Aspergillus flavus merupakan salah satu spesies fungi dari filum Ascomycota. Jamur ini
sering mengontaminasi pada makanan hasil panen, seperti kacang-kacangan, jagung,
cabe, biji kapas serta serealia (Supardi, 1999). Seperti kebanyakan fungi pada filum
ascomycota, fungi ini merupakan kapang saprofit di dalam tanah umumnya berperan
sebagai pendaur ulang.
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Classis : Eurotiomycetes
Sub classis : Eurotiomycetidae
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
Adapun morfologi dari jamur A.flavus yaitu koloni berwarna Hijau muda dengan bentuk
koloni granular
dan kompak. Hal ini sesuai dengan Elmer (1978) yang mengatakan bahwa pada
isolasi murni dalam media SGA A.flavus memiliki koloni berwarna hijau
kekuningan atau kuning kecoklatan (Syafurrisal, 2014). Koloni A.flavus pada saat
muda berwarna putih, dan akan berubah menjadi warna hijau kekuningan setelah
membentuk konidia. Kepala konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua
berbentuk bulat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Koneman (1992) bahwa
semibulat, dimeter 3 – 6 μm, berwarna hijau dan berduri yang bersifat halus
Reproduksi aseksual
Reproduksi secara aseksual yang dilakukan dengan dua cara, yaitu
fragmentasi hifa dan pembentukan spora aseksual konidiospora. Hifa dewasa yang
terputus akan tumbuh menjadi sebuah hifa jamur baru. Hifa haploid (n) yang
sudah dewasa akan menghasilkan konidiofor (tangkai konidia). Pada ujung dari
konidiofor akan terbentuk spora yang diterbangkan angin yang disebut dengan
konidia. Konidia memiliki jumlah kromosom yang haploid (n). Konidia pada
jamur Ascomycota berwarna-warni, antara lain berwarna oranye, hitam, biru atau
kecokelatan. Jika kondisi lingkungan menguntungkan, maka konidia akan
berkecambah menjadi hifa yang haploid. Hifa akan bercabang-cabang dengan
membentuk miselium yang berkromosom haploid (n).
Reproduksi seksual
Hifa (+) dan hifa (-) yang masing-masing memiliki kromosom haploid yang berdekatan.
Hifa (+) membentuk askogonium (alat reproduksi betina), sedangkan hifa (-) dengan
membentuk anteridium (alat reproduksi jantan).
Askogonium akan membentuk saluran yang menuju anteridium yang disebut dengantrikogin.
Melalui trikogin, terjadi proses plasmogami (peleburan sitoplasma). Askogonium akan menerima
nukelus yang berkromosom haploid dari anteridium sehingga askogonium memiliki banyak inti
dari keduanya (dikariotik).
Askogonium akan tumbuh menjadi sebuah hifa dikariotik yang bercabang-cabang dan tergabung
dalam askokarp (tubuh buah).
Di dalam aksus terjadi kariogami (peleburan inti) sehingga akan terbentuk inti yang
berkromosom diploid (2n).
Inti diploid yang ada dalam askus akan membelah secara meiosis dengan menghasilkan 4 nukelus
yang haploid (n).
Masing-masing dari nukleus haploid akan membelah secara mitosis sehingga yang ada didalam
askus dengan terdapat 8 nukleus. Selanjutnya, dari sekitar nukleus akan terbentuk dinding sel dan
terbentuk askospora yang berkromosom haploid (n).
Jika askus telah masak, maka askospora akan terbesar secara serentak. Hal ini akan terjadi karena
jika satu askus pecah maka akan berakibat pada pecahnya askus lain.
Askospora yang jatuh ditempat yang cocok akan berkecambah menjadi hifa baru yang haploid
(n). Hifa haploid akan tumbuh bercabang-cabang membentuk miselium yang haploid (n).
Peranan A. flavus di alam
Asfergillus flavus umumnya berperan sebagai pendaur ulang dalam tanah, juga sebagai
patogen bagi tanaman. fungi ini juga dapat menghasikan aflitoksin sehingga bersifat
toksik baik bagi tumbuhan serta manusia dan dapat mengganggu sistem pernapasan
manusia (paru-paru) yang bernama aspergillosis. Selain itu jamur ini juga dapat
mengontaminasi hasil panen menjadi terkandung aflitoksin tersebut.