Anda di halaman 1dari 35

NONDERMATOFITOSIS

 PITIRIASIS VERSIKOLOR

 PIEDRA

 KANDIDIASIS = KANDIDOSIS
PITYRIASIS VERSIKOLOR
(panu)

 Pitiriasis versikolor adalah adalah infeksi jamur superfisial yang


kronis dan asimtomatis pada kulit yang menyebabkan infeksi
ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malassezia furfur,
Pityrosporum orbiculare/ Pityrosporum ovale) menyerang
stratum korneum dari epidermis.
 Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik dan ditandai dengan
adanya makula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal.
 Infeksi ini bersifat menahun, ringan dan biasanya tanpa
peradangan.

 Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-


kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher,
muka dan kulit kepala.

 Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu.


Etiologi
Penyebab (Etiologi)
 Jamur superfisial Malassezia furfur (dikenal sebagai
Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan
jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit.
 Faktor kausatif lainnya yang juga signifikan adalah sistem
kekebalan tubuh/imun penderita.
 Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur, yang dengan
pemeriksaan morfologi dan imunoflorensi indirek ternyata
identik dengan Pityrosporum orbiculare.
 Prevalensi Pityriasis versicolor lebih tinggi
di daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.
Epidemiologi

 Pitiriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan


mempunyai kelembaban tinggi.
 Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit
gelap, namun angka kejadian pitiriasis versikolor sama di
semua ras
 Menyerang hampir semua umur terutama remaja, terbanyak
pada usia 16-40 tahun.
 Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita,
PANU
 Gambaran klinis infeksi panu
 Beberapa faktor dapat memengaruhi beberapa orang
untuk terkena panu dan sekaligus memicu berubahnya
bentuk (conversion) dari ragi saprofit (saprophytic yeast)
menjadi bentuk morfologis miselium, parasitik.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
 1. Kecenderungan (predisposition) genetik.
 2. Lingkungan yang lembab, hangat.
 3. Immunosuppression.
 4. Malnutrition.
 5. Cushing disease.
Gejala

 Pada awalnya tidak ada gejala yang menunjukkan seseorang akan


menderita panu.
 Tiba-tiba timbul bercak-bercak di kulit yang terasa gatal.
 Yang unik dari panu, bila diderita orang yang berkulit putih, maka
bercak yang tampak adalah berwarna kemerahan. Bila diderita orang
berkulit gelap, maka bercak yang tampak adalah warna keputihan
(Pityriasis versicolor).
 Bila terdapat di daerah kulit yang tertutup, maka akan tampak
sebagai bercak kecoklatan atau hitam (Pityriasis versicolor nigra).
 Karena terdapat beberapa warna itulah maka panu disebut Pityriasis
versicolor.
Tahap infeksi

 Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia furfur memerlukan


lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo.
 Tahap miselium dapat dirangsang in vitro dengan penambahan
kolesterol dan ester kolesterol pada medium yang tepat.
 Organisme ini lebih cepat berkoloni/mendiami kulit manusia
saat pubertas dimana lemak kulit meningkat lebih banyak
dibandingkan pada masa remaja (adolescent) dan panu
bermanifestasi di area yang "kaya minyak" atau sebum-rich
areas (misalnya: di dada, punggung), variasi lemak di
permukaan kulit individu dipercaya berperan utama dalam
patogenesis penyakit.
Cara Penularan

 Sebagian besar kasus Pityriasis versicolor terjadi karena


aktivasi Malassezia furfur pada tubuh penderita sendiri
(autothocus flora), walaupun dilaporkan adanya penularan
dari individu lain
Patogenesis

 Pityriasis versicolor timbul bila Malassezia furfur berubah


bentuk menjadi bentuk miselia karena adanya faktor
predisposisi, baik eksogen maupun endogen.
 1. Faktor eksogen meliputi suhu, kelembaban udara dan
keringat, hal ini merupakan penyebab sehingga Pityriasis
versicolor banyak di jumpai di daerah tropis dan pada musim
panas. Faktor eksogen lain adalah penutupan kulit oleh
pakaian atau kosmetik dimana akan mengakibatkan
peningkatan konsentrasi CO2, mikroflora dan pH.
2. Sedangkan faktor endogen,
Meliputi malnutrisi, dermatitis seboroik, sindrom cushing, terapi
imunosupresan, hiperhidrosis, dan riwayat keluarga yang positif.
Disamping itu bisa juga karena Diabetes Melitus, pemakaian steroid
jangka panjang, kehamilan, dan penyakit – penyakit berat lainnya
yang dapat mempermudah timbulnya Pityriasis versicolor.
Patogenesis dari makula hipopigmentasi oleh terhambatnya sinar
matahari yang masuk ke dalam lapisan kulit akan mengganggu
proses pembentukan melanin, adanya toksin yang langsung
menghambat pembentukan melanin, dan adanya asam azeleat yang
dihasilkan oleh Pityrosporum dari asam lemak dalam serum yang
merupakan inhibitor kompetitf dari tirosinase.
Diagnosis

 Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan


oleh Malassezia fulfur diagnosa Pityriasis versicolor harus
dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
 1. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
 Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompokan sel ragi bulat
berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus
(pendek-pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan
penambahan zat warna tinta Parker blue-black atau biru
laktafenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering
dilukiskan sebagai “meat ball and spaghetti”.
 -Meat ball and spaghetti
2. Pemeriksaan dengan Sinar Wood
 Pemeriksaan dengan Sinar Wood, dapat memberikan
perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi
lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai
orange.
Pengobatan Topikal

Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh dan konsisten.


