Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih (blader) dan
uretra. Fungsi utama sistem perkemihan adalah untuk keseimbangan cairan dan
elektrolit. Elektrolit terdiri dari ion-ion yang kemudian larut dalam air dan
keseimbangan terjadi ketika elektrolit yang masuk dalam satu ion yang
mempengaruhi konsentrasi larutan dan keseimbangan asam basa atau pH. Fungsi
utama yang lain pada sistem perkemihan adalah pengeluaran toksik hasil
metabolisme, seperti komponen-komponen nitrogen khususnya urea dan kreatinin.
Sistem perkemihan atau sistem urinarius ditujukan sebagai sistem pembuangan
(eksresi). Sesuai dengan namanya, sistem urinarius menghasilkan urine (kotoran
dalam bentuk cair) yang dikeluarkan dari tubuh. Sistem ini juga membantu
mengendalikan keseimbangan kadar cairan dan garam tubuh. Sistem ini juga
membantu mengendalikan keseimbangan kadar cairan dan garam tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi ginjal ?
2. Bagaimana fungsi ginjal ?
3. Bagaimana anatomi ureter ?
4. Bagaimana anatomi vesica urinaria ?
5. Bagaimana anatomi urethra ?
6. Bagaimana fungsi tubulus ?
7. Bagaimana fungsi filtrasi glomerulus ?
8. Bagaimana fisiologi ureter ?
9. Bagaimana fisiologi vesica urinaria ?
10. Bagaimana fisiologi uretra ?
11. Bagaimana proses berkemih ?
12. Apa saja bahan yang diekskresi dan tidak diekskresi ke dalam urine?
13. Apa saja kelainan pada sistem perkemihan ?
14. Bagaimana hubungan sistem perkemihan dengan reproduksi wanita ?
1.3 Tujuan
1
1. Mengetahui anatomi ginjal
2. Mengetahui fungsi ginjal
3. Mengetahui anatomi ureter
4. Mengetahui anatomi vesica urinaria
5. Mengetahui anatomi urethra
6. Mengetahui fungsi tubulus
7. Mengetahui fungsi filtrasi glomerulus
8. Mengetahui fisiologi ureter
9. Mengetahui fisiologi vesica urinaria
10. Mengetahui fisiologi uretra
11. Mengetahui proses berkemih
12. Mengetahui bahan yang diekskresi dan tidak diekskresi ke dalam urin
13. Mengetahui kelainan pada sistem perkemihan
14. Megetahui hubungan sistem perkemihan dengan reproduksi wanita

BAB II
ISI
2
2.1 Anatomi Ginjal
Pada orang dewasa panjangnya kira-kira 11cm dan lebarnya 5-7,5cm, tebalnya
2,5cm, tebalnya 2,5cm dan beratnya sekitar 150 gram. Organ ginjal berbentuk kurva
yang terletak di area retroperitoneal, pada bagian belakang dinding abdomen
disamping depan vertebra, setinggi torakal 12 sampai lumbal ke 3. Ginjal
disongkong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang disebut fasia
gerota serta dibungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk mempertahankan
ginjal, pembuluh darah dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.
Ginjal terdiri atas tiga area, antara lain :
1. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah kapsula fibrosa
sampai dengan lapisan medulla. Tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih
dari 1 juta. Semua glomerulus nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua
glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah menuju pada korteks.
2. Medulla, terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang disebut
pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3. Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian
bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kalik minor bergabung
menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor bergabung menjadi pelvis
ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian proksimal.
2.2 Fungsi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang penting dalam proses keseimbangan cairan tubuh dan
sebagai organ sekresi dari zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan lagi. Fungsi ginjal
diantaranya :
1. Pengaturan volume dan komposisi darah.
Ginjal berperan dalam pengaturan volume darah dan komposisi darah melalui
mekanisme pembuangan atau sekresi cairan. Jumlah cairan yang keluar dan
dipertahankan tubuh berpengaruh terhadap pengenceran dan pemekatan darah serta
volume darah. Didalam ginjal juga di produksi hormon entropoitin yang dapat
menstimulasi pembentukan sel darah merah. Pada kondisi kekurangan darah,
anemia atau hipoksia maka akan lebih banyak diproduksi entropoitin untuk
memperbanyak produksi sel darah merah.

