Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

1. Naffisa Hanif Azzahra (200208016)


2. Nana Alfina Sunarya (200208076)
3. Ziara Arum Wulandari (200208025)
4. Yuliana Aprilia N Yarawobi (190208045)

TAHUN AJARAN 2020/2021


SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan
kritik membangun, sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas serupa di waktu
berikutnya. Semoga tugas ini juga dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 13 April 2021

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………1

Daftar Isi………………………………………………………………….2

BAB I

Latar Belakang…………………………………………………………4

Rumusan Masalah……………………………………………………...4
Tujuan………………………………………………………………….4

BAB II

2.1. Pengertian Sistem Perkemihan…………………………………………5

2.2. Fungsi Sistem Perkemihan……………………………………………6

2.3. Organ Organ Sistem Perkemihan…………………………………………….10

2.4. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)…………………………………..13

2.5. Pembentukan Urine (air kemih)


…………………………………………………………14

BAB III

3.1. Kesimpulan………………………………………………………………17

3.2. Saran………………………………………………………………………17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….18

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang tidak
berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam tubuh karena dapat
menjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi unrine (buang air kecil)
dan eliminasi alvi (buang air besar).

Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.Ginjal, Uretra,
kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.Fungsi utama dari saluran
ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannnya sebagai urin.
Proses ini berlangsung terus.

Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit pada organ dari saluran kemih, fungsinya
menjadi terganggu dan karenanya menganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah
organ vital penyangga kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengertian system perkemihan?
b. Apasaja fungsi system perkemihan?
c. Sebutkan organ – organ system perkemihan?
d. Bagaimana proses perkemihan?
e. Bagaimana proses pembentukan urin?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
 Untuk mengetahui system perkemihan.
 Untuk mengetahui fungsi system perkemihan.
 Untuk mengetahui organ – organ system perkemihan dan fungsinya.
 Untuk mengetahui bagaimana proses perkemihan.
 Untuk mengetahui proses pembentukan urine.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil
penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica
urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu
untuk setiap ginjal. Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli,
merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter,
untuk selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui
mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor),
bersamasama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus,
serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf. Uretra merupakan saluran yang
membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat
beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang
sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar
prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari
m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars
membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter
externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

2.2 Fungsi Sistem Perkemihan


a. Membuang sisa metabolisme :
 Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
 Racun-racun/Toxins
 Obat-obat/Drugs
b. Pengaturan homeostasis :
 Keseimbangan air
 Elektrolit
 Keseimbangan asam-basa darah
 Tekanan darah
 Produksi darah merah
 Mengaktifkan vitamin D

2.3 Organ-Organ Sistem Perkemihan


a. Ginjal/Kidneys
Ginjal berbentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan tebal 3,5-5 cm,
terletak di ruang belakang selaput perut tubuh (retroperitonium) sebelah atas. Ginjal
kanan terletak lebih ke bawah dibandingkan ginjal kiri.
Ginjal (Gb-2) dibungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis. Pada sisi medial
terdapat cekungan, dikenal sebagai hilus, yang merupakan tempat keluar masuk
pembuluh darah dan keluarnya ureter. Bagian ureter atas melebar dan mengisi hilus
ginjal, dikenal sebagai piala ginjal (pelvis renalis). Pelvis renalis akan terbagi lagi
menjadi mangkuk besar dan kecil yang disebut kaliks mayor (2 buah) dan kaliks
minor (8-12 buah). Setiap kaliks minor meliputi tonjolan jaringan ginjal berbentuk
kerucut yang disebut papila ginjal. Pada potongan vertikal ginjal tampak bahwa tiap
papila merupakan puncak daerah piramid yang meluas dari hilus menuju ke kapsula. Pada
papila ini bermuara 10-25 buah duktus koligens. Satu piramid dengan bagian korteks
yang melingkupinya dianggap sebagai satu lobus ginjal.
Secara histologi ginjal terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan
simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri atas bagian korteks dan medula yang satu
sama lain tidak dibatasi oleh jaringan pembatas khusus, ada bagian medula yang masuk
ke korteks dan ada bagian korteks yang masuk ke medula. Bangunan-bangunan  (Gb-3)
yang terdapat pada korteks dan medula ginjal adalah :
1. Korteks ginjal terdiri atas beberapa bangunan yaitu
a) Korpus Malphigi terdiri atas kapsula Bowman (bangunan berbentuk
cangkir) dan glomerulus (jumbai /gulungan kapiler).
Korpus Malphigi terdiri atas 2 macam bangunan yaitu kapsul
Bowman dan glomerulus. Kapsul Bowman sebenarnya merupakan
pelebaran ujung proksimal saluran keluar ginjal (nefron) yang dibatasi
epitel. Bagian ini diinvaginasi oleh jumbai kapiler (glomerulus) sampai
mendapatkan bentuk seperti cangkir yang berdinding ganda. Dinding
sebelah luar disebut lapis parietal (pars parietal) sedangkan dinding
dalam disebut lapis viseral (pars viseralis) yang melekat erat pada jumbai
glomerulus (Gb-4 dan 5). Ruang diantara ke dua lapisan ini sebut ruang
Bowman yang berisi cairan ultrafiltrasi. Dari ruang ini cairan ultra filtrasi
akan masuk ke dalam tubulus kontortus proksimal.
Glomerulus merupakan bangunan yang berbentuk khas, bundar dengan
warna yang lebih tua daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih
padat. Glomerulus merupakan gulungan pembuluh kapiler. Glomerulus
ini akan diliputi oleh epitel pars viseralis kapsul Bowman. Di sebelah luar
terdapat ruang Bowman yang akan menampung cairan ultra filtrasi dan
meneruskannya ke tubulus kontortus proksimal. Ruang ini dibungkus
oleh epitel pars parietal kapsul Bowman.

