Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SITOHISTOLOGI
Teknik Pengambilan Organ Hewan Coba

Disusun Oleh
Alfinda Zahra Y P1337434318012
Sabrina Dela A P1337434318034
Adamalay Wardiwira P1337434318042

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020

i
Kata pengantar

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, tauhid,
danhidayah yang telah dilimpahkanNya sehingga tugas makalah mata kuliah
Sitohistoteknologiyang berjudul ” Teknik Pengambilan Organ Hewan Coba” dapat
diselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini terasa tidak sulit karena mendapat bantuan dari sumber-
sumber seperti internet dan buku pedoman. Bantuan dari berbagai pihak juga didapatkan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :
1. ibu Eko Naning Sofyanita.,S.Tr.AK., selaku dosen pengampu mata kuliah
Sitohistoteknologi yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu.
2. Teman-teman sarjana terapan teknik laboratorium medis tingkat 2 tahun ajaran
2020/2021.
Makalah yang berjudul “Teknik Pengambilan Organ Hewan Coba” ini dibuat sebagai salah
satu upaya agar semua orang mengetahui bagaimana Teknik yang benar dalam pengambilan
organ hewan coba yang baik dan benar tanpa menyiksa hewan uji coba
Disadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, agar isi dan makna makalah ini dapat mendekati tujuan dan
sasaran yang sebenarnya. Makalah ini dipersembahkan dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga makalah ini bermanfaat.

Semarang, Februari 2021

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................1-2
1.3. Tujuan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Mencit ............................................................................................................3

2.2 Cara Memegang Hewan Coba Mencit ..........................................................................5

2.3 Teknik Pengambilan Organ Hewan Coba .....................................................................5

2.3.1 Nekropsi Umum..........................................................................................................7

2.3.2 Nekropsi Histopatologi ..............................................................................................8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Patologi anatomi ialah spesialisasi medis yang berurusan dengan diagnosis


berdasarkan pada pemeriksaan kasar , mikroskopik, dan molekuler atas organ
jaringan ,dan sel dengan pengecatan khusus dan imuno histokimia yang dimanfaatkan
untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada dan disekeliling sel.

Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari kondisi dan fungsi


jaringan
dalam hubungannya dengan penyakit dan merupakan salah satu pertimbangan dalam 
penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatanterhadap jaringan yang diduga
terganggu.

Keputusan menggunakan hewan coba jenis apa dari galur mana tentu sangat
tergantung pada maksud dan tujuan penelitian dan uji yang akan dilakukan.
Umumnya diperlukan telaah pustaka yang luas dan mendalam untuk menentukan
spesies dan galur hewan coba yang akan digunakan. Pada dasarnya pemilihan hewan
coba harus didasarkan pada persamaan atau keterdekatan ciri dan sifat hewan coba
dengan manusia terutama dalam aspek yang diteliti dan hal-hal yang terkait dengan
aspek tersebut, selain didasarkan kemudahan mendapatkan hewan itu. Jika dalam
suatu penelitian pemberian bahan uji secara oral, maka hewan coba yang digunakan
harus mempunyai kesamaan ciri, sifat dan pola absorpsi dengan manusia meskipun
masih ada perbedaan kuantitatif. Berat badan perlu dipertimbangkan berhubungan
dengan volume sampel darah yang akan diambil, terutama bila penelitian perlu
pengambilan sampel berulang. Untuk mendapatkan hasil yang sahihperlu digunakan
hewan coba dari sumber yang dapat dipercaya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana anatomi dari mencit ?
2. Bagaimana cara memegang hewan coba mencit ?

iv
3. Bagaimana teknik pengambilan hewan coba mencit ?
4. Apa yang dimaksud nekropsi umum dan histologi ?

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui anatomi , cara memegang, teknik pengambilan hewan coba mencit
serta mengetahui nekropsi umum dan histologi.

v
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Mencit

Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk dalam
famili Muridae. Hewan ini sering ditemukan di dekat pemukiman dengan bentuk seperti tikus
kecil. Di alam, hewan ini sering dijumpai dengan warna hitam-keabuan sementara untuk
hewan uji, warna tikus ini diseleksi yang albino (putih). Hewan mencit sebagai hewan
percobaan sering digunakan dalam penelitian biologi, biomedis dan reproduksi.