3
2. Pengaturan jumlah dan konsentrasi elektrolit pada cairan ekstrasel, seperti
natrium, klorida, bikarbonat, kalsium, magnesium, fosfat dan hydrogen.
Konsentrasi elektrolit ini mempengaruhi pergerakan cairan intrasel dan ekstrasel.
Bila terjadi pemasukan dan kehilangan ion-ion tersebut maka ginjal akan
meningkatkan atau mengurangi sekresi ion-ion penting tersebut.
3. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa (pH) darah.
Pengendalian asam basa darah oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang asam
atau basa melalui pengeluaran ion hidrogen atau bikarbonat dalam urin.
4. Pengaturan tekanan darah, ginjal berperan dalam pengaturan tekanan darah
dengan mensekresi enzim renin yang mengaktifkan jalur Renin-angiotensin dan
mengakibatkan perubahan vasokontriksi atau vasidilatasi pembuluh darah sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah atau menurunkan tekanan darah.
5. Pengeluaran dan pembersihan hasil metabolisme tubuh seperti urea, asam
urat dan kreatinin, jika tidak dikeluarkan maka bersifat toksik khususnya pada otak.
6. Pengeluaran komponen-komponen asing seperti pengeluaran obat, pestisida
dan zat-zat berbahaya lainnya.
2.3 Anatomi Ureter
Ureter merupakan saluran yang berbentuk tabung dari ginjal ke bladder, panjangnya
25 - 30 cm dengan diameter 6 mm. Berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal
ke 2. Posisi ureter miring dan menyempit ditiga titik yaitu dititik asal ureter pada
pelvis ginjal, titik saat melewati pinggiran pelvis dan titik pertemuan dengan
kandung kemih. Posisi miring dan adanya penyempitan ini dapat mencegah
terjadinya refluks aliran urine. Ada tiga lapisan jaringan pada urine yaitu pada
bagian dalam epitel mukosa, bagian tengah lapisan otot plos, dan bagian luarnya
lapisan fibrosa. Ureter berperan aktif dalam transport urin. Urin mengalir dari pelvis
ginjal, pada ureter mestimulasi terjadinya kontraksi dimana urin akan masuk ke
bladder. Rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis juga mengontrol kontraksi
ureter mengalirkan urin.
2.4 Anatomi Vesica Urinaria
Vesica urinaria atau yang lebih dikenal dengan kandung kemih merupakan organ
berongga dan berotot yang berfungsi menampung urin sebelum dikeluarkan melalui

4
uretra. Terletak pada rongga pelvis. Pada laki laki kandung kemih berada
dibelakang simpisis publis dan didepan rectum, pada wanita kandung kemih berada
dibawah uterus dan didepan vagina.Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan
jaringan, lapisan paling dalam adalah lapisan mukosa yang menghasilkan mucus,
kemudian lapisan submukosa, lapisan otot polos yang satu sama lain membentuk
sudut atau disebut otot detrusor dan lapisan paling luar adalah serosa.
Pada dasar kandung kemih terdapat area segitiga yang disebut tigono yang didalam
terdapat 3 muara, yaitu 2 muara ureter dan 1 muara uretra. Pada daerah puncak
trigono terdapat leher kandung kemih yang berhubungan dengan muara uretra yang
disekelilingnya terdapat spinter uretra interna. Spinter uretra interna bersifat
involunter, dirangsang oleh adanya urin yang masuk ke kandung kemih.
Kandung kemih dipersarafi oleh serabut postganglionik dari pleksus ganglia
hipoglastrik dan serabut parasimpatik dari ganglia yang merupakan cabang dari
nervus pelvikus. Saraf pelvikus berhubungan dengan medulla spinalis melalui
pleksus sakralis terutama pada segmen S-2 dan S-3. Pada bagian sfingter ekterna
dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf somatic dan
mengontrol otot lurik pada sfingter.
Fungsi utama dari kandung kemih adalah menampung urin dari ureter dan
kemudian dikeluarkan melalui ureter. Kapasitas maksimum dari kandung kemih
pada orang dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak anak antara 50-200 ml. Pada
keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi
sehingga terjadi kontraksi otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung
kemih, sehingga terjadi proses miksi.
2.5 Anatomi Uretra
Uretra memanjang dari leher kandung kemih sampai ke meatus pada wanita
panjangnya sekitar 4cm, lokasinya antara kklitoris dengan liang vagina. Panjang
uretra laki-laki sekitar 20 cm, terbagi atas 3 bagian yaitu bagian prostatik uretra
yang panjangnya sekitar 3 cm, dibawah leher kandung kemih sampai kelenjar
prostat, bagian kedua adalah membranasea uretra yang panjangnya 1-2 cm yang
disekitarnya terdapat spinter uretra eksterna, pada bagian akhir adalah cavernous

5
atau penile uretra yang panjangnya sekitar 15 cm memanjang dari penis sampai
orifisium uretra.
Fungsi dari uretra adalah menyalurkan urin dari kandung kemih keluar. Adanya
spinter uretra interna yang dikontrol secara involunter memungkinkan urin dapat
keluar serta spinter uretra eksterna memungkinkan pengeluaran urin pada laki-laki
uretra juga tempat pengeluaran sperma pada saat ejakulasi.
2.6 Fungsi Tubulus
Tubulus Reabsorpsi Sekresi
- Ion Natrium - Ion Hydrogen
- Glukosa, Asam - Ion Organik
Amino, Vitamin
- Kation (Kalium,
Magnesium, Kalsium)
Kontrutus Proksimal - Anion (Klor,
Bikarbonat)
- Air
- Urea dan Lemak
- Sedikit Protein
Ansa Henle - Air
- Natrium dan Klor

− Natrium - Variabel
Tubulus Konturtus − Anion Hydrogen
Distal − Air - Variabel
Kalium
− Natrium, - Variabel
Hydrogen, Kalium, Hydrogen
Tubulus Kolekting Bikarbonat, Klor - Variabel
− Air Kalium
− Urea

2.7 Fungsi Filtrasi Glomerulus


Filtrasi plasma terjadi pada glomerulus di nefron, merupakan langkah pertama
produksi urine. Ultrafiltrasi terjadi dimana plasma menembus barier dari membran
endothelium glomerulus kemudian hasilnya masuk kedalam ruang intrakapsul
bowman. Normalnya sekitar 20% atau sekitar 180 liter perhari plasma masuk ke
glomerulus untuk di filtrasi. Rata-rata 178,5 liter di reabsorpsi kembali dan hanya
1-2 liter yang di ekresi menjadi urine. Filtrasi glumerular terjadi akibat perbedaan

6
tekanan filtrasi dengan tekanan yang melawan filtrasi atau disebut tekanan filtrasi
efektif. Ada tiga tekanan yang terjadi dalam proses filtrasi yaitu tekanan darah
kapiler glomerulus atau tekanan hidrostatik kapiler glomerulus, tekanan osmotik
koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsula Bowman.
a. Tekanan darah kapiler glomerulus, merupakan tekanan yang cenderung
mendorong. Tekanan ini tergantung dari kontraksi atau kerja jantung dan resistensi
dari arteriole efferen dan arteriole efferent. Besarnya tekanan ini sekitar 50 mmHg.
b. Tekanan osmotik koloid plasma, tekanan ini terjadi karena protein plasma
yang cenderung menarik air dan garam-garam kedalam pembuluh darah kapiler.
Tekanan ini bersifat melawan filtrasi, besarnya sekitar 30 mmHg.
c. Tekanan hidrostatik kapsula bowman, yaitu tekanan yang terjadi karena
adanya cairan pada kapsula bowman yang cenderung melawan filtrasi, besarnya
sekitar 5mmHg.
Dengan demikian kekuatan filtrasi atau tekanan filtrasi efektif adalah kekuatan
mendorong yaitu tekanan darah kapiler glomerulus dikurangi dua kekuatan yang
melawan filtrasi yaitu tekanan osmotik koloid dan tekanan hidrostatik kapsula
bowman, sehingga besarnya 50 mmHg – (30 mmHg + 5 mmHg) = 15 mmHg.
Tidak semua zat dapat difiltrasi oleh glomerulus misalnya sel darah dan protein
karena ukurannya yang besar, membran filtrasi hanya dapat dilalui oleh plasma,
garam-garam, glokusa dan molekul-molekul kecil lainnya. Besarnya volume
plasma yang di filtrasi oleh glomerulus permenit pada semua nefron disebut laju
filtrasi atau Glomerular Filtration Rate (GFR), besarnya GFR pada laki-laki 125
ml/menit atau 180 L per 24 jam sedangkan pada wanita sekitar 110ml/menit.
Faktor-faktor yang mempengaruhi GFR diantaranya :
a. Tekanan filtrasi efektif, makin besar tekanan yang dihasilkan makin besar
pula GFRnya. Tekanan filtrasi efektif dipengaruhi oleh adanya autoregulasi dari
ginjal termasuk karena stimulasi saraf simpatis yang mempengaruhi kontriksi
arteriole afferen dan efferent, adanya obstruksi aliran urine serta menurunnya
protein plasma.
b. Permeabilitas dan glomerulus, normalnya membran glomerulus sangat
permiabel sehingga filtrasi cepat terjadi. Pada kondisi tertentu, seperti pada

7
penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga meningkatkan
GFR.
Pengukuran GFR sangat penting dalam mengistimasi pembersihan zat-zat baik
yang dikeluarkan maupun direabsorpsi didalam nefron. Kemampuan ginjal untuk
bersihan zat dari plasma selama 1 menit disebut renal clearance. Dalam pengukuran
ini jumlah dari suatu zat didalam urine disekresikan dalam jangka waktu tertentu
dikaitkan terhadap kadar dalam plasma digambar sebagai persamaan :
Zat yang paling penting untuk disekresi adalah kreatinin, oleh karenanya bersihan
kreatinin merupakan acuan dalam fungsi renalclearance. Filtrasi kreatinin
tergantung dari GFR dan konsentrasi dalam plasma (P) dalam mg/ml atau filtrasi
kreatinin = GFR x P. Sedangkan ekskresi kreatinin merupakan jumlah kreatinin
yang dikeluarkan, tergantung dari laju aliran urin (V) dalam ml/menit dan
konsentrasi kreatinin di urine dalam mg/ml atau sekresi kreatinin = U x V
Kreatinin merupakan hasil pemecahan kreatinin fosfat dalam jaringan otot,
normalnya dikeluarkan melalui urine. Kreatinin masuk dan difiltrasi oleh
glomerulus dan tidak direabsorpsi dalam jumlah yang signifikan. Dengan
memonitor kreatinin darah dan jumlah yang di sekresi melalui urine selama 24 jam
dapat diestimasi GFRnya.
2.8 Fisiologi Ureter
Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum
uretralis masuk ke dalam kandung kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah
sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter

8
terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
2.9 Fisiologi Vesica Urinaria
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian
ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat
duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus. 3.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam). Didalam sistem perkemihan terdapat proses miksi atau rangsangan
berkemih. Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup
untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.
kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung
kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf
– saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus –
menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi

9
lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih
sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat
digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi
penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe
berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

