Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI

Nama : Tilka Ayattullah


NIM : 020.06.0083
Blok SP : Urogenital I
Kelas :B
Dosen : Rusmiatik, S,Si., M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Histologi
“Sistem Urinaria” dan “Sistem Genitalia” serta dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
dengan baik.
2. Rusmiatik, S. Si, M. Biomed sebagai dosen pemateri praktikum histologi yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan ini sampai dengan selesai masih
banyak kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 30 Mei 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................2


Daftar Isi ...................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................................4
1.3 Manfaat ................................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................6
2.1 Sistem Urinaria.....................................................................................................................6
2.2 Organ-organ Dalam Sistem Urinaria.....................................................................................6
2.3 Sistem Reproduksi..............................................................................................................10
2.4 Fungsi Sistem Urogenital....................................................................................................10
BAB III Metode praktikum....................................................................................................11
3.1 Waktu dan Tempat...............................................................................................................11
3.2 Alat dan Bahan....................................................................................................................11
3.3 Cara Kerja...........................................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan................................................................................................................12
4.2 Pembahasan.........................................................................................................................19
BAB V PENUTUP...................................................................................................................27
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................27
Daftar Pustaka.........................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem urogenital terdiri dari sistem urinaria dan sistem reproduksi. Sistem urinaria
terdiri atas sepasang ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Sistem reproduksi pria
terdiri atas sepasang testis, aluran reproduksi berupa vas deferense, epididimis, vas
everendan uretra tunggal. Pada pria dilengkapi penis sebagai organ kopulatoris dan
kelenjar asesoris. Sedangkan sistem reproduksi wanita terdiri atas sepasang ovarium,
saluran reproduksi berupa sepasang tuba valopi serta uterus dan vagina tunggal. Pada
wanita juga terdapat organ genitalia eksternae dan kelenjar mamae.
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria dalam tubuh
terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra (Syaifuddin, 2006). Sistem
reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang
dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi pada suatu organisme
berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium.
Reproduksi pada manusia terjadi secara seksual, artinya terbentuknya individu baru yang
diawali dengan bersatunya sel kelamin laki-laki (sperma) dan sel kelamin wanita (sel
telur). Sistem reproduksi manusia dibedakan menjadi alat reproduksi laki-laki dan
perempuan.
1.2 Tujuan
Praktikum 1
1. Untuk mengamati betuk-bentuk dan struktur jaringan pada sistem urinaria
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi jaringan penyusun sistem urinaria
3. Untuk mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk sistem urinaria

Praktikum 2

1. Untuk mengamati betuk-bentuk dan struktur jaringan pada sistem reproduksi


2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi jaringan penyusun sistem reproduksi
3. Untuk mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk sistem reproduksi

4
1.3 Manfaat
Praktikum 1
1. Agar mahasiswa mampu mengamati serta mengetahui bentuk dan struktur jaringan
pada sistem urinaria
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mengidentifikasi jaringan penyusun sistem urinaria
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk jaringan pada
sistem urinaria

Praktikum 2

1. Agar mahasiswa mampu mengamati serta mengetahui bentuk dan struktur jaringan
pada sistem reproduksi
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mengidentifikasi jaringan penyusun sistem
reproduksi
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui pembagian dan bentuk-bentuk jaringan pada
sistem reproduksi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Urinaria


Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari 2
Ginjal atau renal yang menghasilkan urin, 2 Ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), 1 Vesika urinaria (kandung kemih) tempat urin
terakumulasi, 1 Uretra untuk menyalurkan urin yang dikeluarkan dari Vesika Urinaria
(kandung kemih). Sistem urinaria bekerja dengan kulit (sebagai bagian dari sistem
integumen) dan usus untuk menjaga keseimbangan zat kimia dan kadar air dalam tubuh.
Manusia dewasa mengeluarkan sekitar 27-68 ons cairan (800ml sampai 2000 ml) per hari
berdasarkan asupan cairan harian 68 ons (2 Liter). Faktor-faktor lain dalam sistem
urinaria termasuk cairan, dikeluarkan melalui keringat dan pernapasan. Selain itu,
beberapa jenis zat kimia, seperti diuretik yang kadang-kadang digunakan untuk merawat
seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi, juga dapat mempengaruhi produksi dan
eliminasi kadar urin. Beberapa minuman, seperti alkohol dan kopi, diketahui juga dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan frekuensi buang air kecil pada beberapa orang.

