Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH METODOLOGI

PEMERIKSAAN GENITOURINARIA PADA WANITA

Dosen Pengampu : Mira Utami Ningsih, M.NSc

Disusun Oleh :

Kelompok 2

1. Aniq Fatmawati : ( P07120121003)


2. Arrin Hanisyah : (P07120121004)
3. Astriyandani : (P07120121005)
4. Desti Olyfia : (P07120121009)
5. Hasim Muzadi : (P07120121015)
6. Herlani : (P07120121016)
7. M. Akfa Zulpatoni : (P07120121024)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
D-III KEPERAWATAN TINGKAT IA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat taufik hidayah-Nya, sehingga kami anggota kelompok 2 dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMERIKSAAN GENITOURINARIA
PADA WANITA” dengan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah


pengetahuan bagi pembaca. Kami akui makalah ini mungkin masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam kata-kata
maupun dalam penulisan makalah ini. Untuk itu diharapkan bagi pembaca untuk
memberi masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah yang
baik dan benar.

Mataram, 30 Maret 2022

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan................................................................................................................5
1.4 Manfaat..............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
A. Anatomi Fisiologi Genitourinaria Wanita........................................................6
B. Pemeriksaan Fisik Genitourinaria.....................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran ................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

CHEKLIST PEMERIKSAAN FISIK GENITOURINARIA PADA WANITA


.............................................................................................................................................17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urogenital atau sistem genitourinari adalah sistem organ dari
sistem reproduksi dan sistem kemih. Keduanya dikelompokkan bersama
karena kedekatannya satu sama lain, memiliki asal embriologis yang sama
dan penggunaan jalur umum seperti uretra pria. Sistem genitourinaria atau
perkemihan merupakan sistem output (pengeluaran), dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
digunakan tubuh dibuang dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang sudah tidak digunakan tubuh akan larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urine proses ini melibatkan ginjal, kandung kemih,
serta saluran kemih.
Sistem urinarius dibagi menjadi tractus urinarius bagian atas dan
bagian bawah. Tractus urinarius bagian atas terdiri dari ginjal, pelvis
renalis dan ureter. Sedangkan tractus urinarius bagian bawah terdiri dari
vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksternal pada wanita
berupa vagina, uterus, dan ovarium. Pada wanita, meskipun tractus
genitalisnya erat berhubungan dengan traktus urinarius, tidak bersambung.
Traktus genitalis wanaita bersambung dengan rongga peritoneum.
Sistem genitourinaria erat kaitannya dengan ssitem ekskresi dan
sistem reproduksi, dimana sistem ekskresi adalah proses pengeluaran zat-
zat sisa hasil metabolisme yang sidah tidak digunakan lagi oleh tubuh. Zat
hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui alat ekskresi (dalam hal ini adalah ginjal), sedangkan sistem
reproduksi adalah sistem genital makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru.

4
Organ-organ dari sistem perkemihan tersebut sejatinya akan dapat
mengalami gangguan jika tidak dijaga kesehatannya, sehingga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit. Untuk mengetahui adanya gangguan
pada sistem genitourinaria perlu dilakukannya pemeriksaan fisik yang
terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Hal tersebutlah yang
melatarbelakangi kami untuk menyusun makalah ini untuk mengetahui
pemeriksaan fisik pada genitourinaria wanita.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem genitourinaria wanita ?
2. Bagaimana teknik pemeriksaan fisik sistem genitourinaria wanita ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata kuliah metodologi keperawatan
2. Mengetahui anatomi fisiologi sistem genitourinaria pada wanita
3. Mengetahui teknik pemeriksaan fisik sistem genitourinaria pada
wanita

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat sebagai sarana refrensi bagi seluruh pihak
yang ikut bernaung dibawah bidang kesehatan dan sebagai bahan masukan
kepada para penulis lain untuk ikut menggali dan juga mencari tahu
mengenai pemeriksaan fisik genitourinaria wanita.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Genitourinaria Wanita


Sistem genitourinaria erat kaitannya dengan sistem ekskresi dan
sistem genitalia atau reproduksi. Sistem urinarius dibagi menjadi tractus
urinarius bagian atas dan bagian bawah. Tractus urinarius bagian atas terdiri
dari ginjal, pelvis renalis dan ureter. Sedangkan tractus urinarius bagian
bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksternal
pada wanita berupa vagina, uterus, dan ovarium.
Tractus urinarius :
1) Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ yang terletak di sisi kanan dan kiri
bawah tulang rusuk bagian belakang. Organ yang terletak di dalam
punggung ini berukuran sekepalan tangan orang dewasa dan bentuknya
menyerupai kacang merah. Ginjal memegang peranan yang sangat
penting dalam menjaga kesehatan tubuh, bahkan kelangsungan hidup.
Ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh. Semua
proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan
dari ginjal disalurkan melalui urin. Fungsi ginjal adalah untuk menyaring
limbah, racun, dan cairan berlebih yang ada di dalam darah, lalu
mengeluarkannya melalui urin. Fungsi ginjal selain memproduksi urin
adalah sebagai keseimbangan cairan.
2) Pelvis Renalis
Fungsi pelvis renalis sangat penting dalam proses pengumpulan
dan pembuangan urin. Organ ini berbentuk corong dan terletak di bagian
paling dalam dari renal. Bagian dari ginjal yang satu ini berfungsi
sebagai jalur untuk cairan dalam perjalanan ke kandung kemih. Bagian
pertama pelvis ginjal mnegandung calyces, yaitu ruang berbentuk cangkir
kecil yang bertugas mengumpulkan cairan sebelum bergerak ke kandung

6
kemih. Selanjutnya, cairan tersebut akan masuk ke hilium, yaitu lubang
kecil yang mengalirkan cairan menuju ke kandung kemih.
3) Ureter
Ureter adalah organ sistem kemih yang terdiri dari dua tabung
tebal. Kedua tabung ureter berfungsi mengangkut urine dari ginjal
menuju kandung kemih. Masing-masing memiliki memiliki panjang
sekitar 25-30 cm dengan diameter 3-4 mm. berkat otot dinding ureter
yang terdiri dari epitel transisi, organ kemih lainnya dapat mengencang
dan mengendur agar urine bisa turun dan melewati ginjal. Bila urine
kembali naik atau dibiarkan diam, mungkin akan berisiko mengalami
infeksi ginjal. Itu sebabnya, urine dalam jumlah kecil akan dikosongkan
ke dalam kandung kemih dari ureter setiap 10-15 detik.
4) Uretra
Uretra adalah saluran yang berperan penting dalam mengeluarkan
urine dari tubuh, yang mana berbeda dengan ureter yang menjauhkan
urine dari ginjal. Perbedaan antara ureter dan uretra pun terletak pada
cara kerja dan jumlah tabung yang dimiliki. Pada saat urine mencapai
uretra, otak akan memberi sinyal pada otot kandung kemih untuk
mengencang. Hal ini nantinya membuat tubuh memeras urine keluar dari
kandung kemih. Sementara itu, otak juga mengirim sinyal pada otot
sfingter agar lebih rileks, sehingga urine keluar dari kandung kemih
melalui uretra. Bila pengiriman sinyal terjadi dalam urutan yang benar,
buang air kecil yang normal pun akan terjadi.
Panjang uretra pada wanita jauh lebih pendek daripada pria, yaitu
berkisar 4 cm. hal ini terjadi karena adanya perbedaan anatomi kelamin
wanita (vagina) dan pria (penis) pada daerah tersebut. Sebelum mencapai
lubang uretra, urine melewati sfingter uretra. Ini adalah struktur otot di
uretra yang membantu menahan urine di dalam tubuh sampai
dikeluarkan. Uretra membuka ke area antara labia minora atau bibir
vagina, lubang uretra terletak tepat di depan lubang vagina.

7
Sistem genitalia eksternal pada wanita :
1) Vagina
Vagina Adalah saluran yang dikelilingi oleh jaringan otot yang
kuat.Panjang dari bagian anterior dari vagina adalah 7 cm, dengan
panjang bagian posterior 2 cm lebih panjang.Sumbu dari vagina paralel
dengan orificium dari rongga pelvis, yang pada posisi terlentang
membentuk sudut 30-40 derajat dari bidang horizontal.Apabila seseorang
ingin melakukan pemeriksaan ginekologi, sudut ini penting untuk
dimengerti.

Gambar 1. genitalia wanita eksternal

Terdapat tepi mukosa di dalan lumen vagina yang dikenal sebagai


columna rugaerum atau columna vaginalis.Pada serviks uteri, vagina
melipat mengelilingi serviks, membentuk forniks, yang terdiri dari
forniks anterior, posterior, serta lateral, berdasarkan posisinya terhadap
serviks uteri. Bagian yang teraksentuasi pada vagina disebut portio.

2) Uterus
Uterus adalan organ muskular yang terdapat di tengah rongga
pelvis. Ukuran normal pada periode reproduksi adalah 7.5 x 5 x 2.5 cm.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan (dari dalam ke luar) : endometrium,
myometrium dan perimetrium. Endometrum adalah jarin gan mukosa
dengan banyak kelenjar dengan tebal beragam, tergantung pada siklus

8
menstruasi. Myometrium adalah bagian paling tebal yang terdiri dari
jaringan otot. Perimetrium sesungguhnya adalah peritoneum.

Gambar 2. genitalia wanita internal

Terdapat berbagai posisi dari uterus. Posisi uterus terhadap vagina


dapat anteversi, retroversi, dextroposisi atau sinistroposisi. Posisi uterus
terhadap serviks dapat antefleksi, laterofleksi atau retrofleksi.
Kebanyakan wanita Indonesia ialah retrofleksi dengan sudut antara 45-90
derajat. Retrofleksi ekstrem dari uterus disebut hiperretrofleksi. Serviks
uteri, isthmus uteri dan korpus uteri adalah bagian dari uterus. Isthmus
uteri dari wanita tidak hamil sangat pendek, sehingga sering dianggap
sebagai bagian dari serviks. Serviks uteri memiliki dua struktur yang
berbentuk tanduk, yang merupakan orificium dari tuba uteri yang disebut
kornu. Terdapat struktur berbentuk kubah diantara keduanya yang
disebut fundus. Kavitas di dalam uterus disebut kavum uteri, yang
memanjang ke arah vagina melalui kanalis servikalis.

3) Ovarium
Ovarium adalah organ yang memproduksi ovum, dan memiliki
ukuran sangat beragam, tetapi biasanya 3.5 x 2.5 x 1 cm. Posisinya selalu
berubah, bergantung pada postur, perubahan posisi usus dan perubahan
bentuk uterus pada kehamilan. Terdapat 4 kutub dari ovarium yang

9
meliputi superior, inferior, anterior dan posterior. Terdapat dua lapisan
dari ovarium, yaitu korteks (bagian luar) dan medulla (bagian dalam).

B. Pemeriksaan Fisik Genitourinaria Wanita


a. Media dan alat bantu pembelajaran :
 Penlight
 Handscone
 Meja pemeriksaan denga sanggurdi
 Speculum vagina
 Baskom berisi air hangat untuk merendam apekulum
 Kapas dan antiseptic (iodine)
 Vaselin/gel
 Bengkok
 Spatula plastic : seperti cotton bud, bentuk tulang, dan sikat (brush)
b. Instruksi kerja
1. Persiapkan alat
2. Persiapkan lingkungan
3. Awali interaksi dengan pasien dengan cara mengucapkan salam
4. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan selengkapnya pada pasien
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien
Urutan pemeriksaan fisik genitourinaria pada wanita yaitu sebagai
berikut :
1) Inspeksi
a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat. Kulit
dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang
meyebabkan anemia. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi.
b) Abdomen

10
Amati abdomen pada posisi terlentang dan area panggul
serta sudut costoveteberal pada posisi duduk. Perhatikan
perubahan warna, adanya memar bentuk yang tidak simetris atau
pembengkakan.
c) Meatus Urinary
Pada wanita, posisi dorsal litotomi, buka labia dengan
memakai sarung tangan.
2) Palpasi
a) Ginjal
Posisi pasien adalah supinasi.
- Untuk melakukan palpasi ginjal kanan yaitu posisi di sebelah
kanna pasien. Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara
tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan dibagian atas.
Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanna menekan
sementara tangan kiri mendorong ke atas. Pada puncak
inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam dibawah arcus
aorta untuk menangkap ginjal diantara kedua tangan (tentukan
ukuran dan nyeri tekan). Pasien diminta membuang nafas dan
berhenti nafas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana
ginjal kembali saat ekspirasi.
- Dilanjutkan dengan palpasi ginjal kiri : pindah disebelah kiri
penderita. Tangan kanna untuk menyangga dan mengangkat
dari belakang. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada
kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik
nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-
dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal diantara
kedua tangan (normalnya jarang teraba).

11
b) Palpasi Vesika Urinaria
Palpasi vesika urinary untuk memeriksa adanya kesimetrisan,
lokasi, ukuran, dan sensasi. Dalam kondisi normal, vesika urinary
tidak teraba. Adanya distensi/pembesaran vesika urinaria dapat
dipalpasi di area antara simfisi pubis dan umbilical. Langkah-
langkah palpasi vesika urinaria :
- Atur pasien posisi supinasi
- Lakukan palpasi di abwah umbilicus ke arah bawah
mendekati simfisis
- Palpasi adanya distensi kandung kemih/vesika urinaria

3) Perkusi
a) Perkusi Ginjal
Perkusi ginjal dilakukan untuk mengkaji adanya nyeri. Perkusi
ginjal dilakukan pada akhir pemeriksaan. Perkusi costovertebral
ginjal (costovertebral angle)
 Atur posisi klien berbaring dengan posisi miring atau duduk
 Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
costovertebral/costovertebral angel (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1) dan perkusi dengan tangan kanan

12
yang mengepal. Lakukan kanan dan kiri. Lakukan perkusi
ginjal dengan cukup kekuatan sampai pasien dapat merasakan
pukulan
 Hasil normal, klien tidak merasakan nyeri. Jika terdapat nyeri
mengindikasikan adanya batu atau pyelonephritis

b) Perkusi Vesika Urinaria


Secara normal, vesika urinaria tidak dapat diperkusi, kecuali
volume urin diatas 150 ml. jika terjadi distensi, maka kandung
kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus. Sebelum
melakukan perkusi vesika urinaria, lakukan palpasi untuk
mengetahui fundus vesika urinaria. Setelah itu lakukan perkusi di
atas area suprapubic. Jika vesika urinaria penuh atau sedikitnya
volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup)
di atas simphysis pubis. Langkah-langkah perkusi vesika urinaria:
 Atur posisi pasien supinasi
 Lakukan perkusi dimulai dari suprapubic sampai ke area
umbilicus.Vesika urinaria dalam keadaan penuh akan
terdengar “dullness”.

4) Auskultasi
Gunakan diafragma/bel stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas
sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi

13
bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal).

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem urogenital atau sistem genitourinari adalah sistem organ dari
sistem reproduksi dan sistem kemih. Sistem urinarius dibagi menjadi tractus
urinarius bagian atas dan bagian bawah. Tractus urinarius bagian atas terdiri
dari ginjal, pelvis renalis dan ureter. Sedangkan tractus urinarius bagian
bawah terdiri dari vesika urinaria dan uretra. Untuk sistem genitalia eksternal
pada wanita berupa vagina, uterus, dan ovarium. Pemeriksaan fisik terdiri dari
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat haruslah mengetahui anatomi fisiologi
sebelum melakukan pemeriksaan fisik genitourinaria. Mengetahui dan
memahami anatomi fisiologi akan sangat mempengaruhi pada saat melakukan
pemeriksaan fisik. Perawat yang tidak memahami anatomi akan sangat
mempengaruhi pada saat melakukan peemriksaan fisik, jadi sangat penting
untuk memahami dengan baik anatomi fisiologis dan teknik pemeriksaan fisik
yang akan dilakukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Firmawati Erfin, Ns., MNS, 2016. BUKU MODUL BLOK SISTEM


PERKEMIHAN. repository.umy.ac.id

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/3310/erfin
%20blok%2013%202016.PDF?sequence=1

yudip nanda, 2016. MODUL PEMERIKSAAN FISIK GENETALIA (PRIA DAN


WANITA). slideshare.net

https://www.slideshare.net/nandayudip/pemeriksaan-lengkap-genetalia-
wanita-dan-pria

paomey christianj, 2014. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERKEMIHAN.


slideshare.net

https://www.slideshare.net/christianjpaomey/pemeriksaan-fisik-sistem-
perkemihan

16
KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN
MATARAM

JURUSAN KEPERAWATAN

Program Studi D III Keperawatan

---------------------------------------------------------------------------------------------------

CHEKLIST PEMERIKSAAN FISIK GENITOURINARIA PADA WANITA

Nama : ………………………

NIM : ………………………

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI 1 2 3
Definisi :
Perawat mengkaji fisik pasien pada bagian
genitourinaria wanita
Tujuan :
1. Mengetahui bentuk dan fungsi genitourinaria
wanita
2. Mengetahui kelainan yang terdapat di
genitourinaria wanita.
Tahap Pra Interaksi :
a. Melakukan verifikasi data
b. Persiapan pasien
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Memperkenalkan diri
3. Pasien diberitahu bahwa akan dilakukan
pemeriksaan dalam vagina, pasien akan

17
merasa sedikit tidak nyaman
4. Pasien diberitahu untuk mengosongkan
kandung kemih sebelum pemeriksaan
5. Privacy pasien selama komunikasi
dihargai
6. Selama pemeriksaan perawat
memberitahu tindakan apa yang akan
dilakukan dan menanyakan kenyamanan
pasien
7. Membuat kontrak waktu (waktu, tempat
dan tindakan yang akan dilakukan).
c. Persiapan alat
1. Lampu yang dapt diatur pencahayaannya
2. Handscoon
3. Meja pemeriksaan dengan sanggurdi
4. Speculum vagina
5. Baskom berisi air hangat untuk
merendam speculum
6. Kapas dan antiseptic (iodine)
7. Vaseline/gel
8. Bengkok
9. Spatula plastic, seperti cotton bud dan
sikat
10. stetoskop
Tahap Orientasi :
1. Memberikan salam terapeutik
2. Panggil pasien dengan nama yang disenangi
3. Memperkenalkan nama perawat
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada
klien
5. Menjelaskan kerahasiaan.

18
Tahap Kerja :
a. Pemeriksaan Ginjal
1. Mencuci tangan dan menggunakan handscoon
2. Inspeksi : atur posisi supinasi, amati warna kulit,
tekstur, tugor kulit, adanya masa atau
pembengkakan, distensi dan luka
3. Auskultasi suara bising pembuluh darah
(bruits) : letakkan stetoskop bagian bell pada
sudut kostovertebral dan kuadran atas abdomen
(arta abdomen dan arteri renalis) dengarkan
bising pembuluh darah
4. Palpasi ginjal :
a) Letakkan tangan kiri dibawah sela iga 12
dan ujung jari tepat di sudut
kostovertebra kanan
b) Letakkan tangan kanan sedikit dibawah
lengkung kosta kanan
c) Anjurkan klien untuk napas dalam. Pada
saat akhir inspirasi, tangan kanan
menekan kebawah sementara tangan kiri
mendorong ke atas. Raba ginjal kanan
atara da tangan
d) Tentukan ukuran, nyeri tekan
5. Perkusi ginjal :
a) Atur posisi klien berbaring dengan posisi
miring/duduk
b) Letakkan telapak tangan kiri di atas sudut
konstovertebral (setinggi vertebra
torakalis 12 dan lumbal 1). Perkusi
tangan kanan mengepal lakukan kanan
dan kiri.

19
c) Hasil normal, klien tidak merasakan
nyeri jika terdapat nyeri mengindikasikan
adanya batu atau pyelonephritis.
b. Pemeriksaan Genitalia Luar
1. Cuci tangan dengan bersih dan memakai
handscoon, mempersiapkan alat
2. Nyalakan lampu dan arahkan sehingga
menerangi daerah genital
3. Duduk dengan nyaman sehingga anda dapat
melihat genital luar dengan mudah
4. Sentuh sisi dalam paha ibu dengan lembut
sebelum menyentuh daerah genital sehingga
anda tidak mengagetkannya
5. Periksa daerah genital luar
a) Lihat apakah terdapat ruam dan lesi pada
paha (ada/tidak)
b) Lihat apakah terdapat lice pada daerah
pubis (ada/tidak)
c) Lihat lubang vagina dan perineum
apakah terdapat ruam, lecet, warts
(ada/tidak)
6. Pisahkan labia majora dengan 2 jari dan lihat
labia minora, clitoris, urethral opening dan
vaginal opening
a) Palpasi labia minora diantara ibu jari dan
jari telunjuk. Lihat apakah ada
kemerahan (inflamasi) (ada/tidak),
keputihan (ada/tidak), ketegangan
(tenderness) (ada/tidak), luka bernanah
atau bisul (ada/tidak)
b) Rasakan apakah terdapat ketidakteraturan

20
atau benjolan (nedules) (ada/tidak)
c) Cuci tangan setelah tindakan.
c. Pemeriksaan Dalam Vagina
1. Mencuci tangan dan memakai handscoon,
mempersiapkan alat
2. Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan diberi
pelumas. Jari tengah menekan komissura
posterior sebelum diinsersikan pada introitus
vagina.
3. Palpasi dinding vagina apakah ada massa atau
nyeri tekan (ada/tidak)
4. Palpasi portio serviks uteri, nilai ukuran, apakah
ada massa dan mobilitasnya (ada/tidak)
5. Jari masih pada portio serviks uteru dan tangan
kiri diletakkan pada suprasimpisis. Nilai besar
uterus, arah dan apakah ada massa (ada/tidak)
6. Jari masuk pada forniks lateral kiri dan tangan
kiri diletakkan di fossa iliaka kiri. Rasakan
apakah ada massa atau nyeri tekan, demikian
juga pada fomiks lateral kanan (ada/tidak)
7. Jari masuk pada forniks posterior dan nilai
apakah ada massa di kavum douglass atau nyeri
tekan (ada/tidak)
8. Setelah jari dikeluarkan dari vagina, dinilai
apakah ada perdarahan atau discharge yang
lain ? Apakah berbau busuk ? (ada
pendarahan/tidak) (berbau busuk/tidak)
9. Perawat mempersilakan pasien turun dari meja
ginekologi, memakai kembali pakaiannya dan
memintanya duduk di kursi.
10. Perawat menanyakan kembali apakah masih ada

21
rasa tidak nyaman akibat pemeriksaan
(nyaman/tidak)
11. Hasil pemeriksaan ditulis di catatan medik.
12. Mencuci tangan setelah tindakan.
d. Pemeriksaan Uterus
1. Cuci tangan dan menggunakan handscoon,
mempersiapkan alat
2. Untuk merasakan badan uterus, letakkan jari-jari
pelvic hand pada ruang di belakang cervix
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Lalu,
letakkan tangan yang lain secara mendatar pada
abdomen, di antara umbilicus dan tulang pubis.
3. Perlahan-lahan geser abdominal hand kearah
symphysis pubis, dengan menekan ke bawah dan
ke depan (kearah uterus) menggunakan
permukaan jari-jari. Pada saat yang sama, tekan
ke dalam dan ke atas menggunakan jari tangan
yang berada di dalam vagina, berusaha
menangkap uterus diantara jari-jari kedua
tangan. Jika uterus bersifat anteverted, akan
terasa fundus diantara jari-jari kedua tangan,
sekitar 2–4 cm di atas tulang pubis.
4. Melakukan palpasi pada uterus
a) Ukuran: Uterus ibu yang tidak hamil
memiliki ukuran panjang sekitar 5–8 cm,
lebar 3–5 cm dan tebal 2 cm. Jika
membesar dan lunak, pertimbangkan
kemungkinan hamil.
b) Bentuk: bentuk uterus seharusnya bundar
dan menyerupai buah pear. Jika
bentuknya tak beraturan, dapat

22
mengindikasikan adanya fibroids; jika
berbentuk hati dapat mengindikasikan
kelainan uterus, seperti uterus
ganda/double.
c) Lokasi: uterus harus berada di garis
tengah. Jika bagian atas (fundus) tertekan
baik ke kiri atau kanan, hal ini
menunjukkan kemungkinan adanyan scar
tissue (adhesi), massa adnexal (tuba
ovarium atau tuba fallopi) atau kehamilan
(mungkin ectopic).
d) Konsistensi: body terasa halus dan
kencang. Jika tidak semuanya lembut,
curigai adanya kehamilan.
e) Mobilitas: uterus harus mudah
digerakkan secara anterior atau posterior.
Jika uterus bersifat tetap (tidak bergerak),
curigai terjadinya perlengketan (adhesi)
atau masalah lain.
f) Nyeri (tenderness): biasanya, uterus tidak
terasa nyeri bila digerakan atau dipalpasi.
Jika ada rasa nyeri, curigai adanya infeksi
pada uterine cavity (endometritis).
5. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
e. Pemeriksaan Ovarium
1. Cuci tangan dan menggunakan handscoon,
mempersiapka alat
2. Selanjutnya temukan ovarium. Ingatlah bahwa
ovarium biasanya terletak di belakang dan di
kedua sisi uterus.
3. Untuk menemukan ovarium kanan, gerakkan jari

23
telunjuk tangan periksa (pelvic hand) persis di
bawah dan di samping cervix di dalam lateral
fornix. Gerakkan abdominal hand ke sisi yang
sama dan searah dengan uterus. Tekan (secara
posterior) dengan tangan tersebut dan dorong ke
atas (secara anterior) dengan jari tangan periksa.
Dengan lembut temukan jari-jari kedua tangan
dan gerakkan ke arah symphysis pubis. Ovarium
dapat dirasakan bergerak diantara jari-jari.
Pegang ovarium dengan lembut karena tekanan
pada ovarium yang normal dapan menyebabkan
rasa nyeri
4. Catat ukuran, bentuk, konsistensi, mobilitas dan
nyei dari masa yang ada
5. Mencuci tangan setelah melakukan tindakan.
Tahap Terminasi :
1. Menyimpulkan hasil prosedur yang dilakukan
2. Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan
setelah dilakukan tindakan
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
4. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan klien
5. Merapikan alat-alat
6. Berpamitan dengan pasien.
Tahap Dokumentasi :
Mencatat seluruh tindakan yang telah dilakukan dalam
catatan keperawatan.

24
Keterangan :

0 = tidak dikerjakan

1= dikerjakan setengah/tidak sempurna

2= dikerjakan dengan sempurna

Penguji

(………………………………)

25

Anda mungkin juga menyukai