Anda di halaman 1dari 22

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Juni 2015

Dan Kedokteran Komunutas


Fakultas Kedokteran
Univesitas Halu Oleo

LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH


KASUS TINEA VERSIKOLOR

Oleh :
Yuliana Diadi, S.Ked (K1 A109 056)

Pembimbing :
dr. I Putu Sudayasa, M.Kes

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepanitraan Klinik


Pada Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran
Universitas Halu Oleo
Kendari
2015

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.
Latar Belakang

Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik yang dapat
menyerang seluruh tubuh dengan manifestasi klnis berupa skuama halus, rasa gatal, dan
makula yang bervariasi di kulit. Infeksi ini lebih sering terjadi di area dengan temperatur
dan kelembapan relatif yang lebih tinggi. Insidensinya sulit diakses karena banyak
penderita yang tidak berobat ke paramedis. Perbandingan prevalensi antara daerah panas
dan dingin adalah 50:1.1

Secara Epidemiologi, penyakit ini ditemukan pada semua ras. Frekuensi berdasarkan
jenis kelamin berbeda antara penelitian satu dengan lainnya. Ada yang mengatakan sama
antara laki-laki dan perempuan dan ada pula yang mengatakan dominan pada pria
maupun sebaliknya.1 Penyakit ini dikenal untuk pertama kali sebagai penyakit jamur pada
tahun 1846 oleh Eichsted. Robin pada tahun 1853 memberi jamur penyebab penyakit ini
dengan nama Microsporum furfur dan tahun 1889 oleh Baillon species ini diberi nama
Malassezia Furfur. Penelitian selanjutnya dan sampai sekarang menunjukan bahwa
Malassezia Furfur dan Pityrosporum Orbiculare merupakan organism yang sama.2

Faktor resiko tinea versikolor meliputi suhu lingkungan tinggi, kulit berminyak,
hiperhidrosis, faktor herediter, defisiensi imun, pengobatan dengan glukokortikoid,
pengangkatan glandula adrenal, penyakit Cushing, kehamilan, malnutrisi, supresi sistem
imun, kontrasepsi oral, dan luka bakar. Pada anak-anak, pemakaian minyak seperti
minyak kelapa merupakan predisposisi terjadinya penyakit ini.1

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien tinea versikolor


dan keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari.

2
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam laporan kasus di kedokteran keluarga adalah


sebagai berikut :
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus
keluarga) keluarga pasien tinea versilokor
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan
pada pasien tinea versikolor dan keluarganya.
c. Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien tinea versikolor dan
keluarganya.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta


penatalaksanaan tinea versikolor dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan


penatalaksanaan kepada pasien tinea versikolor dilakukan secara holistik dan
komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses perjalanan
penyakitnya.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga


memiliki peranan yang cukup penting dalam pengawasan pasien yang mengalami
tinea versikolor.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

3
A. Definisi

Tinea/Pityriasis versicolor adalah infeksi jamur superfisial pada kulit yang


disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare dan ditandai dengan
adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal. Infeksi ini bersifat menahun,
ringan dan biasanya tanpa peradangan. 3Malassezia merupakan jamur dimorfik lipofilik
yang tergolong flora normal dan dapat diisolasi dari kerokan kulit yang berasal dari
hampir seluruh area tubuh terutama di area yang kaya kelenjar sebasea seperti dada,
punggung dan area kepala.4

B. Epidemiologi

Di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai penyakit kulit karena jamur yang disebut
panu, Tinea versicolor adalah infeksi jamur umum yang sering ditemukan pada dewasa
dan remaja. Sebutan versicolor berasal dari fakta bahwa infeksi ini menyebabkan kulit
yang terlibat mengalami perubahan warna, baik menjadi lebih gelap maupun menjadi
lebih terang, daripada area kulit sekitarnya.5,6
Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembapan
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Angka kejadian sebelum pubertas atau
setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi
pada usia 10-19 tahun. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya tinea
versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembapan
udara, hormonal dan keringat.5,6

C. Etiologi

Flora normal pada kulit ada beberapa termasuk jamur lopopilik. Bisa berupa jamur
polimorpik single spesies seperti Pityrosporum ovale atau Pityrosporum oblicular, namun
sekarang diakui bahwa nama genus tersebut tidak valid, dan jamur ini sudah di
klasifikasikan ulang dalam genus malassezia sebagai spesies tunggal, Malassezia furfur.7

Pitiriasis versikolor dalam beberapa kasus terjadi karena tidak seimbangnya atara
host dan flora jamur tersebut. Ada beberapa faktor yang berkontribusi menganggu
keseimbangan tersebut. Diketahui beberapa spesies malassezia berubah menjadi mycelial
dan memeliki tingkat yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan riwayat positif terkena
pitiriasis versikolor lebih sering terkena penyakit tersebut, hal ini belum diketahui karena
genetik atau disebabkan faktor resiko paparan yang semakin besar dari M. furfur.7
4
Faktor predesposisi yang mempengaruhi perkembangan pitiriasis versikolor
bervariasi, yang perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan dan faktor host tersebut.
Pada lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa yang berhubugan dengan jamur
malassezia pada kulit normal. Jenis kelamin adalah faktor yang tidak berpengaruh tetapi
terdapat perbedaan pada usia yang berbeda. Di zona dengan temperatur hangat sangat
jarang pada anak-anak, tetapi paling sering pada remaja dan dewasa muda.7

D. Faktor Risiko7

Faktor predesposisi yang mempengaruhi perkembangan pitiriasis versikolor


bervariasi, yang perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan dan faktor host tersebut.
Pada lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa yang berhubugan dengan jamur
malassezia pada kulit normal. Jenis kelamin adalah faktor yang tidak berpengaruh tetapi
terdapat perbedaan pada usia yang berbeda. Di zona dengan temperatur hangat sangat
jarang pada anak-anak, tetapi paling sering pada remaja dan dewasa muda.Pitiriasis
versikolor diklaim sebagai penyakit yang serius, sangat rentan terjadi pada orang yang
malnutrisi. Kehamilan dan kontrasepsi oral juga salah satu faktor dari timbulnya Pitiriasis
versikolor. Koloni dari M. Furfur sendiri biasanya ditemukan di kulit kepala, tungkai
atas, dan daerah lipatan, area yang kaya akan kelenjar sebasea dan sekresinya dalam
kondisi tertentu, malassezia akan berkembang dari bentuk jamur sporofit menjadi bentuk
miselial dan bersifat patogen. Keadaan yang mempengaruhi keseimbangan antara hospes
dan jamur tersebut adalah faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen antara lain
produksi kelenjar sebasea dan keringat, genetik, malnutrisi, faktor immunologi dan
pemakaian obat-obatan, sedangankan faktor eksogen yang terpenting adalah suhu dan
kelembapan kulit.

1. Produksi sebum

Peningkatan sekresi sebum oleh kelenjar sebasea akan mempengaruhi pertumbuhan


berlebihan dari organisme bersifat lipofilik ini. Produksi sebum berbeda pada tiap
usianya. Isidensi terjadi pada saat kelenjar sebasea paling aktif yaitu masa pubertas
dan dewasa awal. Organisme yang biasanya ditemukan adalah M. furfur.

2. Produksi Keringat
5
Orang dengan hiperhidrosis mempunyai kecenderugan untuk terjadi pertumbuhan
jamur ini. Startum korneum akan melunak pada keadaan yang basah dan lembab
sehingga mudah dimasuki M. Furfur.

3. Genetik

Predesposisi genetik terjadi pada keluarga yang rentan terhadap infeksi jamur.

4. Malnutrisi

Kekurangan beberapa zat gizi akan memudahkan pertumbuhan jamur oportunis.

5. Faktor immunologi

Insiden infeksi jamur meningkat pada sejumlah penderita dengan penekanan sistem
imun misalnya pada penderita kanker, transplantasi ginjal dan HIV/AIDS serta dapat
terjadi pada penderita penyakit cushing.

6. Bahan topikal dan sistemik

Bahan topikal yang mengandung minyak dapat menyebabkan oklusi terhadap saluran
kelenjar sebum sehingga memudahkan pertumbuhan M.furfur pada tempat tersebut.
Beberapa obat-obatan sistemik seperti antibiotika, steroid kontrasepsi oral dan obat-
obatan immunosupresan merupakan faktor yang mempermudah pertumbuhan
berlebih dari jamur penyebab.

7. Suhu dan kelembapan

Daerah tropis dengan suhu panas dan kelembapan yang tinggi akan meningkatkan
produksi kelenjar sebum dan keringat sehingga pertumbuhan M.furfur meningkat.

E. Patogenesis

Trnea versikolor tunbul bila M Furfur berubah bentuk menjadi miselia karena
adanya faktor predisposisi:. baik eksogen maupun endogeir Faktor ekdogen meliputi:
panas dan kelernbaban. Hal ini merupakan penyebab pitriasisversikolor banyak dijumpai
di daerah tropis dan pada musim panas di dacrah sub tropis. Faktor eksogen lain

6
penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik dimana mengakibatkan peningkatan
kosentrasi CO2, mikroflora dan PH.2
Faktor endogen berupa malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cusing, terapi
imunosupresan, hiperhidrosis dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu diabetes
melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan dan penyakit-penyakit berat
memudahkan timbulnya pitriasis versikolor.2

Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh hambatannya sinar matahari yang


masuk ke dalam lapisan kulit yang akan mengganggu proses pembentukan melanin dan
adanya asam azeleat yang dihasilkan oleh pityrosporum dari asam lemak dalam sebum
yang merupakan inhbitor kompetitif dari tirosinase.2

F. Gambaran Klinik

Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada dan meluas ke
lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah. Penderita pada umumnya.
Keluhan yang dirasakan penderita umumnya gatal ringan saat berkeringat. 7
Makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai tidak teratur,
berbatas tegas maupun difus. Beberapa bentuk yang tersering yaitu: 7
1. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan skuama halus diatasnya dengan tepi
tidak meninggi, ini merupakan jenis makuler.
2. Berupa bercak seperti tetesan air yang sering timbul disekitar folikel rambut, ini
merupakan jenis folikuler.

Pitiriasis versikolor pada umumya tidak memberikan keluhan pada penderita atau
sering disebut asimtomatis. Penderita lebih sering merasakan gatal-gatal ringan tetapi
biasanya penderita berobat karena alasan kosmetik yang disebabkan oleh bercak
hipopigmentasi.10 Hipopigmentasi pada lesi tersebut terjadi karena asam dekarboksilat
yang diproduksi oleh malassezia yang bersifat sebagai inhibitor kompetitif terhadap
enzim tirosinase dan mempunyai efeksitotoksik terhadap melanosit, sedangkan pada lesi
hiperpigmentasi belum bisa dijelaskan.7

G. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan mikroskopis, dan


pemeriksaan menggunakan lampu wood.Gambaran khas berupa bercak hipopigmenasi
sampai hiperpigmentasi dengan penyebaran yang luas beserta batas tegas.2,7
1. Pemeriksaan dengan lampu wood

7
Pemeriksaan ini dilakukan dikamar atau ruangan yang gelap sehigga metode ini
klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta lampu wood yang akan
digunakan untuk mendiagnosis Hasil dari pemeriksaan ini kulit yang terkena
pitiriasis versikolor akan berfluoresensi menjadi kuning keemasan.1,3,10 Fluoresensi
ini dapat menunjukkan batas lesi yang terlihat jelas, sehingga kita bisa mengetahui
luas lesi, selain itu dapat juga dipakai untuk evaluasi pegobatan yang sebelumnya.
2. Pemeriksaan sediaan langsung degan mikroskop cahaya
Preparat sediaan dibuat dari kerokan skuama pada lesi yang diletakkan pada objek
glass yang ditetesi dengan larutan KOH 20% sebanyak 1-2 tetes, kemudian ditutup
dengan gelas penutup dan didiamkan selama 15-20 menit agar epitel kulit melarut.
Setelah sediaan siap, kemudian dilaksanakan pemeriksaan menggunakan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 10x10, dilanjutkan pembesaran 10x40. Pemeriksaan
menggunakan KOH 10-20% ditemukan hifapendek tebal 2-5 dan bersepta,
dikelilingi spora berukuran 1-2 gambaran ini khas sphageti and meatball atau
banana and grapes

H. Penanganan

Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat topikal
berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecualiwajah dan genital,
misalnya selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelummandi, 1x/hari, atau sampo
ketokonazol 2%. 8
Obat topikal lain adalah solusiotiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah
mandi selama 2 minggu, danberbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol.
Pemakaian krim menyulitkanbila lesi luas.8

Pada kasus yang memerlukan pengobatan sistemik dapat digunakan ketokonazol200


mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7hari, disarankan untuk kasus
kambuhan atau tidak responsif dengan terapilainnya.Rekurensi dapat dicegah dengan
penggunaan obat topikal 2x/minggu atau1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari
sekali sebulan.Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan.8

I. Prognosis

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan bila pengobatan dilakukan menyeluruh,


tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif
dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung negatif.9,10
8
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Mei


Umur : 14 tahun

9
Pekerjaan : Siswa(SMP)
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : bugis
Alamat : Kelurahan Poasiakec.Abeli
Tanggal kunjungan rumah : 6 Juni 2015

No Nama Umur Hubungankeluarg Pendidikan/ Keadaanfisi


. anggota L/P a pekerjaan k
1. Tn. P/58Tahun Ayah/KK SMP/Nelayan Sehat
Kantolo
2. Ny. Remi P/45Tahun Ibu SMP/IRT Sehat
3. An. Mei L/14Tahun Anak SMP Penderita
Tabel. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Keterangan :

Laki-Laki Penderita

Perempuan
Gambar. Genogram Keluarga
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama: bercak putih dipunggung
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh muncul bercak putih di punggung yang dirasakan sejak kurang
lebih 2 tahun terakhir. Bercak putih yang muncul awalnya ukurannya kecil dan semakin
lama semakin membesar dan menyebar di punggung atas pasien. Pasien tidak merasakan
keluhan akibat bercak putih tersebut namun kadang terasa gatal jika berkeringat namun
10
menurut pasien tidak mengganggu sehingga pasien tidak pernah memeriksakan dirinya
kepuskesmas. Pasien hanya memberikan bawang putih dibercaknya dan menurut pasien
pernah sembuh dan muncul lagi. Pasien juga mngeluh batuk pilek sejak 1 minggu yang
disertai demam sehingga pasien datang berobat karena batuk yang dirasakannya. Mual
(-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 2 tahun yang lalu namun tidak berobat
kedokter karena tidak ada keluhan yang mengganggu aktifitas, riwayat alergi (-),
riwayat trauma (-), riwayat konsumsi obat (-), riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat Kebiasaan Pasien
Pasien mengaku sering mandi 2 kali sehari namun kadang-kadang pasien hanya mandi
sekali sehari, pasien kurang menjaga kebersihan badannya karena menurut ibunya
pasien selalu dalam sehari hanya memakai 1 pakean yang di pakai dan jarang mengganti
pakeannya jika habis bermain diluar sama teman-temannya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan bercak putih pernah dirasakan oleh ayah pasien namun sudah sembuh, tekanan
darah tinggi, penyakit gula, dan penyakit menular lainnya disangkal oleh ibu pasien

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang, compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekwensi nadi : 88x/menit
Frekwensi napas : 20 x/menit
Suhu : 37,4oC

Berat badan : 52 Kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 20,88 (Gizi baik)
Kepala : Normosefal, rambut panjang beruban
Kulit : makula hipopigmentasi dipunggung dan berbatas tegas, bentuk
geografis squamahalus (+), tandaperadangan (-)
Mata : konjungtiva anemis-/- , sclera ikterus -/-
11
Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : Somatitis (-), lidah kotor (-), Sianosis (-)
Tenggorok : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Dada simetris kira = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Bronkovasikuler, BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
Abdomen
Inspeksi : Datar ikut gerak nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus kesan normal

Genito Urinaria : Tidak dilakukan


Ekstremitas :
Edema : Tidak ada udema
Akral dingin : Tidak
Cap refill : Normal
Pemeriksaan Kelenjar Limfe
Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
12
Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal

D. Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan


a. PemeriksaanLampu Woods
b. Pemeriksaan KOH
E. Alasan Mengapa Diperlukan Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lampu wood dan KOH pada pasien ini untuk membantu mendiagnosis
dan bisa mengevaluasi pengobatan sebelumnya.
F. Hasil Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Diagnosa Kerja
Tinea Versikolor + Ispa
Diagnosa banding : Vitiligo, pitriasis alba, psoariasis
H. Penyelesaian Masalah yang Dihadapi
a. Menyarankan pasien untuk berobat kedokter
b. Menyarankan pasien untuk berhenti memakai bawang putih dan
menjaga kebersihan badan seperti mandi 2 kali sehari pakai sabun
I. Kapan Menurut Anda Pasien Ini Perlu Dirujuk
Kasus tinea versikolor yang tanpa disertai dengan penyulit dapat dikelola dengan
tuntas oleh dokter umum. Tentu saja harus ditekankan pentingnya menjaga kebersihan
badan.
J. Penjelasan yang Disampaikan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang Penyakit
yang Diderita
1. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien.
2. Menjelaskan bahwa penyakit pasien tidak menular.
3. Menjelaskan bahwa penyakit pasien merupakan penyakit yang diakibatkan
oleh jamur
4. Menjelaskan tentang cara mencegah terjadinya penyakit tersebut dan dapat
kambuh kembali
K. Penjelasan yang Anda Sampaikan tentang Peran Pasien dan Keluarganya dalam
Proses Penyembuhan Penyakit yang Diderita
1 Memberitahu keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan kepada pasien,
terutama dalam hal kebersihan badan dan lingkungan
2 Memberi tahu pasien agar memeriksakan dirinya kepuskesmas sekalipun tidak
memberikan gejala.
L. Penyuluhan yang Anda Lakukan Pada Pasien dan Keluarganya
1 Edukasi tentang tinea versikolor
13
2 Cara mencegah tinea versikolor
M. Upaya Pencegahan Yang Anda Sampaikan Kepada Keluarga Pasien
1 Primer:
1 Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit
serta jauh lebih baik dari pada mengobati.
2 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa dengan menghindari factor
pencetus dapat menyembuhkan keluhan pasien apabila diberikan pengobatan
secara tepat
3 Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara menjaga kebersihan badan
4 Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien tidak menular
2 Sekunder:
1 Mencegah timbulnya keluhan yang bertambah parah dengan memotivasi
pasien untuk melakukan pengobatan yang tepat
2 Mencegah timbulnya gejala dengan memberi informasi kepada pasien untuk
menghindari factor pencetus
3 Tersier:
1 Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan
2 Melakukan penyuluhan kepada keluarga dan pasien yaitu di butuhkan kerja
sama antara anggota keluarga dan penderita untuk mengobati pasien dari tinea
versikolor
N. Kegiatan yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah
Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis
holistik, melakukan pengobatan dan intervensi.

O. Diagnosis Holistik

1 Aspek personal
Pasien masih belum sadar akan penyakitnya dan belum mengetahui faktor
yang menyebabkan penyakitnya
2 Aspek risiko internal
Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur,
keberihan badan dan lingkungan
3 Aspek psikososial keluarga
1 Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik, orang tua
pasien sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik
2 Hubungan pasien dengan tetangga juga baik.
14
P. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Pencarian Pelayanan Kesehatan Dan Perilaku

Sosial 1 Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar


baik, saling membantu jika ada kesulitan
2 Tidak ada masalah baik di rumah, maupun dengan
tetangganya
Ekonomi 1 Pasien masih sekolah di SMP
2 Sehari-hari biaya kehidupan pasien berasal dari ayah pasien yang
bekerja sebagai nelayan
3 Penghasilan ayah pasien Rp 100.000,-150.000/ hari
Penggunaan 1 Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering ke
pelayanan puskesmas dari pada ke RS
kesehatan 2 Kurangnya pengetahuan tentang tinea versikolor dan dampaknya.
Perilaku yang Pasien tidak tidak mengetahui penyakitnya serta tidak beobat dengan
tidak dokter karena penyakitnya tidak memberikan keluhan
menunjang
kesehatan.

Q. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga

Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan
Puskesmas Memuaskan
yang digunakan oleh keluarga
Cara mencapai sarana
Pakai motor
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan kesehatan (sangat mahal,mahal, Terjangkau karena
yang dirasakan terjangkau, murah, gratis) menggunakan BPJS
Kualitas pelayanan kesehatan (sangat baik, baik, kurang Baik
yang dirasakan baik, buruk)

R. Lingkungan tempat tinggal

Kepemilikan rumah (milik sendiri, kontrak, Milik sendiri


menumpang) Padat, bersih
15
Daerah perumahan (kumuh, padat, berjauhan,
bersih)
Karakteristik rumah dan lingkungan Kesimpulan tentang faktor
lingkungan tempat tinggal
Luas rumah : 18mx9m
Bertingkat / tidak Tidak bertingkat
Jumlah penghuni rumah : 3 orang
Kondisi halaman : bersih
Lantai rumah dari : semen
Dinding rumah dari : Tembok
Kondisi dalam rumah : Cukup bersih

S. Intervensi pada Keluarga

Hari/Tanggal Intervensi Yang Dilakukan Dan Rencana Tindak Lanjut.


Kunjungan, Edukasi pasien tentang tinea versikolor Pengenalan tentang etiologi,
06-06-2015 gambaran klinis, dan manajemen penatalaksanaan dan pencegahan. Metode
edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan diskusi dengan pasien.
Tindak Lanjut Melakukan follow up pasien

T. Upaya Program 6 Kesehatan Dasar Pada Keluarga


1. Upaya Promosi Kesehatan dalam Keluarga

Upaya promosi kesehatan yang diberikan pada keluarga tersebut yaitu: Memberi
penyuluhan tentang tinea versikolor mulai dari pengertian, penyebab dan faktor
risiko, gejala-gejala, komplikasi, dan pencegahan dari tinea verrsikolor,
penyuluhan kesehatan lingkungan rumah.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan Keluarga


Dalam meningkatkan kesehatan lingkungan pada keluarga tersebut maka
disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan dimana merupakan suatu faktor
risiko terjadinya tinea versikolor, menjaga kebersihan rumah.
3. Upaya P2M dalam Keluarga
a. Disarankan pada pasien untuk lebih sering mengontrol penyakitnya ke
puskesmas ataupun rumah sakit
b. Di sarankan pada orang tua untuk memberi semangat pada pasien dalam
minum obat secara teratur.
4. Upaya Perbaikan Gizi dalam Keluarga
Status gizi penderita ini normal (gizi baik) maka disarankan kepada orang tua
pasien agar mempertahankan berat badannya selalu memilih makanan yang sehat
untuk dikonsumsi pasien.
5. Upaya KIA dan KB dalam Keluarga (-)
16
6. Upaya pengobatan Dasar dalam Keluarga
Dalam upaya pengobatan dasar maka pasien dianjurkan segera ke puskesmas atau
ke pusat pelayanan kesehatan yang terdekat jika ada keluhan bercak putih tersebut
sehingga bisa ditangani dengan baik.
U. Data Pola Hidup Keluarga
1. Pola kesehatan
c. Bila anggota keluarga sakit berobat ke puskesmas
d. pasien jarang mandi dan kurang menjaga kesehatan lingkungannya
2. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan dan makanan
1) Anggota keluarga makan 3x sehari
a) Sarapan: kue, roti, teh
b) Makan siang: nasi putih, ikan, sayur, tempe, tahu
c) Makan malam: ikan, nasi putih dan sayur
2) Penyediaan makanan : Goreng dan rebus
3) Air minum (air galon dan dimasak)
b. Pola kebersihan
1) Orang tua, adik pasien dan pasien mandi 1-2x/ hari. Ganti baju dan
pakaian dalam 1 kali/ hari.
2) Keluarga dan pasien jarang mencuci tangan dengan sabun saat mau
makan
3) Mencuci pakaian satu kali seminggu
4) Sumber air untuk mencuci dan mandi yaitu sumur
V. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini anggota keluarga dalam
keadaan sehat kecuali ayah pasien yang pernah menderita penyakit yang sama
dengan pasien tapi telah melakukan pengobatan dan telah dinyatakan sembuh.
2. Fungsi Psikologis
Saat ini penderita tinggal bersama orang tua. Ayah bekerja sebagai nelayan, Ibu
sebagai Ibu rumah tangga, Adik pasien masih SMP kelas 2. Hubungan antar
anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada selalu dibicarakan dengan baik-
baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah atau kesepakatan
bersama.
3. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir ayah pasien dan Ibu SMP dan keinginan keluarga tersebut
untuk menyekolahkan anak-anaknya sangat tinggi.
4. Fungsi Sosial

17
Penderita tinggal di kawasan yang penduduknya cukup padat. Hubungan dengan
tetangga terjalin baik dan pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah ke
bawah.
5. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan dalam keluarga dari ayah pasien yang bekerja sebagai
nelayan. Kebutuhan keluarga selalu dipenuhi dengan semampunya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:
1. Dari hasil kunjungan rumah tanggal 06 juni 2015 diperoleh informasi
pasien perempuan usia 14 tahun di diagnosa menderita tinea versikolor sejak 2 tahun
yang lalu dimana karakteristik keluarga pasien adalah anak satu-satunya dikeluarga
dengan ayah pasien seorang nelayan dan ibu seorang ibu rumah tangga. Pasien hanya
tinggal bertiga di rumah milik sendiri dengan ukuran 18x9 meter yang berdindingkan
beton dan berlantaikan semen. Hubungan antara keluarga dan tetangga harmonis.
2. Faktor risiko terjadinya tinea versikolor pada pasien ini faktor
kebiasaan kurang menjaga keberihan badan dan lingkungan, faktor keringat yang
berlebihan, serta faktor genetik dimana ada riwayat keluarga dengan keluhan yang
sama.
3. Penyelesaian masalah pada pasien tinea versikolor yaitu dengan
menjaga kebersihan badan seperti mandi 2 kali sehari dan jika berkeringat
diusahakan mengganti pakean, menjaga kebersihan lingkungan, berobat kedokter
sekalipun tidak memberikan keluhan atau melakukan pengobatan alternatif untuk
tinea versikolor. Selain itu diharapkan kepada kedua orang tua agar menjaga dan
mengingatkan kepada anaknya tentang kebersihan badan dan lingkungan.

B. Saran
1. Saran kepada Mahasiswa

18
a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik
pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk
menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut.
2. Saran kepada Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit seperti tinea versikolor.

5. Saran kepada Keluarga


Diharapkan agar keluarga pasien dapat mengenali tinea versikolor dan harus
dilakukan pengobatan di dokter
6. Saran kepada Penderita
a. Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.
b. Menyarankan pasien untuk melakukan tes lebih lanjut agar mengetahui penyakit
yang diderita dan melakukan pengobatan secara cepat.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Satria, Agung. Distribusi Kejadian Tinea Versikolor Pada Anak Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 53 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan Karakteristik dan Faktor
Risiko. FK.Univesitas Tanjungpura: Pontianak. Tahun 2012
2. Partogi, Dona. Tinea Versikolor dan Diagnosis Bandingnya (Ruam-Ruam Bercak Putih
pada Kulit). Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin. FK. USU. Medan. Tahun
2010
3. Chapter. Bab 2 Tinjauan Pustaka: Pityriasis Versikolor. Universias Sumatera Utara. Tahun
2011
4. Hidayani, Meity dkk. Spesies Mallassezia pada Pasien Pitiriasis Versikolor di Berbagai
Medium Kultur (Analisis Makroskopik, Mikroskopik dan Biokimia). Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. FK-UH. Tahun 2013

5. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam,
cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010 ; 99 100.

6. Kuswadji, Budimulya U, Sunoto, Tjokronegoro A. Mikosis Superfisial. Avalaible at


http://repository.usu.ac.id. Accessed on Juni 06, 2015
7. Mustofa, Ahmad. Tinjauan Pustaka: Pitriasis Vesikolor. Universitas Sumatra Utara. Tahun
2012
8. Sjamsoe Daili, M dkk. Penyakit Kulit di Indonsia: Pitriasis versikolor Hal: 33.PT.Medical
Multimedia Indonesia tahun 2010
9. Brannon, H. 2014. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology. diakses
tanggal 06 juni 2015 dalam: Budimulja, Unandar. 2006. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
10. Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor.
http://emedicine.medscape.com/article/1091575. Diakses tangga 06 Juni 2015.
20
LAMPIRAN GAMBAR

21
Gambar pasien Tinea Versikolor

22

Anda mungkin juga menyukai