Anda di halaman 1dari 6

1.

Etiologi
Etiologi Pitiriasis versikolor adalah beberapa flora normal pada kulit yang
termasuk jamur lipofilik seperti Pityrosporum ovale atau Pityrosporum
oblicular. Namun sekarang diakui bahwa nama genus tersebut tidak valid dan
jamur ini sudah diklasifikasikan ulang dalam genus Malassezia sebagai spesies
tunggal yait Malassezia furfur. Namun, dari analisa genetik telah ditemukan
setidaknya ada 12 spesies terpisah dari jamur lipofilik dan hanya 8 spesies yang
dapat menginfeksi kulit manusia. Spesies yang bergantung pada lemak adalah
M. sympodialis, M. globosa, M. restricta, M. slooffiae, M. fufur, M. obtusa, dan
yang terbaru ditemukan M. dermatis, M. japonica, M. yamotoensis, M. nana, M.
carpae, dan M. equina. Ada satu jamur lipofilik yang tidak sepenuhnya
bergantung pada lemak yaitu M. pachydermatis ini sering ditemukan pada kulit
hewan (Burns, et al., 2010; Goldsmith, et al., 2012)
Ragi oportunistik dari genus Malassezia adalah bagian dari flora normal
kulit manusia. Malassezia adalah jamur lipofilik yang terikat dengan berbagai
jenis penyakit terutama Pityriasis versicolor, infeksi superfisial kronis, jinak dan
berulang yang umumnya terjadi di daerah tropis dan subtropis (Sham et al.,
2001).
Beberapa peneliti menemukan bahwa M. globosa adalah spesies yang
paling sering ditemukan pada pitiriasis versikolor, tetapi para peneliti lain
menemukan bahwa M. furfur dan M. sympodialis dalah spesies predominan dan
M. sympodialis sering ditemukan pada kulit normal (Havlickova, 2008).
Klasifikasi M. furfur:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Hynenomycetes
Ordo : Tremellales
Familia : Filobasidiaceae
Genus : Malassezia
Spesies : Malassezia furfur
Gambar . Jamur Malassezia furfur
Gambaran mikroskopis M. Furfur menunjukkan sel-sel yeast yang
beragam yaitu berbentuk bulat, oval, elips, silindris, secara umum berupa
gambaran sel-sel bulat telur kecil. Jamur ini berupa kelompok sel-sel bulat,
bertunas, berdinding tebal, dan hifanya berbatang pendek dan bengkok.
Malassezia furfur menghasilkan konidia sangat kecil ( mikrokonidia ) pada
hifanya, tetapi di samping itu juga menghasilkan makrokonidia besar,
multiseptat, berbentuk gelendong yang jauh lebih besar daripada
mikrokonidianya.
2. Patogenesis
Jamur M. furfur adalah jamur yang bersifat lipofilik dimorfik yang
membutuhkan lipid untuk pertumbuhannya. Manusia terinfeksi bila jamur
Malassezia melekat pada kulit. Awal infeksi jamur tampak sebagai sel ragi dan
berubah menjadi patogen setelah ragi menjadi miselium sehingga menyebabkan
tumbuhnya lesi (Purwani, 2013).
Malassezia sebagai bagian dari flora normal kulit, akan menjadi patogen
dengan merubah diri menjadi miselium. Perubahan ini mungkin dipicu oleh
berbagai faktor, termasuk kelembaban, suhu tinggi, hiperhidrosis, ketentanan
keluarga dan imunosupresi (Gupta & Foley, 2015). Patogenesis dari makula
hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar matahari yang masuk ke dalam lapisan
kulit akan mengganggu proses pembentukan melanin, adanya toksin yang
langsung menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang
dihasilkan oleh Pityrosporum dari asam lemak dalam serum yang merupakan
inhibitor kompetitf dari tirosinase (Partogi, 2008).
Pitiriasis versikolor terjadi karena tidak seimbangnya atara host dan flora
jamur tersebut. Ada beberapa faktor yang berkontribusi mengganggu
keseimbangan tersebut. Diketahui beberapa spesies malassezia berubah menjadi
mycelial dan memeliki tingkat yang lebih besar. Beberapa keluarga dengan
riwayat positif terkena pitiriasis versikolor lebih sering terkena penyakit
tersebut, hal ini belum diketahui karena genetik atau disebabkan faktor risiko
paparan yang semakin besar dari M. Furfur (Rai dan Wankhade, 2009).
Faktor predisposisi yang memengaruhi perkembangan pitiriasis versikolor
bervariasi, yang perlu diperhatikan adalah faktor lingkungan dan faktor host
tersebut. Pada lingkungan beriklim hangat ditemukan hifa yang berhubugan
dengan jamur malassezia pada kulit normal. Jenis kelamin adalah faktor yang
tidak berpengaruh tetapi terdapat perbedaan pada usia yang berbeda. Di zona
dengan temperatur hangat sangat jarang pada anak-anak, tetapi paling sering
pada remaja dan dewasa muda.
Pitiriasis versikolor diklaim sebagai penyakit yang serius, sangat rentan
terjadi pada orang yang malnutrisi. Kehamilan dan kontrasepsi oral juga salah
satu faktor dari timbulnya Pitiriasis versikolor.
Koloni dari M. furfur sendiri biasanya ditemukan di kulit kepala, tungkai
atas, dan daerah lipatan, area yang kaya akan kelenjar sebasea dan sekresinya
dalam kondisi tertentu, malassezia akan berkembang dari bentuk jamur sporofit
menjadi bentuk miselial dan bersifat patogen. Keadaan yang memengaruhi
keseimbangan antara hospes dan jamur tersebut adalah faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen antara lain produksi kelenjar sebasea dan keringat,
genetik, malnutrisi, faktor imunologi dan pemakaian obat-obatan, sedangkan
faktor eksogen yang terpenting adalah suhu dan kelembapan kulit (Radiono,
2004).