Gambar 1.1 anatomi mencit

1.Mulut mencit terdiri atas 2 bagian yakni (1) bagian eksternal (luar) yang sempit berupa
vestibula yang terdiri dari ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi; (2) bagian dalam (internal)
atau rongga mulut yang dibatasi dengan tulang maksilaris, palatum serta mandibularis di
bagian belakang bersambung dengan faring.

2.Faring mencit di bagian dalamnya terdapat lengkung faring yang terdapat tonsil atau
amandel yang tersusun atas kumpulan kelenjar limfe. Kelenjar tersebut banyak mengandung
limfosit yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Letak faring bersimpangan
antara saluran respirasi dengan saluran makanan

3.Laring mencit secara fisiologi adalah saluran udara yang berfungsi sebagai pembentuk
suara yang lokasinya berada di depan bagian faring sampai di ketinggian vertebra servikalis
serta masuk ke dalam trakea. Pangkal trakea tersebut ditutup dengan epiglotis yang tersusun
atas dari tulang-tulang rawan.

4.Jantung mencit berada di atas rongga dada sebelah kiri, diatas diafragma. Jantung terdiri
dari 4 ruang dan terbungkus oleh selaput pericardia. Perikardia tersusun atas 2 lapisan, yaitu
lamina parietalis dan lamina viseralis . Diantara kedua lapis tersebut terdapat cavum

vi
pericardia yang berisi cairan pericardia. Jantung mencit tersusun atas empat ruang, yakni dua
atrium (serambi) dan dua ventrikel (bilik).

5.Paru-paru mencit lokasinya di dalam rongga dada sebelahnya kanan dan kiri jantung.
Paru-paru bagian kanan terdiri atas tiga kelompok alveolus yang merupakan dua lobus paru-
paru. Di bagian dalam paru-paru, bronkus bagian kanan memiliki tiga cabang, sementara
bronkus bagian kiri memiliki 2 cabang. Cabang dari bronkus dinamakan bronkiolus. Fungsi
paru-paru mencit yakni sebagai sistem pernafasan.

6.Hati mencit berfungsi sebagai homeostasis yang berperan dalam proses metabolisme.
Warna hati coklat kemerahan yang terletak di bagian bawah diafragma. Fungsi hati mencit
yakni mengubah zat makanan yang diserap dari usus dan kemudian disimpan di organ tubuh
lain; mengubah hasil metabolisme untuk diekskresikan kedalam empedu dan urin.

7.Kantung empedu mencit memiliki bentuk seperti buah pir yang mana organ tersebut
sebagai penghubung antara hati dengan usus dua belas jari. Kandung empedu berfungsi untuk
menghasilkan getah empedu, sehingga membuat getah empedu menjadi kental.

8.Lambung mencit adalah organ yang berbentuk seperti kacang keledai. Lambung tersusun
atas 3 bagian, yakni kardia, fundus, antrum. Makanan yang masuk ke dalam lambung melalui
kerongkongan serta melewati otot sfingter.

9.Usus dua belas jari (duodenum) mencit adalah bagian pertama dari usus halus. Makanan
yang masuk ke dalam duodenum bisa dicerna oleh usus halus. Jika duodenum sudah penuh,
maka duodenum akan memberikan sinyal kepada lambung untuk berhenti menyuplai sari
makanan.

10.Usus besar mencit terdiri atas dari kolon asendens (naik), kolon transversum (mendatar),
kolon desendens (menurun), dan kolon sigmoid (yang berhubungan dengan rektum)

11.Ginjal mencit terdiri dari sepasang organ dengan bentuk seperti kacang dan letaknya
berada di retroperitoneal di bagian kedua sisi tulang punggung. Ginjal mencit tidak melekat
langsung pada bagian dinding tubuh namun dilapisi oleh jaringan lemak. Pada bagian ginjal
kanan memiliki ukuran lebih besar, lebih berat dan letaknya lebih anterior. Ginjal mencit
jantan memiliki massa lebih berat dan lebih besar.

vii
12.Organ reproduksi mencit jantan berfungsi menghasilkan gamet jantan. Alat kelamin
mencit jantan tersusun atas alat kelamin dalam dan luar. Alat kelamin luar berupa penis dan
skrotum, sementara alat kelamin dalam berupa testis, saluran reproduksi, dan kelenjar
kelamin.

13.Sistem reproduksi mencit betina terdiri atas beberapa organ, yaitu ovarium, saluran telur
(oviduct atau tuba falopi), uterus (endometrium), vagina, dan klitroris. Ovarium berbentuk
bulat, kecil, melekat pada dinding rongga tubuh oleh selaput mesovarium.

2.2 Cara Memegang Hewan Coba Mencit

Pengambilan mencit dari kandang harus dilakukan dengan hati- hati, karena mencit
merupakan hewan yang selalu berusaha untuk menggigit dan mampu meloncat sampai
beberapa meter bila tersentuh. Untuk mengambil mencit dari kandang, buka kandang dengan
hati- hati. Buka penutup kandang secukupnya untuk memungkinkan tangan masuk.
Berikutnya angkat mencit dengan cara memegang mencit pada ekor (3-4 cm dari ujung). Bila
perlu mencit dapat diletakkan pada telapak tangan guna pengamatan atau pemeriksaan lebih
jauh. Memegang mencit dapat dilakukan dengan meletakkan mencit pada tempat dengan
permukaan kasar, misalnya di atas permukaan kain atau anyaman kawat bagian atas kandang.
Biarkan keempat kakinya mencengkeram kawat atau alas. Dengan sedikit menarik ekornya
mencit akan mencengkeramkan kakinya dengan makin kuat. Dengan tangan kiri, jepit kulit
tengkuk di antara telunjuk dan ibu jari. Pindahkan ekor dari tangan kanan ke antara jari manis
dan jari kelingking tangan kiri, sampai mencit dapat dipegang dengan erat dan siap diberi
perlakuan.

Gambar 2 cara memegang mencit

2.3 Teknik pengambilan organ hewan coba

Pembedahan atau disebut nekropsi merupakan salah satu prosedur untuk


mendapatkan sampel organ atau jaringan suatu hewan uji. Setelah mencit dibius dengan

viii
salah satu teknik yang disebutkan di bab sebelumnya, maka mencit siap untuk dibedah.
Hendaknya telah diketahui tujuan nekropsi, apakah untuk pemeriksaan bakteriologi,
virologi, histopatologi atau immunohistopatologi. Nekropis atau disebut juga
autopsi/obduksi tidak dapat mengungkapkan semua sebab-sebab penyakit atau sebab
kejadian penyakit. Nekropsi sering dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses penyakit
infeksius, kejadian defisiensi nutrisi, keracunan, penyuakit parasitik dan tumor.

Untuk keperluan identifikasi, nekropsi akan lebih baik jika dipadukan dengan
pemeriksaan lapangan untuk dapat menentukan penyebab masalah. Nekropsi atau dikenal
juga sebagai pemeriksaan postmortem dapat dilakukan untuk menentukan penyebab
penyakit dengan cara deskripsi penyayatan makroskopis dan tinjauan mikroskopis dari
jaringan serta melakukan pemeriksaan serologis, mikrobiologis yang memadai. Pada
umumnya ada dua jenis nekropsi yaitu: 1. Seksi lengkap = setiap organ atau jaringan dibuka
serta dilakukan pemeriksaan 109 2. Seksi non lengkap = Bila hewan sakit/mati karena
penyakit yang sangat menular atau zoonis (Anthrax, AI, TBC dan hepatisis). Nekropsi harus
segera dilakukan sebelum mengalami autolisis atau kerusakan jaringan permanen. Nekropsi
harus dilakukan 6-8 jam setelah kematian. Lewat dari itu, maka kemungkinan kerusakan
jaringan atau organ sangat besar dan akan mengganggu identifikasi.

Perlengkapan dan material yang digunakan untuk nekropsi pada mencit meliputi:

1. Ruangan berventilasi dan dilengkapi dengan pembuangan gas formalin agar tidak
meracuni orang yang melakukan nekropsi

2. Kacamata gelas atau googles, untuk melindungi dari uap formalin ke mata. Terkadang
dibutuhkan kacamata dengan pembesar untuk keperluan pembedahan mikro atau spesimen
kecil.

3. Sarung tangan atau gloves, perlu disediakan untuk menghindari paparan spesimen, darah
atau kontaminasi ke tangan, terutama kontak dengan kulit. Sarung tangan berbahan latex
sering digunakan atau vinyl bagi yang alergi dengan latex.

4. Jas laboratorium atau seragam proteksi wajib dikenakan untuk melindungi kontak
langsung kontaminan atau agensia fiksatif dengan kulit atau tubuh.

5. Papan bedah, bahan dari plastik cukup dapat digunakan, mudah dibersihkan dan dapat
digunakan berulang.

ix
6. Kertas pembersih (Paper towel) atau tissue untuk untuk meletakkan organ reproduksi
atau integumen ketika akan dilakukan pemeriksaan organ mencit

7. Penggaris atau alat ukur sejenis yang berguna ketika dilakukan pemotretan dan
memberitahukan skala dari spesimen. Perlu disediakan pula alat penimbang yang sudah
terkalibrasi

8. Forsep

9. Gunting

10. Skalpel

11. Jarum suntik dan syringe

12. Larutan Fiksatif

13. Larutan Dekalsifikasi

14. Kontainer untuk spesimen Berikut ini prosedur nekropsi yang dapat dilakukan pada
hewan mencit:

2.3.1 Nekropsi umum

1. Siapkan alat bedah, kapas, alkohol 70%, nampan operasi bedah, gunakan sarung tangan
serta tempat pembuangan.

2. Mencit yang telah dibius ditelentangkan pada meja operasi berupa nampan yang telah
diberi parafin padat. Mencit dibuat terlentang dengan tujuan supaya tidak bergeser

3. Difiksasi telapak kaki depan dan belakang dengan menyematkam jarum pentul atau paku
kecil.

4. Insisi atau penyayatan dimulai dari dinding abdomen, memotong kulit dan muskulusnya,
irisan dilanjutkan ke sisi kanan dan kiri, terus ke arah cranial, pemotongan costae sehingga
rongga thorax terbuka.

5. Pembedahan juga dapat dilakukan dengan cara dimulai dari dada secara melintang
menggunakan gunting tumpul dengan posisi mata tumpul ke dalam. Tujuannya agar ujung
tumpul tersebut tidak merusak organ dalam.

x
6. Di bawah leher digunting secara membujur hingga mendekati anus. Daerah didekat anus
digunting secara melintang. Kulit dibuka secara perlahan.

7. Organ yang diperlukan siap untuk diambil dan diidentifikasi.

8. Organ dengan hati-hati di ambil,dipegang organ/jaringan dengan hati-hati ketika diambil.


Gunakan scalpel dengan hati-hati ketika memisahkan jaringan atau organ

9. Setelah selesai, mencit dibuang di kantong plastik dan alat bedah dibersihkan.

2.3.2 Nekropsi histopatologi

Dua hal penting dalam melakukan prosedur nekropsi untuk pengambilan sampel
histopatologi, yaitu: kualitas spesimen yang dijadikan bahan pemeriksaan histopatologi akan
lebih baik jika diperhatikan cara penyimpanannya dan apabila timbul keraguan maka potong
sebagian dan simpan serta awetkan. Untuk itu beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk
menjamin kualitas spesimen:

1. Jaringan segar yang akan disimpan dalam formalin, berasal dari hewan yang baru saja
dibius dan dibedah. Jaringan lebih dari 8 jam tanpa segera difiksasi mengakibatkan autolisis
sel-selnya.

2. Setidaknya digunakan 10x volume buffer formalin 10% dari volume/besar jaringan yang
diambil untuk pembuatan preparat histopatologi.

3. Gunakan kontainer atau wadah yang dapat terbuka lebar. Tempatkan wadah formalin
ditempat yang tertutup rapat saat diperjalanan. Ingat bahwa formalin mudah menguap.

4. Perlu dihindari jaringan yang dibekukan dalam freezer baik sebelum dan sesudah
difiksasi dalam formalin.

5. Jaringan sebaiknya hanya setebal ¼ inchi (0,5 cm).

6. Perlu dilakukan pemotongan organ hati, atau organ lain sesuai kebutuhan, pada satu sisi
yang sama, kemudian difiksasi dengan pengawet (formalin 10%).

7. Semua meterial, harus diberi label yang jelas tentang : jenis organ/ jaringannya, tanggal
pengambilan sampel, species hewannya, bahan fiksatif. Gunakan penanda yang tidak mudah
luntur oleh air, misal menggunakan pensil. Untuk organ seperti paru-paru, perlu teknik
fiksasi tersendiri, yaitu inflasi. Paru-paru setelah diambil dari tubuh mencit segera difiksasi

xi
dengan cara menyuntikkan (infus) bahan fiksatif dengan bantuan alat suntik. Tujuannya
adalah agar tidak terjadi kolaps alveoli, jika terjadi kolaps maka akan mengakibatkan
misinterpretasi, karena kerusakan pada tahap pemotongan preparat. Namun juga perlu
diperhatikan bahwa penyuntikan bahan infus tidak boleh mengakibatkan overinflasi.
Overinflasi akan mengakibatkan rupture dari dinding sel alveolar. Rupture tersebut akan
mengakibatkan misinterpretasi karena susah dibedakan dengan emphysema. Sebagai
catatan: gelembung-gelembung mungkin timbul setelah inflasi akibat adanya percampuran
antara cairan fiksatif dengan sekret dari paru-paru. Inflasi ini dapat dilakukan juga tanpa
memisahkan paru-paru dari organ lainnya (In situ).

xii
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Mencit adalah kelompok hewan mamalia rodensia (pengerat) yang masuk dalam
famili Muridae. Mencit merupakan salah satu hewan yang biasa digunakan dalam proses uji
coba suatu inuvasi ilmiah oleh karena itu harus dilakukan secara baik dan benar tanpa
menyakiti atau menyiksa hewan uji coba.

Pembedahan atau disebut nekropsi merupakan salah satu prosedur untuk


mendapatkan sampel organ atau jaringan suatu hewan uji dan biasanya hewan uji coba
dibius sampai mati sebelum proses pengambilan organ dalam oleh sebab itu hendaknya
telah diketahui tujuan nekropsi, apakah untuk pemeriksaan bakteriologi, virologi,
histopatologi atau immunohistopatologi. Nekropsi sering dapat digunakan untuk
mengidentifikasi proses penyakit infeksius, kejadian defisiensi nutrisi, keracunan, penyuakit
parasitik dan tumor.

Pada umumnya ada dua jenis nekropsi yaitu: 1. Seksi lengkap = setiap organ atau
jaringan dibuka serta dilakukan pemeriksaan 109 2. Seksi non lengkap = Bila hewan
sakit/mati karena penyakit yang sangat menular atau zoonis (Anthrax, AI, TBC dan
hepatisis). Dua hal penting dalam melakukan prosedur nekropsi untuk pengambilan sampel
histopatologi, yaitu: kualitas spesimen yang dijadikan bahan pemeriksaan histopatologi akan
lebih baik jika diperhatikan cara penyimpanannya dan apabila timbul keraguan maka potong
sebagian dan simpan serta awetkan.

xiii
Daftar Pustaka

https://www.s3ilmukedokteranunud.org/wp-content/uploads/2020/12/MODUL-
PRAKTIKUM-Penanganan-Hewan-Coba.pdf

https://www.google.com/search?
q=cara+memegang+mencit&safe=strict&sxsrf=ALeKk00iyvEpvXeNor2Ks2LaOEJQxLV_
AA:1613537964365&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjU6MmpkfDuAhWi
83MBHQvzBV4Q_AUoAXoECA0QAw&biw=1366&bih=600#imgrc=HKmeLVVvZ6SxT
M

https://generasibiologi.com/2016/12/anatomi-morfologi-fisiologi-klasifikasi-nama-ilmiah-
latin-mencit-mus-musculus.html

https://repository.unmul.ac.id/bitstream/handle/123456789/1305/file_10219000341.pdf?
sequence=3&isAllowed=y

https://www.slideshare.net/Rhizamalia/makalah-penanganan-hewan-coba

xiv

Anda mungkin juga menyukai