Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM

UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIK

I. TUJUAN
Apakah suatu bakteri resesif, intermediet, atau sensitif terhadap
antibiotic tertentu.
II. LANDASASAN TEORI
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.
Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana
mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.
Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri.
Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar
dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui
sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan
terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang
mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan
bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka
terhadap antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik
yang masih baik untuk memberikan daya hambat terhadap mikroba.
Uji sensitivitas terhadap suatu antimikroba untuk dapat menunjukkan
pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambatnya terhadap
mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh
metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi
dilakukan. Biasanya metode merupakan standar untuk mengatasi
keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas antimikroba (Djide,
2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari
keadaan sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten
sepenuhnya. Sedangkan resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba
sudah peka atau sudah kebal terhadap antibiotik (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti
mikroba atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten
alamiah, resisten karena adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan
resisten karena terjadinya pemindahan gen yang resisten (resistensi
ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu mikroorganisme
dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme
genetik atau non-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah
penggunaan antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan
dosis yang tidak memadai, pemakaian yang tidak teratur, demikian
juga waktu pengobatan yang tidak cukup lama, sehingga untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya resisten tersebut, maka cara
pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide, 2008).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat
adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada
media agar oleh antibiotik. Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan
Streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki
spektrum yang luas sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
secara luas (Djide, 2008)
III. ALAT DAN BAHAN
1. Cawan petri
2. Tugal/jarum inokulasi
3. Lidi kapas steril
4. Standar Mc-Farland 0,5
5. Incubator
6. Bakteri uji
7. Cakram antibiotic
8. NaCl fisiologis
9. Muller Histon agar
IV. CARA KERJA
1. Membuat inoculum bakteri dengan cara mengambil 3-5 koloni
bakteri yang akan di uji dari cawan petri dengan menggunakan
tugal.
2. Koloni yang di ambil tadi, lalu di masukan pada sebuah tabung
reaksi yang berisi NaCl fisiologis steril, sehingga terbentuk
suspense bakteri yang akan di uji.
3. Suspensi tersebut lalu di bandingkan dengan satandar Mc-Farland
0,5. Kalau terlalu keruh tambah NaCl fisiologis steril, kalau terlalu
encer di tambah kaloni bakteri sampai tercapai kekeruhan yang
sama dengan standar Mc-Farland 0,5.
4. Suspense bakteri tersebut di ambil dengan menggunakan lidi kapas
steril. Supaya tidak terbawa banyak suspense yang terambil.
Setelah di celupkan lidi kapas tersebut di tekan-tekan pada dinding
tabung reaksi, di atas permukaan suspense bakteri.
5. Lidi kapas tersebut, lalu di panaskan pada semua permukaan
media. Inkulum dibiarkan mongering sekama 3-5 menit pada
temperature kamar dengan tertutup.
6. Cakram antibiotic di letakan di atas permukaan Muller Histon agar
dengan menggunakan pinset steril.
7. Diingkubasikan dalam ingkubator pada suhu 37℃ selama 24 – 48
jam.
8. Mengkurtur zona hambat dengan menggukan kalifer.
9. Menentukan apakah bakteri tersebut resisten, intermediet, atau
sensitive antibiotic tertentu, dengan cara membandingkan zona
hambat hasil pengukuran dengan table yang tersedia.
V. HASIL PERCOBAAN

Zona
Jenis Hambat
No Jenis Bakteri Gambar keterangan
Antibiotik Antibiotik
(mm)

AZM 6,5 Resisten

AML 20,7 Sensitif


Staphylococcus
1.
aureus TE 11,5 Resisten

C 7,7 Resisten

 Data hasil pengukuran zona hambat antibiotik

Zona hambat (mm)


Kelompok
AZM AML T C
1. 6,5 (R) 20,7 (S) 11,5 (R) 7,7 (R)
2. 5,2 (R) 21,4 (S) 12,1 (R) 8,2 (R)
3. 6,35 (R) 19,05 (R) 12,3 (R) 8,1 (R)
4. 6,7 (R) 6,9 (R) 15,8 (R) 6,7 (R)
5. 5,2 (R) 23,4 (S) 13,9 (R) 6,8 (R)
6. 6,5 (R) 25,2 (S) 14,4 (R) 9,7 (R)
7. 6,2 (R) 21,5 (S) 16,35 (R) 13,6 (I)
8. 6,2 (R) 21,2 (S) 11,5 (R) 4,8 (R)

Rata-rata 6,1 (R) 20 (S) 13,48 (R) 8,2 (R)

VI. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotic AZM
dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di peroleh zona
hambat 6,5 mm yang artinya bakteri tersebut resisten terhadap
antibiotik.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotic AML
dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di peroleh zona
hambat 20,7 mm yang artinya bakteri tersebut sensitive terhadap
antibiotik.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotic TE
dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di peroleh zona
hambat 11,5 mm yang artinya bakteri tersebut resisten terhadap
antibiotik.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotic C
dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di peroleh zona
hambat 7,7 mm yang artinya bakteri tersebut resisten terhadap
antibiotik.
Dari semua kelompok hasil pengamatan terhadap pengujian
antibiotic dengan menggunakan bakteri Staphylococcus aureus di
peroleh zona hambat rata-rata AZM (6,1 mm) bakteri tersebut resisten
terhadap antibiotic, AML (20 mm) bakteri tersebut sensitive terhadap
antibiotic, TE (13,48 mm) bakteri tersebut resisten terhadap antibiotic,
C (8,2 mm) bakteri tersebut resisten terhadap antibiotic.
VII. PERTANYAAN
1. Apa materi genetic di luar kromosom yang dapat bereplikasi
secara autosom, yang menbawa sifat-sifat khusus bakteri ?
Jawab :
2. Apa perbedaan sifat antara plasmid dan transposon?
Jawab :
3. Apa makna yang bisa saudara simpulkan mengenai
terbentuknya zona hambat (daerah bening di sekitar cakram
antibiotic?
Jawab : itu artinya jika diameter zona hambat tersebut lebih
dari 20 mm maka bakteri tersebut sensitive terhadap antibiotic
tersebut
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum tersebut dapat di simpulkan bahwa bakteri
Staphylococcus aureus sensitive terhadap antibiotic AML dan resisten
terhadap antibiotic TE, C , dan AZM.

IX. DAFTAR PUSTAKA


PRAKTIKUM

KULTUR BAKTERI

I. TUJUAN
Untuk mengetahui teknik menanam bakteri dalam pembenihan di agar
lempeng.
II. DASAR TEORI
III. ALAT DAN BAHAN
1. Cottonbud
2. Agar Muller Histon
3. Larutan NaCl
4. Bakteri dari rongga hidung
5. Cawan petri
6. Spirtus
7. Penjepit
8. inkubator
IV. CARA KERJA
1. Ambil cottonbud yang sudah di sterilkan, kemudian celupkan
kedalam NaCl.
2. Bakteri di ambil dari sela sela rongga hidung manusia dengan
menggunakan cottonbud yang sudah di celupkan kedalam NaCl.
3. Setelah itu goreskan cottonbud ke permukaan agar Muller Histon
dengan teknik yang sudah di tentukan.
4. Setelah itu tutup agar tersebut dengan cawan petri. Masukan agar
tersebut kedalam incubator selama 24 jam.
V. HASIL PERCOBAAN

VI. PEMBAHASAN

Dari hasil percobaan di hasilkan beberapa kultur bakteri dalam 1


cawan petri yang di hasilkan dari sela sela rongga hidung.
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFATAR PUSTAKA
LAPORAN PRAKTIKUM
MENGAMATI MORFOLOGI BAKTERI
I. TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk-bentuk variasi bakteri yang sudah di kultur
sebelumnya.
II. DASAR TEORI
Secara harafiah, morfologi berarti ‘pengetahuan tentang bentuk’
(morphos). Morfologi dalam cabang ilmu biologi adalah ilmu tentang
bentuk organisme, terutama hewan dan tumbuhan dan mencakup
bagian-bagiannya. Morfologi bakteri dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Morfologi makroskopik (kolonial morfologi)
a) Karakterisktik koloni berdasarkan pengamatan pada
plate agar.
b) Bentuk koloni, ukuran, margin, elevasi, warna,
permukaan, dan konsistensi.
2. Morfologi mikroskopis (seluler morfologi)
a) Sturktur sel bakteri berdasarkan pengamatan dibawah
mikroskop.
b) Flagella, pili, kapsul, dinding sel, sitoplasma, spora,
flagella, pili, kapsul.

 Morfologi Makroskopik
Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, margin, elevasi,
warna, permukaan, konsistensi) yang diistilahkan sebagai
“morfologi koloni”. Morfologi koloni adalah cara para
ilmuwan dapat mengidentifikasi bakteri secara makroskopis.
a. Ukuran
 Bentuk titik
 Kecil
 Moderat atau sedang
 Besar

b. Pigmentasi (warna koloni)


 Putih
 Kuning
 Merah
 Ungu
c. Form (Bentuk koloni)
 Sirkuler : Bulat, bertepi
 Ireguler : tidak beraturan, bertepi
 Rhizoid : bentuk seperti akar, pertumbuhan
menyebar
d. Margin
 Entire : Tepian rata
 Lobate : tepian berlekuk
 Undulate : tepian bergelombang
 Serrate : Tepian bergerigi
 Filamentous : tepian seperti benang-benang

e. Elevasi (ketinggian pertumbuhan koloni bakteri)
 Flat : ketinggian tidak terukur, nyaris rata
dengan medium
 Raised : ketinggian nyata terlihat, namun
rata pada seluruh permukaan
 Convex : bentuk cembung seperti tetesan air
 Umbonate : bentuk cembung dibagian tengah
lebih menonjol.

 Morfologi Mikroskopik
Morfologi mikroskopik adalah karakteristik
bakteri yang dilihat melalui pengamatan
dibawah mikroskop. Bentuk bakteri sangat
bervariasi, tetapi secara umum ada 3 tipe, yaitu :
 Bentuk bulat / kokus
 Bentuk batang / basil
 Bentuk spiral / spirilium

III. ALAT DAN BAHAN


1. Agar Muller Histon yang sudah ada koloni bakteri
2. Lup
3. Cahaya/senter
IV. CARA KERJA
1. Amati rupa dan permukaan semua jenis koloni bakteri yang
tumbuh di dalam agar Muller Histon dengan menggunakan lup.
2. Amati bentuk elevasi dan bentuk pinggir dengan cara melihat dari
pinggir agar.
3. Amati daya tembus cahaya dengan menggunakan senter.
V. HASIL PERCOBAAN

Daya
Nama Bentuk
Rupa Pinggir Permukaan tembus
koloni elevasi
cahaya
Koloni 1 Rhizoid,irregular, Culred Umbonate Rugase Transparant
Branched parallel Wrinkled
chain in
waves
(bergerigi)
Koloni 2 Circular Smooth Flat Smooth Semi
transparant

Koloni 3 Puncliform Smooth Flat Smooth Transparant

Koloni 4 Circular Undulate Eluse Concentric Semi


Wavy very thin ring with transparant
Shalow common
Indenta center

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai