Oleh :
Yuliana Diadi, S.Ked (K1 A109 056)
Pembimbing :
dr. I Putu Sudayasa, M.Kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tinea versikolor adalah penyakit jamur superfisial yang kronik yang dapat
menyerang seluruh tubuh dengan manifestasi klnis berupa skuama halus, rasa gatal, dan
makula yang bervariasi di kulit. Infeksi ini lebih sering terjadi di area dengan temperatur
dan kelembapan relatif yang lebih tinggi. Insidensinya sulit diakses karena banyak
penderita yang tidak berobat ke paramedis. Perbandingan prevalensi antara daerah panas
dan dingin adalah 50:1.1
Secara Epidemiologi, penyakit ini ditemukan pada semua ras. Frekuensi berdasarkan
jenis kelamin berbeda antara penelitian satu dengan lainnya. Ada yang mengatakan sama
antara laki-laki dan perempuan dan ada pula yang mengatakan dominan pada pria
maupun sebaliknya.1 Penyakit ini dikenal untuk pertama kali sebagai penyakit jamur pada
tahun 1846 oleh Eichsted. Robin pada tahun 1853 memberi jamur penyebab penyakit ini
dengan nama Microsporum furfur dan tahun 1889 oleh Baillon species ini diberi nama
Malassezia Furfur. Penelitian selanjutnya dan sampai sekarang menunjukan bahwa
Malassezia Furfur dan Pityrosporum Orbiculare merupakan organism yang sama.2
Faktor resiko tinea versikolor meliputi suhu lingkungan tinggi, kulit berminyak,
hiperhidrosis, faktor herediter, defisiensi imun, pengobatan dengan glukokortikoid,
pengangkatan glandula adrenal, penyakit Cushing, kehamilan, malnutrisi, supresi sistem
imun, kontrasepsi oral, dan luka bakar. Pada anak-anak, pemakaian minyak seperti
minyak kelapa merupakan predisposisi terjadinya penyakit ini.1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Definisi
B. Epidemiologi
Di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai penyakit kulit karena jamur yang disebut
panu, Tinea versicolor adalah infeksi jamur umum yang sering ditemukan pada dewasa
dan remaja. Sebutan versicolor berasal dari fakta bahwa infeksi ini menyebabkan kulit
yang terlibat mengalami perubahan warna, baik menjadi lebih gelap maupun menjadi
lebih terang, daripada area kulit sekitarnya.5,6
Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai kelembapan
tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap, namun angka
kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Angka kejadian sebelum pubertas atau
setelah usia 65 tahun jarang ditemukan. Di negara tropis, penyakit ini lebih sering terjadi
pada usia 10-19 tahun. Beberapa faktor dapat meningkatkan angka terjadinya tinea
versikolor, diantaranya adalah turunnya kekebalan tubuh, faktor temperature, kelembapan
udara, hormonal dan keringat.5,6
C. Etiologi
Flora normal pada kulit ada beberapa termasuk jamur lopopilik. Bisa berupa jamur
polimorpik single spesies seperti Pityrosporum ovale atau Pityrosporum oblicular, namun
sekarang diakui bahwa nama genus tersebut tidak valid, dan jamur ini sudah di
klasifikasikan ulang dalam genus malassezia sebagai spesies tunggal, Malassezia furfur.7
Pitiriasis versikolor dalam beberapa kasus terjadi karena tidak seimbangnya atara
host dan flora jamur tersebut. Ada beberapa faktor yang berkontribusi menganggu
keseimbangan tersebut. Diketahui beberapa spesies malassezia berubah menjadi mycelial
dan memeliki tingkat yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan riwayat positif terkena
pitiriasis versikolor lebih sering terkena penyakit tersebut, hal ini belum diketahui karena
genetik atau disebabkan faktor resiko paparan yang semakin besar dari M. furfur.7
4
Faktor predesposisi yang mempengaruhi perkembangan pitiriasis versikolor
bervariasi, yang perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan dan faktor host tersebut.
Pada lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa yang berhubugan dengan jamur
malassezia pada kulit normal. Jenis kelamin adalah faktor yang tidak berpengaruh tetapi
terdapat perbedaan pada usia yang berbeda. Di zona dengan temperatur hangat sangat
jarang pada anak-anak, tetapi paling sering pada remaja dan dewasa muda.7
D. Faktor Risiko7
1. Produksi sebum
2. Produksi Keringat
5
Orang dengan hiperhidrosis mempunyai kecenderugan untuk terjadi pertumbuhan
jamur ini. Startum korneum akan melunak pada keadaan yang basah dan lembab
sehingga mudah dimasuki M. Furfur.
3. Genetik
Predesposisi genetik terjadi pada keluarga yang rentan terhadap infeksi jamur.
4. Malnutrisi
5. Faktor immunologi
Insiden infeksi jamur meningkat pada sejumlah penderita dengan penekanan sistem
imun misalnya pada penderita kanker, transplantasi ginjal dan HIV/AIDS serta dapat
terjadi pada penderita penyakit cushing.
Bahan topikal yang mengandung minyak dapat menyebabkan oklusi terhadap saluran
kelenjar sebum sehingga memudahkan pertumbuhan M.furfur pada tempat tersebut.
Beberapa obat-obatan sistemik seperti antibiotika, steroid kontrasepsi oral dan obat-
obatan immunosupresan merupakan faktor yang mempermudah pertumbuhan
berlebih dari jamur penyebab.
Daerah tropis dengan suhu panas dan kelembapan yang tinggi akan meningkatkan
produksi kelenjar sebum dan keringat sehingga pertumbuhan M.furfur meningkat.
E. Patogenesis
Trnea versikolor tunbul bila M Furfur berubah bentuk menjadi miselia karena
adanya faktor predisposisi:. baik eksogen maupun endogeir Faktor ekdogen meliputi:
panas dan kelernbaban. Hal ini merupakan penyebab pitriasisversikolor banyak dijumpai
di daerah tropis dan pada musim panas di dacrah sub tropis. Faktor eksogen lain
6
penutupan kulit oleh pakaian atau kosmetik dimana mengakibatkan peningkatan
kosentrasi CO2, mikroflora dan PH.2
Faktor endogen berupa malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cusing, terapi
imunosupresan, hiperhidrosis dan riwayat keluarga yang positif. Disamping itu diabetes
melitus, pemakaian steroid jangka panjang, kehamilan dan penyakit-penyakit berat
memudahkan timbulnya pitriasis versikolor.2
F. Gambaran Klinik
Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada dan meluas ke
lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah. Penderita pada umumnya.
Keluhan yang dirasakan penderita umumnya gatal ringan saat berkeringat. 7
Makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai tidak teratur,
berbatas tegas maupun difus. Beberapa bentuk yang tersering yaitu: 7
1. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan skuama halus diatasnya dengan tepi
tidak meninggi, ini merupakan jenis makuler.
2. Berupa bercak seperti tetesan air yang sering timbul disekitar folikel rambut, ini
merupakan jenis folikuler.
Pitiriasis versikolor pada umumya tidak memberikan keluhan pada penderita atau
sering disebut asimtomatis. Penderita lebih sering merasakan gatal-gatal ringan tetapi
biasanya penderita berobat karena alasan kosmetik yang disebabkan oleh bercak
hipopigmentasi.10 Hipopigmentasi pada lesi tersebut terjadi karena asam dekarboksilat
yang diproduksi oleh malassezia yang bersifat sebagai inhibitor kompetitif terhadap
enzim tirosinase dan mempunyai efeksitotoksik terhadap melanosit, sedangkan pada lesi
hiperpigmentasi belum bisa dijelaskan.7
G. Diagnosis
7
Pemeriksaan ini dilakukan dikamar atau ruangan yang gelap sehigga metode ini
klinisi harus mempersiapkan ruangan yang sesuai beserta lampu wood yang akan
digunakan untuk mendiagnosis Hasil dari pemeriksaan ini kulit yang terkena
pitiriasis versikolor akan berfluoresensi menjadi kuning keemasan.1,3,10 Fluoresensi
ini dapat menunjukkan batas lesi yang terlihat jelas, sehingga kita bisa mengetahui
luas lesi, selain itu dapat juga dipakai untuk evaluasi pegobatan yang sebelumnya.
2. Pemeriksaan sediaan langsung degan mikroskop cahaya
Preparat sediaan dibuat dari kerokan skuama pada lesi yang diletakkan pada objek
glass yang ditetesi dengan larutan KOH 20% sebanyak 1-2 tetes, kemudian ditutup
dengan gelas penutup dan didiamkan selama 15-20 menit agar epitel kulit melarut.
Setelah sediaan siap, kemudian dilaksanakan pemeriksaan menggunakan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 10x10, dilanjutkan pembesaran 10x40. Pemeriksaan
menggunakan KOH 10-20% ditemukan hifapendek tebal 2-5 dan bersepta,
dikelilingi spora berukuran 1-2 gambaran ini khas sphageti and meatball atau
banana and grapes
H. Penanganan
Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat topikal
berupa sampo lebih mudah digunakan untuk seluruh tubuh, kecualiwajah dan genital,
misalnya selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelummandi, 1x/hari, atau sampo
ketokonazol 2%. 8
Obat topikal lain adalah solusiotiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah
mandi selama 2 minggu, danberbagai derivat imidazol, misalnya krim mikonazol.
Pemakaian krim menyulitkanbila lesi luas.8
I. Prognosis
1. IDENTITAS PASIEN
9
Pekerjaan : Siswa(SMP)
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : bugis
Alamat : Kelurahan Poasiakec.Abeli
Tanggal kunjungan rumah : 6 Juni 2015
Keterangan :
Laki-Laki Penderita
Perempuan
Gambar. Genogram Keluarga
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama: bercak putih dipunggung
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh muncul bercak putih di punggung yang dirasakan sejak kurang
lebih 2 tahun terakhir. Bercak putih yang muncul awalnya ukurannya kecil dan semakin
lama semakin membesar dan menyebar di punggung atas pasien. Pasien tidak merasakan
keluhan akibat bercak putih tersebut namun kadang terasa gatal jika berkeringat namun
10
menurut pasien tidak mengganggu sehingga pasien tidak pernah memeriksakan dirinya
kepuskesmas. Pasien hanya memberikan bawang putih dibercaknya dan menurut pasien
pernah sembuh dan muncul lagi. Pasien juga mngeluh batuk pilek sejak 1 minggu yang
disertai demam sehingga pasien datang berobat karena batuk yang dirasakannya. Mual
(-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 2 tahun yang lalu namun tidak berobat
kedokter karena tidak ada keluhan yang mengganggu aktifitas, riwayat alergi (-),
riwayat trauma (-), riwayat konsumsi obat (-), riwayat penyakit lain disangkal.
Riwayat Kebiasaan Pasien
Pasien mengaku sering mandi 2 kali sehari namun kadang-kadang pasien hanya mandi
sekali sehari, pasien kurang menjaga kebersihan badannya karena menurut ibunya
pasien selalu dalam sehari hanya memakai 1 pakean yang di pakai dan jarang mengganti
pakeannya jika habis bermain diluar sama teman-temannya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan bercak putih pernah dirasakan oleh ayah pasien namun sudah sembuh, tekanan
darah tinggi, penyakit gula, dan penyakit menular lainnya disangkal oleh ibu pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit sedang, compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekwensi nadi : 88x/menit
Frekwensi napas : 20 x/menit
Suhu : 37,4oC
Berat badan : 52 Kg
Tinggi Badan : 158 cm
IMT : 20,88 (Gizi baik)
Kepala : Normosefal, rambut panjang beruban
Kulit : makula hipopigmentasi dipunggung dan berbatas tegas, bentuk
geografis squamahalus (+), tandaperadangan (-)
Mata : konjungtiva anemis-/- , sclera ikterus -/-
11
Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : Somatitis (-), lidah kotor (-), Sianosis (-)
Tenggorok : Hiperemis (-)
Tonsil : T1-T1 hiperemis (-)
Leher : KGB tidak membesar
Thorax :
Pulmo
Inspeksi : Dada simetris kira = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Bronkovasikuler, BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II murni regular
Abdomen
Inspeksi : Datar ikut gerak nafas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus kesan normal
O. Diagnosis Holistik
1 Aspek personal
Pasien masih belum sadar akan penyakitnya dan belum mengetahui faktor
yang menyebabkan penyakitnya
2 Aspek risiko internal
Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur,
keberihan badan dan lingkungan
3 Aspek psikososial keluarga
1 Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik, orang tua
pasien sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik
2 Hubungan pasien dengan tetangga juga baik.
14
P. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Pencarian Pelayanan Kesehatan Dan Perilaku
Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan
Puskesmas Memuaskan
yang digunakan oleh keluarga
Cara mencapai sarana
Pakai motor
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan kesehatan (sangat mahal,mahal, Terjangkau karena
yang dirasakan terjangkau, murah, gratis) menggunakan BPJS
Kualitas pelayanan kesehatan (sangat baik, baik, kurang Baik
yang dirasakan baik, buruk)
Upaya promosi kesehatan yang diberikan pada keluarga tersebut yaitu: Memberi
penyuluhan tentang tinea versikolor mulai dari pengertian, penyebab dan faktor
risiko, gejala-gejala, komplikasi, dan pencegahan dari tinea verrsikolor,
penyuluhan kesehatan lingkungan rumah.
17
Penderita tinggal di kawasan yang penduduknya cukup padat. Hubungan dengan
tetangga terjalin baik dan pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah ke
bawah.
5. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan dalam keluarga dari ayah pasien yang bekerja sebagai
nelayan. Kebutuhan keluarga selalu dipenuhi dengan semampunya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:
1. Dari hasil kunjungan rumah tanggal 06 juni 2015 diperoleh informasi
pasien perempuan usia 14 tahun di diagnosa menderita tinea versikolor sejak 2 tahun
yang lalu dimana karakteristik keluarga pasien adalah anak satu-satunya dikeluarga
dengan ayah pasien seorang nelayan dan ibu seorang ibu rumah tangga. Pasien hanya
tinggal bertiga di rumah milik sendiri dengan ukuran 18x9 meter yang berdindingkan
beton dan berlantaikan semen. Hubungan antara keluarga dan tetangga harmonis.
2. Faktor risiko terjadinya tinea versikolor pada pasien ini faktor
kebiasaan kurang menjaga keberihan badan dan lingkungan, faktor keringat yang
berlebihan, serta faktor genetik dimana ada riwayat keluarga dengan keluhan yang
sama.
3. Penyelesaian masalah pada pasien tinea versikolor yaitu dengan
menjaga kebersihan badan seperti mandi 2 kali sehari dan jika berkeringat
diusahakan mengganti pakean, menjaga kebersihan lingkungan, berobat kedokter
sekalipun tidak memberikan keluhan atau melakukan pengobatan alternatif untuk
tinea versikolor. Selain itu diharapkan kepada kedua orang tua agar menjaga dan
mengingatkan kepada anaknya tentang kebersihan badan dan lingkungan.
B. Saran
1. Saran kepada Mahasiswa
18
a. Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan baik
pada keluarga maupun lingkungannya.
b. Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam keluarga untuk
menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh keluarga tersebut.
2. Saran kepada Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit seperti tinea versikolor.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Satria, Agung. Distribusi Kejadian Tinea Versikolor Pada Anak Sekolah Dasar Negeri
(SDN) 53 Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan Karakteristik dan Faktor
Risiko. FK.Univesitas Tanjungpura: Pontianak. Tahun 2012
2. Partogi, Dona. Tinea Versikolor dan Diagnosis Bandingnya (Ruam-Ruam Bercak Putih
pada Kulit). Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan kelamin. FK. USU. Medan. Tahun
2010
3. Chapter. Bab 2 Tinjauan Pustaka: Pityriasis Versikolor. Universias Sumatera Utara. Tahun
2011
4. Hidayani, Meity dkk. Spesies Mallassezia pada Pasien Pitiriasis Versikolor di Berbagai
Medium Kultur (Analisis Makroskopik, Mikroskopik dan Biokimia). Bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. FK-UH. Tahun 2013
5. Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam,
cetakan pertama, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010 ; 99 100.
21
Gambar pasien Tinea Versikolor
22