2.10 Fisiologi Uretra


Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok
– kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki – laki
terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa dan uretra kavernosa . Lapisan
uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya kurang lebih 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari
Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena
– vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita
terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya
sebagai saluran ekskresi.
2.11 Proses Berkemih
Urin diproduksi oleh ginjal sekitar 1ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0.5-
20ml/menit. Aliran urin masuk ke kandung kemih dikontrol oleh gelombang
peristaltik yang terjadi setiap 10-150 detik. Aktifitas saraf parasimpatis
meningkatkan frekuensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan frekuensi.
Banyaknya aliran urin pada uretra dipengaruhi oleh adanya refleks uretrorenal.
Refleks ini diaktifkan oleh adanya obstruksi karena konstriksi ureter dan juga
kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan produksi urin, demikian
juga pada adanya obstruksi ureter karena batu ureter

10
Kandung kemih dipersafi oleh saraf dari pervis, baik sensorik maupun motorik.
Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor.
Normalnya spinter interna pada leher kandung kemih berkontraksi dan akan
relaksasi ketika otot kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter eksterna
dikontrol berdasarkan kesadaran (volunteer), dipersafi oleh nervus pudental yang
merupakan serat saraf somatik.
Refleks berkemih dimulai ketika terjadi pengisian kandung kemih. Jika ada 30
sampai 50 ml urin maka terjadipeningkatan tekanan pada dinding kandung kemih.
Makin banyak urin yang terkumpul makin besar pula tekannnya. Peningkatan
tekanan akan menimbulkan refleks peregangan oleh reseptor regang sensorik pada
dinding kandung kemih kemmudian dihantarkan ke medulla spinalis segmen
sakralis memlaluui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi
kekandung kemih untuk menstimulasi otot detrusor untuk berkontraksi. Siklus ini
terus berulang sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kedua, kemudian
refleks akan melemah dan menghilang sehingga refleks berkemih berhenti, hal ini
menyebabkan kandung kemih berelaksasi. Sementara itu jika terjadi kontraksi yang
kuat akan mennstimulasi nervus ke pudendal ke sfingter eksternus untuk
menghambatnya. Jika penghambatan kuat dalam otak dari pada sinyal kontriktor
volunter ke sfingter eksterna maka terjadilah berkemih.
Proses berkemih juga dikontrol oleh saraf pusat. Ketika terjadi rangsangan
peregangan pada dinding otot detrusor akibat adanya pengisian urin dikandung
kemih, melalui serat saraf sensorik di nervus velvis dihantarkan stimulus tersebut
ke hypothalamus, dari hypothalamus kemudian dihantarkan ke korteks serebri,
selanjutnya korteks serebri merespon dengan mengirimkan sinyal ke sfingter
interna dan eksterna untuk relaksasi, sehingga pengeluaran urin terjadi.
Proses berkemih juga di fasilitasi oleh kontraksi dinding abdomen dengan
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih sehingga mengakibatkan urin masuk
ke leher kandung kemih dan menimbulkan refleks berkemih. Tidak semua urin
dapat dikeluarkan dalam berkemih, namun masih dapat tersisa (urine residu) sekitar
10 ml.
2.12 Bahan Yang Diekskresi dan Tidak Diekskresi Ke Dalam Urine

11
Urine terdiri atas air, urea dan natrium klorida. Pada seseorang yang menggunakan
diet yang rata-rata berisi 80 – 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air
dan benda padat dalam urine.
Ureum adalah hasil akhir metabolism protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah ammonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-
rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap seratus
ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum.
Asam urat. Pada normal asam urat di dalam darah adalah 2 – 3 mg setiap 100 cm,
sedagkan 1,5 – 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine. Keratin adalah hasil
buangan keratin dalam otot. Produk metabolism lain mencakup benda-benda purin,
oksalat, fosfat, sulfat, dan uratik. Elektrolit atau garam, seperti natrium dan kalium
klorida, diekskresikan untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut.
2.13 Kelainan Pada Sistem Perkemihan
1. Uretritis
Yaitu radang uretra dengan gejalanya terasa perih sewaktu berkemih dan terasa
panas. Sebagian besar episode uretritis disebabkan oleh bakteri yang
memasuki uretra dari kulit sekitar lubang uretra. Bakteri yang umumnya
menyebabkan uretritis meliputi:
a) E. Coli
b) Gonococcus
c) Chlamydia trachomatis
d) Virus herpes simplex (HSV-1 dan HSV-2)
e) Trichomonas
2. Sistitis
Yaitu radang kandung kemih dengan gejala rasa ingin selalu berkemih, sakit diatas
supra pubik , sakit sewaktu berkemih, dan dalam uji laboraturium urin ditemukan
leukosit, eritrosit, dan Kristal/bakteri. Radang kandung kemih sering terjadi pada
wanita disebabkan oleh: kehamilan, bersetubuh, pasang kateter, dan penderita
Diabetes Melitus.

12
3. Pyelonefritis
Disebut juga radang piala ginjal merupakan inflamasi atau radang pada pelvis ginjal
yang disebabkan oleh kuman yang berasal dari kandung kemih naik dan menjalar
ke pelvis ginjal
Pyelonefritis dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Plelonefritis akut adalah kondisi terjadinya infeksi bakteri pada organ ginjal.
Kondisi ini merupakan infeksi berat yang bisa merusak ginjal karena dapat berujung
pada gangguan permanen.
b) Pyelonephritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat
inflamasi yang berulang kali dan meninggalkan jaringan parut sehingga
menyebabkan terjadinya gagal ginjal yang kronik.
4. Glomerulonephritis
Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal di mana terjadi peradangan
pada glomerulus. Kondisi glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa
berbeda-beda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) dan ada yang
jangka panjang (kronis). Penyakit ini juga bisa berkembang pesat sehingga
mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau bulan, keadaan ini
disebut rapidly progressive glomerulonephritis (RPGN). Glomerulonefritis akut
biasanya merupakan respons tubuh terhadap infeksi yang sedang terjadi pada tubuh.
Sedangkan glomerulonefritis kronis seringkali tidak diketahui penyebabnya dan
tidak bergejala, sehingga dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang tidak dapat
diperbaiki kembali.
Penyebab :
a) Cedera pada glomerulus
b) Zat kimia (obat-obatan)
c) Minuman keras
d) Radiasi
e) Penyakit autoimun
f) Lupus

13
g) Infeksi pada nasofaring, streptococcus hemoliticus beta yang menghasilkan
racun streptolisin O
h) Hipertensi
i) Radang pada nefron
5. Obstruksi Saluran Perkemihan
Adalah penyumbatan yang terjadi pada pangkal kandung kemih. Ini akan
mengurangi atau menghentikan aliran urin ke uretra (saluran yang membawa urin
keluar dari tubuh).
Penyebab utama adalah hypertrophy prostate alias pembesaran prostat. Kondisi lain
yang memengaruhi kandung kemih, yaitu batu kandung kemih dan kanker kandung
kemih.
Gejala:
a) Sering berkemih
b) Kurang lancarnya pancaran
c) Sakit saat mengawali dan mengakhiri aliran urin
d) Tidak mampu mengososngkan seluruh isi kandung kemih.
2.14 Hubungan Sistem Perkemihan Dengan Reproduksi Wanita
Peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan
peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan premature, gangguan
pertumbuhan janin, dan preeclampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan
bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang
dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan
pemberian sulfonamide, ampisilin, atau nitrofurantoin.
Kehamilan umumnya tidak mempengaruhi perkembangan pembentukan ginjal
kista pada ginjal, begitu pula sebaliknya.akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik
,maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. Sebaliknya wanita
yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul
komplikasi akibat kehamilan yang sangat tinggi.

BAB III
PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergnakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air
kemih). Anatomi sistem perkemihan antara lain ginjal, ureter, vesika urinaria dan
uretra.
3.2 Saran
Semoga dengan ditulisnya makalah ini, diharapkan para pembaca dan dapat lebih
memahami dan mengetahui sistem perkemihan serta dapat mengaplikasikannya
dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto, dkk. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta: TIM.

15
Herger, Barbara R. 2013. Anatomi Fisiologi dan Ilmu Penyakit. Jakarta : EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai