PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering
penampilan atau daya tarik dan membuat seseorang tidak percaya diri akibat
kotornya rambut apabila disertai rasa gatal yang mengganggu (Wolff, Klaus dkk.
2005).
Salah satu masalah pada kulit kepala seperti ketombe terjadi hampir pada
separuh penduduk di usia pubertas tanpa memandang jenis kelamin dan sosial
budayanya. Tidak ada penduduk di setiap wilayah geografis yang bebas tanpa
kondisi kelainan pada kulit yang sangat umum terjadi, sehingga dikatakan bahwa
rambut dan sering disertai dengan rasa gatal. Ketombe dianggap sebagai bentuk
ringan dari dermatitis seboroik yang ditandai dengan skuama halus sampai kasar
pada kelenjar sebasea, faktor kerentanan individu, faktor lingkungan (suhu dan
kelembaban lingkungan), stress, dan pertumbuhan jamur yang berlebihan di kulit
flora normal pada kulit dan kulit kepala manusia. Pada penderita ketombe,
kepala yang erat kaitannya dengan kejadian ketombe. Pityrosporum ovale dapat
menyebabkan kondisi kulit kepala mengelupas seperti sisik atau yang disebut
ketombe. Kondisi seperti ini mempengaruhi pada 30-95% dari manusia. Pada
ovale sebanyak 1,5 sampai 2 kali dari jumlah normal. Lebih lanjut, jamur
Malassezia (P. Ovale) yang terdapat pada kulit kepala dengan kecepatan
pertumbuhan normal kurang dari 47%, akan tetapi jika ada faktor pemicu yang
mengganggu keseimbangan flora normal pada kulit kepala maka akan terjadi
74%, tentu akan merusak pertumbuhan rambut dan mengganggu kesehatan kulit
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Praktikum
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Pengertian Fungi
ciri khas yaitu bersifat heterotroph yang mengabsorbsi nutrient dan memiliki kitin
pada dinding selnya. Jamur dapat bersifat saprotrop dengan mendapatkan nutrisi
dari oraganisme lain yang mati, bersifat parasit dengan mendapatkan / nutrisi
dengan menghisap dari organisme hidup, atau dengan bersimbosis dengan cara
bersel banyak, tetapi ada pula yang bersel satu. Berdasarkan sifat ini pula, maka
ukuran jamur sangat bervariasi dari sangat kecil / mikroskopik sampai berukuran
organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang
berbagai jenis yaiu : spora seksual dan spora aseksual. Kapang dapat
kompleks, kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik. Maka dari itu kapang
mampu pada bahan yang menganung pati, pectin, protein, atau lipid (Wijaya,
2001).
Khamir adalah kategori non takson yang mencakup semua fungi uniseluler
umumnya berkembang baik secara seksual maupun aseksual. Cara aseksual yaitu
dengan bertunas dan fisi (membelah menjadi dua setelah mitosis). Sedangkan
cara seksual : yaitu dengan fusi (penggabungan) dua se dengan mating tipe (tipe
perkawinan) yang berbeda zigot hasil fusini kemudian akan membentuk empat
menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari berbagai jenis yaitu spora seksual
dari yang sederhana sampai yang kompleks, kapang mampu memproduksi enzim
hidrolitik. Maka dari itu kapang mampu pada bahan yang menganung pati,
\
C. Mikosis Superspisial
1. Dermatofitosis
Penyakit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofit, jamur ini dapat
mencera keratin kulit (keratinofilik), sehingga jamur ini dapat menyerang lapisan
kulit mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis. Penyebabnya adalh
2. Non Dermatofitosis
Infeksi Non Dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar, karena jamur ini tidak dapat mencerna keratin sehingga hanya
menyerang lapisan kulit bagian luar. Yang termasuk jenis non dermatofitosis
antara lain Pitriasis versicolor, Tinea Migra Palmaris, Piedra (Wijaya, 2001).
D. Ketombe
1. Definisi Ketombe
peradangan ringan dan disertai rasa gatal yang mengganggu. Ketombe ini
berwarna putih, kering kecil, yang terdapat pada kulit kepala paling atas.
secara berlebihan (BPOM, 2009). Nama lain dari ketombe adalah dandruff,
pitiriasis sika, pitiriasis simpleks kapitis, pitiriasis furfurasea dan seboroik
infeksi jamur atau kutu rambut. Pada ketombe didapati peningkatan jumlah
jamur Pityrosporum ovale, suatu yeast lipofilik dari genus Malassezia yang
merupakan flora normal pada kulit kepala. Selain itu didapati pula berbagai
buruk bagi kulit, tetapi bila aktivitas kelenjar sebasea meningkat dengan
menghasilkan sebum, maka jamur tersebut juga akan meningkat karena asam
diseluruh kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki sedangkan terbanyak
pada belakang kepala, muka, telinga, alat kelamin dan daerah anus.
atau iritasi kulit yang akan menyebabkan sel kulit lebih cepat mati. Sel kulit
yang mati akan menumpuk dan membentuk serpihan dikulit kepala yang
infeksi kulit dan kulit kepala sehingga menyebabkan gatal. Pada kondisi
hangat dan lembab serta kepadatan penduduk yang berlebihan dan kebersihan
diri yang buruk sangat ideal untuk pertumbuhan Malassezia. Ketombe terjadi
secara eksklusif pada kulit kepala dengan tingkat sebum yang tinggi (Potluri ,
et al., 2013).
