Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

HERNIA SCROTALIS DEXTRA

Disusun oleh:
Rifqi Mahdi Syauqi
30101407306

Pembimbing:
dr.Syahar Banu, M.Si. Med, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
PERIODE 18 Februari 2019 – 18 April 2019

0
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Rifqi Mahdi Syauqi

NPM : 30101407306

Universitas : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung

Judul : Hernia Scrotalis Dextra

Bagian : Ilmu Bedah RSUD Jepara

Pembimbing : dr.Syahar Banu, M.Si. Med, Sp.B

Semarang, 15 maret 2019

dr.Syahar Banu, M.Si. Med, Sp.B

1
STATUS ILMU BEDAH
SMF BEDAH
RSUD RA. KARTINI JEPARA

Nama Mahasiswa : Rifqi Mahdi Syauqi


NIM : 30101407306
Dokter Pembimbing : dr. Syahar Banu, Sp.B
Tanggal : 15 Maret 2019

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 60 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta No. CM :000687371
Alamat :Plajan3/7,Pakisaji , Jepara Tgl Masuk RS : 9 maret 2019

II. ANAMNESIS (SUBJEKTIF)


Dilakukan autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 9 Maret 2019 pukul 11.00 WIB
di Poli Bedah Umum dan di dukung dengan rekam medis pasien di RSUD RA Kartini Jepara

A. Keluhan Utama
Benjolan pada selangkangan kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang laki-laki datang ke Poli Bedah Umum RSUD Jepara, pada tanggal 9 Maret
2019 pukul 11.00 dengan benjolan pada di selangkangan sebelah kanan, benjolan tidak
terasa nyeri, benjolan muncul sejak + 2 tahun yang lalu, benjolan awalnya kecil sebesar
kelingking lalu semakin lama semakin membesar, pasien sering mengangkat berat. Mual
(-), muntah (-). Biasanya benjolan sering keluar saat batuk atau mengejan dan bisa masuk
dengan dibantu dengan tangan sendiri. Pasien bisa kentut dan Bab lancar.

2
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah di rawat di rumah sakit, Pasien tidak memiliki riwayat darah
tinggi dan tidak memiliki riwayat DM

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat keluhan yang serupa pada keluarga pasien. DM disangkal. Riwayat
tekanan darah tinggi disangkal.

E. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien saat ini bekerja serabutan.

F. Riwayat Asupan nutrisi


Nafsu makan pasien baik, pasien makan 3 kali sehari dengan nasi dan lauk yang
bervariasi. Pasien minum sekitar 1,5 liter sehari.

G. Riwayat Kebiasaan
Pasien pasien jarang berolah raga. Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi
alkohol.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS GENERALIS
– Keadaan Umum : Baik
– Kesadaran : Compos Mentis
– Tanda Vital:
• Tekanan Darah : 110/80mmHg
• Nadi : 88 x/menit
• Suhu : 36 C
• Pernapasan : 20 kali/menit
– Antropometri:
• BB : 60 kg
• TB : 170 cm
• IMT : 20,76 kg/m2 (Normoweight)
– Kepala

3
• Mesocephal, rambut berwarna hitam dan putih, tidak mudah dicabut, kulit
kepala tidak ada kelainan.
– Mata
• Bentuk simetris, pupil ODS bulat, isokor, reflex cahaya (+/+), konjungtiva
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
– Hidung
• Bentuk normal, sekret (-/-), deviasi septum (-).
– Telinga
• Normotia, discharge (-/-).
– Mulut
• Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1,
mulut tidak tampak kering.
– Thorax
Paru
• Inspeksi : bentuk normal, simetri saat statis dan dinamis,
• Palpasi : stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru
• Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
• Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba
• Perkusi :
Batas atas jantung : ICS II lineasternalis sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Kanan jantung : ICS V linea sternalis dextra
Kiri jantung : ICS V linea midclavicula sinistra
• Auskultasi : bunyi jantung I/II regular
– Abdomen
• Inspeksi : Sikatrik (-), striae (-), caput medusa (-), asites (-)
hiperpigmentasi (-), spider nevi (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
• Palpasi : defans muskular (-), nyeri tekan (-),massa (-)

4
– Kulit : Tidak tampak kelainan
– Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar
– Genital : Tidak tampak kelainan
– Ekstremitas :
• Atas : Dextra : CRT < 2 detik, edema (-), akral hangat (+)
Sinistra : CRT < 2 detik, edema (-), akral hangat (+)
• Bawah : Dextra Sinistra : edema (-), akral hangat (+)

