Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

Disfungsi Ereksi pada Diabetes Mellitus

Disusun oleh:
Indira Dewi Widiawati
030.15.088

Pembimbing:
dr. Supris Yurit, M.SC, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
PERIODE 15 JULI – 20 SEPTEMBER 2019
Laporan Kasus:

Disfungsi Ereksi pada Diabetes Mellitus

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang periode 15 Juli - 20 September 2019

Disusun oleh:
Indira Dewi W.
030.15.088

Telah diterima dan disetujui oleh dr. Supris, Sp. PD selaku pembimbing
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Karawang

Karawang, Agustus 2019

dr. Supris Yurit EP, M.Sc, Sp. PD


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul
“Hepatitis A Akut” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini dibuat untuk
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD
Karawang Periode 15 Juli – 20 September 2019. Dalam menyelesaikan laporan
kasus ini penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan, untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Arif Gunawan, Sp. PD selaku pembimbing yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dan menjalani
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Karawang
2. Staf dan paramedis yang bertugas di RSUD Karawang
3. Serta rekan-rekan Kepaniteraan Klinik selama di RSUD Karawang
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki kekurangan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak agar laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga
pembuatan referat ini dapat memberikan manfaat, yaitu menambah ilmu
pengetahuan bagi seluruh pembaca, khususnya untuk rekan-rekan kedokteran
maupun paramedis lainnya dan masyarakat pada umumnya.

Karawang, Agustus 2019

Indira Dewi Widiawati


BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien

Nama : Tn. M

Nomor Rekam Medis : 00.75.51.48

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 56 tahun

Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 05 Mei 1963

Alamat : Teluk Jambe

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pekerjaan : Ekskavator

Pendidikan Terakhir : SD

Status Pernikahan : Menikah

1.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 1 Agustus 2019, pukul 12.00
WIB di Poli Penyakit Dalam RSUD Karawang.
Keluhan Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam RSUD Karawang dengan
Utama keluhan ketidakmampuan ereksi sejak ± 3 tahun yang lalu

Keluhan Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kaki dan perut nya
Tambahan sejak ± 6 bulan yang lalu. Sesak napas (+)
Pasien mengaku mengalami ketidakmampuan ereksi atau
impotensi yang dirasakan sejak ± 3 tahun yang lalu.
Sebelumnya pasien secara tidak sengaja memeriksakan kadar
Riwayat gula darah nya yang ternyata tinggi. Pasien juga mengeluhkan
Penyakit
bengkak pada kaki dan perutnya sejak ± 6 bulan yang lalu,
Sekarang
keluhan disertai sesak napas terutama saat berjalan dan
beraktivitas dan seringkali terbangun di malam hari karena
sesak. Pasien tidak memiliki keluhan buang air kecil.

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.


Riwayat
Penyakit Pasien mengaku memiliki riwayat penyakit jantung dan
Dahulu Diabetes Mellitus.

Riwayat Ibu kandung dan adik pasien memiliki Diabetes Mellitus dan
Penyakit
hipertensi. Tidak ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Keluarga
Pasien sebelumnya mengkonsumsi obat-obatan tradisional
Riwayat untuk menangani keluhan impotensi nya dan tidak
Pengobatan
mengkonsumsi obat untuk menurunkan kadar gula darah nya.

Riwayat Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak SD dan riwayat


Kebiasaan mengkonsumsi alkohol saat muda.
1.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran: Compos Mentis


Kesan sakit: Tampak sakit ringan
Keadaan Kesan gizi: BMI 25,73 (Overweight)
umum BB: 70 kg
TB: 165 cm

Tekanan darah: 156/70 mmHg


Nadi: 80 x/menit
Tanda vital Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,4°C
SpO2: 99%
Kepala: Normosefali
Rambut: Hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut
Mata: Oedem palpebra (-/-), ptosis (-/-), lagoftalmus (-/-),
konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung +/+
Telinga: Bentuk (normotia), hiperemis (-), oedem (-), serumen
(-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik auricula(-), sumbatan liang
Kepala telinga (-/-), serumen (-/-)
Hidung: Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret (-), napas
cuping hidung (-)
Tenggorokan: Uvula di tengah, arcus faring simetris, Tonsil
T1/T1, hiperemis (+)
Mulut: Sianosis (-), mulut kering (-), gusi berdarah (-), gusi
hiperemis (-), lidah kotor (-), plak gigi (-)

Leher Tidak tampak pembesaran KGB dan tiroid

Thorax Paru-paru:
Inspeksi: bentuk dada fusiformis, bentuk thorax simetris pada
saat statis dan dinamis, retraksi intercostal (-), sela iga melebar
(-), kelainan kulit (-), tipe pernapasan abdominothorakal
Palpasi: gerak dinding dada simetris, nyeri tekan (-), benjolan
(-), vocal fremitus tidak melemah atau meningkat di kedua
lapang paru depan dan belakang
Perkusi: Hemitoraks kanan dan kiri sonor, batas paru hepar
setinggi ICS VI linea midclavicularis dextra dan batas paru
lambung setinggi ICS VIII linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi: Suara nafas vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-

Jantung:
Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi: thrill (-), ictus cordis teraba
Perkusi: batas jantung kanan setinggi ICS VI linea sternalis
dextra, batas jantung kiri setinggi ICS VI linea
medioclavicularis sinistra, batas atas jantung setinggi ICS II
linea parasternalis sinistra
Auskultasi: bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-),
murmur (-)

Inspeksi: ascites (-), supel, ikterik (-), hiperemis (-), spider nevi
(-), benjolan (-), jejas (-)
Auskultasi: bising usus (+) 3-4x/menit, arterial bruit (-)
Palpasi: Supel (-), massa (-), nyeri tekan (-), - - -
Abdomen hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae dan
- - -
lien tidak membesar, ballottement ginjal (-),
- - -
undulasi (-), turgor kulit kembali cepat
Perkusi: shifting dullness (-), timpani seluruh kuadran

Ekstremitas Ekstremitas Atas


Kulit tampak kuning, simetris kanan dan kiri, deformitas -/-,
Capillary Refill Time < 2 detik, akral hangat +/+, oedem -/-,
ptekie -/- , jejas -/-.

Ekstremitas Bawah
Kulit tampak kuning, simetris kanan dan kiri, deformitas -/-,
Capillary Refill Time < 2 detik, akral hangat +/+, oedem +/+,
ptekie -/-, jejas -/-
1.4 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium

HASIL NILAI
PARAMETER SATUAN
01/08/19 RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,2 g/dL 13,2 – 17,3
Eritrosit 4,21 x106/µl 4,50 – 5,90
Leukosit 8,64 x103/µl 4,40 – 11,30
Trombosit 174 x103/µl 150 – 400
Hematokrit 35,8 % 40 – 52
MCV 85 fl 80 – 100
MCH 29 pg 26 – 34
MCHC 34 g/dl 32 – 36

KIMIA
Glukosa Darah Sewaktu 186 mg/dl 70 – 110
Glukosa Darah 2 Jam PP 247 U/L/37O 10 - 40

1.5 Diagnosis
 Working Diagnosis :
 Diabetes Mellitus Tipe 2

 Disfungsi ereksi

 CHF
 Differential Diagnosis :

1.6 Tatalaksana
 Lasix
 Clopidogrel
 Novorapid
1.7 Prognosis
 Ad vitam : Dubia ad bonam
 Ad functionam : Dubia ad bonam
 Ad sanationam : Dubia ad bonam

BAB II
ANALISIS KASUS

Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan mata kuning sejak 2 bulan SMRS.
Pasien juga mengeluhkan terdapat demam yang naik turun ±1 minggu sebelum keluhan mata
kuning, keluhan demam disertai mual dan muntah yang berisi makanan. Pada pasien ini, keluhan
tersebut merupakan reaksi tubuh atas terjadinya infeksi. 1 minggu kemudian setelah munculnya
demam, mual dan muntah, pasien mengeluhkan mata dan kulit kuning, BAK seperti air teh dan
BAB pucat. Hal ini terjadi oleh karena adanya infeksi pada hati yang mengakibatkan terjadinya
proses inflamasi yang mengakibatkan kadar bilirubin meningkat dalam darah sehingga
menyebabkan klinis berupa kuning pada mata maupun kulit. Bilirubin yang terkonjugasi akan
menigkat jumlahnya dalam darah dan akan di filtrasi oleh ginjal, yang mengakibatkan urine
berwarna cokelat gelap seperti teh, sedangkan bilirubin yang terkonjugasi tersebut sedikit yang
menuju usus, sehingga feses tidak terwarnai dan tampak pucat. Pasien juga mengeluh gatal yang
berpindah-pindah pada area tubuhnya, hal ini disebabkan oleh karena bilirubin merupakan zat
pruritogen, dan pada pasien ini terjadi peningkatan kadar bilirubin di dalam darah yang kemudian
tersimpan di bawah kulit, yang kemudian dapat menimbulkan sensasi gatal pada kulit pasien.
Pasien mengatakan dirinya tinggal di sebuah pondok pesantren selama 3 tahun
sebelumnya, dan kembali ke rumah 1 bulan sebelum muncul keluhan demam dan kuning. Selama
di pondok pasien mengaku tidur 1 kamar dengan 13 orang lainnya, sering jajan sembarangan dan
sering tidak mencuci tangan sebelum makan. Hal ini dapat menjadi faktor pertimbangan penulis
dalam mendiagnosis Hepatitis A Akut oleh karena penularannya yang terjadi secara fecal/oral
dengan masa inkubasi ± 28 hari.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT & SGPT meningkat, yang menunjukkan
adanya kerusakan pada hati. Kadar bilirubin direk juga meningkat, yang disebabkan oleh karena
alirannya yang terhambat akibat kerusakan sel hati, sedangkan bilirubin indirek meningkat
disebabkan oleh karena proses konjugasi yang terhambat.

