Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui standar normal terhadap udara secara bakteriologi.
2. Melakukan pemeriksaan udara pada ruang kelas Ber-AC di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
3. Mengidentifiksi koloni yang tumbuh pada media.

B. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan metode yang digunakan untuk
pemeriksaan kualitas udara dengan benar.
2. Hasil praktikum dapat digunakan sebagai informasi bagi praktikan tentang
kualitas material yang diuji.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Udara
Polusi udara baik dari polusi secara fisik, kimia dan biologi. Polutan kasat
mata seperti bakteri dan kapang dapat menjadi sumber infeksi bagi pekerja yang
beraktivitas di ruangan tersebut. Menurut Permenkes No:
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, jumlah kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara serta
bebas kuman pathogen. Sumber polutan yang mempengaruhi kualitas udara
ruangan diantarannya penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternative untuk
mengganti ventilasi alami namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi
tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak, selain itu metoda dan
frekuensi pembersihan ruangan dan jumlah karyawan di dalam ruangan juga
berkontribusi untuk menambah jumlah dan jenis mikroba di udara. Faktor
lingkungan suhu dan kelembaban ruangan juga mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme.1

Udara di dalam suatu ruangan dapat merupakan sumber kontaminasi


udara. Udara tidak mengandung mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi
dari lingkungan sekitar mengakibatkan udara mengandung berbagai
mikroorganisme, misalnya debu, air, proses aerasi, dari penderita yang
mengalami infeksi saluran pencernaan dan dari ruangan yang digunakan untuk
fermentasi. Mikroorganisme yang terdapat dalam udara biasanya melekat pada
bahan padat, misalnya debu atau terdapat dalam droplet air.2

Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan


akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Misalnya bakteri
termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri

2
dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia.3

Udara mengandung campuran gas-gas yang sebagian besar terdiri dari


Nitrogen (N2) 23%, Oksigen (O2) 21 % dan gas lainnya 1%. Selain gas juga
terdapat debu, kapang, bakteri, khamir, virus dan lain-lain. Walaupun udara
bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara.
Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-
zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis
Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering.4

Jumlah mikroba yang terdapat di udara tergantung pada aktivitas


lingkungan misalnya udara di atas padang pasir atau gunung kering, dimana
aktivitas kehidupan relatif sedikit maka jumlah mikroba juga sedikit. Contoh lain
udara di sekitar rumah, pemotongan hewan, kandang hewan ternak, tempat
pembuangan sampah maka jumlah mikroba relatif banyak.4

Banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen yang ditularkan


melalui udara, misalnya bakteri penyebab tubercolosis (TBC) dan virus flu yang
dapat ditularkan melalui udara pernapasan. Beberapa cara yang digunkan untuk
membersihkan udara yaitu:
1. Menyiram tanah dengan air sehingga mengurangi debu yang berterbangan.
2. Menyemprot udara dengan desinfektan sehingga udara berkurang mikrobanya
3. Dengan radiasi sinar ultraviolet.2

Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri
atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta
pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri
di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme,
kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara.2

3
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad
penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang
disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan,
difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti
penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar
tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan
berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu.2

Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam


populasi campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu
spesies tunggal di alam. Untuk mencirikan dan mengidentifikasi suatu spesies
mikroorganisme tertentu, pertama-tama spesies tersebut harus dapat dipisahkan
dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan
dalam biakan murni.5

Flora mikroba yang terdapat di lingkungan alamiah merupakan penyebab


banyak sekali proses biokimia, yang pada akhirnya memungkinkan
kesinambungan kehidupan sebagaimana yang kita kenal dimuka bumi ini.
Mikroorganisme misalnya merupakan penyebab terjadinya mineralisasi di dalam
tanah dan perairan, yaitu proses pembebasan unsur-unsur dari senyawa-
senyawa molekuler organik yang kompleks sehingga menjadi tersedia bagi
kehidupan tanaman yang baru, yang pada gilirannya menunjang kehidupan
hewan baru.5

B. Udara Ruangan Ber-AC


Meskipun terdapat bakteri di udara, belum ditemukan bakteri yang
berhabitat asli dari udara. Udara bukanlah lingkungan alami bagi bakteri, karena
tidak mengandung cukup air dan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan
reproduksinya. Udara dalam ruang tertutup mengandung lebih sedikit bakteri dari
jenis yang sama dibandingkan yang ditemukan di udara terbuka. Bakteri tersebut
sebagian besar adalah saprofit dan bersifat nonpatogenik, tetapi dengan

4
bertambahnya bakteri nonpatogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat
berpotensi sama seperti bakteri patogenik. 4 Pada mulanya udara jarang
mengandung bakteri patogenik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya menjadi
sasaran penularan sejumlah spesies utama yang menyebebkaninfeksi pada
saluran pernafasan. Dalam hal ini droplet berperan sebagai sumber bakteri
patogen di udara. Bakteri dalam mulut yang keluar bersama batuk dan bersin
dapat tersebar, kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga meninggalkan
droplet nuklei (inti tetesan) yang mampu bertahan dalam sirkulasi udara di dalam
ruangan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.6
Bakteri yang sering ditemukan pada umumya dari jenis basil gram positif
baik berspora maupun nonspora, basil gram negatif dan kokus gram positif.
Bakteri yang biasanya terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal
seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp ditemukan di udara melalui batuk,
bersin, dan berbicara. Beberapa jenis lain yang terdeteksi mencemari udara
antara lain Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Proteus sp, Bacillus sp dan golongan
jamur.7
Droplet dapat mempengaruhi jumlah bakteri udara. Bakteri disebarkan
melalui droplet dan hidung atau mulut selama batuk, bersin, dan bicara. Droplet
dalam ukuran kecil tetap tersuspensi di udara untuk periode waktu yang lama,
sedangkan yang lebih besar jatuh dengan cepat sebagai debu. Selama ada
aktivitas dalam ruangan, debu kembali melayang-layang sebagai akibat adanya
gerakan udara. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan bakteri
yaitu yang bersifat meningkatkan pertumbuhan jasad renik antara lain ruang
tertutup dan gelap, kelembabab udara, dan orang yang tinggal di ruangan
tersebut. Sedangkan yang bersifatmengurangi pertumbuhan bakteri antara lain
sinar matahari, perputaran udara bebas dengan udara luar, pemberian sinar ultra
violet, tindakan aseptik setiap orang di dalamnya dan suhu udara.7
Bakteri yang tersebar bersama-sama dengan aerosol yang ada di udara
dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada
dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan-bahan di dalamnya. Kebanyakan
dari bioaerosol adalah non pathogen dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang

5
sensitif. Setiap bakteri pathogen, selalu dapat menginfeksi pada keadaan
tertentu.7
Penggunaan  Air  Conditioner  (AC)  sebagai  alternatif  untuk mengganti  
ventilasi   alami   dapat   meningkatkan   kenyamanan   dan produktivitas kerja,
namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik
roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan  kualitas  udara 
dalam  ruangan  menurun  dan  dapat menimbulkan    berbagai  gangguan 
kesehatan  yang  disebut  sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight
Building Syndrome (TBS). Banyaknya aktivitas di gedung meningkatkan jumlah
polutan dalam   ruangan.   Kenyataan   ini   menyebabkan   risiko   terpaparnya
polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal ini masih
jarang diketahui oleh masyarakat. Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk
mengatur suhu ruangan  secara  kontinu  dapat  mengeluarkan  bahan  polutan. 
Kadar gas-gas  SO2, CO2,  dan O2  di dalam  ruangan  tidak  dipengaruhi  oleh
keberadaan  AC.  Bahan  partikulat  dapat  dikurangi  secara  signifikan oleh  AC 
dengan  filter  yang  efektif.  Kadar  pollen  di  dalam  ruangan dapat berkurang
secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan  spora  di  gedung 
dengan  AC  kemungkinan  akan  lebih  sedikit daripada  gedung  tanpa  AC.7
Ada 5 sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu:
a.    Pencemaran  dari  alat -alat  di  dalam  gedung  seperti  asap  rokok,
pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
b.    Pencemaran  di  luar  gedung  meliputi  masuknya  gas  buangan kendaraan 
bermotor,  gas  dari  cerobong  asap  atau  dapur  yang terletak di dekat
gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang
udara yang tidak tepat.
c.    Pencemaran    akibat    bahan    bangunan    meliputi    pencemaran
formaldehid,  lem,  as bes,  fibreglass  dan  bahan -bahan  lain  yang
merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
d.    Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan 
produk  mikroba  lainnya  yang  dapat  ditemukan  di  saluran udara dan alat
pendingin beserta seluruh sistemnya.

