Anda di halaman 1dari 22

MIKOSIS SUPERFISIAL

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka


Tinea versicolor............................................................................................... 2
Tinea nigra....................................................................................................... 8
Piedra .............................................................................................................. 12

BAB III Kesimpulan ......................................................................................... 20

Daftar Pustaka ................................................................................................... 21


BAB I
PENDAHULUAN

Telah dikenal ribuan spesies ragi dan jamur, tetapi hanya sekitar 100 spesies yang
menyebabkan penyakit pada manusia atau hewan (spesies yang lain kebanyakan
menyebabkan penyakit pada tumbuhan). Infeksi yang disebabkan oleh jamur (mikosis)
pada manusia dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kelompok besar yaitu, mikosis
1
superfisial, mikosis kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik.
Infeksi-infeksi jamur superfisial, kutan dan subkutan pada kulit, rambut dan kuku
dapat menjadi kronis dan resisten terhadap pengobatan tetapi jarang mempengaruhi
kesehatan umum penderita. Sedang mikosis profunda (sistemik) dapat menimbulkan
gangguan sistemik yang kadang-kadang dapat berakibat fatal, biasanya jamur ini
1
menginfeksi penderita dengan gangguan imunologi.
Pada tulisan ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang jamur-jamur yang dapat
menimbulkan mikosis superfisial. Mikosis superfisial adalah infeksi jamur yang hanya
mengenai stratum korneum dari kulit. Ada beberapa penyakit yang penting diketahui
yang diakibatkan oleh infeksi jamur superfisial, antara lain Tinea versicolor yang
disebabkan karena pertumbuhan Malassezia furfur yang berlebihan, Tinea nigra yang
disebabkan oleh pertumbuhan Exophillia werneckii, Piedra hitam yang disebabkan oleh
pertumbuhan jamur Hortae piedra dan Piedra putih yang disebabkan pertumbuhan jamur
jenis Tricosporon beigelii.
Penjelasan tentang mikosis superfisial ini akan meliputi etiologi penyakit, sejarah
ditemukan mikosis superfisial, distribusi penyakitnya, manifestasi klinisnya, differensial
diagnosa, bagaimana cara penegakkan diagnosanya baik secara hapusan langsung
maupun hasil kultur dan pengobatan pilihan untuk mengatasi meluasnya perkembangan
mikosis superfisial.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat memperluas wawasan kita mengenai penyakit-
penyakit mikosis superfisial, sehingga sangat membantu kita dalam menegakkan
diagnosa pada pemeriksaan jamur di laboratorium mikrobiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TINEA VERSICOLOR
(Pityriasis versicolor)
Tinea versicolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi sebagai akibat
tumbuhnya Malassezia furfur secara berlebihan pada stratum korneum. Malassezia
furfur adalah spesies yang menyerupai ragi yang bersifat lipofilik dan merupakan flora
normal di kulit. Tinea versicolor mempunyai gambaran khas lesi yang berwarna putih
7
sampai coklat bisa tersendiri atau meluas pada kulit dengan ukuran yang tipis.
Malassezia furfur selain menyebabkan Pityriasis versicolor juga dapat
menyebabkan Pityriasis folikulitis, dermatitis seborhoic, ketombe dan fungemia yaitu
4
infeksi jamur sistemik.
Malassezia furfur yang menyebabkan fungemia biasanya di dapat dari kateter
intravena dimana penderita membutuhkan pengobatan lemak intravena, dapat terjadi
pada orang dewasa dan bayi. Kadang-kadang pada beberapa pasien dilaporkan adanya
7
lesi emboli pada paru-paru dan organ lain.

Sejarah
Jamur penyebab Pityriasis versicolor dideteksi pertama kali oleh Eichstedt tahun
1846 dan diamati pula oleh Sluyter 1 tahun kemudian. Tahun 1853 Robin menamakan
jamur ini dengan Microsporum furfur dan menyebut penyakitnya dengan Tinea
versicolor karena beliau menemukan persamaan penyakit ini dengan penyakit yang
7
disebabkan oleh Microsporum audouinii.
Tahun 1874 Malassez menemukan sel yang menyerupai ragi pada lesi di kulit
kepala dan ketombe dan menamakannya “spora”. Tahun 1884, Bizzozero mengamati sel
7
yang berupa ragi berbentuk ellips pada permukaan tubuh manusia.
Malassezia furfur tahun 1981 oleh Redline dan Dahms dilaporkan tidak hanya
menyebabkan infeksi pada superfisial kulit tetapi bisa menyebabkan infeksi yang lebih
dalam sehingga menyebabkan fungemia. Hassal dkk, melaporkan fungemia terjadi pada
bayi yang mendapat pengobatan lemak intravena. Malassezia furfur juga dapat
7
menimbulkan fungemia pada bayi prematur, hal ini dikemukakan oleh Shek dkk.

Epidemiologi
Pityriasis versicolor dapat terjadi di seluruh dunia, tetapi penyakit ini lebih sering
menyerang daerah yang beriklim tropis dan sub tropis. Di Mexico 50% penduduknya
menderita penyakit ini. Penyakit ini dapat terjadi pada pria dan wanita, dimana pria lebih
7
sering terserang dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 2.
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai
orangtua, tetapi lebih sering mengenai dewasa muda. Pada wilayah yang beriklim sedang,
7
penyakit ini lebih sering muncul pada bulan Mei sampai September.
Diduga para pekerja dengan higiene yang jelek dan keringat yang berlebihan
menjadi faktor predisposisi penting timbulnya penyakit ini. Pengobatan dengan
kortikosteroid sistemik dan Sindrom Cushing, diduga meningkatkan kerentanan terkena
penyakit ini. Faktor predisposisi yang lain termasuk malnutrisi, tingkat kesehatan yang
7
rendah dan kehamilan.
Malassezia furfur juga dipercaya sebagai penyebab Folikulitis yang sering
menyerang dewasa muda. Fungemia yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau
Malassezia pachydermatis dapat terjadi pada penderita terutama pada bayi yang
7
mendapat pengobatan lemak intravena dalam waktu lama.

Gambaran Pityriasis versicolor pada punggung dengan lesi yang depigmentasi dan pada dada
4
dengan lesi merah kecoklatan.
Manifestasi Klinis
Pityriasis versicolor biasanya tanpa gejala dengan munculnya makula hipo atau
hiperpigmentasi, dengan berbagai ukuran, bentuk dan warna. Kebanyakan penyakit ini
mengenai daerah dada, punggung, bahu, lengan atas dan perut. Dapat pula dijumpai pada
leher, paha dan lengan bawah, tetapi jarang terjadi pada kulit kepala, telapak tangan dan
kaki. Pada beberapa pasien pernah dilaporkan manifestasi penyakit ini pada daerah
7
lipatan seperti lipatan paha.
Lesi makula dengan pinggiran yang jelas, bisa dimulai dari sebuah lesi kemudian
meluas menjadi lesi yang sangat banyak. Hiperpigmentasi dengan warna coklat
kemerahan lebih sering dijumpai daripada lesi yang hipopigmentasi. Pada lesi akan
terlihat bersisik. Penderita biasanya mendatangi dokter karena alasan kosmetik saja
karena penyakit ini bersifat asimptomatis. Tetapi pada beberapa penderita mengeluhkan
gatal-gatal dan rasa panas pada lesi terutama bila penderita sedang berkeringat. Bila tidak
7
diobati, penyakit ini bisa bertahan berbulan-bulan dan bertahun-tahun.
Pada Pityriasis follikulitis dijumpai lesi berupa papula dan pustula pada
punggung, dada dan lengan atas, kadang-kadang dapat dijumpai di leher. Penderita
biasanya mengeluhkan gatal terutama pada daerah yang terkena sinar matahari. Tetapi
jenis ini jarang terjadi, biasanya terjadi pada penderita yang sering menggunakan
antibiotika dan steroid jangka lama. Lesi bisa beberapa buah sampai ratusan buah dan
dapat menimbulkan abses pada kulit. Adanya Malassezia furfur pada folikel yang
diidentifikasi, menegaskan bahwa jamur ini dapat menyebabkan folikulitis.
Malassezia furfur dapat menyebabkan dermatitis seborhoic dan ketombe. Lesi
pada penyakit ini berupa gambaran eritema pada kulit dan adanya sisik pada daerah yang
kaya akan kelenjar minyak seperti di kepala, muka, alis mata, telinga dan dada atas. Lesi
merah dilapisi sisik yang penuh lemak, disertai rasa gatal pada kepala. Faktor predisposisi
penyakit ini adalah keturunan, hormonal, perubahan komposisi kelenjar keringat di kulit,
dan meningkatnya alkali di kulit akibat keringat yang banyak Penderita Parkinson dan
4
AIDS sering terserang penyakit ini.
Jumlah Malassezia furfur meningkat pada sepsis yang didapat dengan
penggunaan kateter pada bayi dan orang dewasa yang menerima pengobatan lemak
intravaskular. Pada pemeriksaan darah tepi jarang memberikan hasil positif. Penderita
biasanya menunjukkan gejala demam, pada bayi dapat dijumpai trombositopenia dan
leukositosis. Dari 15 penderita 8 diantaranya menderita pneumonia interstitial, 2
diantaranya setelah dilakukan biopsi dijumpai adanya sel jamur pada dinding pembuluh
arteri. Angka kesakitan pada sepsis yang disebabkan M.furfur ini sulit diketahui dengan
jelas, karena biasanya pasien sudah memiliki masalah kesehatan yang kompleks, tetapi
pada beberapa penderita dapat bertahan hidup sampai beberapa minggu tanpa
7
penggantian kateter intravena.

Diagnosa Banding
Pityriasis versicolor dapat diidentifikasi dengan cepat dengan hapusan KOH 10%
dari lesi dan terlihat gambaran berupa ragi dan bentuk hypha yang menjadi ciri khas
Malassezia furfur. Kebanyakan lesi akan memperlihatkan fluoresensi kuning di bawah
lampu Wood. Pengerokan lesi dari folikel dapat dijadikan bahan identifikasi, tetapi
dengan biopsi dan pewarnaan Gomori Methenamine Silver (GMS) pada lesi
papulonodular dapat membedakan lesi ini dari lesi acne vulgaris yang diinduksi oleh
pemakaian steroid. Gambaran Pityriasis versicolor yang hipopigmentasi mirip dengan
7
vitiligo. Folikulitis hampir mirip dengan hematogenous candidiasis.
Pityriasis versicolor juga harus dapat dibedakan dari dermatitis seborhoic,
8
pityriasis alba dan infeksi dermatophyta.

