Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL


STERILISASI RUANGAN

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Farmasi 4A

Rifa Agnia Farid 31119004


Rizal Indra Akbari 31119011
Putri Nurlita Sari 31119015
Rizka Nur Alifa A 31119018
Fujianti Putri N 31119022
Fabilah Kurniady 31119032
Anggi Anggriani W 31119047

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2022
Daftar Isi

STERIISASI RUANGAN ............................................................................................................................... 1


I. Tujuan .................................................................................................................................................. 1
II. Dasar Teori....................................................................................................................................... 1
III. Sterilisasi .......................................................................................................................................... 4
IV. Perhitungan dan Penimbangan ...................................................................................................... 7
V. Pengolahan ........................................................................................................................................... 7
VI. Evaluasi .......................................................................................................................................... 10
VII. Pembahasan ................................................................................................................................... 12
VIII. Kesimpulan ................................................................................................................................ 14
IX. Daftar Pustaka : ............................................................................................................................. 15
X. Lampiran ............................................................................................................................................ 16

Daftar Gambar
Gambar 1 partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan .................................................... 3
Gambar 2 Hasil Pengujian Sterilitas Ruangan ................................................................................................ 10
Gambar 3 Hasil Pengujian Sterilias 5 Jari (Handscoon) ................................................................................. 10
Gambar 4 Batas Yang disarankan Untuk Cemaran Mikroba (CPOB,2018) ................................................... 11

ii
STERIISASI RUANGAN
Fakultas Farmasi Prosedur Tetap Halaman Dari

Universitas BTH Sterilisasi Ruangan 1 3

Laboratorium formulasi dan No. Dokumen : PI.TFSS.001 Mengganti No :


teknologi steril

Tanggal : 08 september 22 Tanggal : 08 September 22

Disusun Oleh Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh : Lusi N,


M.SI,Apt

I. Tujuan
Untuk mengetahui adanya jasad renik hidup atau yang mempunyai daya hidup
didalam suatu ruangan aseptis.

II. Dasar Teori


Ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
Area bersih untuk pembuatan produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik
lingkungan yang dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat kebersihan
ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk meminimalkan risiko kontaminasi oleh
partikulat dan/atau mikroba pada produk dan/atau bahan yang ditangani.
Ruang bersih dan sarana udara bersih hendaklah dipantau secara rutin pada saat
kegiatan berlangsung dan penentuan lokasi pengambilan sampel hendaklah berdasarkan studi
analisis risiko yang dilakukan secara formal dan dari data yang diperoleh selama penentuan
klasifikasi ruangan dan/atau sarana udara bersih.
Untuk zona Kelas A, pemantauan partikel hendaklah dilakukan selama proses kritis
berlangsung, termasuk perakitan alat, kecuali bila dijustifikasi bahwa kontaminasi yang
terjadi dalam proses dapat merusak alat penghitung partikel atau menimbulkan bahaya, misal
organisme hidup dan bahan berbahaya radiologis.

1
Pada kasus demikian, pemantauan selama kegiatan rutin penyiapan alat hendaklah
dilakukan sebelum terpapar ke risiko kontaminasi tersebut di atas. Pemantauan selama
kegiatan proses yang disimulasikan hendaklah juga dilakukan.
Frekuensi pengambilan sampel dan ukuran sampel dalam pemantauan zona Kelas A
hendaklah ditetapkan sedemikian rupa sehingga mudah diintervensi. Kejadian yang bersifat
sementara dan kegagalan sistem apa pun dapat terdeteksi dan memicu alarm bila batas
waspada terlampaui. Jumlah rendah dari partikel yang berukuran > 5,0 µm di lokasi di titik
pengisian pada saat proses pengisian berlangsung tidak selalu dapat tercapai. Hal ini dapat
diterima karena ada sebaran partikel atau tetesan produk itu sendiri.
Sistem yang sama dianjurkan untuk Kelas B, walaupun frekuensi pengambilan sampel
dapat dikurangi. Kepentingan akan sistem pemantauan partikel hendaklah ditetapkan
berdasarkan efektivitas pemisahan Kelas A dan Kelas B yang berdampingan. Pemantauan
Kelas B hendaklah dilakukan pada frekuensi dan jumlah sampel yang memadai sehingga
perubahan pola kontaminasi dan kegagalan sistem dapat terdeteksi dan memicu alarm bila
batas waspada terlampaui.
Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel ukuran > 5,0 μm menjadi
penting karena merupakan sarana untuk deteksi dini kegagalan. Partikel ukuran > 5 μm
kadang-kadang dapat terdeteksi yang merupakan pembacaan semu, hal ini disebabkan oleh
lonjakan elektris, stray light, kejadian tidak terduga dan lain-lain. Namun, pembacaan partikel
dalam jumlah rendah yang terjadi secara berurutan ataupun terus-menerus merupakan indikasi
kemungkinan terjadi kontaminasi dan perlu diinvestigasi. Kejadian tersebut merupakan
indikasi dini kegagalan pada sistem tata udara, mesin pengisi atau merupakan indikasi dari
kebiasaan yang kurang sesuai selama perakitan alat dan kegiatan rutin.
Pada pembuatan produk steril dibedakan 4 Kelas kebersihan:
 Kelas A: Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup
karet, ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja. Sistem
udara laminar hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54
m/detik (nilai acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang
selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih
rendah dapat digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.

