Anda di halaman 1dari 13

Sistem Perkemihan

ANATOMI DAN FISIOLOGI DAN GANGGUUAN SISTEM


PERKEMIHAN PADA LANSIA

Kelompok 4 :

Frischilla Tika Salawoba 14061026

Ria Ch. Tampilang 14061008

Nancy Monica Madjid 14061003

Mario Baemamenteng 14061037

Nadya Durado 14061032

Oviatri Adipati 14061019

I Wayan Septian 14061044

Ema Sae 14061004

Eka Rhesvlyanti 14061035

Albert Pangemanan 14061079

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas tuntunannya sehingga kami
kelompok bisa menyelesaikan tugas kami dengan baik.

Semoga tugas ini bisa menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa/I fakultas
keperawatan .

Kami menyadari bahwa tugas kami ini memiliki kekurangan, untuk itu kami mohon
kritik dan saran anda sekalian.

Terimakasih

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR PUSTAKA

Cover

Kata Pengantar ..i

Daftar Isi .ii

Bab I Pendahuluan

Latar belakang .1

Tujuan ..1

Bab II Isi

Anatomi dan Fisiologi ..2

Gangguan Sistem Perkemihan Pada Lansia 4

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sistem Perkemihan Lansia..6

Penyakit Ginjal Dan Traktus Urinarius Pada Lansia ..6-8

Bab III Penutup

Kesimpulan..9

Daftar Pustakaiii

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sistem perkemihan adalah suatu sistem dimana terjadi proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih di gunakan boleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin. Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, ureter, kandung
kencing, uretra.

Pada lansia sistem perkemihan sudah ada perubahan karena cara kerja dari organ-
organ tersebut sudah menurun, dan salah satu sistem perkemihan yaitu ginjal. Ginjal pada
lansia sudah tidak berfungsi dengan baik lagi, itu disebabkan karena adanya beberapa factor
yang mempengaruhi sistem perkemihan pada lansia.

2. TUJUAN

1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem perkemihan?


2. Untuk mengetahui Gangguan sistem perkemihan pada lansia?

ii

BAB II
ISI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urinary terdiri atas:

Ginjal, yang mengekuarkan secret urine.


Ureter,yang meyalurkan urine dari ginjal ke kandung kecing.
Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing.

1. Ginjal
Ginjal berjumlah sepasang dan berwarna merah tua. Kedua ginjal tersebut terletak di
dalam rongga perut dekat pinggang dan berbentuk seperti kacang merah.ginjal kanan
terletak lebih rendah dari ginjal kiri. Kerja ginjal berkaitan erat dengan pembentukan urin
yang mengandung zat-zat sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh.
Fungsi utama ginjal adalah :
1. Menyaring darah
2. Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya
amonia
3. Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebih (misalnya gula dan vitamin) serta
berbahaya (misalnya obat-obatan dan zat warna)
4. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi
5. Mengatur keseimbangan asam basa karena ginjal tidak hanya dapat mengubah
pengeluaran H+, tetapi juga menahan atau membuang hco3- sesuai dengan kondisi tubuh.
Ginjal mengandung jutaan alat penyaring yang di sebut nefron. Nefron merupakan
satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil. Setiap nefron terdiri atas badan
malpighi dan tubulus (saluran). Badan malpighi terdiri atas kapsula bowman (simpai
bowman) dan glomerulus.
Tubulus dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tubulus yang dekat dengan badan malpighi
(tubulus kontortus proksimal), tubulus yang jauh dari badan malpighi (tubulus kontortus

1
distal), dan tubulus pengumpul. Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal
dihubungkan oleh lengkung henle. Bagian lengkung henle ada dua, yaitu lengkuung henle
asendens (menanjak) dan lengkung henle desendens (menurun). Melalui nefron, urin
disalurkan kedalam pelvis ginjal dan setelah itu disalurkan ke ureter.
2. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang
ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-
inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai
vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah
memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami
penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta muara ureter
ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk batu/kalkulus.

3. Vesika Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya
diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi
sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan
organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh
darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal,
sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae.
Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak
memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan,a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
2
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan
n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus
pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik

4. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada
pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual
(berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar
3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos
terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter
externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).
Kanker Uretra adalah suatu keganasan yang jarang terjadi, yang ditemukan di dalam
uretra. Uretra merupakan saluran tempat keluarnya air kemih dari kandung kemih. Pada
wanita, panjang uretra adalah sekitar 3,75 cm dan pada pria panjang uretra adalah sekitar
20 cm.
Kanker uretra lebih sering terjadi pada wanita. Bagian dari uretra yang terletak di dekat
lubang keluarnya disebut uretra anterior dan kanker yang bermula dari daerah ini disebut
kanker uretra anterior. Bagian dari uretra yang terletak di dekat kandung kemih disebut
uretra posterior dan kanker yang berawal di daerah ini disebut kanker uretra posterior.
Uretra posterior terletak lebih dekat dengan kandung kemih dan jaringan lainnya,
sehingga kanker di daerah ini lebih mungkin tumbuh menembus lapisan dalam uretra dan
jaringan di dekatnya. Kadang penderita kanker kandung kemih juga menderita kanker
uretra yang disebut sebagai kanker uretra yang berhubungan dengan kanker kandung
kemih.
Kanker uretra kambuhan adalah kanker uretra yang kambuh kembali setelah diobati.
Karunkulus uretra adalah pertumbuhan jinak (non-kanker) yang lebih sering terjadi,
berupa pertumbuhan kecil, berwarna merah dan menimbulkan nyeri di samping lubang
uretra pada wanita. Karunkulus uretra menyebabkan adanya darah dalam air kemih dan
keadaan ini diatasi dengan pengangkatan melalui pembedahan.

B. Gangguan Sistem Perkemihan Pada Lansia


Proses menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dalam
proses ini, terjadi berbagai perubahan sistem tubuh pada lansia, salah satunya sistem
perkemihan. Berikut pembahasan terkait perubahan fisiologis sistem perkemihan pada lansia
dan factor-faktor yang mempengaruhi perubahan sistem perkemihan pada lansia berdasarkan
literature yang diperoleh.

1. Ginjal
Massa ginjal berkurang 25% pada usia 80 tahun ke atas.
Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60
tahun kemampuan tinggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan berkurangnya
populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurunnya jumlah
populasi nefron akan terjadi penurunan kadar rennin yang menyebabkan hipertensi.
Terjadi pembesaran membran basalis kapsula Bowman dan terganggunya
permeabilitas, perubahan degeneratife tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah
kecil sampai hialinisasi arterioler dan hyperplasia intima arteri menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin yang menyebabkan resobsi
natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal dalam pembuangan sisa metabolism terganggu
dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal.
a. Jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata.
b. Aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun.
c. Tingkat filtrasi glomerulus dan kapasitas ekskresi maksimum menurun. Hal ini
dapat disebabkan karena total aliran darah ginjal dan pengurangan dari ukuran dan
jumlah glomerulus.
Aliran plasma ginjal yang efektif menurun sejalan dari usia 40 ke 90-an. Umumnya
filtrasi tetap ada pada usia muda, kemudian berkurang tetapi tidak terlalu banyak pada
usia 70, 80, dan 90 tahun. Transport maksimal tubulus untuk tes ekskresi PAH
(paraaminohipurat) menurun progresif sejalan dengan peningkatan usia dan penurunan
GFR.
Membrane basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area fokal, dan
total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan volume tubulus
proksimal berkurang. Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien,
sehingga secara fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan
kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan
fungsi penyaringan protein dan eritrosit menjadi terganggu.

2. Pembuluh Darah Ginjal


Sejak umur 40 tahun, aliran darah renal berkurang, terutama di korteks. Pada korteks
ginjal, arteri aferen dan eferen cenderung untuk atrofi yang berarti terjadi pengurangan
jumlah darah yang terdapat di glomerulus.
3. Vesica Urinaria/ Kandung Kemih
Otot kandung kemih menjadi lemah, kapasitasnya nenurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi BAK meningkat.
Aktivitas kendali sfingter dan detrusor hilang, sehingga sering kencing tanpa
sadar, terutama di malam harri.
Penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume
residu (N: 50 mL), peningkatan kontruksi kandung kemih yang tidak di sadari
dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi. Keadaan ini menyebabkan sering
berkenih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca menopause
karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas, kandung
kemih lebih rentan dan sensitive terhadap rangsangan urine, sehingga akan
berkontraksi tanpa dapat dikendalikan.

4. Mekanisme Kontrol
Perubahan pada sistem saraf dan sistem regulator lain mempengaruhi fungsi
perkemihan. Impuls motorik dalam saraf spinal mengontrol perkemihan, sedangkan
otak bertanggung jawab untuk mendeteksi sensasi pemenuhan kandung kemih,
menghambat pengosongan kandung kemih saat dibutuhkan, dan stimulasi kontraksi
pengosongan kandung kemih. Saat kandung kemi terisi, reseptor sensori di dinding
kandung kemih dan kemampuan mengosongkan kandung kemih dengan komplet.
Pada orang dewasa, sensasi penuh dimulai ketika kandung kemih terisi setengah.
Tetapi, pada lansia interval antara persepsi awal dari dorongan untuk mengosongkan
dan kebutuhan sebenarnya untuk mengosongkan kandung kemih menjadi lebih singkat
sehingga meningkatkan kejadian inkontinensia urin.
5
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN SISTEM
PERKEMIHAN LANSIA
1. Diet dan intake
2. Respon keinginan awal untuk berkemih.
3. Gaya hidup
4. Stress psikologi
5. Tingkat aktivitas
6. Tingkat perkembangan
7. Kondisi patologis.
D. PENYAKIT GINJAL DAN TRAKTUS URINARIUS PADA LANSIA

1.Infeksi Saluran Kemih

Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat
makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40-60 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %, sedangkan pada usia sama atau di atas 65 tahun
kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20 %. Infeksi saluran kemih dapat
mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur, baik anak-anak, remaja,
dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita
lebih sering dari pria dengan angka populasi umum, kurang lebih 5-15%.

Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri dalam urin. Bakteriuria yang
disertai dengan gejala pada saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan
yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada
pasien asimptomatis bila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin
midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih
rendah.

Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena: Sisa urin
dalam kandung kemih meningkat akibat pengosongan kandung kemih kurang efektif,
6
Mobilitas menurun. Pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik. Sistem imunitas
menurun, baik seluler maupun humoral. Adanya hambatan pada aliran urin. Hilangnya
efek bakterisid dari sekresi prostat.

Etiologi
ISK pada usia lanjut dipandang dari segi penatalaksanaan sering dibedakan atas:
(Russel, B.M., 1989; Tolkoff, Rubu N.E. dan Rubin R.H., 1989).

1. ISK uncomplicated (simple)


ISK yang sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik anatomi
maupun fungsionil normal. ISK sederhana ini pada usia lanjut terutama mengenai
penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superfisial kandung kemih.
Penyebab kuman tersering (90%) adalah E. coli.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kuman penyebab sulit diberantas,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotik, sering terjadi
bakteriemia, sepsis, dan syok. Penyebab kuman pada ISK complicated adalah
Pseudomonas, Proteus, dan Klebsiela. ISK complicated terjadi bila terdapat keadaan-
keadaan sebagai berikut:
Kelainan abnormal saluran kemih, misalnya batu (pada usia lanjut kemungkinan
terjadinya batu lebih besar dari pada usia muda). Refleks vesiko urethral obstruksi,
paraplegi, atoni kandung kemih, kateter kandung kemih menetap, serta prostatitis
menahun. Kelainan faal ginjal, baik gagal ginjal akut (GGA) maupun gagal ginjal
kronis (GGK).

Penatalaksanaan

Terapi infeksi saluran kemih pada lanjut usia dapat dibedakan atas :

1. Terapi antibiotic dosis tunggal


2. Terapi antibiotic konvenmsional L 5-14 hari
3. Terapi antibiotic jangka lama : 4-16 minggu

2.Inkontinensia Urin

Pengertian
Inkontinensia urine adalah pelepasan urine secara tidak terkontrol dalam jumlah yang
cukup banyak.
Inkontinensia urin merupakan salah satu manifestasi penyakit yang sering ditemukan
pada pasien geriatric.

Perubahan-perubahan akibat proses menua mempengaruhi saluran kemih bagian


bawah. Perubahan tersebut merupakan predisposisi bagi lansia untuk mengalami
inkontinensia, tetapi tidak menyebabkan inkontinensia. Jadi inkontinensia bukan
bagian normal proses menua.

Klasifikasi
Klasifikasi inkontinensia Urin :
1. Inkontinensia Urin Akut Reversibel

2. Inkontinensia Urin Persisten

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan inklontinensia urin menurut muller adalah mengurangi factor

resiko, mempertahankan hpmeostasis, mengontrol inkontenesia urine,modifikasi

lingkungan,medikasi, latihan otot pelvis, dan pembedahan. Dari beberapa hal tersebut

diatas dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan kartu catatan uberkemih


2. Terapi non farmakologi
3. Terapi farmakologi
4. Terapi pembedahan
5. Modalitas lain

8
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Jadi anatomi dan fisiologi dari sistem perkemihan ini yaitu, terdiri atas :
Ginjal, yang mengekuarkan secret urine.
Ureter,yang meyalurkan urine dari ginjal ke kandung kecing.
Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
Uretra, yang mengeluarkan urine dari kandung kencing.
Pada lansia sistem perkemihan sudah terjadi penurunan fungsi, salah satunya ginjal
pada lansia, penyebab dari gangguan tersebut ada beberapa factor yang mempengaruhi
sistem perkemihan pada lansia yaitu : Diet dan intake, Respon keinginan awal untuk
berkemih., Gaya hidup, stress psikologi, Tingkat aktivitas, Tingkat perkembangan,
kondisi patologis.
9
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pearce. 2010. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia


Pustaka Utama ; Jakarta

http://dokumen.tips/documents/perubahan-fisiologis-sistem-perkemihan-pada-
lansia.html

iii

Anda mungkin juga menyukai