Laboratorium Diagnosis
Pemeriksaan langsung
Pada Pityriasis versicolor, kultur jamur tidak diperlukan untuk menegakkan
diagnosa, tetapi pemeriksaan langsung kerokan kulit sangat penting. Kulit yang akan
diperiksa dikerok dengan scalpel kemudian letakkan diatas objek glass dan tetesi dengan
KOH 10 % dengan atau tanpa tinta. Pada preparat terlihat gambaran kelompok sel-sel
bulat, bertunas, dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok dengan diameter
2,5 - 4 µm. Pada beberapa kasus juga terlihat gambaran sel-sel oval dan silindris yang
berkelompok dengan ukuran diameter 1,5 - 2,5 x 3 - 3,5 µm. Hypha sulit ditemukan pada
kerokan kulit yang sangat sedikit, dan juga pada penderita dengan yang telah
menggunakan obat anti jamur topikal. Hypha akan terlihat sangat banyak pada infeksi
7
yang tidak diobati.

Gambaran Malassezia furfur dengan

Kultur
Kultur Malassezia furfur diambil dari kerokan atau hapusan kulit, yang kemudian
ditanam pada Sabouraud’s agar atau Malt agar yang mengandung Kloramphenikol dan
Cycloheximide. Kultur jamur ini lebih sulit dibanding jamur-berupa ragi lainnya, karena
jamur ini tumbuh sangat lambat dan terkadang tidak menunjukkan pertumbuhan dengan
media biasa tanpa penambahan minyak. Olehkarena itu pada permukaan medium
biasanya diolesi dengan minyak zaitun dan dieramkan selama 1-2 minggu dengan suhu
37°C. Leeming dan Notman melakukan modifikasi dengan menambahkan susu sapi
kental pada medium, dan memberikan hasil yang lebih baik dibanding menggunakan
minyak zaitun.

A. Gambaran koloni putih setelah penanaman selama 10 hari pada Sabouraud’s agar
dengan minyak zaitun 1% suhu 30°C
B. Gambaran sel-sel oval yang tumbuh di media
7
C. Gambaran sel-sel bulat yang tumbuh di media
Koloni yang dihasilkan pada Sabouraud’s agar dengan minyak zaitun adalah
koloni berwarna putih sampai krem dengan teksture yang kering. Dan akan terlihat sel-sel
bulat pada permukaan agar. Ukuran sel bervariasi dengan diameter sekitar 3 – 5,5 µm.
Sel jamur akan mengeluarkan tunas pada satu sisi (unipolar). Tunas dibentuk pada tempat
yang sama dengan sel induk. Akan terlihat gambaran seperti leher (collaret) antara sel
induk dengan sel anak. Tunas yang multiple tidak pernah terjadi, yang terlihat adalah sel-
7
sel yang berkelompok akibat pemisahan yang tidak sempurna.

Gambaran dengan mikroskop elektron, menunjukkan adanya sel-sel bulat dengan tunas
7
dan collarettes (leher)

Sel-sel bulat yang bisa menyebabkan Pityriasis versicolor dapat juga dijumpai
pada kulit yang normal baik di dada, punggung, perut dan jarang pada kulit kepala.
Sedang sel-sel yang berbentuk oval dan silindris biasanya dijumpai pada folikel rambut
dan epidermis kulit kepala. Inilah yang dapat menyebabkan ketombe. Bentuk oval dan
silindris ini dapat tumbuh pada nutrien agar tanpa penambahan asam lemak dengan
temperatur 32-35°C. Jamur ini tidak dapat tumbuh di bawah suhu 25°C.
Pada fungemia, Malassezia furfur dapat diisolasi dari darah yang berasal dari
kateter intravena yang sudah dicabut. Pada pemeriksaan hapusan darah akan terlihat
gambaran sel jamur.

Pengobatan
Banyak obat-obat yang dapat ddigunakan untuk mengobati Pityriasis versicolor.
Kebanyakan pengobatan berhasil setelah pemakaian lebih dari 4 minggu. Tetapi
kekambuhan biasanya sering terjadi.
Penggunaan lotion Selenium sulfida 2,5 % merupakan pengobatan topikal yang
sangat efektif. Lotion dioleskan pada daerah yang terinfeksi, kemudian biarkan dalam 10
7
– 20 menit, baru dicuci dengan bersih.
Obat lain yang dapat digunakan yaitu pengolesan 2 kali seharí Sodium thiosulfate
solution 30 % , Sulfur ointment 2 %, dan Tolnaftate atau Imidazole cream. Pada
penderita dengan lesi yang luas atau pada penderita yang sering kambuh, dapat diobati
dengan Ketokonazole oral 200 mg perhari selama 2 minggu. Obat ini dapat menimbulkan
7
alergi, dan mual. Tetapi obat ini sangat efektif untuk Pityriasis versicolor.
Pengobatan fungemia Malassezia furfur yang terjadi berkaitan dengan
penggunaan kateter adalah dengan mengangkat kateter intravena yang terpasang. Setelah
pengangkatan kateter tidak perlu menggunakan obat anti jamur.

TINEA NIGRA
(Keratomycosis nigricans palmaris, ladosporiosis epidermica, pityriasis
nigra, microsporosis nigra)
Tinea nigra adalah penyakit jamur yang mengenai daerah superficial dari kulit,
biasanya bersifat asimptomatis dengan karakteristik lesi berupa makula berwarna coklat
sampai kehitaman dengan pinggir yang jelas. Lesi sebagian besar dijumpai pada telapak
tangan, sedang pada telapak kaki dan daerah lain di kulit jarang terjadi.

Etiologi
Tinea nigra ini disebabkan oleh Exophiala werneckii, yang merupakan jamur
saprofit yang sering dijumpai pada tanah, kompos, humus dan kayu atau batang pohon di
daerah tropis dan sub tropis. Stenelle araguata juga pernah dilaporkan sebagai penyebab
5,7
tinea nigra walaupun hanya satu kasus.

Sejarah
Tinea nigra pertama sekali diamati di Brazil oleh A.Cerqueira pada tahun 1891.
A.Cerqueira menyebutnya dengan keratomycosis nigricans palmaris karena infeksi
jamur ini mempunyai karakteristik adanya warna hitam yang terlokalisir pada telapak
tangan. Tetapi keratomycosis nigricans palmaris ini baru dikenal di Brazil tahun 1916,
ketika anak dari A.Cerqueira , Cerqueira-Pinto melaporkan hasil temuan ayahnya
7
tersebut.

Epidemiologi
Tinea nigra termasuk ke dalam golongan penyakit tropis, karena penyakit ini
biasanya dijumpai pada wilayah yang beriklim tropis dan meluas sampai wilayah yang
beriklim subtropis. Penyakit ini dilaporkan terjadi dari selatan sampai utara Amerika,
Afrika dan Asia serta Australia. Di Asia, Tinea nigra pernah dilaporkan terjadi di India,
5,7
Birma, Cina Selatan, Jawa, Sumatera dan daerah tropis lainnya di Asia.
Penyakit ini dapat terjadi di semua kelompok umur, tetapi paling sering terjadi
pada dewasa muda yang berumur di bawah 20 tahun. Dan wanita lebih sering menderita
Tinea nigra, dengan perbandingan pada wanita 3-5 kali lebih sering dibanding kaum
7
pria.
Faktor predisposisi dari penyakit ini sampai saat ini tidak diketahui dengan jelas.
Begitu pula dengan cara penyebarannya juga tidak diketahui dengan pasti. Pada suatu
percobaan dimana Exophilia werneckii ditanamkan pada manusia, maka akan timbul lesi
berupa makula kecoklatan pada telapak tangan yang dapat bertahan sampai 20 tahun
7
kemudian.

7
Gambaran tinea nigra pada telapak tangan
Manifestasi Klinis
Tinea nigra biasanya tanpa gejala, dengan lesi berupa makula coklat muda sampai
kehitaman, yang paling sering pada stratum korneum telapak tangan. Umumnya hanya
mengenai satu telapak tangan saja dan jarang mengenai kedua telapak tangan. Lesi juga
bisa dijumpai pada telapak kaki, diantara jari-jari tangan, telapak tangan disepanjang jari.
Lesi ini biasanya hanya 1 buah, dengan diameter 1-5 cm, bentuk tidak teratur,
dengan pinggir jelas. Lesi kadang-kadang terlihat seperti bintik-bintik yang berkelompok
membentuk makula yang berwarna kecoklatan sampai hitam, coklat kehijauan atau
hitam. Tidak dijumpai adanya sisik dan tanda-tanda peradangan seperti indurasi, eritema
7
dan peninggian permukaan atau pembengkakan.
Makula terisi oleh hifa yang bercabang, bersepta, dan sel-sel yang sedang
bertunas dari Exophiala werneckii. Meluasnya tinea nigra sangat lambat bisa berbulan-
1,7
bulan sampai bertahun-tahun.

Diagnosa Banding
Tinea nigra harus bisa dibedakan dari melanoma ganas dan nevus, dimana tidak
perlu dilakukan eksisi untuk mengobatinya. Pada Melanoma dan nevus biasanya akan
terjadi indurasi atau pengerasan dari kulit yang terinfeksi, dijumpai adanya peninggian
permukaan kulit atau dijumpai kedua-duanya. Pada melanoma dan nevus biasanya
7
terdapat warna kemerahan pada lesi yang hitam atau coklat kehitaman.

Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan kerokan kulit dengan potassium hydroxide (KOH) smear dan kultur
dapat digunakan untuk mengenali tinea nigra dengan cepat. Dimana akan kita lihat
adanya pertumbuhan jamur E.werneckii yang sangat banyak. Biopsi tidak danjurkan
untuk menegakkan diagnosa tinea nigra.
Pemeriksaan langsung
Penegakkan diagnosa tinea nigra dapat dilakukan secara langsung dengan melihat
kerokan dari epidermis di bawah mikroskop. Kerokan epidermis diletakkan sedikit di atas
objek glass dan ditetesi oleh KOH 10%. Di bawah mikroskop akan terlihat gambaran
Exophilia werneckii berupa jamur yang kecoklatan, bercabang, hypha berseptum dengan
diameter 5µm. Di bawah mikroskop jamur ini dapat dibedakan dari Malassezia furfur,
dimana akan terlihat dinding sel jamur yang berwarna coklat dan tidak dijumpai
7
kumpulan sel-sel spheris dan sel hypha yang menyerupai batang.
5
Gambaran Exophilia werneckii dibawah mikroskop
Kultur
Kerokan epidermis dari lesi tinea nigra setelah dibersihkan dengan alkohol 70%,
kemudian dapat ditanam pada media Sabouraud’s Dextrose Agar yang ditambah dengan
7
antibiotik, lalu dieramkan dalam suhu 25 - 30°C.
Exophiala werneckii tumbuh lambat pada Sabouraud’s agar atau Malt agar ,
dengan suhu 25°C selama 1 minggu akan terlihat koloni berdiameter 0,9 – 1,5 µm. Pada
keadaan lembab, akan terlihat koloni berupa ragi yang berwarna putih kotor sampai
kelabu dan dijumpai gambaran konidia dan sel tunas pada pembiakan kurang dari 1
minggu. Koloni akan berubah menjadi hitam setelah pembiakan 2-3 minggu. Kadang-
kadang koloni hitam jamur ini menghasilkan warna seperti kilatan logam (metalic sheen).
5,7

Hypha pada awalnya berwarna coklat yang kemudian menjadi gelap dan
menebal. Dari isolat akan dihasilkan konidia yang sangat banyak Konidia merupakan
hyalin yang berwarna coklat muda sampai gelap tergantung dari umur sel. Konidia
terlihat halus, berbentuk ellips dengan ukuran 5 – 9,5 x 2,4 – 5 µm pada satu sel dan 7-10
7
x 3,5 – 4,5 µm pada sel yang kedua.

Pengobatan
Pengobatan yang dipilih untuk mengatasi jamur ini adalah penggunaan anti jamur
topikal seperti asam undesilenat atau imidazole. Sebagian besar lesi akan berkurang
setelah pengobatan selama 2-4 minggu, walaupun begitu penggunaan obat jangka
7
panjang sangat diperlukan untuk mencegah timbulnya kekambuhan.
Griseofulvin oral, amphotericin B dan tolnaftat topikal tidak efektif untuk
pengobatan tinea nigra. Golongan azole seperti ketokonazole, econazole dan oxiconazole
efektif untuk menghambat pertumbuhan dari Exophiala werneckii.
Pengobatan topikal dengan Whitfield’s ointment (komponen asam benzoat) atau
5
Imidazole dua kali sehari selama 3-4 minggu memberikan hasil yang memuaskan.

PIEDRA
Kata Piedra berasal dari bahasa Spanyol yang berarti batu. Piedra merupakan
infeksi jamur yang terbatas hanya mengenai rambut , dengan karakteristik adanya nodul
yang irreguler yang berisi komponen dari jamur. Ada 2 jenis Piedra yaitu Piedra Hitam
7
dan Piedra Putih, kedua jenis ini disebabkan oleh 2 spesies jamur yang berbeda.

PIEDRA HITAM
Etiologi
Piedra hitam disebabkan oleh Piedraia hortae, merupakan jamur golongan
Ascomycetes.

Sejarah
Magelheins menemukan Piedra hitam pada tahun 1911. Kemudian Horta
melakukan percobaan yang membedakan antara Piedra hitam dengan Piedra putih. Dan
akhirnya Horta menyimpulkan bahwa Piedra hitam disebabkan oleh spesies
Trichosporon. Brumpt pada tahun 1913 menamakan jamur tersebut dengan Trichosporon
hortai. Kemudian tahun 1928, Fonseca dan Area Leao menamakan jamur penyebab
Piedra hitam dengan Piedraia hortae setelah mereka mengetahui bahwa penyebab Piedra
7
hitam adalah golongan Ascomycetes.

Epidemiologi
Piedra hitam dijumpai pada daerah yang lembab, olehkarena itu penyakit ini
sering terjadi pada negara yang beriklim tropis basah seperti Amerika Selatan, Amerika
Serikat, Barat dan Timur India, Asia Tenggara dan Afrika. Piedra hitam lebih sering
menyerang pria daripada wanita, walaupun rasio perbandingannya tidak begitu jelas
terlihat perbedaan. Biasanya menyerang kelompok umur dewasa muda. Sering terjadi
dalam satu keluarga, diduga saling bertukar sisir rambut dapat menjadi faktor predisposisi
5
terjadinya penyakit ini.
Piedraia hortae biasanya hidup pada tumbuhan yang tumbuh di daerah yang
beriklim lembab. Penyakit ini sering dijumpai pada orang-orang yang rutin berenang di
sungai atau di danau. Air yang tidak mengalir diduga menjadi sumber Piedraia hortae.
Dan rambut yang basah sangat sensitif terhadap jenis jamur ini.

Manifestasi Klinis
Piedra hitam hanya dijumpai pada rambut kepala. Tetapi ada literatur yang
menyebutkan bahwa Piedra hitam dapat terjadi pada kumis, jambang dan rambut pubis.
Rambut kepala dengan Piedra hitam terlihat normal, tetapi bila disentuh rambut akan
terasa kasar, seperti berpasir atau berbutir-butir. Infeksi ini tidak menimbulkan gejala,
nodul fusiform yang keras akan membungkus rambut. Diameter nodul dapat berubah dari
mikrometer sampai beberapa milimeter. Ketebalannya biasanya lebih terlihat jelas pada
satu ujung dan semakin menipis pada ujung yang berlawanan. Beberapa nodul akan
7
terlihat penebalan pada daerah sentral dan semakin menipis ke daerah perifer.
Bagian rambut yang tebal tersebut mengandung banyak lapisan sel jamur,
sedangkan bagian yang menipis akan dijumpai satu lapis sel jamur. Pada daerah yang
tipis akan terlihat untaian hypha yang lurus dan arthrospora, sedang pada daerah yang
tebal, nodul-nodul akan melekat satu sama lain membentuk massa yang menyerupai
7
pseudoparenkim dari jaringan.
Pada pembelahan nodul dari yang tipis sampai yang tebal akan terlihat satu atau
beberapa lapis arthrospora diantara kutikula dan korteks rambut. Piedraia hortae tidak
menyerang bagian korteks dari rambut. Dibawah kutikula, jamur berkembang biak,
akibat pertumbuhan jamur ini akan menekan kutikula sehingga kutikula menjadi rusak.
Massa jamur akan meluas sampai keluar dari kutikula dan akhirnya membungkus rambut.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan langsung
Rambut yang terinfeksi diletakkan diatas objek glass kemudian ditetesi dengan
KOH 10% atau lactophenol cotton blue untuk kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Piedra hitam akan dijumpai nodul yang hitam dan keras yang saling melekat membentuk
massa dari sel jamur. Dari pemotongan nodul akan terlihat beberapa asci yang terdiri dari
2-8 sel jamur, fusiform dan terdapat ascospora pada salah satu ujung . Hypha berwarna
coklat tua dan mempunyai segmen membentuk gambaran persegi panjang arthrospora
dengan ukuran 4-8 µm.

A. Gambaran nodul hitam yang mengelilingi rambut dimana nodul menebal pada salah satu
ujung dan semakin menipis pada ujung yang berlawanan
B. Rambut yang dibelah menunjukkan komponen dari jamur. Pada perifer terlihat asci dan
7
ascospora. Korteks tampak normal.

Kultur
Rambut yang terinfeksi di kultur pada media Sabouraud’s agar dengan
kloramphenikol atau antibiotik jenis lain, tetapi tidak dengan cycloheximide. Piedraia
hortae tumbuh sangat lambat pada kebanyakan media pada suhu 25°C.
Pada media pembiakan akan terlihat koloni berbentuk kerucut berwarna coklat tua
sampai hitam. Koloni ini mempunyai persamaan dengan yang tumbuh pada rambut.
Beberapa koloni menghasilkan warna coklat kemerahan, yang menyebar pada media. Di
bawah mikroskop akan terlihat dinding hypha yang tebal, mempunyai segmen dan
banyak yang menyerupai clamidospora, lokus-lokus yang mengandung asci dan
7
ascospora akan terlihat pada bagian rambut yang menebal.
PIEDRA PUTIH
Etiologi
Piedra putih disebabkan oleh infeksi jamur Trichosporon beigelii, jamur berupa
ragi. T. beigelii masuk ke dalam golongan Basidiomycetes. Trichosporon beigelii juga
dapat menimbulkan infeksi yang lebih dalam. Tetapi fisiologis, morfologis dan
genetikanya berbeda antara T.beigelii pada Piedra dengan T.beigelii yang menginfeksi
7
lebih dalam, karena mereka menginfeksi tempat yang berbeda.

Sejarah
Piedra putih pertama kali diamati oleh Beigel pada tahun 1865 di London dan
menyebutnya dengan “piedra nostra”. Beliau menemukan nodul pada rambut dan
menceritakan penemuannya itu dalam bukunya yang berjudul “ The Human Hair: Its
7
Structure, Growth, and Disease.”
Tahun 1971 Kreger-van Rij dan Veenhuis menemukan bahwa Trichosporon
beigelii mempunyai sifat Basidiomycetes.

Epidemiologi
Piedra putih biasanya terjadi pada wilayah yang beriklim tropis dan subtropis,
termasuk wilayah Eropa, Asia Tenggara, India dan Amerika Selatan. Kasus pertama di
6
Amerika Utara ditemukan pertama kali oleh Scott tahun 1951.
Trichosporon beigelii biasanya kita jumpai di tanah, air danau, dan tumbuhan.
Jamur ini kadang-kadang dapat dijumpai sebagai flora normal di kulit manusia dan
7
mulut. Jamur ini juga dijumpai pada binatang seperti kuda, monyet dan anjing.
Kebanyakan kasus Piedra putih dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda.
Wanita lebih sering terkena penyakit ini dibanding pria. Piedra putih pada rambut
genitalia biasanya dijumpai pada pria muda. Kalter et al mengemukakan bahwa 40 %
pria muda di Houston menderita Piedra putih genitalia dengan gejala klinis yang
bervariasi, dan dari 40 % penderita tersebut hanya 3 % yang menderita Piedra putih di
kepala. Piedra putih dilaporkan lebih sering mengenai kaum homosexual dibanding kaum
6
heterosexual.
2
Gambaran Piedra putih pada rambut kepala

Transmisi
Cara infeksi penyakit ini tidak diketahui dengan jelas. Benson et al menduga
hygiene yang buruk seperti mandi di air yang tergenang dapat menyebabkan Piedra putih.
Hubungan seksual diduga juga merupakan faktor predisposisi Piedra putih genitalia.
Selim et al menduga lingkungan yang lembab sebagai faktor predisposisi Piedra putih
pada kepala. Pada penelitian Kiken et al mengemukakan adanya hubungan semakin
6
panjang rambut dengan meningkatnya resiko terkena Piedra putih.

Manifestasi Klinis
Piedra putih mempunyai karakteristik, lembut, berlendir, putih, nodul kuning
kehijauan sampai coklat terang. Piedra putih dapat menyerang semua rambut di bagian
tubuh manusia, tetapi lebih sering dijumpai pada rambut pubis, jambang, rambut axilla,
dan kumis dibanding pada rambut kepala, bulu mata dan alis mata. Pada bagian tengah
nodul terlihat lebih tebal, dan semakin mengecil ke ujung, dengan ukuran dan bentuk
yang bervariasi. Seluruh rambut akan terbungkus oleh nodul tersebut. Ukuran nodul pada
6,7
piedra putih lebih kecil dibanding pada piedra hitam
Tidak seperti pada piedra hitam, jamur Trichsporon beigelii dapat dengan mudah
dilepaskan dari rambut yang terinfeksi. Pertumbuhan jamur ini dimulai dari kutikula
rambut. Kemudian berkembang dan menyebabkan rambut menjadi menebal dua kali dari
ukuran rambut yang normal. Akibatnya rambut menjadi lemah dan mudah rusak. Hypha
akan tumbuh mengelilingi rambut yang terinfeksi dan pecah menjadi arthrospora atau
menghasilkan blastospora. Bagian cortex dan medulla rambut biasanya normal karena
7
tidak diserang oleh jamur ini.
2
Gambaran Piedra putih pada rambut

Diagnosa Banding
Nodul pada piedra putih pada rambut pubis sulit dibedakan dengan pediculosis
atau trichomycosis axillaris. Di bawah mikroskop, rambut dengan trichomycosis axillaris
menunjukkan gambaran kokus dan batang pendek yang ukurannya lebih kecil dibanding
dengan sel jamur piedra, yang berbentuk bujur sangkar atau kadang-kadang poligonal.
Tidak seperti Trichomycosis, komponen jamur pada piedra putih tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan gram.
Di bawah mikroskop Piedra putih dapat dengan mudah dibedakan dengan
Pediculosis, dengan ditemukannya hypha. Piedra putih dan Piedra hitam dapat dibedakan
berdasarkan pigmentasi, bentuk dan ukuran dari sel jamur yang mengelilingi korteks
rambut. Berbeda dengan Piedra hitam, pada Piedra putih tidak dijumpai nodul yang
7
berwarna coklat tua sampai hitam, dan tidak mempunyai asci dan ascospora.

Diagnosa Laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis dan kultur merupakan dasar pengidentifikasian dari
Piedra putih. Walaupun nodul pada Piedra putih sudah dapat kita lihat dengan mata
telanjang, berwarna putih atau hijau kemerahan. Pada pemeriksaan menggunakan lampu
Wood’s, T.beigelii tidak memberikan fluoresensi. Rambut akan terlihat rapuh dan mudah
6
rusak akibat membengkak dan rusaknya kutikula rambut.
Pemeriksaan langsung
Rambut yang terinfeksi di letakkan pada objek glass dan ditetesi dengan 10%
potassium hydroxide (KOH) atau lactophenol cotton blue untuk kemudian dilihat di
bawah mikroskop. Dengan pemeriksaan langsung ini, tidak hanya dapat membedakan 2
jenis Piedra, juga dapat membedakan dari Trichomycosis axillaris dan Pediculosis.
Di bawah mikroskop akan terlihat gambaran nodul berwarna terang dengan hypha
yang bersegmen. Nodul lebih lembut, bentuk irreguler, pada bagian tengah nodul lebih
tebal dan semakin mengecil pada ujungnya . Pada nodul yang telah dibelah akan terlihat
arthrospora dengan diameter 2-4µm dan blastospora dengan bentuk poligonal yang
7
berkelompok.
Kultur
Jamur yang terinfeksi dikultur pada Sabouraud’s agar dengan kloramphenikol
atau antibiotik jenis lain, tetapi tidak dengan cycloheximide. Trichosporon beigelii
7
sensitif dengan cycloheximide.
Pada Sabouraud’s agar, koloni akan terlihat menyerupai ragi dengan warna krem
dan terlihat seperti lipatan-lipatan (kerutan) yang terang atau bersinar pada permukaan
agar. Koloni akan berubah menjadi kuning kelabu setelah penanaman 2-4 minggu.

Gambaran koloni T.beigelii pada Sabouraud’s agar dengan Kloramfenikol setelah diinkubasi 2
7
minggu.

Di bawah mikroskop, slide kultur akan memperlihatkan gambaran hypha dengan


banyak arthrospora ukuran 2 - 4 x 3,9 µm dan blastospora dengan ukuran yang hampir
sama. T.beigelii tidak dapat memfermentasi glukosa, galaktosa, sukrosa, maltosa,
cellobiosa, trehalosa dan laktosa. Trichosporon beigelii memperlihatkan adanya aktivitas
7
urease.

Gambar belahan rambut yang terinfeksi dimana terlihat rambut dikelilingi oleh berlapis-lapis
7
arthrospora. Korteks dan medulla rambut terlihat normal.

Pengobatan
Pengobatan Piedra hitam dan Piedra putih adalah dengan menggunting rambut
atau mencukur semua rambut-rambut yang terinfeksi. Angka kekambuhan dari penyakit
ini sangat tinggi. Dianjurkan pengobatan topikal, dengan menggunakan clotrimazole
cream, amphotericin B lotion, larutan mercury bichloride (1:2000) atau ointment 5%
ammoniated mercury, econazole nitrate cream 1%, 5% sulfur ointment, dan imidazole.
Pengobatan dengan anti jamur oral golongan azole selama 3 minggu sampai 1 bulan
dikombinasi dengan topikal azole selama 2-3 bulan memberikan hasil yang memuaskan
6,7
tanpa perlu mencukur rambut.
Pernah dilaporkan Piedra putih dijumpai pada scrotum dan tidak meluas ke
daerah sekitarnya, pada kasus ini pengobatan dengan menggunakan clotrimazole lotion
8
memberikan hasil yang memuaskan.
Pada percobaan in-vitro dengan uji sensitivitas, didapati bahwa Piedraia hortae
2
sensitif dengan pemberian Terbinafine dengan dosis 250 mg perhari selama 6 minggu.
BAB III
KESIMPULAN

Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur yang menyerang stratum korneum dari
kulit.
4 penyakit penting pada mikosis superficial : Tinea versicolor, Tinea nigra, Piedra
hitam dan Piedra putih.
Mikosis superficial merupakan yeast-like cells.
Merupakan penyakit di daerah tropis dan sub tropis.
Tinea versicolor disebabkan Malassezia furfur, mengenai daerah dada, punggung,
lengan atas, perut. Lesi berupa makula yang hipo sampai hiperpigmentasi.
Asimptomatis. Pada KOH 10% smear terlihat sel-sel bulat berkelompok, bertunas,
hifa bersegmen, pendek dan bengkok. Dengan lampu Wood’s fluoresensi kuning.
Koloni putih sampai krem dengan textura kering. Budding (+). Collarettes (+)
Tinea nigra disebabkan oleh Exophilia werneckii. Dijumpai pada telaak tangan dan
telapak kaki. Lesi berupa makula coklat sampai kehitaman. Sisik (-). Tanda-tanda
peradangan (-). Koloni putih kotor sampai kelabu. Conidia (+). Budding (+).
Piedra hitam disebabkan oleh Piedraia hortae. Menyerang rambut kepala. Trdapat
nodul hitam keras yang melekat pada rambut. Pada pembelahan nodul dijumpai asci
dan ascospora.
Piedra putih disebabkan oleh Trichosporon beigelii. Mengenai rambut di seluruh
tubuh. Nodul lebih lembut berwarna putih sampai coklat terang. Pembelahan nodul
dijumpai arthrospora dan blastospora.
Pengobatan jenis mikosis superficial dengan pemberian anti jamur topikal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks, Butel, Ornston. Medical Microbiology. Appleton & lange.


2. Ellis David. White Piedra. Mycology Online. The University of Adelaide.
4 Juli 2006.
http://www.mycology.adelaide.edu.au/mycosis/superficial/white_piedra
3. Ellis David. Black Piedra. Mycology Online. The University of Adelaide.
2 Februari 2007.
http://www.mycology.adelaide.edu.au/mycosis/superficial/black_piedra
4. Ellis David. Malassezia furfur. Mycology Online. The University of
Adelaide. 4 Juli 2006.
http://www.mycology.adelaide.edu.au/mycosis/superficial/malassezia_furf
ur
5. Ellis David. Tine nigra. Mycology Online. The University of Adelaide. 2
februari 2007.
http://www.mycology.adelaide.edu.au/mycosis/superficial/tinea_nigra
6. Kiken David et al. Journal of the American Academy of Dermatology.
Volume 55. Desember 2006. Copyright America Academy of
Dermatology
7. Kwon-chung & Bennet. Medical Mycology. Lea & Febiger. 1992.
8. Steinman, Pappenfort. White_Piedra a case report and review literature.
Original article.27 April 2006. http://www.blackwell-
synergi.com/doi/abs/10.1111

Anda mungkin juga menyukai