2
 Kelas B: Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A.
 Kelas C dan D: Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung
risiko lebih rendah

Gambar 1 partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan

Jumlah partikulat seperti yang tercantum pada tabel di atas untuk keadaan “non-
operasional”, setelah kegiatan selesai dan tanpa personel, hendaklah dicapai segera setelah
waktu pembersihan yang berkisar antara 15 – 20 menit (nilai acuan).
Kondisi “operasional” dan “nonoperasional” hendaklah ditetapkan untuk tiap ruang bersih.
Keadaan “nonoperasional” adalah kondisi di mana fasilitas telah terpasang dan beroperasi,
lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak ada personel. Kondisi “operasional” adalah
kondisi di mana fasilitas dalam keadaan berjalan sesuai modus pengoperasian yang ditetapkan
dengan sejumlah tertentu personel yang sedang bekerja. Agar tercapai kondisi “operasional”
maka area tersebut hendaklah didesain untuk mencapai tingkat kebersihan udara tertentu pada
kondisi “nonoperasional”. (BPOM RI, 2018)

3
III. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari
semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ) oleh panas
(kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam
larutan kimia, oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Mikroorganisme juga daapat
disingkirkansecara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tingggi atau oleh filtrasi (Irianto,
2006).
Sterilisasi dan densifektan sering digunakan di rumah sakit dan laboratorium berbatas
atau mengontrol pertumbuhan dari mikroorganisme yang berpotensi pathogen untuk
perlindungan dari pasien dan staf. Dua prosedur ini tidak terhindarkan dan sebaiknya tidak
dihindari (Steven, 2003):
Sterilisasi digunakan ketika inaktivasi dari semua mikrooorganisme yang bersifat
absolute. Sterilisasi dimaksudkan aktif secara fisika, kimia mekanik. Umumnya metode
pengeringan dan pemanasan digunakan dirumah sakit dan laboratorium (Steven, 2003).
Untuk bekerja dalam ruang lingkup kecil disarankan menggunakan kamar steril (books steril,
kapel steril). Ukuran dan konstruksinya sanagt bervariasi. Lemari yang terbuat dari logam
ringan atau bahan sintesis yang dilengkapi dengan dinding gelas atau pleksigelas lebar ini
menjamin kondisi yang kedap udara, sehingga tidak ada mikroorganisme dan ruang kerja
yang dapat masuk kedalam kamar. Dibagian depannya, mereka memiliki dua lubang, yang
dipasangi manset atau sarung tangan karet kedap kuman secara permanen. Dengan bantuan
sarung tangan tersebut bagian dalam boks dapat diraih sehingga kerja aseptik yang diperlukan
dapat dilakukan. Melalui bagian sisi atau atas yang dapat dibuka, alat-alat yang akan
digunakan bekerja dan telah disterilkan sebelumnya (timbangan, mortir, corong, sendok dan
lain-lain) serta obat dan bahan pembantu yang akan diracik, dimasukkan kedalam boks.
Setelah ruangan disemprot dengan bahan desinfeksi. Ruang bagian dalam dapat dipasangi
lampu UV yang sinarnya mampu mendukung pembebasan kuman-kuman. Juga modifikasi
boks yang digunakan pada pekerjaan yang melibatkan radioaktif, kontruksi serupa dapat
dimanfaatkan (Pelczar, 2005).