6
e.    Gangguan  ventilasi  udara  berupa  kurangnya  udara  segar  yang masuk,
serta buruknya   distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi
udara.7

C. Pemeriksaan Udara

Pengambilan sampel udara untuk menentukan kandungan bakteri


memerlukan peralatan khusus. Banyak terdapat peralatan dengan bermacam-
macam jenisnya dengan kelebihan dan kekurangannya. Secara umum peralatan
tersebut dapat di bagi menjadi dua kelompok, yaitu padat dan cair (Solid
Impingement Device dan Liquid Impingement Device). Pada Solid Impingement
Device, bakteri dikumpulkan pada permukaan media agar padat, baik secara
langsung atau tidak langsung melalui penyaringan. Pada Liquid Impingement
Device, sampel udara dalam bentuk spray dapat dialirkan langsung dalam suatu
media cair. Campuran cairan tersebut selanjutnya disebarkan pada plate. 8
Beberapa alat dan teknik yang digunakan untuk
analisa bakteri udara antara lain :
1. Setling Plate:
Teknik ini dilakukan dengan memaparkan cawan petri yang berisi
suatu media agar yang dibuka sehingga permukaan agar terpapar ke udara
untuk beberapa menit. Setelah cawan petri di inkubasi akan tampak
pertumbuhan sejumlah koloni. Masing-masing koloni menunjukan satu bakteri
yang jatuh pada permukaan agar.Teknik pengambilan seperti ini agak kasar
dan umumnya digunakan lebih ke arah evaluasi kualitatif, hanya partikel-
partikel tertentu saja yang akan jatuh di atas cawan pada waktu tertentu dan
udara yang diperlukan untuk sampel tidak diketahui volumenya, tetapi untuk
tujuan mengisolasi bakteri udara teknik ini dapat dipakai. Dengan pengulangan
settle plate ini pada periode waktu tertentu dapat digunakan untuk
memperoleh suatu dugaan adanya kontaminan udara dan gambaran tentang
jenis bakteri yang di bawa debu pada suatu daerah. Seattling plate adalah
salah satu metoda yang banyak digunakan untuk menghitung jumlah bakteri di
dalam ruangan. Metoda seattling plate adalah salah satu metoda yang dapat

7
digunakan untuk menghitung bakteri secara kualitatif atau semi kuantitatif
dengan menggunakan petridish yang mengandung media mikrobiologi.
Biasanya, dalam aplikasinya petridish ini akan diletakkan di daerah dengan
resiko kontaminasai terbesar. Untuk monitoring udara secara pasif di area
produksi yang mungkin mengandung inhibitor untuk pertumbuhan bakteri,
direkomendasikan untuk menggunakan agar dengan tambahan inaktivating
agent seperti lecithin, tween 80, histidine, sodiumthiosulphate atau enzim
seperti beta laktamase.9
Langkah yang harus dilakukan dalam pemeriksaan udata
denganmetode Seattling Plate yaitu :
a. Persiapan Sampel
Plate yang terbuka diletakkan di lokasi kritis berkaitan dengan produk
kontaminasi dan biarkan selama setengah jam. Sampai sekarang waktu
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan seattling plate masih menjadi
perdebatan yang hangat. Beberapa referensi menyebut di angka 4 jam, tapi
beberapa mikrobiologis beragument bahwa semakin lama waktu
pelaksanaan, ada kemungkinan bahwa agar akan mengalami kerusakan.9
b. Inkubasi
Kondisi inkubasi bervariasi menurut area aplikasi dan standar yang
digunakan.  Berikut adalah kondisi sebagaimana disyaratkan di
Guidanance for industry for pharmaceutical industry: sterile drug products
produced by Aseptic Processing – Current Good manufacturing Practices
(September 2004 ) Pharmaceutical CGMPS: Bakteri, aerobik maupun
anaerobik 2-3 hari pada suhu 30-35°C, Yeast and moulds, aerobik 5-7 hari
selama 20-25°C. 9
c. Hasil
Jumlah koloni yang tumbuh di petridish akan dihitung sebagai coloni
forming unit. Nilai ambang batas ini biasanya berbeda untuk masing masing
aplikasi. Metoda seattling plate masih banyak digunakan di industri karena
mudah dilakukan dan biaya per test yang sangat murah. Metoda ini hanya
membutuhkan petridish (kaca atau platik disposable) dan media

8
mikrobiologi. Bandingkan dengan metoda perhitungan bakteri
menggunakan intrument yang membutuhkan air sampler sebagai alat
utama. 9
Metoda ini mengandung beberapa kelemahan, antara lain :
a. Waktu expose yang terlalu lama akan merusak media mikrobiologi
sehingga memberikan hasil yang tidak representative.
b. Karena sifatnya yang menunggu bakteri menempel pada media agar di
petriplate, metoda ini tidak memberikan hasil yang representative, apalagi
jika hanya ditaruh satu atau dua petri dalam satu ruangan. 9

2. Membran Filter
Prinsip kerja instrumen membran filter pada dasarnya mirip dengan prinsip
kerja alat pengambil air. Udara disaring melalui suatu saringan khusus yang
diletakkan pada bagian alat penyaring dan partikel-partikel akan tertahan di
atas saringan. Saringan selanjutnya diletakan pada suatu piringan yang
terbuat dari kertas penyerap yang penuh dengan media pertumbuhan yang
sesuai dan kemudian di inkubasikan. Bakteri yang terdapat pada saringan
tersebut dapat langsung diuji secara mikroskopis. 8

3. Bubling
Metode dilakukan dengan cara mengalirkan sejunlah udara yang terukur
melalui media cair seperti isotonic saline, kemudian campuran tersebut
dituangkan ke dalam cawan petri. 8

4. Sand Filtration:
Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan udara yang terukur jumlahnya
melalui suatu lapisan pasir steril dalam tabung gelas kecil. Pasir tersebut
kemudian dicampur dalam saline isotonic steril, kemudian dikocok dan
campuran supernatan tersebut dituangkan pada cawan petri.Metode ini
mempunyai keuntungan, yaitu konstruksinya sederhana dan mudah dibawa.
Pasir harus diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan sterilisasi
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari perlekatan. Faktor lain yang

9
diperhatikan adalah bahwa hanya bakteri yang bertahan hidup saja yang
terdeteksi pada selang mulai pengambilan sampel sampai pembiakan pada
cawan petri dapat diobservasi. 8

5. Well’s Air Centrifuge


Pada metode ini bakteri diendapkan pada media perbenihan. Sentrifuge
menyebakan seejumlah udara yang telah terukur volumenya mengalir melalui
alat Well’s Air Centrifuge dan mengumpulkan bakteri pada media yang tepat
dalam botol steril. Botol-botol steril tersebut di inkubasikan, koloni yang
tumbuh dihitung dan diamati tanpa perlu memindahkan ke cawan petri. 8

6. Atomisasi
Metode ini digunakan untuk menghasilkan suatu lapisan cair sekeliling partikel
pada masing-masing bakteri. Kabut yang mengandung bakteri diabsorpsi
dalam suatu tempat yang berisi campuran kaldu (broth) dan minyak zaitun
(olive oil) steril. Campuran tersebut kemudian dibiakan pada cawan petri. 8

7. Sieve dan Slit Sampler


Sampler tipe Sieve sampler dioperasikan dengan mengalirkan udara yang
terukur volumenya pada suatu tutup logam berlubang-lubang yang di
bawahnya terdapat cawan petri berisi media agar. Partikel-partikel yang
terkandung dalam udara akan tersemprot ke atas permukaan agar. Cawan
petri tersebut kemudian di inkubasikan untuk memberi kesempatan koloni
tumbuh. Pemakaian Slit sampler prinsipnya sama seperti Sieve sampler, yaitu
menyemprotkan partikel pada permukaan agar, tetapi pada Slit sampler lebih
teliti. Pada pelaksanaannya, udara dialirkan dengan kecepatan tinggi melalui
suatu celah sempit di atas cawan petri berisi media agar. Cawan petri diputar
dengan kecepatan tetap di bawah slit kira-kira seukuran jari-jari cawan petri.
Pemutaran cawan petri di bawah slit selama penyemprotan sampel
menyebabkan hampir seluruh organisme berada di atas permukaan.
Kecepatan rotasi diatur sesuai kecepatan populasi organisme. 8

10
8. Bio-test RCS Air Sampler
Pemakaian alat Bio-test Air Sampler, prinsip pengoperasiannya dengan
mengalirkan udara yang terukur volumenya (40 liter) pada suatu kipas dan di
dalam pelindung kipas sudah terpasang media agar strip dengan posisi
permukaan agar strip mengarah ke kipas. Alat akan berhenti secara otomatis
sesuai dengan setting waktu
yang dikehendaki, setelah itu agar strip dilepasdari tempatnya dan di
inkubasikan dalam inkubator. 8

D. Media Nutrien Agar

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Na merupakan salah satu media yang
umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage,
produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji
10
bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari beef extract, pepton, dan bacto agar. Kandungan pepton dan
beef ekstrak tersebut digunakan sebagai komponen yang penting bagi
pertumbuhan bakteri karena kandungan protein hewaninya yang tinggi.
Berdasakan komposisinya, NA termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu
medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi
tidak diketahui secara pasti. Sedangkan berdasarkan fungsinya, NA termasuk ke
dalam medium umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis
mikroorganisme.11
Formulasi per liter yaitu terdiri dari Bacto Beef Extract 3 gr, Bacto Peptone
5 gr, Bacto Agar 15 gr. Media NA disimpan di tempat kering dan tertutup rapat,
suhu di bawah 30oC, dan terhindar dari cahaya. Cara kerjanya yaitu larutkan 23
gram bahan diatas ke dalam 1 liter air distilasi (aquades) atau air deionisasi.
Panaskan dengan air mendidih atau aliran uap hingga homogen, Sterilisasi ke

11
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC-124oC, pH akhir = 6.8 + 0.2
pada 25oC. Media Nutrient Agar juga bisa digunakan untuk menguji sensitivitas
bakteri terhadap antibiotik, apakah bakteri tersebut sensitif, intermediate atau
resisten.11
Nutrient  Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA
dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar
sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena
sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa
galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini
ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang
padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri.11

Gambar 1 : Media Nutrien Agar

12
E. Staphylococcus

Staphylococcus merupakan bakteri bersifat gram positif coccus dengan


susunan bergerombol. Pada usia sel tua bakteri  ini dapat berubah sifat menjadi
gram negatif. Staphylococcus memiliki suhu pertumbuhan optimum 37⁰C, dapat
memfermentasi karbohidrat secara lambat menghasilkan asam laktat tanpa gas,
resisten terhadap pengeringan, panas dan NaCl 9%. Staphylococcus memiliki
sensitivitas yang berbeda-beda terhadap berbagai macam antimikroba.
Staphylococcus merupakan flora normal pada tenggorokan dan dapat menyebar
ke udara melalui batuk, bersin dan droplet.12
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal pada kulit, saluran
nafas, saluran cerna manusia. Staphylococcus epidermidis bersifat koagulase
negatif dan cenderung non hemolitik. Staphylococcus saprophyticus resisten
terhadap novobiosin dan non hemolitik, bakteri ini menyebabkan infeksi saluran
kemih. Staphylococcus aureus merupakan Staphylococcus yang patogen,
cenderung menghasilkan pigment kuning, dan bersifat hemolitik. Kemampuan
patogenik Staphylococcus aureus merupakan gabungan efek faktor ekstraseluler
dan toksin serta sifat invasif strain tersebut.12
Infeksi Staphylococcus dapat terjadi akibat kontaminasi langsung pada luka,
misalnya infeksi Staphylococcus pasca operasi. Staphylococcus dapat menyebar
luas dan menyebabkan bakteremia, endokarditis, osteomielitis hematogen akut,
meningitis atau infeksi paru. Selain itu Staphylococcus juga dapat ditemukann
pada kasus keracunan makanan. Gejala dari keracunan makanan akibat
Staphylococcus adalah mual hebat, muntah, dan diare, namun dapat
disembuhkan dengan cepat.12
Staphylococcus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berbaik
dan menyebar luas pada jaringan dan melalui banyak zat estraceller :
1. Eksotoksin Staphylococcus adalah suatu zat campuran yang bersifat
termolabil, mematikan hewan percobaan, penyebab nekrosa kulit dan juga
mengandung haemolisin.

13
2. Leucocidin adalah zat yang dapat melarutkan lekosit hewan, termolabil,
peranannya kurang jelas sebab Staphylococcus tidak dapat mematikan
leukosit bahkan dapat di fagositoleh leukosit.
3. Entero toksin adalah suatu zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh sterin
tertentu dari jenis Staphylococcus terutama bila di biakan pada media dengan
konsentrasi CO2 yang tinggi (30%) pada media setengah padat yang terdiri
dari protein.
4. Koagulasi, Staphylococcus yang pathogen pada manusia menghasilkan
koagulasi, yaitu suatu protein seperti enzim yang dapat menggumpalkan
plasma oxalate atau citrat, koagulasi dapat menggumpalkan fibrin pada
permukaan Staphylococcus sehingga menyebabkan kuman tidak dapat di
fagositosis oleh sel tubuh.12

Gambar 2 : Staphylococcus

F. Bacillus
Bacillus sp. ialah kelompok bakteri yang umum ditemukan di berbagai
lingkungan ekologi, baik di tanah, air, maupun udara. Bakteri ini merupakan
bakteri Gram positif yang dapat membentuk endospora yang berbentuk oval di
bagian sentral sel. Spora berfungsi untuk bertahan hidup antara lain pada suhu
dan kondisi lingkungan yang ekstrim. Sel Bacillus spp. berbentuk batang,
berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 μm dan mempunyai flagel peritrikus.13

14
Bacillus sp dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan
terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat.
Bacillus spp mempunyai sifat mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan
suhu kurang dari 5 oC, mampu bertahan terhadap pasteurisasi, mampu tumbuh
pada konsentrasi garam tinggi (>10%), mampu menghasilkan spora dan
mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus
adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota
dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat atau
fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.13
Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang
hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan
enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa
membantu pencernaan dalam tubuh hewan. Jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii
dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri dari spora
bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi,
14
immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya.
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteriosin
Bacillus sp. Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein,
atau senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri
selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat pertumbuhan
galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin.
Kriteria yang merupakan ciri-ciri bakteriosin adalah memiliki spektra aktivitas yang
lebih sempit, senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein, bersifat
bakterisida, mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, gen determinan
terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah
basitrasin, pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan
bakteri Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri
Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan
zwittermicin bersifat antijamur.14

Kelebihan dari bakteri ini yaitu :

15
1. Bacillus sp memiliki kemampuan dalam menghasilkan antibiotik yang berperan
dalam nitrifikasi dan denitrifikasi
2. Pengikat nitrogen, pengoksidasi selenium (Se), pengoksidasi dan pereduksi
mangan (Mn)
3. Bersifat khemolitotrof, aerob dan fakultatif anaerob
4. Dapat melarutkan karbonat
5. Dapat melarutkan posfat, dan menurunkan pH substrat akibat asam organik
yang dihasilkannya
6. Dapat melakukan mineralisasi terhadap bahan organik kompleks baik berupa
senyawa polisakarida, protein maupun selulosa.14

Gambar 3 : Bacillus sp.

16
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Label
2. Inkubator
3. Media NA di dalam cawan petri

B. Skema Kerja

Mulai Alat dan bahan Tutup cawan petri yang berisi


disiapkan media NA dibuka di ruang
kelas AC selama 30-60 menit

Koloni yang tumbuh Diinkubasi dengan suhu Tutup cawan petri ditutup
diamati 37°C selama 24 jam kembali

Diidentifikasi koloni
Selesai
apa yang tumbuh

Gambar 4 : Skema Kerja Pemeriksaan Udara

BAB IV

17
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar Keterangan
Tumbuh koloni yang
dimungkinkan Bacillus
(bewarna putih, berbentuk
batang) dan bakteri gram
negatif (suspek
Staphylococcus) yang
bentuknya bulat, bewarna
putih, ada yang
berpasangan.

Gambar 5 : Hasil Pemeriksaan Udara


Tabel 1 : Hasil Pemeriksaan Udara

B. Pembahasan

Pada praktikum pemeriksaan udara, sampel udara yang digunakan adalah


udara ruangan kelas ber-AC di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro. Menurut penelitian yang ada, udara di ruangan ber-AC memiliki
kontaminasi bakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ruangan yang tidak
ber-AC. Hal ini dikarenakan ruangan ber-AC cenderung tertutup sehingga
ventilasi udara kurang dan sirkulasi udara kurang baik. Sehingga bakteri mudah
menyebar dan menular lewat bersin, batuk maupun saat berbicara. Ac yang kotor
juga memudahkan penyebaran bakteri sehingga kebersihan AC sangat penting
untuk dijaga. Metode yang digunakan adalah Setling Plate atau Settle down.
Teknik ini dilakukan dengan memaparkan cawan petri yang berisi suatu media
agar yang dibuka sehingga permukaan agar terpapar ke udara untuk beberapa
menit. Waktu yang digunakan dalam memaparkan media ke udara sekitar 60
menit.

18
Media yang digunakan adalah media Nutrien Agar (NA) karena media NA
bukan merupakan media selektif sehingga semua bakteri bisa tumbuh. Kemudian
media akan diinkubasi untuk menumbuhkan koloni bakteri yang berasal dari
udara. Inkubasi dilakukan selama 24 jam yang merupakan waktu optimum
pertumbuhan bakteri. Suhu yang digunakan yaitu 37°C yang merupakan suhu
optimum untuk pertumbuhan bakteri. Setelah diinkubasi, koloni yang tumbuh
diamati dan diinterpretasikan jenis bakteri yang tumbuh.

Pada media NA yang telah diinkubasi terlihat banyak koloni. Koloni


tersebut ada yang berbentuk bulat, ukurannya kecil, halus bewarna putih dan
bergerombol. Koloni tersebut dimungkinkan Staphylococcus. Bakteri
Staphylococcus merupakan bakteri gram positif. Memiliki bentuk sel bulat seperti
bola. Umumnya, sel-sel bakteri Staphylococcus tampak di bawah mikroskop
dengan berkelompok membentuk koloni mirip susunan buah anggur. Bentuknya
bulat, ukuran 1 mikron, tidak membentuk spora, tidak mempunyai flagela. Letak
sel satu sama lain yang karakteristik bergerombol seperti buah anggur. Sifat
karakteristik ini dipakai sebagai pemberian nama Staphylococcus. Tetapi kadang-
kadang ada yang letaknya tersebar atau terpencar. Pengelompokan ini akan
terlihat baik pada pengamatan penanaman dalam media padat. Pasangan atau
rantai pendek lebih sering terlihat dalam smear nanah dan kultur dalam kaldu.

Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (370),
dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus,
basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus
berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus
berwarna kuning emas. Pada media NA, biasanya koloni Staphylococcus yang
tumbuh pada media ini berwarna putih sampai kuning, smooth, tumbuh subur dan
memiliki elevasi yang datar.

Berdasarkan teori di atas, maka bakteri yang ada pada hasil praktikum
pemeriksaan udara kelompok kami dengan media NA, diketahui bahwa bakteri
tersebut berwarna putih, bentuk bulat, ukuran kecil, halus, koloni seperti buah

19
anggur, tapi kebanyakan terpencar. Maka bakteri tersebut masuk dalam genus
Staphylococcus. Staphylococcus merupakan flora normal pada tenggorokan dan
dapat menyebar ke udara melalui droplet manusia saat bersin, batuk, atau
berbicara.

Selain Staphylococcus, ditemukan juga koloni yang bewarna putih,


berbentuk batang dan dimungkinkan merupakan Bacillus. Bakteri Bacillus ini
dapat hidup pada suhu di atas 50°C dan pada suhu kurang dari 5°C, sehingga
bakteri ini mungkin berada di ruangan ber-AC. Bacillus dapat tahan di daerah
ekstrim karena memiliki spora sehingga dapat hidup di mana pun. Oleh karena itu
ruangan kelas ber-AC di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
tercemar bakteri sehingga perlu dijaga kebersihannya agar jumlah bakteri tidak
melebihi batas normal.

BAB V

PENUTUP

20
A. Kesimpulan
1. Udara yang aman yaitu udara yang memenuhi syarat bakteriologis, kimiawi
dan fisik.
2. Pada media yang digunakan untuk memeriksa udara di ruang kelas ber-AC
terdapat koloni bewarna putih, kecil, halus dan ada yang berpasangan.
Kemungkinan bakteri ini adalah Staphylococcus.
3. Pada media udara ruang kela ber-AC juga ditemukan koloni bewarna putih,
bentuknya batang dan dimungkinkan itu adalah Bacillus.

B. Saran
1. Sebaiknya mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan udara dilakukan dengan
benar karena bisa saja media tercemar oleh bakteri lain selain yang di udara
saat tutup petri dibuka.
2. Pada saat identifikasi koloni yang tumbuh pada media setelah diinkubasi,
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena koloni yang tumbuh merupakan
bakteri hidup dan bisa menginfeksi praktikan

DAFTAR PUSTAKA

21
1
Poltekkes. 2011. Udara. Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Kesehatan
Lingkungan.

2
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Jakarta.: Erlangga

3
Lay, Bibiana, W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada

4
Pelczar, Michael W. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI Press

5
Bonang, G dan Koeswardono, ES. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan
Klinik. Jakarta : PT Gramedia.

6
Slamet J.S, 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

7
Waluyo. L, 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Jakarta : Balai Pustaka
8
Bryan, A.H. 1982. Bacteriology Principle And Practice, 6th Edition. New York : Barnes and
Noble Books.

9
Copernicus. 2012. Metoda Perhitungan Bakteri di Ruangan Menggunakan Seattling Plate.
http://alatalatlaboratorium.com/Blog/metoda-perhitungan-bakteri-di-ruangan-menggunakan-
seattling-plate. Diakses tanggal 13 Juni 2013.

10
Schlegel, H.G. 1993. General Microbiology. Cambridge : Cambridge University Press.

11
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar - dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press

12
Jawetz, Melnick and Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

13
Sonenshein AL. et al. 2002. Bacillus subtilis and Its Closest Relatives from Genes to Cell.
Washington DC : ASM Press.

14
Duc LH, Hong HA, Barbosa TM, Henriques AO, Cutting SM. 2004. Characterization Of Bacillus
Probiotics Available For Human Use. J Appl Environ Microbiol 70 (4) : 2161–2171.

Anda mungkin juga menyukai