“ TINEA VERSICOLOR ”
Disusun Oleh :
JAYAPURA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "TINEA
VERSICOLOR", yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi geografis Indonesia yang merupakan daerah tropis dengan suhu dan kelembapan
yang tinggi akan memudahkan tumbuhnya jamur. Oleh karena itu, golongan penyakit kulit yang
disebabkan infeksi jamur menempati urutan kedua terbanyak dari insiden penyakit kulit di
bagian ilmu kesehatan kulit dan kelamin Fakultas kedokteran USU, RSUP. H. Adam Malik,
Penyakit kulit karena infeksi jamur secara umum dapat terbagi atas dua bentuk, bentuk
superfisial dan bentuk yang dalam (deep mycosis). Bentuk superfiasial terbagi atas golongan
dermatofitosis yang disebabkan oleh jamur dermatofita (antara lain: Tinea kapitis, tinea korporis,
tinea unguium, tinea cruris, tinea fasialis, tinea barbae, tinea manus, tinea pedis) dan yang kedua
golongan non dermatofitosis (pitiriasis versikolor, piedra, tinea nigra palmaris, kandidiasis).
Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis adalah pada dermatofitosis melibatkan
zat tanduk (keratin) pada stratum korneum epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
dermatofit. Sedangkan non dermatofitosis disebabkan oleh jenis jamur yang tidak dapat
mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit tetapi hanya menyerang lapisan kulit yang
paling luar . Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di Indonesia salah satunya
adalah pitiriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi jamur superfisial, seseorang
terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung dengan benda-benda yang sudah
terkontaminasi oleh jamur atau kontak langsung dengan penderita. Infeksi jamur yang non
dermatofitosis salah satunya pitiriasis versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia.
Penyakit ini sangat menarik oleh karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada
kehidupan penderita. Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya:
tukang becak, pembantu rumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita
dengan ekonomi menengah keatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini adalah
B. Tujuan
PEMBAHASAN
1. Definisi
stratumkorneum kulit yang disebabkan oleh ragi yang lifofilik disebut malassezia furfur
Jamur tersebut merupakan bagian dari flora normal kulit manusia dengan koloni terbesar
pada daerah kulit kepala, ektremitas atas dan pelipatan tubuh dan tidak dapat menyerang rambut,
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1846 oleh Eichtedt dan Sluyter pada
tahun 1847 yang menyebutkan bahwa kelainan ini disebabkan oleh jamur malassezia pada tahun
1889 menyebut jamur penyebabnya adalah malassezia furfur yang merupakan nama yang tepat
untuk jamur penyebab penyakit ini. Pityrosporum orbiculare adalah sinonimnya dan
Pityrosporum ovale merupakan varian dalam pembiakan M. furfur. Istilah tinea versikolor
merupakan istilah yang salah karena diduga dahulu penyakit ini disebabkan oleh dermatofita.
Pitiriasis versikolor dapat menyerang hampir semua umur, terutama pada remaja,
terbanyak usia 16 - 40 tahun. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Penyakit ini tersebar
diseluruh dunia, terutama di daerah subtropis dan tropis termasuk Indonesia. Insiden Pityriasis
versikolor di Indonesia yang akurat belum ada. Hanya diperkirakana 50% dari populasi di
2. Etiologi
M. furfur (sebelumnya dikenal dengan nama Pityrosporum ovale, P. orbiculare) adalah jamur
lipofilik yang normal terdapat pada keratin kulit dan folikel rambut. Jamur ini merupakan
organisme oportunistik yang dapat menyebabkan pityriasis versicolor . Jamur ini membutuhkan
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Hymenomycetes
Order : Tremellales
Family : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia.
seboroik, folikulitis, dan blefaritis. Koloni Malassezia furfur dapat tumbuh dengan cepat dan
matur dalam 5 hari dengan suhu 30-37° C. Warna koloni Malassezia Furfur adalah kuning krem .
Malassezia furfur memiliki fragmen hifa dengan gambaran seperti sphagetti atau
meatboll saat dilihat dengan mikroskop. Sel jamur terdiri dari 2 bentuk :
3. Penyebab
- Lembab dan panas dari lingkungan, dari pakaian ketat, dan pakaian tak menyerap keringat.
- Keseimbangan flora tubuh normal terganggu, antara lain karena pemakaian antibiotik, atau
merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat
Lebih lanjut, tahap miselium dapat dirangsang in vitro dengan penambahan kolesterol
dan ester kolesterol pada medium yang tepat. Karena organisme ini lebih cepat
berkoloni/mendiami kulit manusia saat pubertas dimana lemak kulit meningkat lebih banyak
dibandingkan pada masa remaja (adolescent) dan panu bermanifestasi di area yang “kaya
minyak” atau sebum-rich areas (misalnya: di dada, punggung), variasi lemak di permukaan kulit
Bagaimanapun juga, penderita panu dan subjek kontrol tidak memperlihatkan perbedaan
kuantitatif atau kualitatif pada lemak di permukaan kulit. Lemak di permukaan kulit penting
untuk kelangsungan hidup M furfur pada kulit manusia normal, namun M furfur mungkin sedikit
Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa dibandingkan lemak, asam amino lebih
berperan di dalam kondisi sakit (diseased state) atau dengan kata lain sedang terkena panu.
Secara in vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam
amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset yang
terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit pasien yang tidak
terkena panu.
Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem kekebalan tubuh/imun
penderita. Meskipun sensitization melawan antigen M furfur biasa terlihat pada populasi umum
(sebagaimana dibuktikan oleh studi/riset transformasi limfosit), fungsi limfosit pada stimulasi
organisme terbukti lemah (impaired) pada penderita yang terserang panu. Hasil (outcome) ini
sama dengan situasi sensitization dengan Candida albicans. Singkatnya, kekebalan tubuh yang
diperantarai oleh sel (cell-mediated immunity) berperan pada penyebab (timbulnya) penyakit.
Udara panas dan lembab, kehamilan, pil KB, faktor genetik, pemakaian obat golongan steroid
Panu disebabkan oleh organisme lipofilik dimorfik, Malassezia furfur, yang hanya dapat
dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12- sampai C14.
Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M furfur, merupakan salah satu
anggota dari flora kulit manusia normal (normal human cutaneous flora) dan ditemukan pada
bayi (infant) sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%.
4. Gejala klinis
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada keluhan pasien.
Pasien yang menderita PV biasanya mengeluhkan bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik.
Predileksi pitiriasis vesikolor yaitu pada tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila,
1. bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halusA diatasnya, dan tepi
tidak meninggi.
Penyebaran penyakit bisa melalui kontak kulit, maka tak menutup kemungkinan infeksi
ini menyebar pula saat berenang. Tapi tidak hanya melalui renang karena semua tempat-tempat
umum yang lembab rentan menularkan infeksi panu. Panu atau kurap ini, merupakan penyakit
yang bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora
jamur.
Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin
yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa
bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris.
6. Predileksi
Panu dapat terjadi di mana saja di permukaan kulit manusia, seperti: tubuh bagian atas,
lengan atas, leher, kDulit kepala yang berambut, muka/wajah, punggung, dada, perut (abdomen),
ketiak (axillae), tungkai atas, lipat paha, paha, alat kelamin (genitalia), dan bagian tubuh yang
tak tertutup pakaian.Keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum
7. Diagnosa
Untuk menetukan diagnosis pitiriasis versikolor didasarkan pada gejala klinis yang khas,
pemeriksaan lampu Wood dan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan lesi. Pada
pemeriksaan lampu wood lesi pitiriasis versikolor tampak berwarna kuning keemasan.
Keuntungan penggunaan lampu wood juga dapat menentukan batas lesi dengan jelas yang tidak
Pemeriksaan sediaan langsung dilakukan dengan larutan KOH 10-30% dicampur dengan
tinta parker superkrom permanen blue-black dengan perbandingan 9:1 akan memberikan
gambaran elemen jamur berwarna biru. Pengambilan bahan kerokan dengan mengunakan scalpel
dan gelas objek serta gelas penutup atau dapat menggunakan juga metode yang lebih mudah
yaitu plester transparan selulosa dan dilekatkan pada lesi yang diduga terinfeksi M.furfur. Hasil
positif bila ditemukan elemen – elemen jamur berupa hifa yang pendek dan tebal dan spora
bergerombol yang besar menyerupai gambaran diagnosis infeksi dermatofita dan kandida,
M. furfur tidak mudah untuk dibiarkan dalam media buatan sehingga prosedur ini bukan
merupakan prosedur yang rutin dilakukan. Dapat dibiakkan dengan media yang kaya lemak
8. Pencegahan
Setiap hari keringat keluar dari tubuh kita. Keringat ini selain menyebabkan bau asam,
juga meningkatkan kelembaban tubuh. Dan dalam keadaan seperti ini panu akan mudah
sekali tumbuh. Dengan mandi kebersihan dan kelembaban tubuh dapat berkurang, sehingga
Panu adalah penyakit menular, panu mudah menempel pada pakaian. Dengan bertukar
pakaian dengan penderita penyakit panu, memungkinkan terjadinya penularan penyakit yang
memalukan ini. Kebiasaan mengganti baju setiap hari dan selalu menjaga baju kita agar tetap
kering wajib hukumnya, sebab baju yang berkeringat akan menciptakan kelembaban yang
tinggi pada daerah badan dan punggung dan bisa menjadi tempat yang cocok bagi jamur
untuk tumbuh.
c. Menggunakan handuk
Mungkin tak pernah terbesit di pikiran kita kalau bercak putih ”panu” itu akan ada pada
kulit kita yang sehat dan bersih. Namun kita harus tahu bahwa bercak keputihan ini bisa
muncul jika kita bertukaran handuk dengan mereka yang menderita infeksi jamur ini, sebab
pada prinsipnya infeksi jamur bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lainnya melalui
alat sanitasi yang digunakan bersama-sama, terlebih lagi jika handuk itu lembab dan basah
d. Memotong kuku
Tak banyak dari kita yang meyadari bahwa jamur dapat tumbuh di daerah kuku dan
sekitarnya. Jika ada kulit kita yang terinfeksi jamur, kadang secara tidak sengaja ingin
rasanya jari ini menggaruknya sekedar untuk menghilangkan perasaan gatal tersebut. Hal itu
justru akan membuat jamur itu menempel di bawah kuku kita dan mulai menginfeksi
jaringan di bawah kuku, bahkan memindahkan infeksi jamur itu ke tempat atau kulit di
e. Air bersih
Kebiasaan mencuci tangan dan mandi dengan air bersih juga merupakan langkah yang
efektif untuk mencegah infeksi jamur. Tentunya air bersih ini juga harus memperhatikan
sumbernya. Perhatikan bahwa air yang terkontaminasi jamur bisa menjadi sarana penularan
Sebenarnya bila kita selalu menerapkan pola hidup sehat, maka kemungkinan untuk
menderita penyakit ini sangat kecil. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya
udara yang panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah,
pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau keganasan, dan
Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka kita harus rajin
menyeka keringat yang menempel di badan. Baju yang dikenakan juga sebaiknya yang
menyerap keringat. Bila terpaksa harus mengenakan baju yang tidak menyerap keringat, kita
Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada orang yang
mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak mengeluarkan keringat. Bila tidak
rajin menyeka keringat ataupun menggunakan baju yang menyerap keringat, maka
Bagaimana dengan seseorang yang rajin berenang? Memang, bila berenang di kolam renang
umum, kebersihan air kolam belum tentu terjaga. Untuk mencegah terkena penyakit panu
yang dapat ditularkan, maka sebaiknya sesudah berenang, segera mandi dengan sabun
antiseptik seperti yang banyak dijual di pasaran dan segera mengeringkan seluruh tubuh bila
9. Pengobatan
Topical agents. Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal
sangat efektif. Lotion atau sampo Selenium sulfide (2.5%) dioleskan pada bercak selama 10-15
menit, kemudian dicuci, digunakan selama satu minggu. Sampo ketokonazol digunakan sama
dengan memperlambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi. Obat ini diminum satu
kali sehari. Sediaan tablet ketokonazol adalah 200mg. Dosis Ketoconazole 400 mg (diminum
satu jam sebelum beraktifitas). Fluconazole 400 mg. Itraconazole 400 mg . Adapun efek samping
Secondary profilactic.. Sampo ketokonazol digunakan satu atau dua kali seminggu. Selain
itu juga dapat digunakan losion atau sampo selenium sulfide, Salicylic acid/sulfur bar Pyrithione
Disamping pengobatan, penting juga memberikan edukasi atau nasehat kepada penderita agar
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial bersifat kronis pada
strarum korneum kulit disebabkan ragi dimorphic lipofilik yang disebut Malassezia furfur.
Diagnosis kelainan ini berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan lampu Wood, dan pemeriksaan
mikroskop dengan KOH 10-30% ditambah tinta parker superkhrom permanen blue-black pada
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan topikal sangat efektif.
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten. Pengobatan
harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan
2. Saran
1. Disarankan kepada semua pihak yang membaca makalah ini, agar dapat hendaknya makalah
2. Penulis berharap semoga para pembaca dan penulis khususnya, dapat menambah
DAFTAR PUSTAKA
Boel, T. 2003. Mikosis Superfisial. Fakultas kedokteran Gigi USU. Diambil dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1174/1/fkg-trelia1.pdf. diakses
tanggal 5 Juli 2011.