B. STATUS LOKALIS
– INSPEKSI
1. Lokasi : Regio abdomen Dextra inferior sampai ke scrotum dextra
2. Bentuk : Lonjong
3. Warna : Sama dengan kulit sekitar
4. Jumlah : soliter
5. Ulserasi : (-)
6. Batas : tegas
7. Venektasi : (-)
– PALPASI
1. Ukuran : 7 x 4 x 2 cm
2. Bentuk : Lonjong
3. Batas : Tidak tegas
4. Konsistensi : Kenyal
5. Auskultasi : Bising usus (+)
6. Mobilitas : Mobile
7. Permukaan : Licin
8. Fluktuasi : (-)
9. Nyeri tekan : (-)
10. Suhu : sama dengan kulit sekitar
11. Pulsatif : (-)
12. Indurasi : (-)
13. Finger test : teraba impuls diujung jari
14. Tes Ziemann : tidak dilakukan
15. Silk Glove Test: tidak dilakukan
16. Tes transluminasi: (-)
5
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium (09 Maret 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 14,2 g/dL 12,2 – 17,2
Hematokrit 40,6 % 40 – 52
Leukosit 8, 45 /uL 3,8 – 10,6
Trombosit 315 /uL 150 – 400
LED 1 jam 41 mm/jam 0-15
LED 2 jam 69
PPT
CT 4’,15’’ menit 2-6
BT 2’,00’’ Menit 1-3

Kimia Klinik

Ureum 27,2 mg% 10-50

Creatinin 0,56 Mg/dl 0,6-1,1

Natrium 133,5* mmol/L 135,0 - 147,0

Kalium 5,5 mmol/L 3,50 - 5,0

GDS 86 mg% 80-150

Imunologi

HbsAg Negatif Negatif

6
V. RESUME
 Clinical Reasoning
Seorang laki-laki datang ke IGD RSUD Jepara, pada tanggal 9 maret 2019 pukul
11.00 dengan benjolan pada di selangkangan sebelah kanan sampai ke buah zakar kanan,
benjolan terasa nyeri, benjolan muncul sejak + 2 tahun yang lalu, benjolan semakin
lama semakin membesar. pasien sering mengangkat berat, Biasanya benjolan sering
keluar saat batuk atau mengejan dan bisa masuk dengan dibantu dengan tangan sendiri.
Pasien bisa kentut dan Bab lancar.
TTV tidak didapatkan kelainan. Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki dalam
batas normal, Dari pemeriksaan status lokalis di regio dextra bagian inferior didapatkan
benjolan berbentuk agak lonjong sampai ke scrotum dextra, warna sama dengan kulit
sekitar, jumlah soliter tidak ada ulserasi, batas tegas, tidak ada venektasi, diamter 4 cm,
konsistensi kenyal, mobile, tidak ada fluktuasi, terdapat nyeri tekan, suhu sama dengan
kulit sekitar, tidak pulsatif, tidak ada indurasi, finger test (teraba impuls diujung jari), tes
transluminasi (-). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hiponatremi.

VI. DAFTAR MASALAH/ DIAGNOSA


 Diagnosis Kerja
Hernia Scrotalis Dextra Reponible
 Diagnosis Banding
Tidak ada
VII. TATALAKSANA
Rencana Terapi Farmakologi
- Infus ringer laktat 20 tpm
- Injeksi ketorolac 1 amp/8jam
- O2 3 lt Canul
- Injeksi ranitidin 1 amp/12jm
- Injeksi ceftriaxone 1 gr/12jam

Terapi Non-Farmakologi
- Makan-makanan yang bergizi dan berserat seperti sayur dan buah-buahan
- Banyak minum air putih

7
Rencana Terapi Operatif
Laparotomy Hernioraphy

Rencana Evaluasi
- Memantau mobilisasi pasca operasi
- Merawat luka pasien
- Memantau status nutrisi pasien

Edukasi
- Rutin mengganti perban dan membersihkan luka
- Perban jangan terkena air/basah, bila basah segera diganti dengan perban yang
baru
- Mengurangi hal – hal yang bisa menjadi faktor resiko terjadinya hernia seperti
mengangkat barang berat, mengedan terlalu kuat, dan batuk yang terlalu kuat.
- Menjaga pola hidup sehat dengan hindari merokok, rajin berolahraga dan makan-
makanan bergizi dengan frekuensi yang teratur dan makan-makanan berserat
seperti sayur dan buah-buahan

VIII. PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : bonam
IX. LAMPIRAN

8
BAB II
TINTAUAN PUSTAKA

I. Anatomi dan Fisiologi


Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian
belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga dan di bagian
bawah pada tulang panggul. Dinding perut terdiri dari beberapa lapis dari luar ke dalam
antara lain lapisan kulit (kutis dan subkutis), lemak subkutan dan fascia superfisial (fascia
scarpa), ketiga otot perut (m.obliquus abdominis eksternus, m.obliquus abdominis internus
dan m.transversus abdominis) dan akhirnya lapisan preperitoneum dan peritoneum yaitu
fascia transversalis, lemak preperitoneal dan peritoneum parietal. Otot di bagian depan
tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan fascianya di mana di garis
tengah nya dipisahkan oleh linea alba.

9
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas
lapisan muskulo-aponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadinya
hernia bawaan, akuisita maupun iatrogenik. Fungsi lain otot dinding perut adalah untuk
pernapasan, proses berkemih dan buang air besar dengan meningkatkan tekanan
intraabdomen. Perdarahan dinding perut antara lain craniodorsal diperoleh dari cabang aa.
intercostales VI s/d XII dan a.epigastrika superior, caudal diperoleh dari a. iliaca
sirkumfleksa superfisialis, a.pudenda eksterna dan a.epigastrika inferior. Persarafan dinding
perut secara segmental oleh n.thorakalis VI s/d XII dan n. lumbalis I.

10
Regio inguinalis merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke organ-organ
kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah antara kedua daerah tersebut
dibentuk oleh ligamentum ingunale yang terletak di antara tuberculum ossis pubicum (sisi
medial) dan spina iliaca anterior superior (sisi lateral). Di atas ligamentum inguinale,
funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut melalui annulus inguinalis profundus
yang terletak di lateral. Funikulus spermatikus ini menembus dinding perut melalui canalis
inguinalis yang letaknya sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit
dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak di media di mana lubang ini mudah
diraba di bawah kulit dinding perut jika scrotum didorong ke dalam serta meraba di atas
lipatan inguinale. Isi dari funikulus spermatikus antara lain vas deferens dan pembuluh
darah, arteri spermatika, vena pampiniformis, pembuluh limfe.

Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:

1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah
penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan
luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare
(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis. Ligamentum ini dibentuk
dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus inferior cincin externa yang meluas ke
linea alba.

11
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.

6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus internus, falx

inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.

7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum pectinea

(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.

8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.

9. Peritoneum

10. Superfisial dan deep inguinal ring.

12
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding
abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang melewati menuju ke
dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini dilewati oleh ligamen
rotundum uteri, dari uterus ke labium mayus. Panjang canalis inguinalis dewasa sekitar 4
cm, terbentuk dari annulus inguinalis profundus/ interna sampai annulus inguinalis
superfisialis / eksterna. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen
inguinale. Pada neonatus, annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap
annulus inguinalis eksterna sehingga canalis inguinalis pada usia ini sangat pendek.
Kemudian annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan. Saluran ini dilewati
nervus ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.

13
Canalis inguinalis dibentuk oleh dinding anterior, posterior, superior dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang
diperkuat di 1/3 lateralnya oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis. Seluruh
panjang dinding posterior canalis inguinalis dibenlttuk oleh fascia transv ersalis yang
diperkuat oleh conjoint tendon di 1/3 medialnya. Conjoint tendon adalah gabungan tendon
insersi m. obliquus internus abdominis dan m. transversus abdominis, yang melekat pada
crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior canalis inguinalis dibentuk oleh
ligamentum inguinale dan ligementum lacunar, sedangkan atapnya dibentuk oleh m.
obliquus internus abdominis dan m. transversus abdominis. Canalis inguinalis dibatasi oleh
annulus inguinalis internus di craniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fascia
transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberculum pubicum, canal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus yang merupakan
bagian terbuka dari aponeurosis m. obliquus eksternus. Canal berisi funikulus spermatikus
pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita, n. ilio inguinalis serta filament dari n.
genito femoralis.

` Annulus inguinalis eksterna merupakan defek yang berbentuk segitiga ( Hesselbach’s


triangle) pada aponeurosis m.obliquus eksternus dan dasarnya dibentuk oleh crista pubica.
Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas lateral adalah arteri
epigastrika inferior, batas medial adalah tepi lateral m. rectus abdominis, batas inferior adalah
ligamentum inguinale dan batas posterior adalah fascia transversalis2. Annulus inguinalis

14
interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis, yang terletak sekitar 3
cm di atas ligamentum inguinale, pertengahan antara SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah
medial annulus inguinalis interna terdapat a.v.epigastrika inferior. Pinggir annulus merupakan
origo fascia spermatica interna pada pria atau pembungkus bagian dalam ligamentum
rotundum uteri pada wanita.

