Anda di halaman 1dari 16

I.

12/10/2019

Judul

Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi (Skoring Poedji Rochjati) Perencanaan Persalinan Aman

Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan,
kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak hebat,tidak hanya dalam hal kehilangan suatu
kehidupan namun juga karena efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang
ditinggalkan. Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan, Penyebab langsung kematian ibu yaitu perdarahan sebesar 28%, eklamsia sebesar
24%, dan infeksi sebesar 11%, sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu adalah Kurang Energi
Kronik (KEK) pada saat kehamilan sebesar 37%,dan anemia pada saat kehamilan sebesar 40%.

Pengenalan adanya risiko ibu hamil dilakukan melalui skrining/deteksi dini adanya faktor risiko
secara pro/aktif pada semua ibu hamil. Di bidang kesehatan terdapat upaya untuk melakukan deteksi dini
risiko ibu hamil dengan menggunakan metode Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) yang dikeluarkan oleh
Departemen Save Motherhood Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. yang masih dilakukan
secara manual.

Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan
nifas, upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program
Safe Motherhood yang mendapat perhatian besar dan dukungan dalam berbagai pihak baik dalam maupun
luar negeri,pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan
strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS), yang
dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Untuk mempercepat pencapaian program MDG’s
diperlukan upaya percepatan penurunan AKI dengan diharapkan kesadaran terhadap pentingnya
kesehatan selama kehamilan menjadi meningkat. Metode ini sudah banyak digunakan di Provinsi Jawa
Timur walaupun tidak diterapkan secara nasional tetapi metode Kartu Skor Poedji Rochjati ini sangat
bermanfaat bagi petugas kesehatan untuk mengenali risiko-risiko yang mungkin terjadi pada ibu hamil.
Permasalahan

1. Bagaimana membangun sistem pendukung keputusan deteksi dini risiko ibu hamil yang dapat
memudahkan petugas kesehatan maupun kader-kader desa.

2. Bagaimana model sistem pendukung keputusan deteksi dini risiko ibu hamil yang berbasis komputer
dengan menggunakan metode kartu skor Poedjie Rochjati (KSPR).

Perencanaan dan Pemilihan

Kegiatan diadakan di desa Sambirejo bersama kader-kader SAKINA (Stop Angka Kematian Ibu
dan Anak) mencakup beberapa desa dalam wilayah kerja Puskesmas Sambirejo. Susunan kegiatan berupa
penyuluhan mengenai Antenatal Care (ANC), Tanda dan Bahaya dalam Kehamilan serta cara mengisi
skor Poedjie Rochjati (KSPR).

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada 12 Oktober 2019 di Joglo Sambirejo, dengan materi masa awal kehamilan,
tanda kehamilan, faktor resiko kehamilan, dan cara menghitung Skor Poedji Rochjati, juga ditambah
dengan penyuluhan mengenai anemia dalam kehamilan dan pentingnya suplementasi besi dan asam folat.
Seluruh kegiatan dilaksanakan dengan kader-kader SAKINA, bidan desa dan petugas penanggung jawab
kegiatan dari Puskesmas.

Monitoring dan evaluasi

- Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.
Peralatan yang digunakan adalah lembar leaflet Deteksi Dini pada Kehamilan, Tanda Bahaya dalam
Kehammilan dan lembar skor Poedji Rochjati.

- Evaluasi Proses

Peserta yang berkisar 40 kader desa. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan walaupun masih
ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta penyuluhan dirasa cukup
antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif dalam kegiatan ini dengan
memberikan pertanyaan.

- Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik dan
memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan
II. 14/10/2019

Judul

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo

Latar belakang

Tingginya angka kematian ibu (AKI) adalah indikator kritis status kesehatan para perempuan,
kematian seorang ibu dalam keluarga memiliki dampak hebat,tidak hanya dalam hal kehilangan suatu
kehidupan namun juga karena efeknya pada kesehatan dan usia hidup anggota keluarga yang
ditinggalkan.

Kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan
bayi baru lahir,mitos,penyakit menular dan akte kelahiran. Dan pada setiap materi kelas ibu hamil yang
akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi
pokok.

Pada dasarnya pelaksanaan kelas ibu hamil dan senam hamil merupakan bentuk intervensi yang
dilakukan petugas kesehatan dengan buku KIA yang menjadi referensi utamanya, kelas ibu hamil dan
senam hamil dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pendekatan belajar orang dewasa (BOD),
metode yang digunakan pendekatan belajar orang dewasa adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan
praktik, curah pendapat, penugasan, stimulasi diharapkan mampu mengoptimalisasi peningkatan
pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai kehamilan dan perawatan bayi baru lahir. Ibu beserta
suami dan anggota keluarga yang lain harus sudah merencanakan persalinan yang aman oleh tenaga
kesehatan.

Permasalahan

1. Program yang diselenggarakan oleh kementerian kesehatan untuk mendukung langkah tersebut kelas
ibu hamil. Kelas ibu hamil adalah sarana belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam
bentuk tatap muka bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai
kehamilan, persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir.
2. Kurangnya interaksi antara ibu hamil serta antar ibu hamil dan petugas kesehatan menjadi salah satu
alasan dilaksanakannya kelas ibu hamil ini. Selain itu, dengan kelas ibu hamil ini diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan serta
perawatan bayi.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan kelas ibu hamil diadakan di balai desa musuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Sambirejo. Susunan kegiatan berupa penyuluhan mengenai antenatal care (ANC), persiapan persalinan,
tanda dan bahaya dalam kehamilan serta penyuluhan mengenai inisiasi menyusui dini dan pentingnya ASI
eksklusif serta perawatan bayi baru lahir dan kegiatan senam hamil.

Monitoring dan Evaluasi

- Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.
Peralatan yang digunakan adalah lembar balik dan buku KMS.

- Evaluasi Proses

Peserta yang datang berkisar 20 ibu hamil. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan walaupun
masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta penyuluhan dirasa cukup
antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif dalam kegiatan ini dengan
memberikan pertanyaan.

- Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik dan
memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan
III.03 Desember 2019

Judul

Model Inovasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo

Latar belakang

Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan manusia.
Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah dipersepsikan sebagai
sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia menganggap sampah adalah barang sisa dari
aktifitas manusia dan keberadaannya mengganggu estetika lingkungan. (Mohamad Satori, Reni Amarani,
Dewi Shofi, 2010:151)

Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,


menjadi penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Sampah rumah tangga tidak
dapat dianggap kecil dalam kapasitas penyumbang sampah bagi lingkungan. Pertumbuhan manusia yang
setiap tahun meningkat, tidak luput dari penyumbang sampah terbesar di berbagai daerah. Hal itu
dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter masyarakat yang menjadi problem penting dalam memahami
dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi suatu daerah. Bertambahnya sampah sejalan dengan
meningkatnya pembangunan infrastruktur dan meningkatnya pertumbuhan manusia tanpa diimbangi
dengan pola penanganan dan pengelolaan sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai. (F.L.
Sudiran, 2005:17).

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah adalah
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah
ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-
lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan
dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,
seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit
yang berbahaya. (I Wayan Suwarna, 2008:1).
Kegiatan pembuangan sampah adalah kegiatan yang tidak mempunyai titik akhir, sehingga
diperlukan penanganan dan pengelolaan secara konkrit dan sistematis. (Lilis Sulistyorini, 2005:78). Hal
itu karena dampak yang ditimbulkan oleh sampah menjadi permasalahan yang sangat berpengaruh
terhadap lingkungan, kesehatan dan kehidupan social masyarakat. Propaganda bencana seringkali
mengingatkan bagi kehidupan masyarakat. Terutama bencana banjir setiap tahun menghiasi “dinding”
masyarakat perkotaan. Diperlukan sebuah penanganan strategis terhadap pengelolaan sampah. Pemerintah
sudah melalukan berbagai tindakan terhadap penanganan dan pengelolaan sampah, hanya saja masih
belum menyentuh level penanganan paling bawah, yaitu sampah rumah tangga. Salah satu kelurahan yang
menghadapi masalah sampah terdapat di Kelurahan Purworejo RT 07 Sambirejo, Sragen.

Permasalahan dihadapi masyarakat utamanya adalah pemilahan, pemisahan, penanganan dan


pengelolaan sampah rumah tangga. Penanganan sampah rumah tangga hanya dilakukan dengan
mengumpulkan sampah, kemudian di buang di sekitar halaman rumah dan hanya dibiarkan begitu saja
selama beberapa hari, selanjutnya sampah di bakar begitu saja. Sehingga aspek lingkungan disekitar
lingkungan rumah menjadi terganggu kesehatannya, yaitu pencemaran lingkungan dan mengotori kondisi
sekitar.

Permasalahan

1. Masyarakat belum semua melakukan pemilihan dan pemilahan sampah rumah tangga. Sehingga
sampah rumah tangga yang ada hanya dibungkus plastik dan dikumpulkan, di buang dan di bakar.

2. Masyarakat juga belum mengetahui pentingnya menjaga lingkungan dengan pengelolaan dan
penanganan sampah rumah tangga. Sehingga paradigma sampah masih menjadi bagian yang tidak
penting, dan hanya dibuang begitu saja.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Tujuan dari kegiatan ini adalah ada 2 (dua), yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Pada tujuan jangka
pendek target yang ingin dicapai adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui model
pengelolaan sampah yang baik dan benar, sehingga masyarakat memahami pentingnya menjaga
lingkungan dan memanfaatkan sampah keluarga yang hampir setiap hari ada, yaitu dengan cara
memberikan pemahaman secara konseptual melalui model pemilihan dan pemilihan terhadap sampah
rumah tangga organik maupun non-organik. Sedangkan pada target jangka panjangnya yaitu dilakukan
kegiatan bank sampah yang rutin dilakukan 1-2 kali dalam sebulan.

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada 3 desember 2019 di rumah salah satu kader kesehatan di RT 07 desa
Purworejo, Sambirejo. Kegiatan di awali dengan penyampaian materi dan dilanjutkan dengan tanya jawab
lalu kemudian pembentukan anggota Bank sampah.

Monitoring dan Evaluasi

- Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.
Peralatan yang digunakan adalah layar LCD dan materi presentasi penyuluhan Model Inovasi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo

- Evaluasi Proses

Peserta yang datang berkisar 40 Kader dari 25 RT. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta penyuluhan
dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif dalam kegiatan ini
dengan memberikan pertanyaan.

- Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik dan
memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan dan terbentuknya struktur keanggotaan Bank Sampah.
IV. 03 Desember 2019

Judul

Penyuluhan Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk Masyarakat di Desa Purworejo

Latar belakang

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa
yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap orang sehingga diharapkan terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Sistem Kesehatan Nasional, 2009). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat adalah melalui program nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, bahwa dalam rangka memperkuat upaya perilaku hidup bersih dan
sehat, mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat, serta
meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar perlu menyelenggarakan STBM.

Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s)
tahun 2015 poin 7c, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan
kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses. Data dari BPS dan KemenPU
tahun 2012 menyebutkan bahwa capaian akses sanitasi layak masyarakat Indonesia pada tahun 2012
sebesar 57,35% dengan target MDG’s 2015 sebesar 62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi
masyarakat kita yang masih menjadi perhatian pemerintah sampai tahun 2015.

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar (Stop Buang air besar
Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga,
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga) akan mempermudah
upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan mempertahankan
keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama
yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS). Fokus pertama dilakukan pada Stop BABS
karena pilar tersebut berfungsi sebagai pintu masuk menuju sanitasi total serta merupakan upaya untuk
memutus rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makanan, dan lainnya (Ditjen PP
dan PL, 2011).

Menurut Chandra (2007), Buang air besar sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada
air, tanah, udara, makanan, dan perkembangbiakan lalat. Sesuai dengan model ekologi, ketika lingkungan
buruk akan menyebabkan penyakit. Penyakit yang dapat terjadi akibat kontaminasi tersebut
antara lain tifoid, paratiroid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan beberapa penyakit
infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Upaya untuk memutus terjadinya penularan
penyakit dapat dilaksanakan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan. Tersedianya jamban merupakan
usaha untuk memperbaiki sanitasi dasar dan dapat memutus rantai penularan penyakit (Suparmin dan
Soeparman, 2002)

Jamban merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat buang air
besar. Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontaminasi ke badan air, kontak
antara manusia dan tinja, bau yang tidak sedap, membuat tinja tidak dapat dihinggapi serangga, serta
binatang lainnya, dan konstruksi dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (WSP-
EAP, 2009). Program STBM ini lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat
dengan pemicuan menggunakan metode Metodology Participatory Assesmant Participatory Hygiene And
Sanitation Transformasi (MPAPHAST). Pemicuan dilaksanakan dengan cara fasilitasi kepada masyarakat
dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi di lingkungan mereka hingga mencapai kondisi Open
Defecation Free (ODF). Kondisi ODF ditandai dengan 100% masyarakat telah mempunyai akses BAB di
jamban sendiri, tidak adanya kotoran di lingkungan mereka, serta mereka mampu menjaga kebersihan
jamban (Permenkes No.3 Tahun 2014).

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 Tentang Strategi Nasional


Sanitasi Total Berbasis Masyarakat bahwa indikator outcome dari program STBM yaitu menurunnya
kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang berkaitan dengan sanitasi dan
perilaku, maka pada pilar pertama ini lebih menekankan pada penurunan penyakit diare, karena penyakit
diare merupakan penyakit umum yang tidak hanya diderita oleh orang dewasa namun juga balita.

Permasalahan dihadapi masyarakat di Purworejo RT 07 Sambirejo, Sragen utamanya adalah


pemilahan, pemisahan, penanganan dan pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair.
Penanganan sampah rumah tangga hanya dilakukan dengan mengumpulkan sampah, kemudian di buang
di sekitar halaman rumah dan hanya dibiarkan begitu saja selama beberapa hari, selanjutnya sampah di
bakar begitu saja. Sehingga aspek lingkungan disekitar lingkungan rumah menjadi terganggu
kesehatannya, yaitu pencemaran lingkungan dan mengotori kondisi sekitar.
Permasalahan

1. Masyarakat banyak yang belum melakukan kegiatan STBM dalam kehidupan sehari-hari.

2. Banyaknya Masyarakat yang belum mengetahui manfaat dari pilar STBM dalam mencegah penyakit
yang terjadi di desa Purworejo.

3. Masyarakat juga belum mengetahui pentingnya menjaga lingkungan dengan pengelolaan dan
penanganan sampah rumah tangga. Sehingga paradigma sampah masih menjadi bagian yang tidak
penting, dan hanya dibuang begitu saja.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan penyuluhan dilakukan di RT 07 desa Purworejo yang di hadiri oleh kader kesehatan dari 25 RT
yang ada di desa Purworejo. Setelah melakukan penyampaian materi akan di adakan diskusi dan tanya
jawab serta menyusun rencana kegiatan untuk melaksanakan 5 pilar STBM di desa Purworejo.

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada 3 desember 2019 di rumah salah satu kader kesehatan di RT 07 desa
Purworejo, Sambirejo. Kegiatan di awali dengan penyampaian materi tentan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab serta membangun komitmen bersama untuk
melaksanakan kegiatan STBM.

Monitoring dan Evaluasi

- Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.
Peralatan yang digunakan adalah layar LCD dan materi presentasi penyuluhan Model Inovasi
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Sambirejo yaitu di desa Purworejo.

- Evaluasi Proses

Peserta yang datang berkisar 40 Kader dari 25 RT, bidan desa serta pengisi materi yang terdiri dari dokter
internsip, koas dan tenaga kesehatan Puskesmas Sambirejo. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang
diharapkan walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif dalam
kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.

- Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik dan
memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan dan bersedia menginformasikan materi yang telah
diterima kepada masyarakat di desa Purworejo.
V. 10 Desember 2019

Judul

Penyuluhan Pencegahan dan Penularan HIV-AIDS di Desa Sukorejo, Sambirejo.

Latar Belakang

Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang
jumlah penderitanya sangat tinggi sehingga menjadi masalah global. Menurut data WHO (World Health
Organization) (2014), tahun 2013 sebanyak 37,2 juta orang menderita HIV (Human Immunodeficiency
Virus). Pada akhir tahun 2013, sekitar 2,4 juta orang telah terinfeksi HIV, dan pada tahun 2012 sebanyak
1,7 juta orang meninggal karena AIDS termasuk 230.000 anak-anak meninggal dan hampir 75 juta orang
telah terinfeksi HIV. Sehingga diperkirakan 0,8% dari kelompok umur 15-49 tahun di seluruh dunia hidup
dengan HIV.

Data Kemenkes RI (2014), jumlah kasus HIV di Indonesia tahun 2014 sebanyak 22.869 kasus
dan kasus AIDS sebanyak 1.876 kasus. Infeksi HIV tertinggi pada usia produktif yaitu umur 25-49 tahun
sebesar 71,8%, diikuti umur 20-24 tahun sebesar 15,7%. Pada tahun 2014, jumlah kasus AIDS pada laki-
laki sebesar 58% dan perempuan sebesar 42% dan sebesar 39% penularannya melalui heteroseksual.

Data kasus HIV-AIDS di Jawa Tengah dari tahun 1993-2014 sebanyak 9.393 kasus, jumlah kasus
HIV-AIDS paling tinggi terdapat di beberapa kota di Jawa Tengah diantaranya Semarang sebanyak 1.393
(15%) kasus, Surakarta sebanyak 636 (7%) kasus, Banyumas sebanyak 584 (6,2%) kasus, dan Pati
sebanyak 510 (5,42%) kasus. Berdasarkan kelompok umur, kasus AIDS paling tinggi terdapat pada usia
25-29 tahun sebesar 21,2%.

Beberapa faktor risiko penularan tertinggi yaitu, heteroseksual sebesar 83,5% (KPAP Jateng,
2014). Jumlah kasus HIV-AIDS dari tahun 2005-2015 di daerah Surakarta sebanyak 295 kasus dan 82
orang diantaranya meninggal dunia, angka CFR (Case Fatality Rate) sebesar 27,8%, sedangkan untuk
prevalensi kasus HIV-AIDS di Surakarta tahun 2014 sebesar 0,04% (KPA Surakarta, 2015).

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Sragen menemukan ada 53 warga yang terdeteksi
mengidap HIV/AIDS selama triwulan I 2019. Sebanyak 49 warga di antaranya terinfeksi HIV, sementara
4 warga lainnya positif AIDS. Satu yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS tersebut diketahui masih usia
balita. Sisanya merupakan warga usia produktif mulai 20 tahun hingga 59 tahun.
Dari 53 temuan kasus HIV/AIDS tersebut, paling banyak karena faktor risiko heteroseksual
dengan 51 kasus, sisanya adalah faktor homoseksual dan perinatal masing-masing satu kasus. Pada 2018
lalu, tercatat ada 227 kasus HIV/AIDS yang terungkap di Kabupaten Sragen. Ini berarti setiap dua hari,
ditemukan satu warga Sragen yang mengidap virus mematikan ini. Dari 227 kasus itu, HIV/AIDS
menjangkiti 132 pria dan 95 wanita. Terhitung sejak 2000 hingga Maret 2019, ditemukan 1.055 kasus
HIV/AIDS di Bumi Sukowati.

Banyaknya kasus HIV-AIDS yang terjadi di Indonesia terutama pada usia produktif, semua ini
karena keterbatasan akses informasi yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS
pada kelompok usia produktif. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pencegahan HIV-AIDS adalah
memberikan pengetahuan dan pemahaman yang cukup baik tentang HIV-AIDS kepada masyarakat, untuk
dapat meningkatkan pengetahuan tersebut yaitu, dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok masyarakat usia produktif. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
media seperti curah pendapat, film, buku cerita, penyuluhan dan ceramah.

Permasalahan

1. Banyaknya kasus HIV-AIDS yang terjadi di Indonesia terutama pada usia produktif di kabupaten
Sragen

2. Keterbatasan akses informasi yang berdampak pada rendahnya pengetahuan tentang HIV-AIDS pada
kelompok usia produktif.

Perencanaan dan Pemilihan Intervensi

Kegiatan penyuluhan dilakukan di balai desa Sukorejo yang di hadiri oleh masyarakat usia produktif
sebanyak 50 peserta.. Setelah melakukan penyampaian materi akan di adakan diskusi dan tanya jawab
seputar materi yang disampaikan oleh penyaji.

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada 10 desember 2019 di balai desa Sukorejo yang dihadiri lebih dari 50 peserta.
Kegiatan diawali dengan penyampaian materi tentang penyuluhan dan pencegahan HIV Aids lalu di buka
sesi tanya jawab dan diskusi mengenai rencana pemeriksaan rapid test bagi masyarakat di desa Sukorejo.
Monitoring dan Evaluasi

- Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.
Peralatan yang digunakan adalah layar LCD dan materi presentasi penyuluhan pencegahan dan penularan
penyakit HIV-Aids di Desa Sukorejo.

- Evaluasi Proses

Peserta yang datang berkisar 50 peserta yang terdiri dari laki-laki dam perempuan yang berusia produktif,
bidan desa serta pengisi materi yang terdiri dari dokter definitif, dikter internsip dan tenaga kesehatan
Puskesmas Sambirejo. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan walaupun masih ada beberapa
peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti
kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.

- Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik dan
memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan dan bersedia menginformasikan materi yang telah
diterima kepada masyarakat di desa Sukorejo.
VI.

Anda mungkin juga menyukai