Anda di halaman 1dari 5

A.

Penegakan Diagnosis Pada Skenario


1. Anamnesis
a. Identitas: nama, alamat, umur, dan pekerjaan
b. Tempat lesi tersebut mulai timbul
c. Sudah berapa lama lesi tersebut
d. Apakah lesi tersebut terasa gatal
e. Bagaimana penyebaran lesi tersebut
f. Bagaimana perkembangan lesi tersebut
g. Apakah sudah minum obat, dan bagaimana efeknya
h. Apakah ada faktor kemungkinan pencetus (obat, dan lain-lain)
i. Apakah adanya gejala-gejala lainnya seperti demam, dan sebagainya
j. Apakah ada keluarga lain yang terkena
k. Bagaimana kualitas kebersian ddari pasien.
l. Pruritus nokturna : gatal yang hebat terutama pada malam hari atau saat penderita
berkeringat
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Lesi timbul di sela jari, telapak tangan dan juga pada kaki.
b. Lesi kulit berupa papulovesikel dengan dasar eritema, erosi, macula
hiperpigmentasi pasca inflamasi, eksoriasi akibat garukan.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Kerokan kulit dengan KOH 10% -> ditutp dengan kaca penutup dan diperiksa
dibawah mikroskop dapat dijumpai telur, larva, nymph dan betina dewasa dari
sarcoptes scabiei.
DD
A. Prurigo hebra
1. Definisi
Prurigo hebra ialah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak. Kelainan kulit
dengan gejala subjektif sangat gatal, terdiri atas papul-papul miliar berbentuk kubah
disertai vesikel kecil di puncaknya, lebih mudah diraba daripada dilihat, terutama
didaerah ekstremitas begian ekstensor, serta bagian tubuh yang tidak tertutup pakaian
(misalnya wajah).
2. Epidemiologi
Penyakit ini sering terdapat pada keadaan sosio-ekonomi dan higiene yang rendah. Di
Jakarta, penderita permepuan lebih banyak daripada laki-laki. Umumnya terdapat
pada anak. Di Eropa dan Amerika Serikat, penyakit ini jarang.
3. Etiopatogenesis

Penyebab pasti belum diketahui. Pada umumnya terdapat anggota keluarga


yang menderita penyakit ini, sehingga penyakit ini dinggap herediter. Sebagian para
ahli berpendapat bahwa kulit penderita peka terhadap gigitan serangga, misalnya
nyamuk. Mungkin antigen atau toksin yang ada dalam ludah serangga menyebabkan
alergi. Di samping itu juga terdapat beberapa factor yang berperan, antara lain suhu
dan investasi parasite (misalnya Ascaris dan Oxyruris). Selain itu juga infeksi fokal,
misalnya tonsil atau saluran cerna, endokrin, alergi makanan. Pendapat lain
mengatakan penyakit ini didasari factor atopi.

Hasil penelitian Aisah tahun 1999 di RS Cipto Mangunkusumo (thesis)


mendapatkan bahwa terjadinya prurigo hebra melalui mekanisme alergi campuran
tipe I dan IV, sebagai reaksi terhadap gigitan serangga. Campuran kedua reaksi
tersebut menyebabkan ruam polimorfi, yaitu didapatkan ruam kulit yang akut
maupun kronik pada saat yang bersamaan. Melalui penelusuran pedigri di dalam
keluarga pasien prurigo terbukti penyakit diturunkan secara multifactor, tidak
mengikuti pola penurunan Mendel.

Penelitian ini juga dilakukan terhadap PH dengan melibatkan gen human


leukocyte antigen (HLA) dan menemukan HLA-A10 merupakan factor resiko
bermakna dengan RR=8.06 dengan interval kepercayaan (I.K) 95%=1,67;8,87.
Berarti pada orang yang mempunyai HLA-A10 mempunyai kesempatan 8 kali
menderita PH dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai HLA-A10.

Selain itu ditemukan pada penderita prurigo Hebra dengan HLA-A6602(10)


dan atau HLA-B27 kondisi PH yang ringan, sedangkan dengan HLA-B63(15)
umumnya berkaiitan dengan PH yang berat, makin muda usia makin berat
penyakitnya. Hal yang menarik lainnya adalah ditemukannya HLA-B35 sebagai
factor proteksi bermakan risiko relative =0.17 dengan nterval kepercayaan 95% =
0.04; 0.05. hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang dengan HLA-B35
kemungkinan bebas PH sebesar 0,17 x dibandingkan dengan mereka yang tidak
mempunyai HLA-B35. Temuan beberapa HLA yang berkontribus pada PH,
memperkuat pendapat bahwa PH diturunkan sesuai dengan pola penurunan genetic
multifactor.

4. Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapaat memengaruhi timbulnya PH yaitu bangsa/ras, daerah yang
beriklim panas, factor pencetus seperti infeksi kronik dan keganasan,
kebersihan/hygiene, keturunan, dan hormonal.
5. Manifestasi klinis
Awalnya penyakit ini sering pada anak berumur di atas satu tahun. Kelainan
yang khas adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna tidak berwarrna,
berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Rasa gatal yang hebat
menyebabkan garukan terus-menerus dan menimbulkan erosi, eksoriasis, krusta,
hiperpigmentasi, serta likenifikasi, Sering pula terjadi infeksi sekunder. Jika telah
kronik tampak kulit yang sakit lebih gelap kecokelatan dan likenifikasi.
Tempat predileksi ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat pula
meluas ke bokong dan perut, wajah dapat pula terkena. Biasanya bagian distal
lengan dan tungkai lebih parah dibandingkan bagian proksimal. Kelenjar getah
bening regional biasanya membesar meskipun tidak disertai infeksi, tidak nyeri,
tidak bersupurasi, pada perabaan teraba lebih lunak. Pembesaran kelenjar getah
bening ini disebut bubo prurigo.
Untuk menyatakan berat ringannya penyakit, dipakai istilah prurigo mitis
jika ringan, dan disebut prurigo feroks (agria) bila berat. Prurigo mitis hanya terbatas
diekstremitas bagian ekstensor serta sembuh sebelum aqil balik.
Gambar Gejala Prurigo Hebra.
6. Diagnosis

Diagnosis prurigo hebra terutama berdasarkan gambaran klinis ialah adanya


papul-papul miliar, berbentuk kubah terutama terdapat di ekstremitas bagian
ekstensor. Keluhannya ialah sangat gatal, dan biasanya terdapat pada anak. Pada
penyakit tersebut gatal terutama pada malam hari, orang-orang yang berdekatan juga
terkena. Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada lipatan-lipatan kulit.

7. Penatalaksanaan

Karena penyebab prurigo multifactor, maka tidak ada pengobatan yang tepat.
Penatalaksanaan ialah menghindari hal-hal yang berkaitan dengan prurigo, yakni
menghidari gigitan nyamuk atau serangga, mencari dan mengobati infeksi fokal,
memperbaiki hygiene perseorangan maupun lingkungan.

Pengobatan nonmedikamentosa terpenting adalah komunikasi-edukasi-


informasi (KIE). Komunikasi efektif dilakukan dengan pasien atau orang tua pasien
mengenai hal-hal yang harus dihindari berkaitan dengan penyebab multifactor
tersebut. Jelaskan perjalanan penyakit dan prognosis PH. Ajarkan upaya preventif,
yaitu dianjurkan agar pasien mengenakan pakaian tertutup seingga terhindari dari
gigitan serangga dan debu.

Pengobatan simptomatik ditujukan untuk mengurangi gatal dengan


pemberian sedative atau antihistamin golongan sedative. Bila terdapat infeksi
sekunder diobati dengan antibiotic. Contoh pengobatan topical ialah sulfur 5-10%
dapat diberikan dalam bentuk bedak kocok atau salap. Untuk mengurangi gatal dapat
diberikan mentol 0,25-1 % atau kamper 2-3%. Bila terdapat infeksi sekunder
diberikan antibiotic topical, sedangkan untuk menekan proses reaksi alergi dan
inflamasi, dapat diberikan steroid topical potensi sedang dan kuat.

8. Prognosis

Sebagian besar PH akan sembuh spontan pada usia akil balik, namun karena
kronis dapat meninggalkan bekas macula hiperpigmentasi.

Referensi
1. Aisah, S. 2017. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai