Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat, rahmat, taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
Pada Ketombe”
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca agar
Akhir kata penulis berharap semoga hasil laporan praktikum ini dapat
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.2 Epidemiologi........................................................................................... 4
ii
3.3 Prinsip Kerja ......................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
ketombe. Ketombe merupakan salah satu masalah pada kulit kepala terjadi
hampir pada separuh penduduk dunia tanpa memandang jenis kelamin dan
sosial budaya. Tidak ada penduduk di setiap wilayah geografis yang bebas
kulit yang mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal bila
jumlah yang besar yang diikuti dengan pemerahan dan iritasi. Kebanyakan
kejadian dan tingkat keparahan penyakit pada usia 20 tahun, dan semakin
1
maka dilakukan praktikum identipikasi jamur pada ketombe dengan cara
ketombe.
ketombe.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
saxon kombinasi dari “tan” yang berarti “tetter” (penyakit kulit yang
menyebabkan gatal) dan “drof” yang berarti “dirty” (kotor). Ketombe biasa
sicca, pityriasis sicca, sicca capitis, atau dermatitis seboroik ringan pada
bersisik yang terlepas dari epidermis. Pelepasan ini dapat tergolong normal
ketombe adalah bentuk non inflamasi dari dermatitis seboroik atau bentuk
pada kulit kepala normal, kulit kepala dengan ketombe, dan kulit kepala
sebanyak 3700 sel/sq cm, pada kulit kepala dengan ketombe ditemukan
nukleus sel sebanyak 25.000 sel/sq cm, dan pada kulit kepala dengan
dermatitis seboroik ditemukan nukleus sel sebanyak 76.000 sel/sq cm. Dari
data tersebut dapat dilihat bahwa kulit kepala dengan ketombe dan kulit
3
kepala dengan dermatitis seboroik memiliki jumlah nukleus yang lebih
banyak akibat proses deskuamasi fisiologis yang berlebihan pada waktu yang
cepat. Hal ini menyebabkan retensi nukleus pada sel stratum korneum yang
tidak memiliki banyak waktu untuk matang secara sempurna. Data ini juga
memiliki nukleus tidak matang yang lebih banyak dibandingkan dengan kulit
manifestasi dari dermatitis seboroik pada bagian kulit kepala. Pendapat ini
pada daerah tertentu termasuk pada kulit kepala . Pernyataan ini dapat
diketahui bahwa ketombe adalah salah satu bentuk dari dermatitis seboroik
(Avissa, 2014).
2.2 Epidemiologi
setiap tahunnya. (1) Ketombe adalah penyakit kepala yang paling sering
diderita oleh remaja dan dewasa muda, kemudian mulai jarang pada orang tua
berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini berkaitan dengan aktivitas 13 sebum pada
manusia. Ketombe juga sering terjadi pada bayi yang baru lahir (cradle cap)
(Avissa, 2014).
ketombe tidak ditularkan melalui kontak manusia. Hal ini berkaitan dengan
4
Di Indonesia sendiri, banyak masyarakat menderita ketombe karena
wilayah di Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa. Suhu pantai atau laut di
pegunungan berkisar 26 derajat Celsius dan suhu gunung yang lebih tinggi
2.3 Penyebab
teratas akan diganti oleh sel-sel dari lapisan di bawahnya. Pada kulit
dengan sel-sel basal yang bergerak kelapisan yang lebih atas. Pada
pada keadaan ketombe proses ini bias terjadi 10-15 hari sekali.
5
sebum menjadi asam lemak bebas yang bersifat iritan bagi kulit kepala
kepala. Secara klinis ketombe ditandai oleh warna kemerahan pada kulit
dengan batas tidak jelas disertai skuama halus sampai agak kasar, dimulai
pada salah satu bagian kulit kepala, kemudian dapat meluas hingga seluruh
kulit kepala.
skuama dapat bertebaran diantara batang rambut atau jatuh pada kerah baju
ataupun bahu penderita, sehingga kulit kepala penuh dengan skuama seperti
rasa gatal yang hebat. Pada kasus yang kronis dapat disertai sedikit
6
2.5 Definisi Jamur
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur
jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa
benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi
melintang atau septa. Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup
untuk dilewati ribosom, mitokondria dan kadang kala inti sel yang mengalir
dari sel ke sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik.
Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut
menyerap nutrisi dari lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam
reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas
yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi
7
merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan
2.6 Morfologi
Pada umumnya, sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi
khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat
dari 5 sampai 30 µm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada
yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang
khas, namun sekaligus dalam biakan murni terdapat variasi yang luas dalam
hal ukuran dan bentuk sel-sel individu, tergantung kepada umur dan
penggerak lainnya.
Tubuh, atau talu, suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian :
miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan
µm.
Morfologinya berbentuk seperti botol dengan ukuran 1-2x 2-4 μm, gram
8
positif, dan berproliferasi dengan cara bertunas ataublastospora (Sutrisno,
2012).
juta per cm2) pada penderita ketombe mendukung pendapat bahwa jamur
serta obat-obat yang menurunkan daya tahan tubuh dan kulit. (Wijaya,
2001).
9
2.8 Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Exobasidiomycetes
Ordo : Malasseziales
Genus : Pityrosporum
10
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Metode
sehingga bila mengandung jamur, di bawah mikroskop akan terlihat hifa dan
atau spora.
3.4.1 Alat
1. Kaca objek
2. Kaca penutup
3. Pinset
4. Pipet tetes
5. Skalpel
6. Mikroskop
7. Hot plate
11
3.4.2 Bahan
2. Pewarna eosin
3. Sampel ketombe
4. Aquadets
aquadest.
3. Panaskan suspensi media pada hot plate hingga bubuk media larut.
12
3. Tambahkan pewarna eosin sebanyak 1 tetes dan di tutup dengan
kaca penutup.
3. Inkubasi sampel pada incubator dengan suhu 37oC selama 3-5 hari.
13
BAB IV
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum identifikasi dan isolasi jamur
jamur)
Negatif (tidak
Potato
terdapat spora
Dextrose 5 hari
maupun hifa
Agar (PDA)
jamur
4.2 Pembahasan
14
langsung diperiksa dibawah mikroskop untuk megetahui ada tidaknya jamur
yang ingin diperiksa. Fungsi KOH 10% untuk melunturkan atau melarutkan
mikroskop.
dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan
kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Dari media
ini juga dapat mengindikasi ketombe atau bahan (sisik) kering dari epidermis
telah di inkubasi pada media PDA selama 5 hari medapatkan hasil negative
pemeriksaan jamur yakni seperti proses praktikum yang tidak aseptis, dan
15
lingkungan laboratorium yang kurang steril. Oleh karena itu dalam setiap
dalam medium, perlu kehati-hatian agar tidak terjadi kontaminasi yang dapat
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Pemriksaan
jamur dilakukan pada sampel ketombe dengan cara identifikasi dan isolasi
jamur.
5.2 Saran
agar jamur bisa hidup lebih lama dan pada saat pemeriksaan bisa didpatkan
17
DAFTAR PUSTAKA
Avissa. 2014. Faktor Risiko Penggunaan Jibab Dengan Kejadian Ketombe pada
Mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.[Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Aqsha, 2013, ‘Klasifikasi jamur’, Jurnal ilmiah jamur, vol. 2, no. 1,hh 20-23
18