2.1 Dasar Diagnosis


a) Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan:
 Pasien datang ke IGD RSUD Karawang dengan keluhan mata kuning sejak ± 2
bulan SMRS
 Keluhan disertai dengan BAK berwarna seperti air teh dan BAB pucat
 1 minggu sebelum keluhan kuning, pasien mengaku demam naik turun, mual dan
muntah berisi makanan
 Pasien merasa gatal pada area tubuhnya
 Nafsu makan menurun
 Riwayat kebiasaan jajan sembarangan dan tidak mencuci tangan sebelum makan
 Terdapat keluhan yang sama pada keluarga pasien

b) Pemeriksaan Fisik
 Kesan sakit tampak sakit ringan
 Terdapat sclera ikterik
 Terdapat kulit berwarna kekuningan
 Hepatomegali

c) Pemeriksaan Penunjang
 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar
 IgM Anti HAV reaktif
 Bilirubin total, direk dan indirek meningkat
 SGOT dan SGPT meningkat

2.2 Rencana Penjajakan


 Pemeriksaan kadar gula darah setiap bulan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
3.1.1 Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi (DE) adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau mempertahankan
ereksi penis untuk melakukan sanggama yang memuaskan (Unitri)

3.1.2 Diabetes Mellitus


Diabetes melitus atau yang sering disingkat dengan DM didefinisikan sebagai kelompok
penyakit metabolik dimana terjadinya peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) dan
menyebabkan peningkatan risiko kerusakan mikrovaskuler. (unud)
Berdasarkan klasifikasi ADA tahun 2009, DM dapat diklasifikasikan menjadi DM Tipe 1
(destruksi sel beta yang menyebabkan defisiensi insulin absolute), DM Tipe 2 (dimulai dari
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin), DM Tipe Lain, dan Diabetes Gestasional (pada kehamilan). (3)

3.2 Epidemiologi
Prevalensi diabetes meningkat dengan pesat. Onset terjadinya diabetes terjadi pada usia
yang semakin muda, yaitu pada usia 30-40 tahun, seiring dengan meningkatnya angka obesitas
pada usia anak-anak. Hal tersebut berpengaruh terhadap meningkatnya angka kejadian disfungsi
ereksi sebagai komplikasi dari diabetes (malavige)
Berdasarkan data dari Massachusetts Male Aging Study (MMAS), ditemukan bahwa
prevalensi disfungsi ereksi pada penderita DM ditemukan sebesar 52%. (7) Berdasarkan dari
beberapa studi ditemukan bahwa angka prevalensi bervariasi dari 20 – 90%.8 Disfungsi ereksi
dapat terjadi 10 – 15 tahun lebih awal dibandingkan dengan pria tanpa DM. (9)

3.3 Etiologi
1. Faktor psikogenik
Keretakan rumah tangga, perasaan berdosa, rasa tidak dihargai, keadaan depresi,
kejenuhan, kekecewaan, hilangnya daya tarik terhadap pasangan, dan trauma seksual dapat
menimbulkan gangguan psikis yang kemudian dapat menyebabkan impotensi/disfungsi ereksi.
Umumnya disfungsi ereksi psikogenik terjadi secara mendadak dan bersifat selektif yaitu hanya
pada pasangan tetapnya. (usu)

2. Faktor organik
Etilogi system vascular, neurologic dan hormonal pada disfungsi ereksi disebut disfungsi
ereksi organik. Penyakit-penyakit sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi, yang berpengaruh
pada aliran vaskuler ke corpus cavernosus yang mempengaruhi konduksi saraf ke otak atau ke
vaskulatur penis dapat menyebabkan disfungsi ereksi. Penyakit yang berhubungan dengan
hipogonadisme, primer maupun sekunder, menyebabkan kadar testosterone serum subfisiologik yang
menyebabkan menurunnya libido dan disfungsi ereksi sekunder. (2)

3. Faktor Farmakologik
Beberapa obat dapat mengurangi daya ereksi pada pemakaian yang lama oleh penderita
diabetes. Obat-obatan psikotropik dan hipnotik seperti valium, obat anti hipertensi seperti methyl
dopa, clonidine, reserpine, propranolol, thiazide.

3.4 Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai