralisis nervus facialis dan 15% mengeluhkan sakit pada wajahnya.
c. Jenis-jenis yang lain adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi secara
keseluruhan dan mempunyai angka harapan hidup yang buruk.
3. Karsinoma adenokistik
a. Neoplasma kelenjar liur spesifik yang termasuk neoplasma dengan potensial
keganasan tinggi.
b. Didapat pada 3% seluruh neoplasma parotis, 15% neoplasma submandibular
dan 30% neoplasma kelenjar liur minor.
c. Sebagian pasien merasa asimptomatik, walaupun sebagian besar terfiksasi
pada struktur diatas atau dibawahnya.
d. Ditandai dengan adanya penyebaran perineural awal. Asalnya dipikirkan dari
sel mioepitel.
e. Mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh kekambuhan lokal
yang sering dan dapat terjadi kekambuhan setelah 15 tahun.
4. Karsinoma sel asiner
a. Terjadi pada sekitar 3% neoplasma parotis.
b. Lebih sering terjadi pada wanita. - Puncak insidens antara lain dekade ke 5
atau ke 6 kehidupan.
c. Terdapat metastasis ke nodus servikal, kira-kira 15% kasus.
d. Tanda patologik khas adalah amiloid.
e. Asalnya diperkirakan dari komponen serosa asinar dan sel ductus intercalated.
5. Karsinoma sel skuamosa
a. Sering terjadi pada pria berusia tua dan ditandai dengan pertumbuhannya
yang cepat.
b. Insidens metastase ke nodus limfatikus sebanyak 47%.
c. Biasanya terdapat pada kelenjar parotis.
d. Dipikirkan berasal dari sel duktus ekskretorius
e) Telinga:
Terdapat benjolan ,Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. ada
lesi atau nyeri tekan.
f) Hidung:
Tidak ada deformitas, simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak
ada sekret.
g) Mulut dan Faring:
Ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
h) Thoraks:
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
i) Paru-paru
- Inspeksi: Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
- Palpasi: Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
- Perkusi: Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.
- Auskultasi: Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
j) Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak iktus jantung.
- Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
- Perkusi : tidak ada pembesaran jantung.
- Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur
k) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
- Palpasi : Tugor baik, tidak ada benjolan, tidak ada defands muskuler,
hepar tidak teraba.
- Perkusi : Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
- Auskultasi : Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
l) Genetalia- anus
Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran lymphe, tidak ada kesulitan BAB
b. Diagnosa Keperawatan
Berikut beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan carcioma
parotis (SDKI, 2017) :
a) Nyeri akut berbubungan dengan agen cidera fisiologi
b) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
c) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur /bentuk tubuh
d) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
e) Risiko infeksi dengan factor risiko : proses penyakit (ca.parotis)
c. Intervensi Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisiologi
Kriteria hasil: (SLKI 2018)
1) keluhan nyeri menurun
2) meringis menurun
3) frekuensi nadi membaik,
4) frekuensi nafas membaik,
5) tekanan darah membaik
Intervensi: manajemen nyeri (SIKI, 2018)
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi,frekuensi,intensitas,kuantitas nyeri
2) Identifikasi skla nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingankan nyeri
4) Identifikasi pengetahuan budaya terhadap respon nyeri
5) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
6) Monitor evek samping penggunaananalgetik
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Terapeutik
1) Berikn tekniknon farmakologis untuk mengurangi nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa neri
3) Fasilitasi istrahat tidurpertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Edukasi
1) Jelakan penyebab,periode dan pemicu nyeri
2) Jelakan stategi meredahkan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Anjurkan theknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
b) Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan menelan makanan
Kriteria hasil (SLKI, 2019) :
1) kekuatan otot menelan menigkat,
2) kekuatan otot mengunya menigkat,
3) frekuensi makan membaik
Intervensi : Manajemen nutrisi (SIKI, 2018)
Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intoleransi maakanan
3) Identifikasi perlunya penggunaan nasogastrik
4) Identifikasi kebutuhan kalori
5) Monitor asupan makanan
6) Monitor berat badan
7) Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
1) Lakukan oral hygiene sebelum makan,
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesui
4) Berikan suplemen makanan,jika perlu
5) Berikan makanan yang tinggi kalori
6) Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah terjadinya kontipasi
Edukasi
1) Anjurkan posisi duduk
2) Ajarkan diet yang di program
Kolaborasi
1) Kolaborai pemberian medikasi sebelum makan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi yang diberikan
Terapeutik
1) Tempatkan pada matras/tempat tidur
2) Tempatkan pada posisi terapeutik
3) Tempatkan objek yang sering digunakan dam jangkauan
4) Tmpatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
5) Sediakan matra
6) Atur posisi tidur yang disukais yang kokoh
7) Atur posisi meningkaatkan drainage
8) Atur posisi untuk mengurangi sesak
9) Posisi pada kesejajaran tubuh yang tepat
10) Berikan bantal yang tepat pada leher
11) Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang ceder
12) Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tapat
13) Tinggikan tempat tidur bagian kepala
14) Berikan topangan pada area edema
15) Motifasi melakukan ROM aktif dan pasif
16) Hindari menempatkan pada posisi yang dapat menempatkan nyeri
17) Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
18) Ubah posisi setiap 2 jam
19) Ubah posisi dengan teknik log roll
Edukasi
1) Informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
2) Ajarkan cara menggunakan postur yang baik
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi
e) Risiko infeksi
Kriteria Hasil (SLKI, 2019) :
1) Kebersihan tangan meningkat
2) Kebersihan badan meningkat
3) Nafsu makan meningkat
4) Demam menurun
5) Kemerahan menurun
6) Nyeri menurun
7) Bengkak menurun
8) Kadar sel darah putih membaik
9) Cairan berbau busuk menurun
10) Drainase purulent menurun
d. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam rencana
keperawatan.Perawat melakukan pengawasan perkembangan pasien terhadap
pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan.Pelaksanaan atau implementasi
keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan
kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan (Nurdiansyah, 2020)
e. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke
arah pencapaian tujuan .Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang terjadi pada
setiap langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan.Evaluasi keperawatan
dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap
diagnosa keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa
permasalahan (A) klien berdasarkan S dan O, serta perencanaan ulang (P)
berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut evaluasi proses.
Semua itu dicatat pada formulir catatan perkembangan (Nurdiansyah, 2020)
BAB III
ANALISIS
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosis medis Ca.
Parotis dan merawat menggunakan dengan metode pendekatan asuhan keperawatan,
maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa telah mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada Ny. S :
2) Berdasarkan hasil Analisa data didapatkan ada tiga diagnosis keperawatan yang
diangkat yaitu Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor, Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (proses penyakit Ca.parotis),
Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas orofaring, dan penampilan
peran tidak efektif berhubungan dengan perubahan citra tubuh
3) Pada diagnosa keperawatan Nyeri kronis dilakukan intervensi berdasarkan (SIKI,
2018) yaitu Manajemen nyeri diharapkan tingkat nyeri pasien menurun, pada
diagnosa keperawatan Gangguan citra tubuh dilakukan intervensi yaitu Promosi
citra tubuh, dan pada diagnose keperawatan risiko infeksi diharapkan tingkat
infeksi menurun.
B. Saran
1) Bagi Pasien
Diharapkan bagi pasien memiliki pengetahuan tentang penyakitnya dan selalu
menjaga kesehatan, serta mematuhi program pengobatan, minum obat secara
teratur sesuai indikasi dan selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
ke pelayanan kesehatan terdekat.
2) Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan bagi pelayanan keperawatan mampu mempertahankan dan
meningkatkan pelayanan keperawatan yang telah sesuai dengan standar prosedur
yang ada sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Alamanda, C. (2019). Literature Review: Self Pain Management sebagai Intervensi Nyeri
pada Pasien Kanker. Ejournal Unsri, 1(4), 86–89.
Arif, M., & Sari, Y. P. (2019). Efektifitas Terapi Musik Mozart Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Kesehatan Medika Saintika.
https://doi.org/10.30633/jkms.v10i1.310
Eaton, L. H., & Hulett, J. M. (2019). Mind-Body Interventions in the Management of Chronic
Cancer Pain. Seminars in Oncology Nursing, 35(3), 241–252.
https://doi.org/10.1016/j.soncn.2019.04.005
Firdaus, M. A., & Fitria, H. (2022). Penatalaksanaan Tumor Warthin Parotis. 1–6.
Hasaini, A., Keperawatan Medikal Bedah dan Gawat Darurat, D., & Diploma Tiga
Keperawatan STIKES Intan Martapura, P. (2020). Efektivitas Guided Imagery Terhadap
Nyeri Pasien Kanker: a Randomized Controlled Trial Literature Review the
Effectiveness of Guided Imagery on Cancer Pain: a Randomized Controlled Trial
Literature Review. Journal.Umbjm.Ac.Id, 4(2), 2020.
https://journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing/article/view/596
Howlin, C., & Rooney, B. (2021). The cognitive mechanisms in music listening interventions
for pain: A scoping review. Journal of Music Therapy, 57(2), 127–167.
https://doi.org/10.1093/JMT/THAA003
Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kertanadi, Sudipta, & Ardika. (2019). Parotidektomi Superfisial Pada Adenoma Pleomorfik
Parotis. Medicina, 45(1), 43–46.
Lestari, S., Faridasari, I., Hikhmat, R., Kurniasih, U., & Rohmah, A. (2022). Pengaruh
Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Skala Nyeri. Jurnal Kesehatan, 13(1), 1–6.
https://doi.org/10.38165/jk.v13i1.254
Lia, S. (2022). Tumor Parotis Post Operasi parotidektomi di Ruang Baituussalam 1 Rsi
Sultan Agung Semarang. 8.5.2017, 2003–2005.
Maelissa, R. D., & Sabir, M. (2021). Tumor parotis sinistra. 3(2), 143–148.
Melliany, O. (2019). Konsep Dasar Proses Keperawatan Dalam Memberikan Asuhan
Keperawatan ( Askep ) Pendahuluan. In Askep.
Nurdiansyah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn. R Dengan Demam Berdarah Dengue
(Dbd) Di Ruang Lamen Kelas I Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas Kendari. Ilmu
Keperawatan, Demam Berdarah Dengue (DBD), 1–77.
Puspitasari, M. R., & Waluyo, A. (2016). Pemberian Terapi Musik Dalam Mengurangi Nyeri
Pasien Kanker. Jurnal Keperawatan SIlampari, 6, 1–23.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v6i1.4036
Putri, P., & Juliansyah, R. A. (2022). Self-Management Nyeri Pasien Kanker Dengan Metode
Non-Farmakologi ( Cancer Patient Pain ’ S Self- Management With Method Non-
Pharmacology ). Jurnal Abdikemas, 4, 52–56. https://doi.org/10.36086/j.abdikemas.v4i2
Risnah, Risdawati, & Ani Auli Ilmi. (2022). Terapi Berbasis Spiritualitas Dalam Penanganan
Nyeri Pasien Kanker Payudara : a Literatur Review. Jurnal Midwifery, 4(2), 53–61.
https://doi.org/10.24252/jmw.v4i2.29194
SDKI, P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
SIKI, P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi I :). Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
SLKI, P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Sumilat, V. J., Prabawati, D., & Supardi, S. (2020). Effectiveness of Relaxation Breathing
Exercise To Fatigue in Cancer Patients Who Undergoing Chemotherapy. Jurnal Ilmiah
Perawat Manado, 08(01), 144–158.
Tanoto, E., Pertiwi, J. M., & Tumewah, R. (2020). Tinjauan Patofisiologi Tumor Otak
Metastasis Dari Kanker Kelenjar Parotis – Laporan Kasus Pathophysiology Review of
Metastasic Brain Tumor From Parotis Glands Cancer - Case Report. Jurnal Sinaps, 3(1),
1–15.
Utomo, E. K., & Wahyudi, T. (2021). Nyeri Dan Pasien Kanker : Literature Review.
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas), 352–362.
Yanuar, C. T. S. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien Pre Op Close Fraktur Femur
Dengan Masalah Ketidak Efektifan Perfusi Jarinagn Perifer Di Ruangan Melati Rsud
Bangil Pasuruan. STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA MEDIKA JOMBANG.