b)   Bagian sistim tubulus yaitu tubulus kontortus proksimalis dan tubulus


kontortus distal.
Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir
sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang
sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak
berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan).
Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush
border). Tubulus ini terletak di korteks ginjal.
Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat
glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
diresorpsi.
Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun
oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas
dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna
biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil
(kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai
paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga
berperan dalam pemekatan urin.
2.  Medula ginjal terdiri atas beberapa bangunan yang merupakan bagian sistim
tubulus yaitu pars descendens dan descendens ansa Henle, bagian tipis ansa
Henle, duktus ekskretorius (duktus koligens) dan duktus papilaris Bellini.

Fungsi ginjal yaitu:


 Membuang bahan sisa terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin
yang dihasilkan dari metabolisme makanan oleh tubuh, bahan asing dan produk sisa.
 Mengatur keseimbangan air dan elektrolit
 Mengatur keseimbangan asam dan basa.
 Menghasilkan renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
 Menghasilkan eritropoietin yang mempunyai peran dalam proses pembentukan
eritrosit di sumsum tulang.
 Produksi dan ekskresi urin

b. Ureter / Ureters
 Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan
adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina
propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi
dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang)
sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel
permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua.
Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan
fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan
melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang
memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya
jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah
dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran
cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung
kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang
reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan
menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal
sebagai kolik ureter.
c.   Kandung kemih
Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia.
Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter
(terdiri atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina
propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos
yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di
antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri
atas jaringan fibroelastik.
Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan
kedunia luar melalui uretra.

2.4 Proses Berkemih


 Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-pusat refleks di otak.
 Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding VU
dihantarkan oleh neuron-neuron sensoris viseral aferen melalui n.
splanchnicus memasuki medulla spinalis segmen sacral 2,3,dan 4.
 Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos VU berkontraksi, m.
sphincter vesicae melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis
mengambil jalan melalui n. pudendus (S2,3, dan 4) menuju ke sphincter
urethra.
 Pengontrolan berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.

2.5 Tahap Pembentukan Urine


 Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate
gromerulus.
 Proses Reabsorbsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada
tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila
diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif)
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
 Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Organ-organ sistem
perkemihan yaitu ginjal, ureter, dan kandung kemih. Tahapan pembentukan urine yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis menyarankan kepada pembaca agar mencari reverensi lain selain makalah ini,
dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pedoman dalam
membuat makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

 Wonodirekso S dan Tambajong J (editor), (1990),Sistem urinaria dalam Buku


Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, EGC, Jakarta, hal 427-450
 Young, B., Heath, J.W., (2000), Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology:
A text and colour atlas, 4th edition, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, pp.
286- 309.
 diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and
Febiger, Philadelphia, USA, pp. 186-194.
 Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.

Anda mungkin juga menyukai