2. Penyebab
Secara normal, lapisan kulit teratas akan diganti oleh sel-sel dari
lapisan yang lebih atas. Pada keadaan normal, proses ini berlangsung
sebulan sekali, sedangkan pada keadaan ketombe proses ini bisa terjadi
b. Mikroflora Normal
c. Kelenjar Sebasea
3. Gejala
bisul kecil yang disertai rasa nyeri, gatal dan dapat diikuti demam, kulit
kepala lecet, basah, bergetah dan bau dan seringkali terjadi kerontokan
melekat pada rambut. Ada dua jenis piedra yaitu Piedra hitam dan Piedra putih.
Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh
Piedraia hortai. Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur.
Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa benjolan yang keras pada
dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada
mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna tengguli dan ditemukan
pada manusia. P. ovale merupakan salah satu jamur bersel tunggal yang
2 x 2-4 µm, gram positif, dan berproliferasi dengan cara bertunas atau
risiko 4,105 kali lebih besar untuk mengalami kejadian ketombe. Jumlah
(Wijaya, 2001).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
1. Waktu
wita.
2. Tempat
1. Alat
rambut yaitu objek glass, kawat ose, bunsen, deck glass dan mikroskop.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pemeriksaan jamur pada
didinginkan.
6. Teteskan eosin secukupnya kemudian tutup sediaan dengan deck glass dan
mati yang berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan terkelupas
sedikit. Namun pada beberapa orang mengalami secara terus menerus dalam
Ketombe terbentuk ketika sel-sel kulit kepala terlalu cepat menua dan mati,
yang berakibat munculnya lapisan keratin yang keras dan berminyak. Sel-sel
rambut akan tumbuh dengan fase teratus, yaitu setiap 24 hari sekali. Ketika sel-sel
itu mencapai kulit kepala dan telah kering kemudian menjadi sel mati yang
berbentuk bintik-bintik putih, maka sel tersebut akan luruh. Sel-sel mati yang
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemeriksaan ketombe dan
yang pertama kali dilakukan adalah Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Bersihkan kaca objek dan lakukan fiksasi menggunakan api bunsen, Sampel yang
suah ditanam pada media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) DI ambil dan
digoreskan pada kaca objek, disebarkan menggunakan kawat ose yang sebelumnya
telah dipanaskan dan didinginkan, Fiksasi 2-3 kali pemijaran menggunakan api
bunsen, Teteskan eosin secukupnya kemudian tutup sediaan dengan deck glass dan
temukan memiliki bentuk yang kecil selnya berbentuk oval seperti telur atau bulat
memanjang, tidak nampak adanya hifa dan miselium. Berdasarkan ciri-ciri yang
Pernyataan ini didukung oleh teori Ashbee (2002) yang meyatakan bahwah jamur
P. ovale memiliki bentuk yang kecil, asporogenus, tidak membentuk misel, dan
tidak berfementasi. Selnya berbentuk oval seperti telur atau bulat memanjang
dengan ukuran 0,8-1,5 x 2-3 µmpada sisik kulit dan kadang-kadang ukurannya
sensitifitas terhadap produk perawatan rambut dan jamur. Jamur yang dapat
C.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
seperti telur atau bulat memanjang, tidak nampak adanya hifa dan miselium
B. Saran
pemeriksaan jamur.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Fitriana. 2010. Efektifitas Ekstrak Jahe (Zingiber Officinale Rosc.) 3,13,
Dibandingkan Ketokonazol 2% Terhadap Pertumbuhan Malassezia Sp. Pada
Ketombe. Skripsi.
Potluri, A., Shasheda, A., Rallapally N. et al. 2013. A Review On Herbs Used In
Anti-Dandruff Shampoo And Its Evaluation Parameters. Indo American
Journal of Pharmaceutical Research.
Wijaya, B. 2008. Budidaya Jamur Kompos, Jamur Merah, Jamur Kancing. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Wolff, Klauss et al. 2005. Seborrheic Dermatitis: dalam Color Atlas and Synopsi of
Clinical Dermatology Fifth edition. Medical Publishing Division: USA.
DOKUMENTASI