Pada laki laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini memerlukan
pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis. Mula-mula testis tumbuh
sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen (retroperitoneal). Selama pertumbuhan
fetus, testis akan turun (descensus testis) dari dinding belakang abdomen menuju ke dalam
scrotum. Selama penurunan ini, peritoneum yang ada di depannya ikut terbawa serta sebagai
suatu tube, yang melalui canalis inguinalis masuk ke dalam scrotum. Penonjolan peritoneum
ini disebut processus vaginalis. Sebelum lahir, processus ini akan mengalami obliterasi,
kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Jika tunika vaginalis ini
tetap ada, akan ditemukan hubungan langsung antara cavum peritonei dengan scrotum di
mana berpotensial menyebabkan terjadinya hernia inguinalis.

Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal
dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis.
Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk
oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum iliopektineal
(ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena femoralis, dan sebelah medial oleh
ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoalis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari

15
ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkaserasi hernia
femoralis.

A. Hernia
1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik)
yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi
hernia.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis
lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang
artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek
nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari
lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu
keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis
lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.

2. Klasifikasi
a. Hernia secara umum
1) Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang
dalam rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosaekalis atau defek
dapatan pada mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus. Hernia yang
terjadi di dalam tubuh pasien sehingga tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya
hernia diafragmatika, hernia obturatoria dan hernia winslowi.
2) Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut,
pinggang atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata disebabkan benjolan

16
hernia menonjol keluar secara lengkap. Misalnya hernia inguinalis, hernia
femoralis, hernia epigastrium, hernia umbilikus dan hernia lumbalis.
B. Hernia berdasarkan terjadinya
1) Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2) Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir, tetapi
hernia yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
C. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri.

2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum, karena mudah melekat pada
dinding hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus
besar lebih sering menyebabkan irreponible dibandingkan usus halus. Kadang
juga disebabkan oleh perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang
disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat
perlekatan.

3. Hernia incarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara klinis, hernia incarserata
merupakan hernia irreponible dengan gangguan pasase. Pada keadaan ini akan
timbul gejala ileus antara lain perut kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan vaskularisasi
sudah mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai tingkat gangguan mulai
dari bendungan sampai nekrosis. Disebut hernia ritcher bila strangulasi hanya
menjepit sebagian dinding usus. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan
kontinyu, daerah benjolan menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.

17
D. Hernia menurut letaknya
1. Obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap. Tahap
pertama mula – mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam canalis
obturatoria. Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap ketiga,
kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami
incarserata parsial, sering secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba di mana hernia keluar melalui defek di
linea alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Penderita sering mengeluh
kurang enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak
peptik atau hernia hiatus esophagus.
3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Faktor
predisposisinya ialah infeksi luka operasi, teknik penutupan luka operasi yang
kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum yaitu
trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan
trigonum costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk

18
segitiga. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang tepi
bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi cranial dipanggul dorsal.
5. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
6. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul yang
dapat secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah operasi
melalui perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara
abdominoperienal.
7. Diafragma
8. Inguinalis
9. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi.
Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk
seperti celana.
10. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui
cincin umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia umbilikalis
merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan
kulit
11. Femoralis
merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang berjalan melalui canalis
femoralis yang berada di bawah ligamentum inguinale. Pintu masuknya adalah
annulus femoralis dan keluar melalui fossa ovalis di lipatan paha. Batas – batas
annulus femoralis antara lain ligamentum inguinale (tempat vena saphena magna
bermuara di dalam vena femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare
gimbernati, posterior ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia,
lateral m.illiopsoas dan v.femoralis beserta fascia locus minoris resistantnya fascia
transversa yang menutupi annulus femoralis yang disebut septum cloquetti serta -
caudodorsal oleh pinggir os. pubic dari ligamen iliopectineale (ligamentum
couper)

19
12. Hernia scrotalis

Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk ke dalam
scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila isinya omentum
maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti adonan dan bila hernia ini
reponible, maka mula-mula mudah dimasukkan kemudian sulit karena biasanya
ada perlengketan dengan kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan
memberikan bunyi seperti bising usus di mana hernia ini mula-mula akan sulit
dimasukkan lalu lebih mudah dan disertai bunyi gelembung udara. Gejala dari
hernia scrotalis antara lain timbul benjolan atau massa yang semakin membesar
pada posisi berdiri dan akan mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering
menangis, mengejan, batuk dan buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa
disebabkan pekerjaan dan aktivitas, penyakit kronis, BPH dan sering partus.

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:

- Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.


- Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
- Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

20
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:

- Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.


- Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
- Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
- Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:

1.
Hernia Indirek
- hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
- hernia inguinalis indirek sliding.
2.
Hernia Direk
- suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum
pubicum.
- hernia divertikular di dinding posterior.
- hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh permukaan segitiga
Hesselbach
FASE-FASE HERNIA
Secara klinis hernia memiliki 4 fase yaitu :
a) Fase reponibilis (hernia reponibel)
b) Fase irreponibilis (hernia irreponibel)
c) Fase inkaserata (hernia inkaserata)
d) Fase strangulata (hernia strangulata)
 Fase reponibilis (hernia reponibel)
Suatu keadaan dimana isi dari kantung hernia dapat kembali masuk kedalam rongga
abdomen secara spontan, atau suatu keadaan dimana penonjolan viskus masih bisa
masuk kembali ke dalam rongga abdomen. Isi dari kantung hernia dapat keluar jika
pasien berdiri atas mengedan dan dapat masuk lagi jika pasien berbaring
 Fase Irreponibilis (hernia irreponibel)
Suatu keadaan dimana viskus hanya bisa masuk kembali kedalam rongga abdomen
dengan bantuan tangan yang mendorong viskus/kantong hernia masuk ke dalam
lubangnya

21
 Fase inkaserata (hernia inkaserata)
Suatu keadaan dimana isis dari kantung hernia tidak dapat masuk kembali kerongga
abdomen sehingga terjadi gangguan pasase usus
 Fase strangulata (hernia strangulata)
Suatu keadaan dimana isi dari kantung hernia tidak dapat masuk kembali ke rongga
abdomen sehingga terjadi gangguan vaskularisasi pada viskus/kantung yang terjepit

B. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.

1. Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain

1) Hernia inguinalis lateralis/indirect


Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum
melalui annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa epigastrika
inferior, menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus
inguinalis eksternus5. Hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect. Apabila hernia
ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong
hernia berada di dalam m. cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens
dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.

22
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan
berupa tidak menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri.
Hernia yang di kanan berisi saekum dan sebagian colon ascendens sedangkan yang di
kiri berisi sebagian colon descendens.

2) Hernia inguinalis medialis/direct


Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena menonjol
langsung ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan daerah yang
dibatasi oleh ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika inferior (lateral) dan
tepi lateral m. rectus abdominis (medial). Dasar trigonum Hesselbach ini dibentuk
oleh fascia transversal yang diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus
abdominis yang kadang tidak sempurna sehingga daerah ini berpotensial untuk
menjadi lemah di mana bila tekanan intra abdomen yang meningkat terjadi desakan
organ intraperitoneal di mana menimbulkan penonjolan ( protrusi). Hernia inguinalis
medialis karena tidak keluar melalui canalis inguinalis dan tidak ke scrotum,
umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia longgar.

Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan medialis

Hernia inguinalis lateralis Hernia inguinalis medialis


Disebut juga hernia indirect Disebut juga hernia direct
Lateral vasa epigastrika inferior Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong Bentuk bulat
Finger test (+) massa teraba di Finger test (+) massa teraba di sisi
ujung jari jari

23
Melalui canalis inguinalis Tidak melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang Biasa karena adanya lokus minoris
terbuka resistant
2. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dan lebih sering pada sisi
kanan dibanding kiri disebabkan ukuran ligamentum rotundum dan persentase obliterasi
dari processus vaginalis testis lebih kecil dibanding obliterasi canalis nuck. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di annulus inguinalis
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Di samping
itu, diperlukan juga faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut.

Canalis inguinalis adalah canal yang normal pada fetus. Pada masa perkembangan
embrional, testis awalnya berada di dalam rongga peritoneum. Pada bulan ke 8
kehamilan, testis turun melalui canalis inguinalis untuk masuk ke dalam scrotum
(decensus testis), penurunan testis ini akan menarik peritoneum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut processus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, testis turun ke dalam scrotum, processus vaginalis akan mengalami
obliterasi dan menjadi sejenis tali fibrosa tanpa lumen sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui canalis tersebut. Ujung distal dari processus vaginalis tetap bertahan
menjadi suatu membran yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Namun
dalam beberapa hal, seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebih
dulu maka canalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila canalis inguinalis kiri
terbuka biasanya canalis inguinalis kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Jika ada processus vaginalis yang tetap
terbuka (paten) maka akan ada hubungan antara rongga peritoneum dan regio inguinal
dan scrotum. Jika ukuran processus vaginalis paten kecil, maka hanya cairan saja yang
dapat masuk melewatinya sehingga terbentuk hidrokel komunikantes. Jika ukurannya
cukup besar, maka usus, omentum dan isi rongga peritoneum lain dapat masuk sehingga
terbentuk hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistant maka keadaan yang
menyebabkan tekanan intra abdomen meningkat akan menyebabkan canal dapa terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.

24
Pada orang sehat, ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis antara lain canalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. obliquus
abdominis internus yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan
adanya fascia transversa yang kuat di mana menutup trigonum Hesselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini menyebabkan hernia.
Faktor yang dianggap berperan causal adalah adanya prosessus vaginalis yang terbuka,
peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia2.
Pada neonatus kurang lebih 90% processus vaginalis tetap terbuka sedangkan bayi umur 1
tahun sekitar 30% processus vaginalis belum tertutup. Tapi tidak sampai 10% anak
dengan processus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari setengah populasi
anak, dapat dijumpai processus vaginalis paten kontralateral tapi insiden hernia tidak
lebih dari 20%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa adanya processus vaginalis
yang paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia tapi diperlukan faktor
lain seperti annulus inguinalis yang cukup besar.

Tekanan intra abdomen yang meningkat secara kronik misalnya batuk kronik,
hipertrofi prostat, konstipasi dan ascites sering disertai hernia inguinalis. Dalam keadaan
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus akan ikut kendor
sehingga tekanan intra abdomen tidak tinggi dan canalis inguinalis berjalan lebih vertikal
dan sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, canalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke
dalam canalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n. iliofemoralis setelah appendiktomi.

Faktor-faktor yang dianggap mempermudah terjadinya hernia antara lain

- mengangkat barang yang terlalu berat


- obesitas
banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan menimbulkan
lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta terjadi relaksasi dari annulus.
Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi volume
rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen.
- batuk kronik
- sering mengejan saat buang air besar
- kehamilan

25
- aktivitas fisik yang berlebihan
- kongenital, dll

Secara umum, faktor-faktor penyebab terjadinya hernia adalah:


- Peningkatan tekanan intraabdominal
Peningkatan tekanan intraabdominal dapat terjadi akibat dari batuk kronik, obesitas,
asites, aktivitas fisik.
- Penurunan integritas dinding abdomen
3. Patofisiologi
Hernia inguinalis lateralis menurut Betz, (2004), disebabkan oleh factor yang pertama
kelemahan dinding otot abdomen yang meliputi kelemahan jaringan, adanya daerah yang
luas di ligament inguinal dan trauma. Yang kedua disebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang meliputi obesitas, mengangkat beban berat, mengejan, konstipasi,
kehamilan, batu kronik, hipertropi prostat dan yang ketiga factor congenital.
Bila kanalis inguinalis terbuka terus, karena prosesus tidak beroblitasi maka akan
timbul hernia inguinalis lateralis kangenital. Herniasi mengakibatkan cincin hernia
menyempit dan menekan isi hernia sehingga menonjol keluar maka terjadi edema,
indikasi pembedahan dilakukan jika penonjolan besar yang mengidentifikasikan
peningkatan resiko hernia inkaserata dan nyeri hebat yang merupakan respon masuknya
penonjolan melalui kanal inguinal.
4. Diagnosis
Untuk menegakkan suatu diagnosis diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti.

a. Anamnesis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
Sebagian besar hernia asimptomatik dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi pada annulus inguinalis superfisialis. Pada hernia reponibel,
keluhan satu- satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Setelah
beberapa tahun, sejumlah hernia turun ke dalam scrotum sehingga scrotum membesar.
Omentum yang terperangkap di dalam kantong hernia dapat menyebabkan nyeri
abdomen yang kronis. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan
didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
26
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi incarserata karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau ganggren. Pasien sering mengeluh tidak nyaman dan
pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan reposisi manual kedalam
cavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka
biasanya hernia muncul lagi.

Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila ada
hernia maka akan tampak benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus
diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring,
bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominal, lalu scrotum
diangkat perlahan.

Gambaran klinis hernia

Jenis Reponible Nyeri Obstruks Tampak Toksik


i sakit
Reponible + - - - -
Irreponibl - - - - -
e
Incarserat - + + + -
a
Strangulat - ++ + ++ ++
a
b. Pemeriksaan fisik
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik hernia tergantung dari isi hernia, apakah
masih dapat hilang timbul atau tidak. Pasien harus dievaluasi dalam keadaan berdiri
dan berbaring serta saat batuk atau mengedan untuk melihat benjolan yang dikeluhkan.
Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke
medial bawah. Terlihat benjolan memanjang yang mengikuti arah dan struktur dari
kanalis inguinalis. Hal yang perlu dievaluasi adalah ukuran hernia, apakah hernia
terjadi di kedua sisi atau satu sisi saja.
Pada palpasi, di titik tengah antara SIAS dan tuberculum pubicum ditekan lalu
pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan disebelah medial berarti hernia
inguinalis medialis. Titik yang terletak di sebelah lateral tuberculum pubicum ditekan

27
lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral berari hernia inguinalis
lateralis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi
gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung
isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.
Pada perkusi akan terdengar pekak. Pada auskultasi hiperperistaltik, biasanya
pada hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, thumb test dan
ziemann’s test. Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak (finger test), dapat
dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan untuk meningkatkan tekanan intraabdominal. Kalau ujung jari menyentuh
hernia, artinya hernia tersebut berada di dalam kanalis inguinalis berarti benjolan itu
adalah hernia inguinalis lateralis. Apabila sisi jari yang menyentuh hernia berarti
hernia tersebut berada diluar kanalis kemungkinan hernia tersebut adalah hernia
inguinalis medialis.

Pemeriksaan lainnya adalah palpasi kedua ibu jari (thumbs test). Pasien
diminta berdiri kemudian pemeriksa meletakkan kedua ibu jari pada annulus internus
untuk memberikan tekanan sehingga anulus internus tertutup. Kemudian minta pasien
mengedan, apabila muncul benjolan berarti defek tidak terjadi di anulus internus jadi
kemungkinan benjolan itu berupa hernia inguinalis medialis. Bila tidak keluar
benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.2

28
Selain itu dapat dilakukan three finger test (Ziemann’s test) dengan cara
meletakkan tiga jari yaitu jari kedua ketiga dan keempat masing-masing di annulus
internus, trigonum Hesselbach dan canalis femoralis, kemudian minta pasien
mengedan. Apabila benjolan terasa pada jari 2 maka benjolan itu adalah HIL, di jari 3
HIM dan di jari 4 adalah hernia femoralis.

Pemeriksaan colok dubur dapat dilakukan apabila kita curiga ada penyakit lain
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal dan memicu terjadinya
hernia yang berulang. Misalnya hiperplasia prostat atau adanya massa yang
menyebabkan konstipasi.

Tanda-tanda vital: temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi


meningkat dan tekanan darah meningkat.1

c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

29
- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan
menjadi dehidrasi.
- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8
2. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu
adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous
Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya
secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe
pembagian reduction of hernia en masse :
- Retropubic
- Intra abdominal
- Pre peritoneal
- Pre peritoneal locule

5. Diagnosis Banding
1) Hidrocele
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah hernia maka akan membesar, bila
hidrocele benjolan tetap tidak berubah. Bila benjolan terdapat pada skrotum, maka
dilakukan pada satu sisi, sedangkan disisi yang berlawanan diperiksa melalui
diapanascopy. Bila tampak bening berarti hidrocele (diaphanoscopy +).

30
2) Kriptokismus
Testis tidak turun sampai ke skrotum tetapi kemungkinannya hanya sampai
kanalis inguinalis.
3) Limfadenopati/limfadenitis inguinalis
Perhatikan infeksi pada kaki sesisi. Varises vena saphena magna didaerah lipat
paha. Pada perkusi jika isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.

6. Penatalaksanaan
Penanganan di IGD

- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis serta kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan
dan menimbulkan proses analgesia
- Melakukan pemberian infuse untuk mencegah dehidrasi, pemasangan NGT untuk
hernia inkarserata dengan tujuan dekompresi (menurunkan tekanan intraabdomen
akibat obstruksi), serta pemasanagan kateter untuk pemantauan balance cairan
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekan intra abdominal tidak meningkat.
Terapi operatif jika:

- Reduksi hernia yang tidak berhasil


- Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum yang memburuk
- Hernia inguinalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur untuk inkarserata dan
strangulata
- Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
- Jika pasien menderita BPH, sebaiknya dilakukan penanganan untuk BPH terlebih
dulu. Mengingat tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada
saat operasi hernia.
- Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi dan nyeri pada hernia
maka operasi cyto harus dilakukan.
- Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dimanipulasi dan tidak ada gejala
strangulasi.

31
- Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis
- Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulasi, kecuali pada
pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-
anak inkaserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah dua tahun. Reposisi spontan
lebih sering terjadi dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi
dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih
elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan sedatif
dan kompres es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam
jam harus dilakukan operasi segera.

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia


inguinalis. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Pada prinsipnya
operasi terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin, lalu dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil
anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan
herniotomi.

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat


dikelompokkan menjadi 4 kategori. Pada hernioraphy, mengembalikan isi kantong
hernia ke dalam abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transverses internus dan m.obliquus internus abdominis ke ligament
inguinal.

1. Open anterior repair


Kelompok 1 operasi hernia (teknik bassini, mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus abdominis eksternus dan membuka funikulus
spermaticus. Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis

32
spinalis, celah direct dan indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar
kanalis spinalis di rekonstruksi.
2. Open posterior repair
Posterior repair (iliopubic tract repair and teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke
properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior repair
adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering
digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut
dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anestesi regional
atau anestesi umum.
3. Tension free repair with mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan rutkow) menggunakan
pendekatan awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak
menjahit lapisan fascia untuk memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah
prosthesis, mesh yang tidak diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia
tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar fascia. Hasil yang baik
diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang dari 1%.

Gambar Teknik Operasi Lichenstein

33
Gambar Setelah pemasangan mesh
Teknik ini dapat dilakukan dengan anestesi local, regional atau general.

4. Laparoscopic
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic hernioraphy dilakukan menggunakan
salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan melakukan trocar
laparoscopic dalam cavum abdomen dan memperbaiki region inguinal dari dalam.
Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum.
Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparoskopi langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus
atau pembuluh darah bisa cedera saat operasi.

7. Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponible di mana dapat terjadi bila
hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitoneal atau hernia akreta.
Di sini tidak timbul gejala kecuali benjolan. Isi hernia juga bisa tercekik oleh cincin
hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus.
Sumbatan bisa terjadi parsial atau total. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau
lebih kaku seperti hernia femoralis dan obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.

34
Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia akan makin bertambah sehingga peredaran
darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi
perforasi yang akan menyebabkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika berhubungan
dengan rongga perut. Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila terjadi strangulasi, terjadi keadaan toksik akibat
ganggren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Pasien mengeluh
nyeri lebih hebat di tempat hernia dan nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal. Pada pemeriksaan ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia, dapat ditemukan
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat dan
perlu mendapat pertolongan pertama.

Diagnosis banding hernia incarserata dengan obstruksi usus dan hernia


strangulata yang menyebabkan nekrosis atau gangren

Gejala / tanda Obstruksi usus Nekrosis/ gangren


pada hernia pada hernia
incarserata strangulata
Nyeri Kolik usus Menetap

35
Suhu badan Normal Normal / meningkat
Denyut nadi Normal / Meningkat / tinggi
meningkat sekali
Leukosit Normal Leukositosis
Rangsang Tidak ada Jelas
peritoneum
Sakit Sedang / berat Berat sekali / toksik

8. Prognosis
Perbaikan klasik memberikan angka kekambuhan 1-3% dalam jangka waktu 10
tahun kemudian. Kekambuhan dikarenakan tegangan yang berlebihan saat perbaikan,
jaringan yang kurang, hernioplasty yang tidak adekuat dan hernia yang terabaikan.
Kekambuhan yang sudah diperkirakan lebih umum pada pasien hernia inguinalis direct
terutama bilateral. Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak
adekuat dari ujung proksimal kantong. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan
biasanya dalam regio tuberculum pubicum, di mana tegangan garis jahitan adalah yang
terbesar.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718.

2. Dr. P. Bhatia & Dr. S. J. John. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach).
Edisi I. Penerbit Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute. New Delhi. 2003. (Ebook, di akses 10 maret 2019).

3. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-35.

4. C. Palanivelu. Operative Manual of Laparoscopic Hernia Surgery. Edisi I. Penerbit


GEM Foundation. 2004. Hal 39-58.

5. Brian W. Ellis & Simon P-Brown. Emergecy surgery. Edisi XXIII. Penerbit Hodder
Arnold. 2006.

6. Michael M. Henry & Jeremy N. T. Thompson. Clinical Surgery. Edisi II. 2005.

37

Anda mungkin juga menyukai