2.2 Organ-organ dalam Sistem Urinaria


 Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga peritoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekung nya menghadap ke
medial. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan
biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Ginjal kanan juga biasanya lebih kecil daripada ginjal kiri. Pada sisi terdapat hilus
ginjal yaitu tempat struktur struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf
dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat
berfariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal

6
pada sisi yang lain. Setiap ginjal panjang nya 6 sampai 7.5 cm dan tebal 1.5
sampai 2.5 cm. Pada orang dewasa beratnya sekitar 140 gram.
Ginjal kanan terletak langsung di bawah diafragma dan di belakang hati.
Ginjal kiri terletak di bawah diafragma dan di belakang limpa. Di sebelah atas
ginjal terdapat kelenjar adrenal. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi
oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
yaitu: lemak perirenal, terletak di antara fascia renal (jaringan penunjang fibrosa
tebal) dan kapsul ginjal serta lemak pararenal yang berada di atas fascia renal.
Bagian atas ginjal kanan berbatasan dengan hati, dan ginjal kiri berbatasan dengan
limpa. Karena itu, kedua ginjal bergerak turun ketika bernafas. Ginjal memiliki
bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal
terdapat bukaan yang disebut hilus dimana arteri renalis masuk dan vena relias
dan ureter keluar (Paulsen, 2012).
Ginjal terbagi menjadi 2 struktur utama yaitu korteks di bagian luar dan
medula di bagian dalam. Secara keseluruhan struktur ini terbentuk 8-18 lobus
ginjal berbentuk kerucut, masing-masing berisi korteks ginjal yang mengelilingi
sebagian medula yang disebut piramida ginjal. Antar piramida ginjal terdapat
proyeksi korteks yang disebut kolom ginjal. Nefron yang merupakan struktur
fungsional penghasil urin ginjak,membentang dari korteks hingga medula. Bagian
awal penyaringan pada nefron adalah renal korpuskula yang terletak di korteks,
diikuti dengan tubulus ginjal yang melewati korteks hingga bagia dasar medula.
Ujung masing-masing piramida mengeluarkan urin ke ureter.
Selain bagian-bagian tersebut, ginjal juga terdiri dari nefron. Nefron ini
terletak di sepanjang korteks hingga medula renal. Fungsi nefron itu sendiri adalah
untuk menyaring darah, menyerap nutrisi, dan mengalirkan zat-zat buangan ke
urine. Nefron terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Paulsen, 2012):
1. Badan malphigi, disebut juga korpus renal. Badan malphigi terdiri dari dua bagian,
yaitu glomerulus atau kumpulan kapiler yang menyerap protein dari darah; dan
kapsul Bowman.
2. Tubulus renal, yaitu kumpulan tabung yang menjalar dari kapsul Bowman menuju
tabung pengumpul (tubulus kolektivus). Kumpulan tabung ini terdiri dari tubulus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus distal.

7
 Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan
urin dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa panjangnya kurang
lebih 20 cm. Dinding nya terdiri atas mukosa yang di lapisi oleh sel-sel
transisional, otot-otot polossirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan
gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urin ke buli-buli. Buli-buli
adalah organ berongga yang terdiri atas tiga lapis otot detrusor yang saling
beranyaman. Ureter terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari
ren ke vesika urinaria. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan
sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan pada dinding ureter akan
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke
dalamvesica urinaria (Tortora, 2017).
Ureter menghantarkan urine melalui gelombang peristaltik yang beraturan dan
terbagi menjadi 3 bagian :
a. Pars abdominalis: di dalam spatium retroperitonale
b. Pars pelvica : didalam pelvis minor
c. Pars intramuralis ; menembus dinding
Terdapat 3 penyempitan pada ureter:
1. Di tempat pelvis renalis yang berhubungan dengan ureter.
2. Di tempat ureter melengkung pada waktu menyilang aperture pelvis superior.
3. Di tempat ureter menembus dinding vescia urinaria.

 Vesica urinaria
Vesica urinaria adalah suatu organ berotot, berongga, dan dapat meregang
yang terletak dirongga panggul posterior dari simpisis pubis. Pada pria organ ini
tepat berada di anterior dari rectum. Sedangkan, pada wanita organ ini berada di
anterior dari vagina dan inferior dari uterus. Vesika urinaria terbagi atas corpus,
apex dan fundus vesicae. Dinding vesica urinaria memiliki lapisan otot tebal yang
diaktifkan oleh parasimpatis dan disebut M. Detrusor vesicae pada dasar vesika
urinaria kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga
yang disebut trigonum vesica urinaria. Secara anatomis vesica urinaria terdiri atas
3 permukaan yaitu permukaan suferior yang berbatasan dengan rongga
peritonium, 2 permukaan inferiolateral dan permukaan posterior. Lipatan-lipatan

8
pritonium menahan vesica urinaria dalam posisinya. Ketika sedikit regang akibat
penimbunan urin vesica urinaria berbentuk bulat jika kosong vesica urinaria akan
kempis, seiring dengan penammbahan volume urin vesica urinaria menjadi
berbentuk seperti buah pier dan akan naik kedalam rongga abdomen. Permukaan
interior vesika urinaria disebut tunica mukosa sebagian besar berlipat-lipat pada
vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan hilang bila vesika
urinaria terisi penuh. Kapasitas vesica urinaria berkisar dari 700-800 ml. Organ ini
lebih kecil padaa wanita karena uterus menepati ruang tepat superior dari kandung
kemih. (Sobotta, 2013 & Gray’s, 2012).

 Uretra
Uretra merupakan tabung kecil dari collum vesicae ke luar yang menyalurkan
urine ke luar dari vesica urinaria melalui proses miksi. Muara uretra pada
permukaan luar disebut ostium uretra. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2
yakni uretra posterior dan anterior. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra
interna yang terletak pada perbatasan vesica urinaria dan uretra, serta sfingter
uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior.
Sfingter
uretra interna terdiri atas otot polos yang ddipersarafi oleh system simfatik
sehingga saat vesika urinaria penuh , sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna
terdiri atas otot bergaris yang dipersarafi oleh system somatic. Aktivitas sfingter
ini dapat diperintah sesuai keinginan kita. Pada saat kencing akan terbuka dan
Ketika menahan kencing maka akan tertutup. Uretra laki-laki lebih panjang
daripada uretra perempuan dan memiliki fungsi ganda, sebagai jalur pengeluaran
semen dan pengeluaran urin (Tortora, 2017).
Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan sperma pada saat
melakukan hubungan seksual. Uretra laki-laki memiliki Panjang 20 cm.
Sedangkan, uretra wanita panjangnya kurang lebih 4 cm dengan diameter 8
mm. Berada dibawah simfisis pubis (tulang kemaluan) dan bermuara disebelah
anterior vagina. Didalam uretra bermuara kelenjar periuretra, diantaranya
adalah kelenjar skene. Ureter pada laki-laki terbagi atas 3 pars:
- Pars prostatica (3,5 cm)
- Pars membranacea (1-2 cm)

9
- Pars spongiosa (15 cm)
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika dan uretra pars
membranosa. Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus pleh korpus
spongiosum penis.

2.3 Sistem Reproduksi

Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan setiap manusia.
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak
punah. Pada manusia untuk mengahasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa
fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara
generatif atau seksual. Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan
betina. Sistem reproduksi pada perempuan berpusat di ovarium. Alat reproduksi pada pria a.
Sepasang testis, yang terbungkus dalam kantong skrotum, testis berfungsi sebagai penghasil
sperma dan hormon testosteron b. Sepasang epididimis, saluran panjang berkelok-kelok
terdapat di dalam skrotum.

2.4 Fungsi Sistem Urogenital

Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga
uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan peranannya
masing-masing. Melalui saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan
dikeluarkan dari dalam tubuh. Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk
menyaring dan membuang zat limbah dengan cara menghasilkan urine. Jika fungsi sistem ini
terganggu, limbah dan racun bisa menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan. Sedangkan, Fungsi sistem reproduksi pada pria terdiri atas tiga subdivisi
utama: (1) spermatogenesis, yang berarti pembentukan sperma; (2) kinerja kegiatan seksual
pria; dan (3) pengaturan fungsi reproduksi pria dengan berbagai hormon yang bekerja
didalamnya. Sedangkan pada wanita, fungsi reproduksi terdiri atas dua tahapan utama: (1)
persiapan tubuh wanita untuk menerima konsepsi dan kehamilan, dan (2) masa kehamilan itu
sendiri. Fungsi masing-masing sistem reproduksi ini disertai oleh pengaruh dari hormon-
hormon pada kelamin pria (GnRH, FSH, LH, dan testosteron) maupun wanita (GnRH, FSH,

10
LH esterogen, dan progesteron), metabolisme sel, pertumbuhan, dan fungsi-fungsi tubuh
lainnya.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum 1:
Hari / Tanggal : Jum’at, 21 Mei 2021
Pukul : 13.30-15.10
Tempat : Laboraturium Terpadu I

Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum 2:


Hari / Tanggal : Selasa, 25 Mei 2021
Pukul : 15.10-16.50
Tempat : Laboraturium Terpadu I

3.2 Alat dan Bahan


1. Mikroskop
2. Pensil warna
3. Alat tulis
4. Penghapus
5. Jangka
6. Preparat

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah disediakan di Laboratorium Terpadu 1
2. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek pencahayaan, lensa okuler
dan binokulernya
3. Mengamati bagian–bagian morfologi dari preparat jaringan dengan menggunakan
mikroskop.
4. Mengamati dan mengidentifikasi bagian–bagian morfologi dari preparat jaringan
yang digunakan.

11
5. Menggambar morfologi dari preparat yang telah diamati
6. Rapikan seluruh alat dan bahan setelah selesai digunakan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Praktikum Sistem Urinaria “Tractus Uropoetika”
Gambar Keterangan
H11/20. Kidney
Perbesaran 40x

Struktur:
1. Kapsul ginjal
2. Glomerulus
3. Medullary rays
4. Bagian basal pyramid
5. Arteri interlobularis
6. Vena interlobularis
7. Arteri dan vena
arkuata
8. Papilla ginjal

H11/30. Ureter
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Epitel transisional
2. Adventisia
3. Pembuluh darah
4. Jaringan adiposa
5. Lamina propria

12
H11/40. Urinary Bladder
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Lamina propria
2. Epitel transisional
3. Mambran plasma luar
4. Sel binukleus
5. Berkas otot polos
6. Venula dan arteriol
7. Pembuluh darah

18B. Ren
Perbesaran 40x

Struktur:
1. Kapiler
2. Kutub vascular
3. Tubulus koligens
4. Tubulus kontortus
proksimal
5. Tubulus kontortus
distal
6. Ruang kapsul
7. Macula densa

13
20B. Vesica Urinaria
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Lipatan mukosa
2. Lamina propria
3. Epitel transisional
4. Pembuluh darah di
lamina propria
5. Jaringan ikat
interstisium
6. Serosa
7. Arteriol
8. Membrane basal

2. Praktikum Sistem Genitalia Maskulina

Gambar Keterangan
H11/130. Testis
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Tunika vaskulosa
2. Tubulus seminiferous
3. Epitel germinal
4. Pembuluh darah
5. Tunika albuginea
6. Septum
7. Jaringan ikat
interstisium

14
H11/120. Epididymis
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Otot polos
2. Jaringan ikat
3. Epitel berlapis semu
4. Sperma
5. Sel basal
6. Proncipa cell
7. stereosilia

15
H11/101. Ductus Deferens
Perbesaran 10x

Struktur: adventisia
1. Lapisan otot
longitudinal dalam
2. Pembuluh darah
3. Lamina propria
4. Lipatan mukosa
longitudinal
5. Epitel kolumnar
berlapis semu

H11/080. Young Prostate


Perbesaran 10x

Struktur:
1. Berkas otot polos
2. Stroma fibromuscular
3. Asinus kelenjar
4. Lipatan jaringan ikat
5. Epitel kelenjar
6. Prostatic concretion

16
H11/110. Seminal Vesicle
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Epitel
2. Lamina propria
3. Adventisia
4. Lipatan mukosa
promer
5. Kriptus mukosa
6. Lapisan otot
longitudinal luar
7. Lapisan otot
longitudinal dalam

