Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

DIAGNOSIS PRURIGO VON HEBRA

Pembimbing :
Dr. Diana Tri Ratnasari, Sp.KK
dr. Buih Amartiwi, Sp.KK
Disusun Oleh :
Frida Zoraya Permataputri
20110401011005

KEPANITERAAN KLINIK SMF KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH SEPANJANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus yang mengambil topik Prurigo Von Hebra.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka menjalani kepaniteraan klinik bagian Kulit
dan Kelamin di RS Siti Khodijah Sepanjang. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan responsi kasus ini, terutama kepada
dr. Diana Tri Ratnasari, Sp.KK dan dr.Buih Amartiwi,Sp.KK selaku dokter pendamping yang
telah memberikan bimbingan kepada saya dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan

ini dapat memberikan manfaat dalam bidang kedokteran khususnya Bagian Kulit dan
Kelamin.
Sepanjang, Januari 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....

KATA PENGANTAR ..

ii

DAFTAR ISI

iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..

1.1 Latar belakang .

1.2 Definisi

1.3 Epidemiologi

1.4 Etiologi dan Patogenesis

1.5 Manifestasi Klinis ..

1.6 Diagnosis Banding .

1.7 Diagnosis

10

1.8 Penataksanaan .

10

1.9 Pencegahan .

11

1.10Prognosis

11

BAB 2 LAPORAN KASUS .

12

BAB 4 PEMBAHASAN ...

18
2

BAB 3 KESIMPULAN ..
DAFTAR PUSTAKA

20
21

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Prurigo ialah erupsi papular kronik dan rekurens.Terdapat berbagai macam
prurigo, yang tersering terlihat ialah prurigo Hebra.Disusul oleh prurigo nodularis.
Sedangkan yang lain jarang dijumpai. Istilah prurigo menunjuk pada suatu lesi kulit
sangat gatal yang sampai kini belum diketahui penyebab pastinya.Penyakit ini biasanya
dianggap sebagai salah satu penyakit kulit yang paling gatal dan lesinya dapat diikuti
dengan timbulnya penebalan dan hiperpigmentasi pada kulit tersebut.. 1
Prurigo hebra yaitu penyakit kulit kronik residif yang dimulai sejak bayi atau
anak. Kelainan kulit berupa papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih
mudah diraba dari pada dilihat.(1,2,3,4,5) Prurigo hebra sering terjadi pada sosial ekonomi
dan hygiene yang rendah. Penderita wanita lebih banyak dari pada pria, umumnya
terdapat pada anak-anak.(1,3,4,5)
Penyebab pasti prurigo hebra belum diketahui. Ada yang berpendapat sebagai
penyakit herediter. Sebagian para ahli berpendapat bahwa penderita peka terhadap
gigitan serangga, misalnya nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah
menyebabkan alergi. Disamping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan antara
lain sinar matahari, suhu, infeksi parasit (misalnya askaris atau oxyuris). Juga infeksi
fokal misalnya pada tonsil atau saluran cerna,endokrin, alergi makanan. Pendapat lain
mengatakan penyakit ini didasari faktor atopi. (1,4,5)

1.2

Definisi
Prurigo Hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan
kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih mudah diraba
daripada dilihat, terutama di daerah ekstremitas bagian ekstensor.1,4,5
3

1.3

Epidemiologi
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosial-ekonomi dan higiene yang rendah.
Di Jakarta penderita wanita lebih banyak daripada laki-laki. Umumnya terdapat pada anak.
Di Eropa dan Amerika Serikat penyakit ini jarang. 1,4,5

1.4

Etiologi dan Patogenesis


Penyebabnya yang pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang juga
menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap penyakit ini herediter. Sebagian
para ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya
nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga menyebabkan alergi.
Di samping itu juga terdapat beberapa faktor yang berperan, antara lain : suhu, investasi
parasit (misalnya Ascaris atau Oxyruris). Juga infeksi fokal, misalnya tonsil atau saluran
cerna, endokrin, alergi makanan. Pendapat lain mengatakan penyakit ini didasari faktor

1.5

atopi. 1,4,5
Mnifestasi Klinis
Mulainya penyakit sering pada anak berumur di atas satu tahun. Kelainan yang khas
ialah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba
daripada dilihat. Garukan yang terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta,
hiperpigmentasi dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah kronik
tampak kulit yang sakit lebih gelap kecotdatan dan berlikenifikasi. 1,4,5
Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke
bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai
lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih
parah daripada lengan. 1,4,5
Kelenjar getah bening regional biasanya membesar, meskipun tidak disertai
infeksi, tidak nyeri, tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih lunak. Pembesaran
tersebut disebut bubo prurigo. Keadaan umum penderita biasanya pemurung atau
pemarah akibat kurang tidur, kadang-kadang nafsu makan berkurang sehingga timbul
anemia dan malnutrisi. 1,4,5
Untuk menyatakan berat-ringannya penyakit dipakai istilah prurigo mitis, jika
ringan, bila berat disebut prurigo feroks (agria). Prurigo mitis hanya terbatas di
ekstremitas bagian ekstensor serta sembuh sebelum akil balik. Sebaliknya prurigo

1.6

feroks, lokasi lesi lebih luas dan berlanjut sampai dewasa. 1,4,5
Diagnosis Banding
Diagnosis prurigo Hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah adanya papulpapul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat di ekstremitas bagian ekstensor.
Keluhannya ialah sangat gatal, biasanya pada anak. Sebagai diagnosis banding antara
lain:
4

1. Skabies : sering ditemukan lesi papulo-vesikel pada sela-sela jari, pergelangan


tangan disertai gatal pada malam hari.
2. Dermatitis Insect bite : biasanya pada tengah lesi tampak ekskoriasi dikelilingi
daerah yang oedema dan eritem.
PRURIGO HEBRA

SKABIES

DEFINISI

Erupsi papular kronik


dan rekuren.

Penyakit kulit yang


disebabkan oleh
infetasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes
scabiei var.hominis
dan produknya

ETIOPATOGENESIS
GAMBARAN
KLINIS

Reaksi
hipersensitifitas

Infeksi Sarcoptes
scabiei var.hominis

Reaksi
hipersensitifitas

Bintil-bintil gatal
Papul
Ekstensor ekstremitas,
badan

Bintil-bintil gatal
Papul
Sela jari, pergelangan
tangan, siku luar,
aksila, umbilikus,
gluteus.
: genitalia ,
:Lipatan payudara

Bintil-bintil gatal
Papul, urtikaria
Local/
Generalisata

Sangat gatal
Gatal sepanjang hari

Sangat gatal
Gatal malam hari

Gatal
Gatal sepanjang

Tempat
predileksi

DERMATITIS
INSECT BITE
Keadaaan
peradangan pada
kulit akibat
gigitan serangga
yang dosebabkan
reaksi terhadap
toksin / allergen
yang dikeluarkan
arthopoda
penyerang

DERMATITIS
ATOPIK
Keadaan
peradangan kulit
kronis dan residif,
disertai gatal,
yang umumnya
sering terjadi pada
masa bayi dan
anak-anak, sering
berhubungan
dengan
peningkatan kadar
IgE dalam serum
dan riwayat atopi
pada keluarga
atau penderita
Reaksi
hipersensitifitas
Bintil-bintil gatal
Papul
Bayi: dahi, pipi,
skalp, leher,
pergelangan
tangan, tungkai
Anak: lipat siku,
lipatan tungkai,
pergelangan
tangan bagian
fleksor, kelopak
mata,
leher/tengkuk.
Remaja: lipat
siku, lipatan
tungkai, damping
leher, dahi, sekitar
mata.
Dewasa: lipatan
siku/tungkai,
tidak khas.
Gatal tidak hebat
Gatal sepanjang
5

Keluhan juga
ditemukan pada orang
yang tinggal serumah/
asrama

Perjalanan
penyakit
Faktor pencetus

Tanda kardinal

Kronik residif

Akut

Makanan, lingkungan Tidak ada


(suhu panas, dingin,
debu, bulu binatang),
stres (fisik, emosional)

2 dari 4:
1. Gatal pada malam
hari
2. Menyerang
manusia secara
kelompok
3. Ditemukan
terowongan
(kunikulus)
4. Menemukan
tungau

hari
Riwayat atopi di
keluarga

Kronik residif
Gigitan serangga

hari
Riwayat atopi di
keluarga
Penebalan pada
lipatan
siku/tungkai
Sisik di sekitar
bintil.
Kronik residif
Makanan,
lingkungan (suhu
panas, dingin,
debu, bulu
binatang), stres
(fisik, emosional)
3 mayor dan 3
minor
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2. Dermatitis di
muka atau
ekstensor
pada bayi dan
anak
3. Dermatitis di
fleksur pada
dewasa
4. Dermatitis
kronis atau
residif
5. Riwayat atopi
pada
penderita atau
keluarga
Kriteria minor:
1. Xerosis
2. Infeksi kulit
(khususnya
oleh S.aureus
dan virus
herpes
simpleks)
3. Dermatitis
nonspesifik
pada tangan
atau kaki
4. Iktiosis/hiperl
iniar
6

palmaris/kerat
osis pilaris
5. Pitiriasis alba
6. Dermatitis di
papila mamae
7. White
dermographis
m dan
delayed
blanch
response
8. Keilitis
9. Lipatan
infraorbital
DennieMorgan
10. Konjungtivitis
berulang
11. Keratokonus
12. Katarak
subkapsular
anterior
13. Orbita
menjadi gelap
14. Muka pucat
atau eritem
15. Gatal bila
berkeringat
16. Intolerans
terhadap wol
atau pelarut
lemak
17. Aksentuasi
folikular
18. Hipersensitif
terhadap
makanan
19. Perjalanan
penyakit
dipengaruhi
oleh faktor
lingkungan
dan atau
emosi
20. Tes kulit
alergi tipe
dadakan
positif
21. Kadar IgE
dalam serum
7

PEMERIKSAAN Hitung jenis leukosit


PENUNJANG
(eosinofilia), IgE()

Pemeriksaan sediaan
basah/langsung

TERAPI
Umum

Khusus

Edukasi
pasien/keluarga
bahwa penyakit
ini bersifat kronik
residif.
Jauhkan/hilangkan
faktor pencetus.
Memperbaiki
hygiene

Sistemik:
Antihistamin
sedatif:
Chlorpheniramin
maleat
Dewasa: 2x4
mg/hari
Anak:0,1-0,3
mg/kgbb/hari,
2x sehari
Antibiotik
Eritromisin:
<7 hari: 20
mg/kgbb/hari,
2xsehari
Anak: 30-50
mg/kgbb/hari, 34xsehari
Lokal:
Sulfur 5-10%
bedak kocok/salep
Menthol 0,25-1%

Pemeriksaan
mikroskopis
Pemeriksaan
serologis
Hitung jenis
leukosit
(eosinofilia),
IgE()

meningkat
22. Awitan pada
usia dini
Hitung jenis
leukosit
(eosinofilia),
IgE()

Cuci pakaian,
Edukasi
Edukasi
sprei, handuk,
pasien/keluar
pasien/keluar
dengan air panas
ga bahwa
ga bahwa
(70-80C) dan
penyakit ini
penyakit ini
setrika terutama di
bersifat
bersifat
daerah lipatan.
kronik
kronik residif.
residif.
Mengobati orang
Jauhkan/hilan
Jauhkan/hila
yang tinggal
gkan faktor
serumah.
ngkan faktor
pencetus.
pencetus.
Kontrol ulang 1
Memperbaiki
minggu
kemudian.
higiene
Sistemik:
Sistemik:
Sistemik:
Antihistamin:
Kortikostero Kortikosteroi
Chlorpheniramin
id
d serangan
maleat
serangan
akut
Dewasa: 2x4
Prednison/
akut
mg/hari
Prednison/
metil
Anak:0,1-0,3
metil
prednisolon/
mg/kgbb/hari,
prednisolon/
dexamethaso
2x sehari
dexamethaso
n
Lokal:

Antihistamin
Permetrin krim
n
5% (10 gr, 30 gr)
Antihistamin
sedatif:
dipakai sebelum
Chlorphenira
sedatif:
tidur selama 10min maleat
Chlorphenira
12 jam.
Dewasa:
min maleat
Alternatif: Gama
2x4
Dewasa:
benzena heksa
mg/hari
2x4
klorida
Anak:0,1mg/hari
(gameksan) krim
0,3
Anak:0,11% (10 gr)
mg/kgbb/h
0,3
(KI: anak<6
ari, 2x
mg/kgbb/
tahun, wanita
sehari
hari, 2x
hamil toksik
Antibiotik
sehari
terhadap SSP)
Eritromisin
Antibiotik
<7 hari: 20
Eritromisin
8

Prognosis
1.7

Dubia ad bonam

Dubia ad bonam

<7 hari: 20
mg/kgbb/ha
ri, 2xsehari
Anak: 30-50
mg/kg/hari,
3-4xsehari
Lokal:
Emolien
karena kulit
kering
Hidrofilic
urea cr. 10%
Kortikostero
id
Bayi
rendah
hidrokortiso
n 1-2,5%
Anak dan
dewasa
menengah

triamsinolon

Dubia ad bonam

mg/kgbb/h
ari,
2xsehari
Anak: 3050
mg/kg/hari
, 34xsehari
Lokal:
Emolien
karena kulit
kering
Hidrofilic
urea cr. 10%
Kortikosteroi
d
Bayi
rendah
hidrokortison
1-2,5%
Anak dan
dewasa
menengah
triamsinolon
Dubia ad bonam

Diagnosis
1.
2.
3.
4.
5.

Pemeriksaan darah untuk mencari penyebab secara imunologik.


Pemeriksaan tinja untuk mencari infeksi cacing/parasit.
Pemeriksaan radiografi untuk mencari infeksi tuberkulosis paru.
Imunofluoresen darah untuk mencari proses alergi.
Tes tusuk berbagai alergen, parasit usus dan serangga.3
Gambaran histopatologik tidak khas, sering ditemukan akantosis, hiperkeratosis,

edema pada epidermis bagian bawah, dan dermis bagian atas. Pada papul yang masih
baru terdapat pelebaran pembuluh darah, infiltrasi ringan sel radang seki-tar papul dan
dermis bagian basal. 1,4,5 Bila telah kronik infiltrat kronis ditemukan di sekitar pembuluh
1.8

darah serta deposit pigmen di bagian basal. 1,4,5


Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara umum :
1. Menghindari gigitan nyamuk atau serangga
2. Mencari dan mengobati infeksi fokal
3. Memperbaiki hygienis perseorangan maupun lingkungan
b. Penatalaksanaan secara khusus :
9

Pengobatan hanya berupa simptomatik, yaitu :