Obat yang dapat digunakan ialah :
1. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk lothio 2-3 kali seminggu. Obat
digosokkan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum
mandi
2. Salisil spiritus 10%
3. Turunan azol, misalnya : mikozanol, klotrimazol, isokonazol dan
ekonazol dalam bentuk topikal
4. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
5. Larutan Natrium Tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis
mandi selama 2 minggu.
Pengobatan Sistemik

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus Pityriasis versicolor yang


luas atau jika pemakaian obat topikal tidak berhasil.
 Obat yang dapat diberikan adalah :
 a. Ketoconazole
Dosis: 200 mg per hari selama 10 hari
 b. Fluconazole
 Dosis: dosis tunggal 150-300 mg per hari selama 1 minggu
 c. Itraconazole
 Dosis: 100 mg per hari selama 2 minggu.
 Terapi hipopigmentasi (Leukoderma)
 a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/ malam
 b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
 c. Jemur di matahari ±10 menit antara jam 10.00-15.00
Pencegahan

 Untuk mencegah terjadinya Pityriasis versicolor dapat


disarankan pemakaian 50% propilen glikol dalam air untuk
pencegahan kekambuhan.
 Pada daerah endemik dapat disarankan pemakaian
ketokonazol 200 mg/hari selama 3 bulan atau itrakonazol 200
mg sekali sebulan
PIEDRA

 Merupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras


melekat pada rambut.
 Ada dua jenis piedra yaitu : Piedra hitam dan Piedra putih.
PIEDRA HITAM

 Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan


oleh Piedraia hortai.
 Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur.
 Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa benjolan
yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman.
 Benjolan sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah.
Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir
rambut mengalami kesulitan.
 Morfologi Jamur
 Tergolong kelas Ascomycetes dan membentuk spora seksual.
Dalam sediaan KOH, rambut dengan benjolan hitam terlihat
lebih jernih, berbentuk bulat atau lonjong, yaitu askus yang
berisi 2-8 askospora.
 Askospora berbentuk lonjong memanjang agak melengkung
dengan ujung yang meruncing, seperti pisang. Askus-askus dan
anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam yang
keras di luar rambut.
 Pada rambut dengan benjolan, tampak hifa endotrik (dalam
rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 1-2 um
berwarna hitam dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.
Diagnosa

 Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang


terinfeksi, dilakukan pemeriksaan langsung dengan
menggunakan KOH 10 %.
 Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna
hitam dan ditemukan askus yang mengandung askospora.
Terapi

1. Griseofulvin merupakan obat yang bersifat


fungistatik, diberikan dengan dosis 0,5 – 1 g untuk
orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak
sehari atau 10-25 mg/kg BB.-
2. Ketokonazole, yang juga efektif yang bersifat
fungistatik
 3. Itrakonazole merupakan suatu antifungal
yangdapat digunakan sebagai pengganti
ketokonazole yang bersifat hepatotoksik terutama
bila diberikan lebih dari sepuluh hari.-
 4. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat
diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3
minggu, dosisnya 62,5 mg – 250 mg sehari
bergantung berat badan.
PIEDRA PUTIH

 Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh


Trichosporon cutaneum/Trichosporon beigelii.
 Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak , kumis dan
jenggot, jarang mengenai rambut kepala.
 Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur.
Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa benjolan
yang tidak berwarna .
Morfologi

 Jamur penyebab piedra putih ini mempunyai hifa yang tidak


berwarna, termasuk MONILIACEAE.
 Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan
blastoconidia.
 Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada
rambut dan tidak padat dibanding piedra hitam.
 Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat askus
dalam massa jamur.
 Berbeda dengan Trichomycosis axillaries dalam benjolan hifa
berukuran 2-4 mikron dan terlihat artospora dan artrokonodia
Patologi dan gejala klinis

 Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai


benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada
rambut kepala, dapat juga menyebabkan kelainan pada
rambut ketiak, kumis dan rambut janggut.
Diagnosis

 Diagnosis piedra putih ialah dengan memeriksa benjolan yang


ada pada rambut. Pada pemeriksaan langsung dengan larutan
KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat, tidak berwarna
atau berwarna putih kekuningan.
 Diagnosa ditegakkan atas dasar :
 - gejala kllinis
 - pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar
Sabauroud
Pengobatan

 Pengobatan penyakit ini yaitu dengan memotong rambut


yang terkena infeksi atau mencuci daerah dengan rambut
yang terkena setiap hari dengan larutan sublimat 0,05 % dalam
spiritus dilutus atau shampoo yang mengandung ketokonazol.
 Sama dengan piedra hitam
 1. Griseofulvin
 2. Ketokonazole
 3. Itrakonazole
 4. Terbinafin
CANDIDIASIS
 Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut
atau subakut disebabkan oleh spesies Candida,
biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-
kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis,
atau meningitis
ETIOLOGI

 Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans.


Spesies patogenik yang lainnya adalah C. tropicalis C.
parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C. pseudotropicalis,
C. lusitaneae.
 Genus Candida adalah grup heterogen yang terdiri dari 200
spesies jamur. Sebagian besar dari spesies candida
tersebut patogen oportunistik pada manusia, walaupun
mayoritas dari spesies tersebut tidak menginfeksi manusia.
 C. albicans adalah jamur dimorfik yang memungkinkan
untuk terjadinya 70-80% dari semua infeksi candida,
sehingga merupakan penyebab tersering dari candidiasis
superfisial dan sistemik.
EPIDEMIOLOGI

 Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, dapat


menyerang semua umur, baik laki-laki maupun
perempuan.
 Hubungan ras dengan penyakit ini tidak jelas tetapi
insiden diduga lebih tinggi di negara berkembang.
 Penyakit ini lebih banyak terjadi pada daerah tropis
dengan kelembaban udara yang tinggi dan pada
musim hujan sehubungan dengan daerah-daerah yang
tergenang air.

Anda mungkin juga menyukai