3. Gambaran Klinis
Kelainan pitiriasis versikolor sering ditemukan di bagian atas dada dan
meluas ke lengan atas, leher, punggung, dan tungkai atas atau bawah. Keluhan
yang dirasakan penderita umumnya berupa gatal ringan saat berkeringat. Lesi
berupa makula hipopigmentasi atau hiperpigmentasi, berbentuk teratur sampai
tidak teratur, berbatas tegas maupun difus (Madani, 2000).
Beberapa bentuk yang tersering yaitu:
a. Berupa bercak-bercak yang melebar dengan skuama halus diatasnya dengan
tepi tidak meninggi, ini merupakan jenis makuler.
b. Berupa bercak seperti tetesan air yang sering timbul disekitar folikel rambut,
ini merupakan jenis folikuler (Siregar, 2005).

Gambar . Penyakit Panu (Pytiriasis versicolor) (Purwani, 2013).


Pitiriasis versikolor pada umumya tidak memberikan keluhan pada
penderita atau sering disebut asimtomatis. Penderita lebih sering merasakan
gatal-gatal ringan tetapi biasanya penderita berobat karena alasan kosmetik yang
disebabkan oleh bercak hipopigmentasi (Madani, 2000). Hipopigmentasi pada
lesi tersebut terjadi karena asam dekarboksilat yang diproduksi oleh malassezia
yang bersifat sebagai inhibitor kompetitif terhadap enzim tirosinase dan
mempunyai efek sitotoksik terhadap melanosit, sedangkan pada lesi
hiperpigmentasi belum bisa dijelaskan (Graham-Brown dan Burns, 2005;
Mendez-Tovar, 2010).

Burns, D.A., B. Stephen, C. Neil, dan G. Christopher. 2010. Rook’s Textbook of


Dermatology. 8th edition. United Kingdom: Wiley-Blackwell Publishing.
Goldsmith, L., Z. Kats, B. Gilchrest, A. Paller, D. Leffel, dan K. Wolf. 2012.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th edition. United States:
The McGraw-Hill Companies.

Graham-Brown, R. dan T. Burn. 2005. Lecture notes dermatologi. Edisi ke 8.


Jakarta: Erlangga.
Gupta, A.K. dan K.A. Foley. 2015. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor.
J Fungi; 1 13- 29.

Havlickova, B., A.C. Viktor, dan F. Markus. 2008. Epidemiological trends in skin
mycoses worldwide. Blackwell publishing Ltd Mycoses.

Madani, F. 2000. Infeksi jamur kulit. Jakarta: hipokrates.

Mendez-Tovar, L.J. 2010. Phatogenesis of dermatophytosis and tine versicolor.


Mexico: clin dermantol.

Partogi, D. 2008. Pityriasis Versikolor dan Diagnosis Bandingnya. Universitas


Sumatera Utara.
Purwani, H. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L)
Terhadap Pertumbuhan Jamur Malassezia furfur Penyebab Penyakit Panu.
Karya Tulis Ilmiah . Lampung: Poliklinik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Tanjung Karang.
Radiono, S. 2004. Dermatosis Superfisialis: Pedoman Untuk Dokter Dan
Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Rai, M.K. dan S. Wankhade. 2009. Tinea Versicolor - An Epidemiology in India.


Department of Biotechnology SGB Amravati University. India.
Sham, M., M.J. Rasaee, M. Moosavi, M. Razzaghi. 2001. Indentificatoin Of
Malassezia Species in Patients With Pityriasis Versicolor Submitted to the
Razi Hospital in Tehran. Iranian Biomedical Jurnal; 5(4) 121- 126.
Siregar, R.S. 2005. Penyakit jamur kulit. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit buku
kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai