Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE

DISUSUN OLEH :

NAMA : ABD. HAIR A HUSAIN

NIM : 2320191021

KELAS : A/2019

SEMESTER : 3

PRODI : D-III ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII – ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS, TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan........................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ...................................................................................... 4
2.1.1 Urine.................................................................................. 4
2.2 Tujuan Urinalisis........................................................................ 5
2.3 Unsur-unsur Sedimen Urine....................................................... 7
2.4 Pemeriksaan Sedimen Urine...................................................... 8
BAB III METODE KERJA
3.1 Alat Dan Bahan.......................................................................... 12
3.2 Prosedur Kerja............................................................................ 12
3.3 Pembahasan................................................................................ 13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................. 15
4.2 Saran .......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarokatu
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karunianya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini sebagai salah satu syarat
untuk mata kuliah kimia klinik praktek, program studi D-III Analis kesehatan.
Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada nabi besar kita nabi
Muhammad SAW dan para pengikutnya yang sampai sekarang mengikuti ajaran
ajaran beliau.
saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini sepenuhnya masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Apabila pembaca
belum puas dengan makalah yang lebih bagus dan lebih baik.
Saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini bermanfaat bagi bangsa dan
Negara yang khusunya bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Wassalamu’allaikum warrahmatulahi wabarokatu.

Gorontalo, Januari 2021

ABD. HAIR A HUSAIN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urine merupakan cairan sisa dari hasil metabolisme dalam tubuh yang

dibentuk dalam ginjal melalui 3 (tiga) proses yaitu filtrasi oleh glomerulus,

reabsorbsi dan sekresi oleh tubulus. Urine merupakan hasil dari filtrasi glomerulus

dan disertai sejumlah air yang dikeluarkan oleh tubuh (Hardjono dan Mangarengi,

2011). Urine dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah penyakit yang ada di

dalam tubuh. Pemeriksaan atau analisis urine sering disebut dengan istilah

urinalisis (Mengko, 2013).

Urinalisis dilakukan dengan tiga macam cara yaitu pemeriksaan fisik,

pemeriksaan kimia urine dan pemeriksaan mikroskopis urine (Mengko, 2013).

Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta untuk

mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau gangguan metabolisme tubuh.

Urinalisis merupakan pemeriksaan medis yang digunakan di laboratorium klinik

dan biasanya berupa pengamatan mikroskopik sedimen urine.

Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari

darah, ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua

golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau jaringan seperti sel

epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, 2 sperma, bakteri, parasit)


dan unsur anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti urat amorf dan

kristal) (Hardjono dan Mangarengi, 2011).

Pemeriksaan sedimen urine merupakan bagian paling standar dan penting

dalam pemeriksaan penyaring, memberikan data mengenai saluran kencing mulai

dari ginjal sampai ujung uretra. Tujuan dari pemeriksaan sedimen urine adalah

untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan yang tidak larut dalam urine.

Pemeriksaan sedimen urine meliputi identifikasi dan kuantisasi dari elemen dalam

urine (Strasinger dan Lorenzo, 2008).

Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat dengan

prinsip kerja yang berbeda-beda. Pemeriksaan sedimen urine dapat diperiksa

dengan metode manual (konvensional) dan otomatis. Prinsip pemeriksaan sedimen

urine konvensional yaitu menggunakan mikroskop dengan cara mengendapkan

unsur sedimen menggunakan sentrifus, endapan kemudian diletakkan di atas kaca

obyek dan ditutup dengan kaca penutup. Unsur sedimen dilaporkan secara

semikuantitatif dalam rerata 10 lapangan pandang besar (LPB) atau lapangan

pandang kecil (LPK) (Mengko, 2013). Kelebihan pemeriksaan mikroskopis secara

manual adalah jumlah sedimen yang dilaporkan sesuai dengan jumlah dan tidak

tergantung pada ukuran sedimen yang diperiksa sehingga menghindari adanya

nilai tinggi atau rendah palsu. Kelemahan pada pemeriksaan sedimen urine secara

manual adalah membutuhkan waktu lama dan perlu ketelitian dari pemeriksa.
1.2 Rumusan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu sedimen Urine?

2. Untuk mengetahui pemeriksaan sedimen Urine?

1.3 Tujuan

1.Agar Mahasiswa dapat mengetahui apa itu sedimen urine.

2. Agar Mahasiswa dapat megetahui cara pemeriksaan sedimen urine.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

2.1.1 Urine

Urin adalah material yang dieksersikan oleh ginjal dan ditampung

dalam saluran kemih hingga akhirnya dikeluarkan oleh tubuh melalui proses

urinisasi dalam bentuk cairan. Ekskresi urin yang disaring dari ginjal menuju

ureter selanjutnya disimpan didalam kandung kemih dan kemudian dibuang.

Proses tersebut diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dari

darah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh guna menjaga keseimbangan cairan.

Zat-zat yang terkandung dalam urin dapat memberikan informasi penting

mengenai kondisi umum didalam tubuh. Derajat produksi dari berapa unit

fungsional dalam tubuh dapat diketahui dari kadar berbagai zat dalam urine (

Mengko, 2013).

Urin merupakan suatu larutan komplek yang terdiri dari air (+ 96%)

dan bahan-bahan organic dan anorganik. Kandungan bahan organik yang

penting antara lain urea, asam urat, kreatinin dan bahan anongranik dalam

urin antara lain NaCl, Sulfat, Fosfat dan ammonia. Zat-zat yang tidak

diperlukan oleh tubuh dalam keadaan normal akan ditemukan relatif tinggi

pada urin dari pada kandungan dalam darh, sebaliknya hal tersebut tidak

berlaku pada zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kondisi lingkungan
dalam tubuh serta organ-organ yang berperan dalam munculnya setiap zat

tersebut dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan urin (Mengko, 2013).

2.2 Tujuan Urinalisis

Tujuan urinalisis secara umum adalah untuk mendeteksi kelainan ginjal,

saluran kemih, serta untuk mendeteksi kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh

lain seperti hati, saluran empedu, pankreas, dan lain – lain (Gandasoebrata, 2013).

Pemeriksaan ini juga berguna untuk membantu penegakan diagnosis; untuk

penapisan penyakit asimptomatik, kongenital, atau yang diturunkan; untuk

membantu perkembangan penyakit; dan untuk memantau efektifitas pengobatan

atau komplikasi (Cameron, 2014).

Tes urine terdiri dari pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan

pemeriksaan kimia urine (Hardjoeno dan Fitriani, 2007). Analisis fisik atau

makroskopik meliputi tes warna, kejernihan, dan berat jenis. Analisis mikroskopik

untuk melihat sedimen urine seperti eritrosit, leukosit, sel epitel, kristal, dan lain-

lain. Analisis kimia meliputi tes protein, glukosa, keton, darah, bilirubin,

urobilinogen, nitrit, dan lekosit estrase (Cameron, 2014).

1). Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dimulai dengan penampakan warna dan

kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit

berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas

warna urine sesuai dengan konsentrasi urine. Urine yang encer amper tidak
berwarna, urine yang pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan

biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam)

atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan

seluler berlebihan atau protein dalam urine (Riswanto dan Rizki, 2015).

2). Pemeriksaan kimia

Pemeriksaan kimia urine mencakup pemeriksaan glukosa, protein (albumin),

bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah (hemoglobin), benda keton (asam

asetoasetat dan/atau aseton), nitrit, dan leukosit esterase (CLSI, 2001). Dengan

perkembangan teknologi, semua parameter tersebut telah dapat diperiksa

dengan menggunakan strip reagen atau dipstick. Pemeriksaan kimia urine

menggunakan dipstick urine prinsipnya adalah dengan mencelupkan strip

kedalam specimen urine. Dipstick akan menyerap dan terjadi reaksi kimia yang

kemudiaan akan mengubah warnanya dalam hitungan detik atau menit. Warna

yang terbentuk dibandingkan dengan bagan warna masing-masing strip untuk

menentukan hasil tes. Jenis dan tingkat perubahan warna memberikan jenis dan

kadar zat-zat kimia tertentu yang ada di urine (Gandasoebrata, 2013).

3). Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskopik atau pemeriksaan sedimen urine termasuk

pemeriksaan rutin yang ditunjukan untuk mendeteksi kelainan ginjal dan

saluran kemih serta memantau hasil pengobatan. Pemeriksaan mikroskopik

diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak
macam 17 unsur mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan

infeksi (bakteri, virus) maupun yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan,

disfungsi endotel dan gagal ginjal (Riswanto dan Rizki, 2015).

Pemeriksaan sedimen urine konvensional dilakukan dengan mengendapkan

unsur sedimen menggunakan sentrifus. Endapan kemudian diletakkan diatas

kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup (Hardjoeno dan Fitriani, 2007).

Pemeriksaan sedimen urine metode manual (mikroskopis) merupakan baku

standar pemeriksaan mikroskopis urine yang dilakukan di laboratorium sampai

saat ini (Cameron, 2014).

2.3 Unsur- Unsur Sedimen Urine

Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urine yang berasal dari

darah, ginjal dan saluran kemih. Sedimen urine dapat memberikan informasi

penting bagi klinis dalam membantu menegakkan diagnosis dan memantau

perjalanan penyakit penderita kelainan ginjal dan saluran kemih (Hardjoeno dan

Fitriani, 2007).

Unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu organik dan tak organik. Unsur

organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit,

leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit.Unsur tak organik

tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal. Unsur

organik biasanya lebih bermakna dibanding dengan unsur tak organik

(Gandasoebrata, 2013).
2.4 Gambar Pemeriksaan Sedimen Urin

1. Eritrosit

Gambar 1.1 Sel Eritrosit (Strasinger dan Lorenzo, 2017).

Adanya eritrosit dalam urine disebut hematuria. Hematuria dapat

disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infeksi ginjal,

nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa

hemorgik (Aprilia, 2010). Jika ditemukan eritrosit <3/LPB (Lapangan

Pandang Besar) Yaitu perbesaran 40x, Menunjujukan sedimen urin dalam

keadaan normal (Modul Praktikum Klinik Rutin, 2016).

2. Leukosit

Gambar 1.2 Sel Leukosit (Strasinger dan Lorenzo, 2017).


Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piura.

Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi

dengan sekret vagina (Aprilia, 2010). Jika ditemukan leukosit <4/LPB

Menunjukan sedimen urin dalam keadaan normal (Modul praktikum Klinik

Rutin, 2016).

3. Epitel

Gambar 1.3 Sel Epitel Skuamosa (Strasinger dan Lorenzo, 2017).

Sel epitel biasanya dijumpai didalam urin, karena sel ini berasal dari

lapisan sistem genitourinarius. Kecuali sel ini terdapat dalam jumlah yang

sangat banyak atau dalam bentuk yang abnormal, adanya sel-sel ini

menunjukkan peluruhan normal dari sel-sel lama (Strasinger dan Lorenzo,

2017). Jika ditemukan sel epitel <4/LPK (Lapangan Pandang Kecil) yaitu

perbesaran 10x, menunjukan sedimen urin dalam keadaan normal (Hardjoeno

& Fitriani, 2007).

4. Silinder
Gambar 1.4 Silinder Hialin (Strasinger dan Lorenzo, 2017).

Ada beberapa macam silinder yang berhubungan dengan berat

ringannya penyakit ginjal. Terdapatnya silinder selular seperti silinder

leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel, silinder berbutir selalu menunjukkan

penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder leukosit, dan

pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan

pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder

lilin (Fogazzi, Verdesca, and Garigali, 2008).Pada sedimen urin normal,

ditemukan silinder <1/LPK (Modul Praktikum Klinik, 20016).

5. Kristal

Gambar 1.5 Kristal Kalsium Oksalat (Strasinger dan Lorenzo, 2017).


Banyak terdapatnya kristal tergantung dari jenis makanan, banyak

makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin ((Fogazzi, Verdesca,

and Garigali, 2008).). Ditemukannya gumpalan kristal kalsium oksalat

didalam urin segar dapat terkait dengan pembentukan batu ginjal, karena

kebanyakan batu ginjal tersusun atas kalsium oksalat (Strasinger dan Lorenzo,

2017). Jika ditemukan kristal urin <1/LPK, menunjukan Sedimen urin dalam

keadaan normal khusus untuk Kristal kalsium Oksalat, Jika ditemukan

<5/LPK masih dinyatakan normal (Modul Praktikum Klinik Rutin, 2016).


BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan

a. Alat : 1.Centrifuge 2.Tabung Centrifuge 3.Pipet Tetes 4.Objek Gelas 5.Dekg

lass 6.Erlenmeyer300 ml 7.Mikroskop

b. Bahan : 1.Urine Segar

3.2 Prosedur Kerja

1. Memindahkan Urine bahan dari botol pengambilan kegelas Erlenmeyer 300 ml

kemudian kocok.

2. Mengisi tabung centrifuge sebanyak 3/4Volume atau sekitar 5-10 ml.

3. Memutar dalam centrifuge selama 5-10 menit dengan kecepatan 2.000 rpm.

4. Menuang cairan bagian atas sehingga volume cairan dan sedimen menjadi

kira-kira 1 ml. kocoklah tabung untuk mencampur kembali sedimen urine.

5. Dengan menggunakan pipet tetes, teteskan 1 tetes sedimen tersebut pada objek

glass yang telah dibersikan kemudian tutupkan dengan deckglass lalu

diperiksa di bawah mikrosop dengan lensa objektif 10x (Lapangan

penglihatan kecil), kemudian dilanjutkan dengan perbesaran objektif 40x

(Lapangan penglihatan besar ).

6. Mencatat hasil yang diliat.


3.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu praktikum pemeriksaan sedimen urine yang di

lakukan pertama ialah menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan pada

praktikum kali ini. Kemudian menyiapkan sampel urine yang akan di periksa.

Sampel yang akan di periksa harusnya tidak terdiam lama, karna dapat

mempengaruhi hasil dari pemeriksaan sedimen pada urine seseorang, jika di

lakukan penundaan pemeriksaan pada sampel urine maka akan terjadi perubahan

susunan pada sampel urine tersebut karena bakteri di dalam urine akan

menguraikan urea menjadi amoniak yang dapat menyebabkan pH menjadi alkali

atau lindi, pH yang alkali akan mengendapkan kalsium dan magnesium fosfat.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut dalam urine yang berasal dari

darah, ginjal dan saluran kemih. Sedimen urine dapat memberikan informasi

penting bagi klinis dalam membantu menegakkan diagnosis dan memantau

perjalanan penyakit penderita kelainan ginjal dan saluran kemih.

4.2 Saran

Saran saya pada makalah yang saya buat ini yang berjudul pemeriksaan

sedimen urine, pemeriksaan ini biasanya di lakukan untuk melihat apakah terdapat

sedimen pada urine seseorang.


DAFTAR PUSTAKA

Mengko, 2013. Seluk Beluk Pemeriksaan Spesimen Urine (Medical Check Up):

Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.

Gandasoebrata, 2004. Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas Jakarta.

Cameron, 2014. Buku Teks Fisiologi Kedokteran,edisi V, bagian 2, terjemahan A

Hardjono dan Mangarengi. 2011. “Kesehatan Ginjal.” Medical laboratorium

Riswanto Dan Rizki. 2015. Buku Saku Analis Kesehatan. Bekasi: Analis Muslim

Publishing.

Strasinger dan Lorenzo, 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Hardjoeno dan Fitriani. 2007. Substansi dan Cairan Tubuh. Makassar: Lembaga

Penerbitan Universitas Hasanuddin (LEPHAS).

Strasinger, Susan dan Lorenzo, Marjorie. 2017. Urinalisis dan Cairan Tubuh. EGC

Tim Penyusun. 2016. Modul Praktikum Klinik Rutin. Jurusan Analis Kesehatan.

Politeknik Kesehatan Kendari. Kendari.

Anda mungkin juga menyukai