1. Pengobatan topikal
Sulfur 5-10 % dapat diberi dalam bentuk bedak kocok atau salep. Untuk
mengurangi gatal dapat diberikan mentol 0,251 % atau kamper 2-3 % (4,5)
Kortikosteroid krim/salep sangat menolong untuk mencegah atau
menghilangkan cacat jaringan atau parut, bila kelainan tidak begitu luas.(3,4)
2. Pengobatan sistemik
Anti histamin, untuk mengurangi gatal seperti :
Klorfeniramin dosisnya:
Dewasa: 4 mg tiap 4-8 jam sekali, maksimum 24 mg / 24 jam.
Anak usia 2-5 tahun : 1 mg (1/4 tablet) tiap 4-6 jam sekali
Anak usia 6-12 tahun: 2 mg (1/2 tablet) tiap 4-6 jam sekali.
Siproheptadin dosisnya: 4 mg / tablet.
Dewasa : Dosisnya tidak boleh lebih dari 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis
maksimum nya: 4-20 mg / hari. Disarankan agar pemberian dimulai dengan
dosis 1 tablet 3x sehari dan disesuaikan dengan respon pasien.
Antibiotik bila terdapat infeksi sekunder. (1,3,4,5)
1.9

Pencegahan
Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan
Hindari faktor pencetus seperti gigitan serangga dengan memakai kelambu saat

tidur
1.10 Prognosis
Sebagian besar akan sembuh spontan pada usia dewasa muda. 1

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1

2.2

Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tanggal Pemeriksaan
No. MR
Anamnesis

: Nn. E
: 20 tahun
: Perempuan
: Ngelom II/410 Sepanjang
: Mahasiswi
: 13 Januari 2016
: 03.03.23

10

Keluhan Utama : Bintil-bintil kemerahan dan kehitaman drsertai gatal pada kedua
kaki, perut dan kedua lengan
Riwayat Perjalanan Penyakit :
Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Siti Khodijah Sepanjang
dengan keluhan terdapat bintil-bintil merah dan kehitaman disertai gatal pada kedua
kaki, perut dan kedua lengan. Keluhan awalnya di rasakan pada kedua kaki sejak 2
minggu yang lalu ketika pasien digigit nyamuk sehingga timbul bintil-bintil kemerahan
kecil pada daerah tungkai serta terasa gatal dan menggaruknya sehingga luka dan
menghitam, 3 hari kemudian menyebar pada daerah perut dan selang 5 hari kemudian
bintil-bintil menyebar muncul pada kedua lengan. Gatal dirasakan sepanjang hari,
terutama saat malam hari dan tidak bertambah pada saat berkeringat. Pasien mengaku
memiliki riwayat gatal bila makan udang, namun pasien tidak mengkonsumsi undang
saat keluahan dialami.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit seperti disangkal
Riwayat alergi makanan + (udang)
riwayat Asma dan Rhinitis Alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa seperti pasien
Tidak ada anggota keluarga yang mengidap Asma dan Rhinitis Alergi
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan sebelumnya sudah berobat ke dokter dan diberi salep, pasien
lupa nama obat namun keluhan tetap.
2.3

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran

: Compos mentis

GCS

: E4 V5 M6

Vital Sign

: Tekanan Darah

Kepala/Leher

: 106/70 mmHg

Nadi

: 84 x/menit

Suhu

: 36.5o C

RR

: 20 x/menit

: Anemia -, ikterus -, sianosis -, dipsneu -, mata cowong -, deformitas


-,pernafasan cuping hidung -, perbesaran KGB -

Thoraks

: Simetris +, retraksi

Paru
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, benjolan
11

Palpasi

: Stem fremitus +/+ normal, krepitasi -, nyeri tekan

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi
Jantung

: ves/ves, Rh -/-, Wh -/:

Inspeksi

: ictus cordis -, vossure cardiac

Palpasi

: ictus cordis kuat angkat , thrill

Perkusi

: Batas jantung normal

Auskultasi

: S1S2 Tunggal, murmur -, gallop

Abdomen

:
Inspeksi : Datar, Spider nevi -, eritema -, massa Palpasi

: Soepel, nyeri tekan -,hepar dan lien tidak teraba,undulasi -

Perkusi

: Timpani

Auskultasi: BU + N, meteorismus
Ekstremitas
Edema -/-, akral hangat kering merah +/+, CRT <2 detik

