Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

HEMORRHOID GRADE IV

Dibuat oleh:
dr. Siti Sofi Hadiyana

Pembimbing:
dr. Utariyah Budiastuti

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RSUD BATANG
2018 - 2019
BORANG PORTOFOLIO

Nama Peserta : dr. Siti Sofi Hadiyana


Nama Wahana : RSUD Batang
Topik : HEMORRHOID GRADE IV
Tanggal Kasus : 5 Agustus 2019
Nama Pasien : Ny. M No RM : 32.11.xx
Tanggal Presentasi: Oktober 2019 Nama Pendamping : dr. Utariyah Budiastuti
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Batang
Obyektif Presentasi :
√ Keilmuan Ketrampilan Penyegaran √ Tinjauan Pustaka
√ Diagnostik √ Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja √ Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi :
Tujuan : diagnosis, manajemen, prevensi
Bahan Bahasan : √ Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Pembahasan : Diskusi √ Presentasi dan diskusi Email Pos

1
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. M
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Denasri Wetan Rt 01 / Rw 06, Kabupaten Batang
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawati
Status : Menikah
No. Rekam Medik : 32.11.xx
Tanggal Masuk RS : 5 Agustus 2019

II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara autoanamnesis pada:
 Tanggal : 5 Agustus 2019
 Tempat : Bangsal Dahlia
A. Keluhan Utama
Benjolan di Anus

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Batang dengan keluhan benjolan
di anus sejak ± 2 bulan yang lalu. Kurang lebih 1 tahun yang lalu, timbul
benjolan dari dalam anus. Benjolan hanya muncul saat BAB keras dan
kadang diikuti dengan adanya darah yang menetes. Sudah 1 bulan ini
benjolan tidak dapat masuk sendiri setelah BAB namun dapat masuk
dengan bantuan jari. Tetapi 2 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul
benjolan lagi dari dalam anus yang terasa tidak nyaman karena tidak
dapat dimasukkan lagi ke dalam anus walaupun didorong dengan jari.
Pasien merasa gatal di daerah sekitar benjolan. Darah (-). Pasien
mengaku jarang mengkonsumsi sayuran dan minum air putih kurang dari
8 gelas per hari. Di rumah pasien menggunakan WC jongkok untuk
BAB. Pasien tidak rutin BAB setiap hari, kurang lebih 1 kali per 2 hari,
dengan BAB keras.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat Hipertensi : Disangkal
2. Riwayat DM : Disangkal
3. Riwayat Alergi : Disangkal
4. Riwayat Operasi : Disangkal

D. Riwayat Keluarga
1. Keluhan serupa : Disangkal
2. Riwayat Hipertensi : Disangkal
3. Riwayat DM : Disangkal
4. Riwayat Alergi : Disangkal

E. Riwayat Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, konsumsi alkohol ataupun
NAPZA lainnya.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2019
Tempat Pemeriksaan : Bangsal Dahlia
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 50 kg
Status Gizi : Baik
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 37.0oC (per axilla)
- Tekanan Darah : 120/70
- Nadi : 84 x/menit, regular
- Laju Nafas : 20 x/menit, reguler
B. Status Internus
- Kepala/leher : Normosefali, deformitas (-), bengkak (-)
: Pembesaran KGB -/-
: Pembesaran kelenjar tiroid -/-

3
- Mata : Reflek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Telinga/hidung : Deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
: Septum nasi ditengah
- Mulut/faring : Mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
- Thorax
 Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal dan simetris
: Gerak napas tertinggal (-)
Palpasi : Tactile fremitus simetris, sama kuat
: Ekspansi normal
Perkusi : Bunyi sonor pada semua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler, wheezing -/-, ronki -/-
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Pekak, batas jantung normal
Auskultasi : S1/S2 normal, (-) murmur, (-) gallop
- Abdomen
 Inspeksi : Cembung, bekas luka (-)
 Auskultasi : Bising usus normal, bruits (-)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (-)
: Hepatomegali (-), splenomegali (-)
- Punggung : Nyeri punggung bawah (-)
- Ekstremitas : Akral hangat
: Deformitas (-), edema (-)
: CRT <2 detik
C. Status lokalis

4
Inspeksi : Tampak massa berukuran ± 3x1 cm keluar dari anus.
Warna massa sama dengan sekitar.
Palpasi: Massa teraba padat-kenyal dan tidak dapat didorong masuk
ke dalam anus..

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tes lab (5 Agustus 2019)
Hemoglobin 13,5 12-16 g/dl
Hematokrit 39 37-54%
Leukosit 13,1 5-10 ribu/ul
Trombosit 185 150-400 ribu/ul
Gula Darah Sewaktu 117 <200 mg/dl

V. DIAGNOSIS
Hemmoroid Interna Grade IV

VI. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis : BPPV
Diagnosis topis : Sistem Vestibular
Diagnosis etiologis : Idiopatik

VII. DIAGNOSIS BANDING

Hemmoroid interna
Fisura anus
Fistel perianal
Abses anorektal

VIII. TATALAKSANA
a. Medikamentosa
Infus Asering 20 tpm
Injeksi asam traneksamat 2x 1ampul
Injeksi ketorolac 2x 1 ampul
b. Tindakan Operasi

5
Hemoroidektomi dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun
dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Prinsip yang harus
diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi hanya dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan
pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus.
c. Edukasi
- Perubahan pola hidup dengan makan makanan yang mengandung serat
setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan. Juga minum air putih
setidaknya 8 gelas per hari, serta lebih banyak beraktivitas/bergerak.
- Perbaikan pola defekasi dengan menghindari mengedan yang terlalu
kuat/berlebihan.

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

X. FOLLOW UP

Tanggal Pemeriksaan Terapi


05/07/2019 S : benjolan di anus yang terasa
nyeri Infus Asering 20 tpm
O : CM Injeksi asam traneksamat 2x
TV :
TD : 130/70 1ampul
HR = 82 x/menit Injeksi ketorolac 2x 1 ampul
RR = 20 x/menit
S = 36.1oC (per axiler)

6
06/07/2019 S : nyeri di anus
O : CM Infus Asering 20 tpm
TV : Injeksi asam traneksamat 2x
TD : 120/70 mmhg
HR = 90 x/menit 1ampul
RR = 20 x/menit Injeksi ketorolac 2x 1 ampul
S = 37oC (per axiler)
Injeksi Ceftriaxon 1 gr/24 jam
Hemoroidektomi

07/07/2019 S : nyeri post op


O : CM Infus Asering 20 tpm
TV : Injeksi ketorolac 2x 1 ampul
TD : 120/70 mmhg
HR = 87 x/menit Injeksi Ceftriaxon 1 gr/24 jam
RR = 20 x/menit
S = 37oC (per axiler)

08/07/2019 S : nyeri berkurang BLPL


O : CM Asam mefenamat 3x1
TV : Cefadroxil 2x1
TD : 120/70 mmhg
HR = 87 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 37oC (per axiler)

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Anorektal1,2,3

Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi


ectoderm, sedangkan rectum berasal dari endoderm. Karena perbedaan asal anus
dan rectum ini, maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfenya
berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rectum dilapisi oleh
mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan
lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus.
Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel.
Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan
peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan
autonom dan tidak peka terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap
karsinoma rectum, sementara fisura anus nyeri sekali. Daerah vena di atas garis
anorektum mengalir melalui system porta, sedangkan yang berasal dari anus
dialirkan ke system kava melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini menjadi penting
dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya
hemoroid. System limfe dari rectum mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe
sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah kelenjar limfe paraaorta melalui
kelenjar limfe iliaka interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis
mengalir ke arah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah
ke ventrokranial yaitu ke arah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke
dorsal dengan rectum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi

8
lebih besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan,
linea pektinata atau linea dentate. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara
kelenjar anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini dapat
menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar
sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok
dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis
Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern
dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter
intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan
komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos,
sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.

Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika
inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan.
Cabang yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakhir ini
mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di perempat
lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka
interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna.
Anastomosis antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi

9
kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah atau sumbatan
aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke
pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua
ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luas dan
kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah
segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai
embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan
pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda
interna dan ke dalam vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena
hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaliran limfe
Pembuluh limfe dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang
menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limfe inguinal, selanjutnya dari sini cairan
limfe terus mengalir sampai ke kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di
daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limfe dari
rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior
dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal
untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfe
ini.
Persarafan
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure
simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju
ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara
mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang
terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau

10
uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi
seksual.
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum; otot ini
mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.
Defekasi
Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid
ke dalam rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila
isi sigmoid masuk ke dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan
keinginan defekasi. Rectum mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan
memisahkan bahan padat, cair dan gas.Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap
duduk atau jongkok, memegang peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat reflex
peristaltic rectum, dibantu oleh mengedan dan relaksasi sfingter anus
eksternus.Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi
rectum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
B. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis.Hemoroid dibedakan antara yang
intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah pleksus v.hemoroidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan
bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering
hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-depan, kanan-belakang, dan
kiri lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer
tersebut.
Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah
epitel anus. Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan
secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari
rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke
v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha
ke v.iliaka.

C. Etiologi3,4

11
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mereka menjadi
membesar, meradang, thrombosed, atau prolaps. Sebagian besar gejala timbul dari
hemoroid internal yang membesar. Pembengkakan abnormal pada bantalan dubur
menyebabkan dilatasi dan pelebaran pleksus arteriovenosa. Hal ini menyebabkan
peregangan otot suspensori dan akhirnya prolaps jaringan rektal melalui lubang
anus. Mukosa dubur yang membesar mudah trauma, menyebabkan perdarahan
rektum yang biasanya berwarna merah terang karena kandungan oksigen darah
yang tinggi dalam anastomosis arteriovenosa. Prolaps menyebabkan kekotoran dan
lendir lendir (memicu pruritus) dan predisposisi penahanan dan strangulasi.
Etiologi utama dari hemorid antara lain adalah konstipasi atau diare kronis.
Strain berulang atau berkepanjangan menyebabkan tekanan ke bawah pada bantal
hemoroid vaskular, yang mengarah ke gangguan elemen jaringan pendukung
dengan perpanjangan berikutnya, pelebaran, dan pembengkakan jaringan
hemoroid. Kondisi lain dapat berkontribusi pada pembentukan hemoroid antara
lain adalah peningkatan tekanan intra-abdomen dapat disebabkan oleh kehamilan
atau asites; kehadiran lesi yang menempati ruang di dalam panggul dapat
menyebabkan penurunan seiring kembalinya vaskular dan peningkatan
pembengkakan vaskular dubur.
D. Epidemiologi5,6
Meskipun hemoroid diakui sebagai penyebab perdarahan dubur dan
ketidaknyamanan dubur yang sangat umum, epidemiologi sejati penyakit ini tidak
diketahui karena pasien cenderung menggunakan pengobatan sendiri daripada
mencari pengobatan medis yang tepat. Epidemiologi studi oleh Johanson et al pada
tahun 1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang-orang di Amerika Serikat
mengeluhkan hemoroid, sesuai dengan tingkat prevalensi 4,4%. Di keduanya jenis
kelamin, prevalensi puncak terjadi antara usia 45-65 tahun dan perkembangan
wasir sebelum usia 20 tahun tidak biasa.
Sembelit dan tegang berkepanjangan secara luas diyakini menyebabkan
wasir karena tinja yang keras dan peningkatan tekanan intraabdominal dapat
menyebabkan obstruksi pengembalian vena, yang mengakibatkan pembengkakan
pada pleksus hemoroid. Buang air besar dari material feses yang keras
meningkatkan kekuatan geser pada bantal anal. Menurut data Depkes tahun 2015,
prevalensi hemoroid di Indonesia adalah 5,7 persen, namun hanya 1,5 persen saja

12
yang terdiagnosa. Data riskesdas (riset kesehatan dasar) 2015 menyebutkan ada
12,5 juta jiwa penduduk Indonesia mengalami hemoroid.
E. Patofisiologi3
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko
hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang
air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di
jamban duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen
karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya penekanan janin
pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik
atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/mobilitas
F. Klasifikasi dan Derajat3
Sistem klasifikasi hemoroid tidak hanya berguna untuk memilih perawatan
yang tepat, tetapi berguna juga untuk memungkinkan perbandingan dari hasil
terapeutik. Hemoroid umumnya diklasifikasikan atas dasar lokasi dan tingkat
prolapsnya yang dikelompokkan menjadi empat derajat antara lain yaitu :
1. Derajat pertama : hemoroid menyebabkan perdarahan merah segar tanpa
nyeri pada waktu defekasi. Pada stadium awal seperti ini tidak terdapat
prolapse dan pada pemeriksaan anoskopi terlihat hemoroid yang membesar
menonjol kedalam lumen.
2. Derajat kedua : hemoroid menonjol melalui kanalis analis pada saat
mengedan ringan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.
3. Derajat ketiga : hemoroid menonjol saat mengedan dan harus didorong
kembali sesudah defekasi.
4. Derajat keempat : hemoroid yang menonjol ke luar dan tidak dapat di dorong
masuk.

13
G. Gejala dan Tanda7
Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala yang biasa adalah protrusio, pendarahan, nyeri tumpul dan pruritus.
Trombosis atau prolapsus akut yang disertai edema atau ulserasi luar biasa
nyerinya. Hemoroid interna bersifat asimtomatik, kecuali bila prolaps dan menjadi
stangulata. Tanda satu-satunya yang disebabkan oleh hemoroid interna adalah
pendarahan darah segar tanpa nyeri per rektum selama atau setelah defekasi. Gejala
yang muncul pada hemoroid interna dapat berupa:
• Perdarahan
Merupakan gejala yang paling sering muncul dan biasanya merupakan awal dari
penyakit ini. Perdarahan berupa darah segar dan biasanya tampak setelah defekasi
apalagi jika fesesnya keras. Selanjutnya perdarahan dapat berlangsung lebih hebat,
hal ini disebabkan karena prolaps bantalan pembuluh darah dan mengalami
kongesti oleh sphincter ani.
• Prolaps
Dapat dilihat adanya tonjolan keluar dari anus. Tonjolan ini dapat masuk kembali
secara spontan ataupun harus dimasukan kembali oleh tangan.
• Nyeri dan rasa tidak nyaman
Nyeri biasanya ditimbulkan oleh komplikasi yang terjadi (seperti fisura, abses dll)
hemoroid interna sendiri biasanya sedikit saja yang menimbulkan nyeri. Kondisi
ini dapat pula terjadi karena terjepitnya tonjolan hemoroid yang terjepit oleh
sphincter ani (strangulasi).
• Keluarnya Sekret

14
Walaupun tidak selalu disertai keluarnya darah, sekret yang menjadi lembab
sehingga rawan untuk terjadinya infeksi ditimbulkan akan menganggu kenyamanan
penderita dan menjadikan suasana di daerah anus.
2. Hemoroid Eksterna
• Rasa terbakar
• Nyeri, jika terjadi thrombosis yang luas dengan udem dan radang.
• Gatal atau pruritus anus.
H. Pemeriksaan3
Apabila hemoroid mengalami prolapse, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol keluar ini akan mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat
teraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rectum. Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati
keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskular yang
menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran
hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolapse akan lebih nyata.
I. Tatalaksana3,8,9,10
1. Terapi Non Farmakologi
Dapat diberikan pada semua kasus hemoroid terutama hemoroid interna derajat
1, disebut juga terapi konservatif, diantaranya adalah :
• Koreksi konstipasi dengan meningkatkan konsumsi serat (25-30 gram
sehari), dan menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
• Meningkatkan konsumsi cairan (6-8 gelas sehari)
• Menghindari mengejan saat buang air besar, dan segera ke kamar mandi
saat merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras
feses.
• Rendam duduk dengan air hangat yang bersih dapat dilakukan rutin dua
kali sehari selama 10 menit pagi dan sore selama 1 – 2 minggu, karena air
hangat dapat merelaksasi sfingter dan spasme.
• Tirah baring untuk membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan

2. Terapi Farmakologis

15
• Suplemen flavonoid : Agen-agen venotonic ini pertama kali dijelaskan
dalam pengobatan insufisiensi vena kronis dan edema. Mereka mampu
meningkat tonus vaskular, mengurangi kapasitas vena, menurunkan
permeabilitas kapiler, dan memfasilitasi drainase limfatik serta memiliki
efek anti-inflamasi. Contoh supelemen flavonoid adalah ardium yang
merupakan obat golongan anti hemoroid mengandung flavonoid murni
yang dimikronisasi (diosmin 450 mg dan hesperidin 50 mg). Dosis untuk
hemoroid adalah 2 tablet sehari.
• Kalsium dobesilat : Kalsium dobesilate dapat menurunkan
permeabilitas kapiler, menghambat agregasi trombosit dan meningkatkan
viskositas darah; sehingga menghasilkan pengurangan edema jaringan.
Percobaan klinis pengobatan hemoroid menunjukkan bahwa kalsium
dobesilate, bersama dengan suplemen serat, memberikan bantuan gejala
yang efektif dari perdarahan akut, dan itu terkait dengan peningkatan yang
signifikan dalam peradangan hemoroid. Dosis yang diberikan untuk orang
dewasa adalah 0,5-1 gram/hari dengan sediaan kapsul dalam dosis 500 mg
di minum 3x sehari.
• Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laktasif
memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltic. Seperti laxadine
dalam bentuk sediaan syrup 30 ml diberikan satu kali sehari.
• Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk
suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna
seperti kaltrofen suppositoria dan lidokain cream 5% untuk meredakan
nyeri pada daerah hemoroid.
• Untuk mempertahankan hemostatic dapat diberikan transamin yang
merupakan obat golongan anti fibrinolitik dalam sediaan kapsul 250 mg 1-2
kampsul 3-4 kali/hari. Asam traneksamat bekerja dengan mencegah
degradasu atau pemecahan bekuan darah tersebut sehingga dapat mencegah,
menghentikan atau mengurangi peradarahan yang tidak diinginkan.

3. Terapi Non-operatif
• Skeleroterapi
Teknik ini dilakukan dengan menginjeksikan 5 % fenol dalam
minyak nabati yang tujuannya untuk merangsang. Lokasi injeksi adalah
submukosa hemoroid. Efek dari injeksi adalah edema, reaksi inflamasi

16
dengan proliferasi fibroblast dan thrombosis intravascular. Reaksi ini akan
menyebabkan fibrosis pada submukosa hemoroid sehingga akan mencegah
atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Terapi ini disertai anjuran
makanan tinggi serat dapat efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II.
Menurut Acheson dan Scholfield pada tahun 2009, teknik ini murah dan
mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang
tinggi.
• Ligasi dengan gelang karet
Biasanya teknik ini dilakukan untuk hemoroid yang besar atau yang
mengalami prolaps. Dengan bantuan anoskop, mukosa diatas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap kedalam tabung ligator
khusus. Efek dari teknik ini adalah nekrosis iskemia, ulserasi, dan scarring
yang akan menghasilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum.
Komplikasi nya dapat terjadi perdarahan setelah 7-10 hari dan nyeri.
• Cryoteraphy
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang
rendah sekali. Bedah beku atau cryoteraphy ini tidak dipakai secara luas
oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini
lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.

4. Terapi Operatif
• Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan
menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah
juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan
anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana.
Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan
hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsik yang harus
diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebihan, eksisi sehemat mungkin dilakukan
pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak menganggu sfingter
anus.
• Doppler-guided hemorrhoidal artery ligation
Sebuah teknik baru berdasarkan ligasi doppler-dipandu dari cabang
terminal dari arteri hemoroid superior adalah diperkenalkan pada tahun
1995 sebagai alternatif untuk hemorrhoidectomy. pasien dengan wasir
mengalami peningkatan kaliber dan aliran darah arteri dari cabang terminal
dari arteri dubur superior. Oleh karena itu, ligasi suplai arteri
ke jaringan hemoroid dengan jahitan ligasi dapat membaikgejala hemoroid.
DGHAL paling efektif untuk wasir derajat kedua atau ketiga. Khususnya,
DGHAL mungkin tidak meningkatkan gejala prolaps pada wasir lanjut
• Stapled hemorrhoidopexy

17
Stapled hemorrhoidopexy telah diperkenalkan sejak tahun 1998.
Perangkat stapel melingkar digunakan untuk memotong cincin rektum
berlebihan pada mukosa proksimal ke wasir dan resuspend wasir kembali
ke dalam lubang anus. Selain mengangkat prolapse hemoroid, SH juga
menggangu suplai darah ke jaringan hemoroid. Prosedur SH memiliki
keuntungan dengan nyeri yang lebih sedikit, dan penyembuhan luka yang
lebih baik, serta tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi. Namun, dalam
jangka panjang, SH dikaitkan dengan tingkat prolaps berulang yang lebih
tinggi. Dan memiliki potensi komplikasi serius seperti fistula rektovaginal
dan striktur rektal. SH umumnya disediakan untuk pasien dengan wasir
prolaps dan wasir melingkar ≥ 3 lesi wasir internal lanjutan.

J. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mencegah faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya hemorrhoid dengan minum yang cukup, makan cukup
sayuran, dan buah-buahan, sehingga kotoran kita tidak mengeras. Kebiasaan malas
minum, tidak hanya akan membuat hemorrhoid, ginjal juga lama kelamaan akan
dapat terganggu oleh karena kurangnya cairan dalam tubuh. Usahakan minum yang
cukup, imbangi dengan olah raga, sehingga perut tidak mual saat minum air putih.
Makan makanan yang banyak mengandung serat, seperti buah dan sayuran.
Makanan yang banyak mengandung serat juga akan memberikan manfaat
mengurangi penyerapan lemak sehingga kolesterol menjadi aman. Banyak
melakukan olah raga, seperti jalan kaki, tidak duduk terlalu lama dan tidak berdiri
terlalu lama
Hemoroid adalah pelebaran atau varises satu segmen atau lebih dari
vena-vena hemoroidalis. Hemoroid dibagi dalam dua jenis, yaitu hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka
hemoroid interna timbul di sebelah dalam otot sfingter ani dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani. Hemoroid timbul akibat
kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik vena hemoroidalis.1
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar
35% penduduk, baik pria maupun wanita yang biasanya berusia lebih dari 25
tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Gejala yang dirasakan,
yaitu rasa gatal, terbakar, pendarahan, dan terasa sakit. Penyakit ini biasanya

18
hanya memerlukan perawatan ringan dan perubahan gaya hidup. Vertigo
berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk pada sensasi
berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing
(dizziness) sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam
defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan
sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh
Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh
penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan
kelainan keseimbangan.1

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki 26 tahun datang dengan keluhan benjolan yang menetap di


anus sejak 1 minggu SMRS. Pasien mengatakan bahwa terdapat benjolan bila
BAB, keluar dari anus, yang awalnya dapat masuk kembali secara spontan setelah
BAB, yang akhirnya harus menggunakan jarinya untuk dimasukan kembali,
kemudian tidak bisa dimasukkan. Benjolan yang dikatakan pasien harus dibedakan
apakah itu dinding rektum yang berarti prolaps rektum atau prolaps mukosa yang
berarti hemoroid interna. Anamnesis lainnya untuk memperjelas, apakah pasien
masih dapat menahan rasa keinginan BAB nya atau tidak, bila tidak itu
menandakan adanya prolap rektum. Pasien mengatakan, ia masih dapat menahan
keinginan BABnya.
Pasien mengatakan adanya BAB berdarah. Kita harus cari tahu dulu, asal
perdarahannya. Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis
selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar
(hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah
merah segar. Keadaan patologi yang menyebabkan perdarahan saluran cerna

19
bagian bawah antara lain adalah tumor kolon, polip kolon, hemoroid, fisura ani,
dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan pertanyaan, apakah darah yang keluar
bercampur dengan feses atau tidak. Bila tidak, berarti berasal dari hemoroid atau
fisura anus. Pasien mengatakan saat BAB berdarah tidak menimbulkan rasa nyeri.
Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis fisura ani, yang tiap BAB timbul rasa
nyeri. Dikonfirmasi pula dengan pemeriksaan fisik, pada inspeksi tidak
ditemukanya fisurra pada ani. Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah,
jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik. Pasien tidak pernah melakukan
hubungan seks perianal.
Pemeriksaan fisik TD 124/67 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen,
ekstremitas dalam batas normal. Pada region anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi
jam 12 dan 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna seperti kulit sekitar di
sekitar anus dengan ukuran 2x1 dan 1x1 cm. Palpasi : nyeri tekan (+), konsistensi
kenyal, mudah digerakkan.
Tata laksana pada pasien, diberikan obat obat anti nyeri dan
tindakan operatif yaitu hemoroidektomi.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Silvia A.P, Lorraine M.W, Hemoroid, 2005. Dalam: Konsep – konsep


Klinis Proses Penyakit, Edisi VI, Patofisiologi Vol.1. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Hal: 467
2. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal 587-90.
3. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005.
hal 672-75
4. Haas PA, Fox TA Jr, Haas GP. The pathogenesis of hemorrhoids. Dis
Colon Rectum. 1984 Jul;27(7):442-50
5. Johanson JF, Sonnenberg A. The prevalence of hemorrhoids and chronic
constipation. An epidemiologic study. Gastroenterology 1990; 98: 380-38
6. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf
7. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000, “Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Volume 4, Edisi 13, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal.159-165

21
8. Struckmann JR, Nicolaides AN. Flavonoids. A review of the pharmacology
and therapeutic efficacy of Daflon 500 mg in patients with chronic venous
insufficiency and related disorders. Angiology 1994; 45: 419-428
9. Johanson JF. Nonsurgical treatment of hemorrhoids. J Gastrointest Surg
2002; 6: 290-294
10. Haveran LA, Sturrock PR, Sun MY, McDade J, Singla S, Paterson CA,
Counihan TC. Simple harmonic scalpel hemorrhoidectomy utilizing local
anesthesia combined with intravenous sedation: a safe and rapid alternative
to conventional hemorrhoidectomy. Int J Colorectal Dis 2007; 22: 801-806

22

Anda mungkin juga menyukai