4
Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk kehidupan
mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk sporanya. Ruang steril sangat
penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril antara lain ruang bedah, ruang
pascaoperasi termasuk dalam bidang industri farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril
contohnya injeksi. Ruang-ruang tersebut dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku (Djide,
2003).
Bahan ataupun peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam
keadaan steril. Artinya pada bahan tersebut tidak didapatkan mikroba lain yang tidak
diharapkan, baik yang akan menggangggu/merusak media ataupun mengganggu kehidupan
dan proses yang sedang berlangsung (Suriawiria, 2005).
Dalam kegiatan sehari – hari terutama yang berhubungan dengan industri dikenal istilah
sterilisasi komersian yaitu suatu proses untuk membunuh semua mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kerusakan atau pembusukan produk seperti pada industri makanan atau produk
– produk farmasi antara lain obat – obatan (Djide, 2003 ).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target
suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung
dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk
sterilisasi disebut sterilant (Sylvia,2006).
Steril akan didapatkan melalui sterilisasi, sedang cara sterilisasi yang umum dilakukan adalah
(Suriawiria, 2005):
1. Sterilisasi secara fisik
2. Sterilisasi secara kimia
3. Sterilisasi secara mekanik
Sterilisasi dapat dibagi 2 yaitu : (Irianto, 2002)
1. Sterilisasi kering, cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Pemijaran, pemijaran diterapkan pada ose ujung-ujung pinset, dan sudip (spatula) logam.
b. Jilatan api (Flaming), diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca
objek, dan kaca penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen tanpa membiarkannya
memijar.
c. Tanur Uap Panas (Hot-Air Oven), sebagian besar sterilisasi kering dilakukan dengan alat
ini. Biasanya digunakan suhu 160-165ºC selama 1 jam. Cara ini baik dilakukan terhadap
alat-alat kering terbuat dari kaca dan terhadap bahan-bahan kering dalam tempat-tempat
tertutup.

5
2. Sterilisasi Panas, cara sterilisasi ini dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a. Penggodogan dalam air, cara ini hanya cukup untuk mematikan mikroorganisme yang
tidak berspora. Penggodokan dalam air tidak menjamin sterilitas, tetapi dianggap cukup
memuaskan untuk tujuan tertentu, dimana sterilitas mutlak tidak esensial dan cara-cara lain
tidak mungkin dilakukan.
b. Uap Mengalir, Uap mengalir bebas digunakan dalam tempat yang tidak tertutup rapat
yang dapat menahan uap itu tanpa tekanan. Cara ini adalah suatu proses sterilisasi dengan
menggunakan ua pada suhu 100ºC, yang dialirkan pada benda yang akan disterilkan untuk
beberapa menit berkali-kali (3 sampai 4 kali) dengan selang waktu 24 jam.
c. Uap dalam Tekanan, pensterilan dengan uap dalam tekanan dilakukan dalam autoklaf.
Dalam autoklaf ini uap berada dalam keadaan jenuh, dan peningkatan tekanan
mengakibatkan suhu yang tercapai menjadi lebih tinggi, yaitu di bawah takanan 15 ib (2
atmosfer).

Metode pengendalian adalah suatu metode untuk mematikan mikroorganisme dan


ditunjukan terhadap pemusnahan sepenuhnya mikrooganisme dari daerah manapun yang
kemungkinannya terjadi infeksi. Metode tersebut dikenal dengan nama desinfeksi. Tujuan
desinfeksi adalah memusnahkan agen – agen penyakit, sedangkan istilah sterilisasi adalah
istilah mutlak yang artinya mematikan semua jenis mikroorganisme (Djide, 2003 ).

6
IV. Perhitungan dan Penimbangan
Rumus perhitungan pembuatan media :

𝑣𝑜𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛


𝑔𝑟 = 𝑥 𝑔𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤𝑎𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎
1000
Keterangan :
Gr pada media agar : 28 gr
Volume : 3 x 20 ml = 60 ml

Media yang dibuat sebanyak 3 cawan dengan masing-masing cawan isi sebanyak 20 ml

𝑣
𝑔𝑟 = 1000 𝑥 𝑔𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑑𝑖𝑎

60
𝑔𝑟 = 1000 𝑥 28

= 1,68 gr

V. Pengolahan
Peralatan Uji :
- Cawan petri : 4 buah
- Erlenmeyer : 1 buah
- Alat swab
- Oven dan incubator
- Gelas ukur 100 ml
- Otoklaf
Reagensia :
- Aquadest steril
- Alcohol 70%
- Nutrient agar

 Persiapan untuk pengujian


1) Sanitasi ruangan untuk pengujian

Sebelum melakukan Ketika akan melakukan


pengujian, bersihkan pengujian, matikan
Kemudian nyalakan
ruangan dengan lampu UV dan nyalakan
lampu UV di LAF
menggunakan fenol dan lampu NEON dan
selama 1 jam
suci hamakan LAF nyalakan aliran udara.
dengan alcohol 70& LAF siap digunakan

7
2) Pembuatan media agar untuk pemantauan lingkungan

Sterilkan larutan agar


Larutkan dalam 1L dalam autoclave pada
Timbang 23 gram
aquadest lalu didihkan temperatur 121°C
Natrium Agar
sampai semua larut
selama 20 menit

3) Persiapan Peralatan

Pakaian, sarung tangan, masker dan Alat-alat gelas.


sepatu disterilkan dalam autoclave Masing-masing dibungkus dengan
pada temperatur 121°C selama 20 kertas roti/kertas biasa, lalu sterilkan di
menit, kemudian keringkan dalam oven pada temperatur 180°C selama 1
oven pada temperatur 85°C selama 3 jam dan autoclave pada temperatur
jam 121°C selama 20 menit

4) Sterilisasi 5 jari

Semprot meja dengan Buka cawan petri 1 dan


Siapakan 2 cawan petri menggunakan diamkan selama 15
yang telah diisi Nutrien antiseptik lalu lap menir
agar searah dengan
menggunakan tissue

Pada cawan no 2, buka


tutup cawan petri Diamkan selama 15 Setelah 24 jam, cek
kemudian masukan 5 menit lalu inkubasi di koloni bakteri dengan
jari tangan yang inkubator selama 24 menggunakan alat
menggunakan jam pada suhu 37°C colony counter
handscoon kedalam
cawan yang berisi NA.

8
 Cara pengujian

Lakukan pemantauan
Siapkan semua lingkungan dengan
Sterilkan alat-alat yang reagensia yang menempelkan cawan
akan digunakan, diperlukan untuk uji media untuk bakteri dan
autoclave dan oven cemaran jamur di dalam dan di
mikroorganisme luar LAF selama 15
menit

Tutup cawan media,


kemudian inkubasi pada
temperatur 37°C selama Interpretasi hasil
24 jam

9
VI. Evaluasi

No Pengujian Hasil Dokumentasi


Cawan

1 Ruangan (+) Pertumbuhan bakteri

Gambar 2 Hasil Pengujian


Sterilitas Ruangan

2 5 jari (+) Pertumbuhan bakteri


(Handscoon)

Gambar 3 Hasil Pengujian


Sterilias 5 Jari
(Handscoon)

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan hasil jumlah mikroba yaitu


pada ruangan sebanyak 31 cfu, dan pada 5 jari (Tangan) sebanyak 5 cfu. Dari hasil
tersebut dapat dinyatakan bahwa sterilitas yang lebih baik terdapat pada pengujian 5
jari (tangan) karena medium yang di uji pada tangan praktikan ditumbuhi sejumlah
koloni bakteri paling sedikit.

10
Persyaratan batas yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama kegiatan
berlangsung adalah sebagai berikut :

Gambar 4 Batas Yang disarankan Untuk Cemaran Mikroba (CPOB,2018)

Dapat dilihat bahwa syarat cfu untuk mikroba menggunakan sampel udara/cara
aktif lebih tinggi daripada pasif. Karena metode aktif menggunakan volume udara yang
disedot aktif sehingga kemungkinan jumlah mikroba lebih tinggi.

11
VII. Pembahasan
Praktikum kali ini menganai sterilisasi ruangan. Secara umum, istilah steril ini
diartikan bebas dari mikroorganisme hidup. Berdasarkan definisinya sterilisasi adalah
suatu proses untuk menghilangkan atau menginaktivasi mikroorganisme hidup (bakteri,
jamur, virus dan organisme ber-sel satu lainnya) yang terdapat pada suatu produk.
Sterilisasi juga dapat didefinisikan yaitu suatu proses yang dilakukan untuk membunuh
atau memusnahkan semua mikroorganisme atau jasad renik yang ada, sehingga tidak
ada lagi mikroorganisme yang tumbuh dalam suatu medium.

Uji sterilisasi ruangan merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji


mikroba yang terdapat dalam suatu ruangan guna melihat tingkat sterilitas pada
suaturuangan, ruangan yang memiliki sterilitas baik ditandai dengan sedikitnya
jumlahmikroba atau bahkan tidak ada sama sekali.Secara garis besar tcrdapat tiga cara
uji sterilisasi yaitu sterilisasi dengan cara panas (panas basah dan panas kering),
sterilisasi dengan cara kimia (gasetilen oksida, EtO), dan sterilisasi dengan cara dingin
(filtrasi, radiasi). Pada praktikum kali ini akan dilakukan terhadap 2 media yang
berbeda. Untuk media pertama diberikan untuk menguji suatu ruangan dan media yang
kedua untuk menguji sarung tangan yang digunakan dalam proses pembuatan sediaan
steril.

Pada percobaan yang pertama dilakukan terhadap ruangan dengan


menggunakan medium NA yang telah disterilkan sebelumnya menggunakan autoclave.
Sebelum melakukan uji sterilisasi ruangan, kita harus melakukan sterilisasi terlebih
dahulu terhadap ruangan yang akan kita uji. Uji sterilisasi ruangan yang meliputi uji
sterilisasi pada lampu UV, Laminary Air Flow (LAF) dan enkas. Lampu UV, enkas dan
LAF disterilkan dengan cara disemprot dengan alkohol 70% dan dinyalakan selama
kurang lebih sekitar 15 menit. Tujuannya untuk membunuh semua mikroba yang ada
pada tempat itu, karena pada umumnya mikroba akan mati atau berpindah dari tempat
yang di uji sterilitasnya karena zat kimia, lampu UV ataupun LAF dan media
sterilitasator lainnya setelah kurang lebih 15 menit. Setelah melakukan itu, letakan
cawan petri yang berisi NA di atas enkas lalu dibuka tutupnya 1/3 bagian selama 15
menit dengan tujuan untuk memberikan kesempatan kepada mikroba untuk masuk
sehingga dapat diamati.

12
Cawan dibiarkan terbuka selama 15 menit, karena pada selang waktu tersebut
mikroba sudah mampu di isolasi dari suatu tempat (lingkungan) ke dalam suatu
medium.gar mikroba atau bakteri dari udara bisa masuk. Setelah itu ditutup dan
diinkubasi pada suhu 37 derajat celcius selama satu hari atau 24 jam. Setelah diinkubasi
media diamati, hasil pengamatan menunjukkan media terdapat bintik putih hal ini
menandakan bahwa ruangan tidak steril dan tidak direkomendasikan untuk pembuatan
sediaan steril karena akan terjadi kemungkinan terkontaminasi mikroba dalam ruangan
tersebut.

Pada percobaan kedua dilakukan terhadap salah satu tangan praktikan, bagian
ini dilakukan dengan cara praktikan menempelkan salah satu tangannya kedalam
media. Setalah itu media diinkubasi pada suhu 37⁰C selama satu hari atau selama 24
jam bersama dengan cawan petri yang percobaan pertama tadi. Setelah diinkubasi
media diamati, hasil pengamatan menunjukkan media terdapat banyak bintik putih hal
ini menandakan bahwa praktikan tidak melakukan cuci tangan dengan baik ataupun
pengaruh dari keringat tangan praktikan.

Dari hasil yang diperolah dari praktikum ini dalam pertumbuhan bakteri
secara berturut-turut, pada ruangan dihasilkan terdapat sejumlah 31 koloni bakteri dan
pada tangan terdapat sejumlah 5 koloni bakteri. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan
bahwa sterilitas yang lebih baik terdapat pada tangan karena medium yang di uji pada
tangan praktikan ditumbuhi sejumlah koloni bakteri paling sedikit.

Uji sterilisasi ruangan merupakan pengujian yang dilakukan untuk menguji


mikroba yang terdapat dalam suatu ruangan guna melihat tingkat sterilitas pada suatu
ruangan, ruangan yang memiliki sterilitas baik ditandai dengan sedikitnya jumlah
mikroba atau bahkan tidak ada sama sekali.

13
Dalam praktikum steriliasasi ini cawan petri yang telah berisi media NA
(Nutrient Agar) dimasukkan ke dalam 2 ruangan yang dipakai saat praktikum, yaitu
laboratorium mikrobiologi dan laboratorium farmakologi prodi S1 Farmasi Prodi
Farmasi Universitas Bakti Tunas Husada. Pada laboratorium mikrobiologi yang di uji
sterilitasnya adalah sterilisasi dari alat yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril
serta sarung tangan yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril. Sedangkan pada
laboratorium farmakologi yang di uji sterilitasnya adalah sterilisasi dari ruangan yang
digunakan dalam pembuatan sediaan steril serta alat yang digunakan dalam pembuatan
sediaan steril. Setelah itu, cawan petri yang berisi media NA (Nutrient Agar) tersebut
dimasukkan ke dalam masing-masing ruangan lalu dibuka 1/3 bagian, tujuan dari hal
tersebut adalah agar memberikan mikroba yang terdapat pada ruangan tersebut untuk
masuk ke dalam cawan petri sehingga jumlah mikroba dapat diamati. Cawan petri
tersebut tidak dibukakan semua dikarenakan dikhawatirkan jika dibuka semua, maka
mikroba yang masuk ke dalam cawan petri akan terlalu banyak sehingga akan
mempersulit dalam proses pengamatan.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sterilisasi alat dan ruangan merupakan proses yang sangat penting dalam
keberlangsungan dan keberhasilan pembuatan sediaan steril.
2. Hasil inkubasi menunjukkan bahwa ruangan laboratorium tidak berada dalam
keadaan steril,
3. Sarung tangan (Handscoon) yang digunakan dalam proses pembuatan sediaan steril
juga menunjukkan adanya koloni yang tumbuh pada media NA tersebut.
4. Jika dibandingkan pertumbuhan koloni pada sterilisasi ruang dan sarung tangan
koloni lebih banyak terdapat pada media NA sterilisasi ruang.

14
IX. Daftar Pustaka :
 BPOM RI. (2018). PerKa BPOM No 34 tahun 2018 tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
 Berybe Juli. 2013. Uji Sterilisasi Ruangan
https://id.scribd.com/doc/133411116/MIKFAR3-uji-sterilisasi-ruangan-doc Diakses
pada tanggal 10 November 2021 Pukul 07.03 WIB
 Badan POM RI. 2018. PETUNJUK OPERASIONAL PENERAPAN PEDOMAN
CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK ANEKS 1 PEMBUATAN PRODUK
STERIL PICS. 2018. GUIDE TO GOOD MANUFACTURING PRACTICE FOR
MEDICINAL PRODUCTS ANNEXES
 Pelczar, Michael.J. dan E.C.S. Chan 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi L. Jakarta : UI
Press.

15
X. Lampiran

Bersihkan ruangan terlebih dahulu

Cawan Pertama dibuka tutup nya kemudian


diamkan selama 15 menit dalam keadaan
penutup terbuka

Cawan kedua dibuka tutup nya, tempelkan


5 jari tangan, kemudian tutup kembali

Hasil bakteri yang udara ruangan 15 menit


dicek menggunakan alat colony counter

Hasil bakteri yang handscoon 5 jari dicek


menggunakan alat colony counter

16

Anda mungkin juga menyukai