Status Dermatologis
Lokasi : Regio Ekstremitas Superior, Inferior dextra/ sinistra dan abdomen
Efloresensi Primer: Papull yang eritema, makula hiperpigmentasi, erosi, ekskoriasi
dan krusta
Ukuran : milier sampai lentikular
Bentuk : bulat, berbatas tegas
Distribusi : bilateral dan multipel
Gambar Ekstemitas Inferior

12

Gambar Regio Ekstremitas Superior

13

Gmbar Regio Abdomen

2.4

Planning Diagnosis
Skin prick test atau patch test berbagai allergen, parasit dan serangga
Pemeriksaan DL

2.5

2.6

2.7

Diagnosis Banding
1. Prurigo von Hebra
2. Skabies
3. Dermatitis Insect bite
4. Dermatitis Atopi
Diagnosis
Prurigo von Hebra

Penatalaksanaan
A. Non Medikamentosa
1. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan
2. Hindari faktor pencetus seperti gigitan serangga dengan memakai kelambu saat
tidur.
3. Hindari trauma mekanis (menggaruk) yang dapat menyebabkan luka
4. Meminum dan menggunakan obat dengan teratur dan sesuai petunjuk dokter
14

B. Medikamentosa
1. Sistemik
Cefadroxil 2x500 mg
Dexamethason 0,75 mg + Aerius = 2x1
2. Topikal
Inerson 7,5 mg + Fuson = 3x/hr
2.8

Prognosis
Dubia at bonam

BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien perempuan, usia 20 th datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Siti
Khodijah Sepanjang dengan keluhan terdapat bintil-bintil merah dan kehitaman disertai
gatal pada kedua kaki, perut dan kedua lengan. Keluhan awalnya di rasakan pada kedua
kaki sejak 2 minggu yang lalu ketika pasien digigit nyamuk sehingga timbul bintilbintil kemerahan kecil pada daerah tungkai serta terasa gatal dan menggaruknya
sehingga luka dan menghitam, 3 hari kemudian menyebar pada daerah perut dan selang
15

5 hari kemudian bintil-bintil menyebar muncul pada kedua lengan. Gatal dirasakan
sepanjang hari, terutama saat malam hari dan tidak bertambah pada saat berkeringat.
Pasien mengaku memiliki riwayat gatal bila makan udang. Riwayat alegi makanan (+).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan regio Ekstremitas Superior, Inferior dextra/
sinistra dan abdomen terdapat Papul yang eritema, makula hiperpigmentasi, erosi,
ekskoriasi dan krusta dengan ukuran milier sampai lentikular, bentuk bulat, berbatas
tegas serta distribusi bilateral dan multipel. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
pasien didiagnosis prurigo von hebra. Namun pada pasien belum dilakukan
pemeriksaan penunjang prick test dan lab DL untuk menyingkirkan defensial diagnosis
skabies dan dermatitis insect bite.
Prurigo hebra penegakan diagnosisnya berdasarkan anamnesis dan gejala klinis
adanya bintil-bintil kemerahan (papul eritema) disertai rasa gatal yang terdapat pada
tangan dan kaki, berbentuk kubah dan vesikel pada puncaknya. Vesikel terdapat pada
waktu yang singkat dan lebih mudah diraba dari pada dilihat. Karena garukan yang
terus menerus sehingga menimbulkan erosi, ekskoriasi, sikatrik, krusta, dan
hiperpigmentasi. Pada pasien ini juga dijumpai hal-hal diatas dan ini sesuai dengan
kepustakaan tentang gambaran prurigo hebra.
Predileksi lesi terdapat di ektremitas bagian ekstensor dan simetris, dapat meluas
ke bokong, perut, muka, leher, dan biasanya bagian distal lengan lebih parah dari pada
bagian proksimal. Demikian pula umumnya tungkai lebih parah dari pada lengan.
Sebagian para ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga,
misalnya nyamuk. Pasien ini juga mengeluh alergi makanan dan terhadap gigitan
serangga, dan terdapat lesi pada kedua kaki, kedua lengan dan perut. Hal ini juga sesuai
dengan kepustakaan.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menghindari garukan untuk
mencegah infeksi sekunder,menghindari faktor pencetus seperti gigitan serangga
dengan memakai kelambu saat tidur, memperbaiki hygiene perorangan maupun
lingkungan. Penatalaksanaan secara khusus dibagi menjadi dua yaitu terapi topikal
diberi Inerson 7,5 mg + Fuson 5 gr yang dioleskan 3 x/hari, dan terapi sistemik diberi
antihistamin seperti Dexamethason 0,75 mg + Aerius diminu 2x/hr dan juga
pemberian antibiotika Cefadroxil 2x500 mg untuk mengobati infeksi yag dialami
pasien.

16

BAB 4
KESIMPULAN

Prurigo hebra yaitu penyakit kulit kronik residif yang dimulai sejak bayi atau anak.
Kelainan kulit berupa papul-papul miliar berbentuk kubah sangat gatal, lebih mudah diraba
dari pada dilihat. Prurigo hebra sering terjadi pada sosial ekonomi dan hygiene yang rendah.
Penderita wanita lebih banyak dari pada pria, umumnya terdapat pada anak-anak.
Pada pasien ini di diagnosis prurigo von hebra karena bedasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala yakni gejala subjektif yaitu keluhan gatal, terkadang
bersifat kronis, akibatnya kulit menjadi hitam dan menebal. Pada gejala objektif adanya
17

papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah dengan vesikula pada puncaknya,
vesikula hanya terdapat pada waktu yang sangat singkat, lebih mudah diraba dari pada
dilihat. Karena garukan yang terus menerus akan menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta
hiperpigmentasi, dan likenifikasi. Sering pula terjadi infeksi sekunder. Tempat predileksi di
ekstremitas bagian ekstensor dan simetris, dapat meluas ke bokong, perut, muka, dan
biasanya tungkai lebih parah dari pada lengan.
Penatalaksanaan pada penyakit prurigo hebra dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
umum dan khusus. Karena penyebab prurigo belum diketahui, maka tidak ada pengobatan
yang tepat. Penatalaksanaannya ialah menghindari hal-hal yang ada kaitannya dengan
prurigo, yakni menghindari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan mengobati infeksi
fokal, memperbaiki higiene perseorangan maupun lingkungan. Pengobatan berupa
simtomatik, yakni mengurangi gatal dengan pemberian sedativa. Bila terdapat infeksi
sekunder diobati. Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik apabila menjaga
hygiene personal dan lingkungan serta mendapatkan terapi yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiryadi BE. Prurigo. Dalam: Djuanda, A. Hamzah, M dan Aisah, S (eds). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007; Hal: 272-5.
2. Prurigo.2011. Available at http://dermnetnz/Prurigo.html
3. Principles of Pediatric Dermatology chapter 36.

Prurigo.

Available

at

http://prurigo/chapter36/Prurigo.htm
4. Prurigo. 2010 Available at http://dinars-site/Prurigo.htm
5. Prurigo. August 10, 2011 (cited March 24, 2011) Available at http://medicaljournal/Prurigo.htm
6. Siregar R.S Atlas Berwarna Sari Pati Penyakit Kulit; edisi ke-2. Jakarta; EGC. 2005.
Hal : 133 135
7. Lapeere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe E, Ongenae K, Geel NV, Lambert J,
Brochez L, Naeyert JM. Hypomelanoses and Hypermelanoses. Dalam Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks
18

dermatology in general medicine. 7th ed. New York : The McGraw-Hill Companies,
2008. 18: 638
8. Moffitt, John E. MD. Allergic Reactions to Insect Bites and Stings on
Southern Medical Journal, November 2003, Volume 96, Issue 11, pp1073-1079.

19

Anda mungkin juga menyukai