76C.Glandula Bulbo
Uretralis
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Kapsul jaringan ikat
2. Ductus ekskretorius
3. Sekat jaringan ikat
4. Serat otot rangka
5. Unit sekretorik
tubulus
6. Unit sekretorik asinus

17
77C. Ampula
Perbesaran 10x

Struktur:
1. Adventisia
2. Lamina propria
3. Epitel
4. Lumen
5. Lipatan mukosa
6. Diverticulum kelenjar

78C. Penis
Perbesaran 4x

Struktur:
1. Trabekula
2. Arteri dorsalis penis
3. Saraf
4. Tunika albuginea
5. Arteri profunda
6. Uretra
7. Dermis
8. Epidermis
9. Korpus spongiosum
10. Sinus kavernoss
11. Vena dorsalis penis

18
4.2 Pembahasan Hasil Praktikum

4.2.1 Sistem Urinaria


1. H11/20 Kidney
Ginjal dibagi menjadi korteks di sebelah luar yang berwarna lebih gelap dan
medula di sebelah dalam yang berwarna terang. Di sebelah luar, korteks dilapisi
oleh jaringan ikat ireguler padat yaitu kapsul ginjal. Korteks mengandung tubulus
kontortus proksimal dan distal glomerulus dan medullary rays. Di korteks, juga
terdapat arteri interlobularis dan Vena interlobularis. Medullary rays terdiri dari
bagian lurus nefron, pembuluh darah, dan tubulus-tubulus koligentes yang menyatu
di medula untuk membentuk Duktus koligens yang lebih besar. Medullary rays
tidak sampai ke kapsul ginjal karena tubulus kontortus terletak di subkapsul.
Medullary rays dari piramid-piramid ginjal. Bagian Basal masing-masing piramid
terletak dekat dengan korteks dan apeksnya membentuk papila ginjal yang
menonjol ke dalam struktur berbentuk corong, kaliks minor, yang merupakan
bagian ureter yang melebar. Area kribrosa ditembus oleh lubang-lubang kecil,
yaitu muara Duktus koligens ke dalam kaliks minor. Ujung papila ginjal biasanya
dilapisi dengan epitel kolumnar silindris. Sewaktu epitel kolumnar papila ginjal
berbalik Ke dinding luar kaliks minor, epitel ini menjadi epitel transisional. Suatu
lapisan tipis jaringan ikat dan otot polos di bawah epitel ini kemudian menyatu
dengan jaringan ikat sinus renalis. Di sinus renalis, terdapat cabang-cabang arteri
dan Vena renalis yang disebut arteri interlobaris dan Vena interlobaris. Pembuluh
darah antarlobaris masuk ke ginjal dan melengkung di bagian dasar piramid di taut
kortikomedula sebagai arteri dan Vena arkuata. Pembuluh darah arkuata
membentuk arteri-arteri interlobularis dan vena-vena interlobularis yang lebih kecil
yang berjalan secara radial ke dalam korteks ginjal untuk membentuk arteri aferen
glomerulus untuk selanjutnya membentuk kapiler glomerulus.

2. H11/30 Ureter
Ureter adalah suatu saluran berotot yang menyalurkan urin dan ginjal ke
kandung kemih melalui kontraksi lapisan-lapisan otot polos tebal di dindingnya.
Lumen uretet yang tidak teregang memperlihatkan banyak lipatan mukosa
longitudinal yang terbentuk karena kontraksi otot. Dinding uretet terdiri dari lapisan
mukosa, muskularis, dan adventisia. Mukosa ureter terdiri dari epitel transisional

19
dan lamina propria yang lebar. Epitel transisional memiliki beberapa lapisan sel.
Lapisan terluar ditandai oleh sel kuboid besar. Sel di tengah berbentuk poligedral,
sementara sel Basal berbentuk kuboid atau kolumnar rendah. Lamina propria
mengandung jaringan ikat fibroelastik yang lebih padat dengan lebih banyak
fibroblast di bawah epitel dan lebih longgar dekat otot. Jaringan Limfe difus dan
kadang nodulus limfatik kecil dapat ditemukan di lamina propria. Di ureter bagian
atas, lapisan muskularis terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot polos
longitudinal dalam dan lapisan otot polos sirkular di tengah. Lapisan-lapisan ini
tidak selalu jelas. Lapisan tambahan ketiga otot polos longitudinal luar ditemukan
di sepertiga bawah ureter dekat kandung kemih. Adventisia menyatu dengan
jaringan ikat fibroelastik dan jaringan adiposa sekitar yang mengandung banyak
arteriol, Venula, dan saraf kecil.

3. H11/40 Urinary Bladder


Kandung kemih menyimpan urine sampai siap untuk dikeluarkan. Karena
volume kandung kemih berubah-ubah sesuai dengan jumlah urine yang di
dalamnya, mukosanya mungkin berlipat atau tidak berlipat. jaringan yang di sini
tidak teregang, karena itu banyak lipatan (panah). Selanjutnya, epitel transisional
(TE) dalam sajian inijuga tebal, sedangkan dalam fase teregang, epitel akan
menjadi lebih tipis. Perhatikan juga tebalnya tunika muskularis terdiri atas tiga
lapisan otot polos: longitudinalis dalam (IL), sirkularis tengah (MC) dan
longitudinalis luar (OL). Lapisan otot dikelilingi baik oleh tunika adventisia, yang
terdiri atas jaringan ikat jarang seperti tampak dalam fotomikroskopik ini atau
dikelilingi oleh tunika serosa, tergantung pada daerah kandung kemih mana yang
diperiksa. Kandung kemih dibatasi oleh epitel transisional (TE), yang mempunyai
ciri sel-sel di permukaannya berbentuk kubah. Beberapa sel-sel ini mempunyai inti
dua. Epitel dipisahkan dari jaringan ikat di bawahnya oleh lamina b asalis (ponah).
Jaringan ikat subepitel ini sering dibagi menjadi lamina propria (LP) dan tunika
submukosa (Sm). Daerah ini mendapatkan darah yang tampak adanya sejumlah
venula (V) dan arteriol (A). Pembuluh ini mempunyai percabangan yang lebih
kecil dan memperdarahi daerah yang lebih dekat ke epitel. Daerah kotak dari epitel
transisional diperlihatkan dengan pembesaran kuat, untuk memperlihatkan sel-sel
besar yang berbentuk kubah (ponah) pada permukaan bebasnya. Sel-sel ini adalah
khas untuk kandung kemih yang kosong. Bila bangunan itu meregang karena urine,

20
sel-sel yang berbentuk kubah berubah menjadi gepeng dan seluruh epitel menjadi
lebih tipis (dari lima sampai tujuh lapis ketebalannya menjadi hanya tiga lapis sel).

4. 18B Ren
Ginjal dibungkus oleh kapsula renal (Ca) yang terdiri atas jaringan ikat padat
kolagen berisi fibroblas (Fb). Meskipun struktur ini tidak mempunyai banyak
pembuluh darah, jaringan ini mempunyai beberapa pembuluh kapsular (CV).
Perhatikan adanya sejumlah eritrosit dalam lumen pembuluh ini. Lapisan kapsula
yang lebih dalam mempunyai banyak jala kapiler (CN) yang mendapatkan darah
dari ujung arteria interlobularis dan seterusnya dialirkan ke vena stellata yang
merupakan percabangan dari vena interlobularis. Korteks ginjal dan bagian medula
ditunjukkan dengan pembesaran lemah untuk memberikan gambaran dalam
susunan korteks. Kapsula (Ca) renalis tampak tipis, sebagai garis tipis pada bagian
atas fotomikroskopik. Daerah yang lebih gelap di bawah, menempati setengah
bagian atas foto mikroskopik adalah korteks (C), sedangkan lebih bawah daerahnya
lebih jernih adalah medula (M). Perhatikan juluran longitudinal dari medula
tampak masuk ke korteks; ini dikenal sebagai prosesus medularis (MR). Jaringan
antara prosesus medularis tampak berkelok-kelok dan dikenal sebagai labirin
korteks (CL). Daerah ini ditempati oleh struktur yang bulat, padat yaitu
korpuskulum renal (RC). Ini merupakan bagian pertama dari nefron dan letaknya
dalam korteks menunjukkan awal perkembangannya, juga fungsinya. Bangunan ini
dinamakan nefron superfisial (1), nefron midkortikal (2) atau nefron
jukstamedularis (3). Setiap prosesus medularis dan setengah labirin korteks pada
kedua sisinya men''usun lobulus ginjal. Lobulus ini meluas ke dalam medula, tetapi
batasnya secara histologik tidak dapat ditentukan (kira-kira oleh garis vertikal).
Pembuluh darah besar pada peralihan kortikomedularis adalah pembuluh arkuata
(A$, sedangkan yang ada dalam labirin korteks adalah pembuluh interlobularis.

5. 20B Vesica Urinaria


Kandung kemih memiliki dinding yang berotot tebal. Dinding ini serupa
dengan dinding sepertiga bawah ureter, kecuali ketebalannya. Di dinding kandung
kemih ditemukan tiga lapisan otot polos yang tersusun longgar, lapisan
longitudinal dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar. Namun, serupa dengan
ureter, lapisan-lapisan otot ini sulit dibedakan. Ketiga lapisan otot tersusun dalam
berkas-berkas otot polos yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat

21
interstisium yang terdapat di antaranya. Jaringan ikat interstisium menyatu dengan
jaringan ikat Serosa. Mesotelium menutupi jaringan ikat Serosa dan merupakan
lapisan paling luar. Serosa melapisi permukaan superior kandung kemih, sementara
permukaan infetiornya dilapisi dengan jaringan ikat adventisia, yang menyatu
dengan jaringan ikat struktur sekitarnya. Mukosa kandung kemih dalam keadaan
kosong memperlihatkan banyak lipatan mukosa yang lenyap jika kandung kemih
teregang. Epitel transisional lebih tebal daripada epitel di ureter dan terdiri dari
sekitar enam lapisan sel. Lamina propria di bawah epitel lebih lebar daripada
ureter. Jaringan ikat longgar di bagian yang lebih dalam mengandung lebih banyak
serat elastik. Banyak pembuluh darah dengan berbagai ukuran terlihat di Serosa, di
antara berkas otot polos dan di lamina propria.

4.2.2 Sistem Genitalia Maskulina


1. H11/130 Testis
Masing-masing testis dibungkus oleh suatu kapsul jaringan ikat tebal yang
dinamai timika albuginea di sebelah dalamnya terdapat lapisan vaskular jaringan
ikat longgar yang disebut tunika vaskulosa. Jaringan ikat meluas ke arah dalam dari
tunika vaskulosa masuk ke testis untuk membentuk jaringan ikat interstisium.
Jaringan ikat interstisium mengelilingi, mengikat dan menyokong tubulus
seminiferus. Dari mediastinum testis ke arah tunika albuginea menjulur septum-
septum fibrosa tipis yang membagi-bagi testis menjadi kompartemen-kompartemen
yang dinamai lobulus. Di dalam setiap lobulus terdapat satu sampai empat tubulus
seminiferus. Septum, tidak solid dan terdapat hubungan di antara lobulus-lobulus.
Tubulus seminiferus adalah saluran panjang berkelok-kelok di testis yang secara
normal terlihat pada potongan transversal, longitudinal, atau tangensial. Tubulus
seminiferus dilapisi oleh epitel berlapis yang dinamai epitel germinal. Epitel
germinal terdiri dari dua jenis sel yaitu sel spermatogenik yang menghasilkan
sperma dan penunjang sertoli yang memberi makan sperma yang sedang terbentuk.

2. H11/120 Epididymis
Bagian pertama epididimis yaitu duktuli eferentes (De), menerima
spermatozoa (Sz) dari rete testis. Lumen duktuli dibatasi oleh epitel (Ep) selapis

22
torak, yang terdiri atas sel-sel tinggi dan pendek, yang memberi gambaran tubulus
bergelombang. Jaringan ikat (CT) fibroelastis yang tebal dari dinding duktuli
ditempati sejumlah sel-sel otot polos. Duktus epididimis (DE) dapat dibedakan dari
duktuli eferentes secara mudah. Perhatikan inti (N) dari epitel pembatas (Ep) yang
bertingkat ada dua jenis, lonjong dan bulat, sedangkan pada ductuli adalah bulat.
Perhatikan bahwa lumen berisi sejumlah spermatozoa (Sz) dan epitel duduk pada
lamina basalis. Dinding duktus epididimis yang terdiri dari jaringan ikat dapat
secara mudah dibedakan dari selubung otot polos (SM) yang tersusun melingkar

3. H11/101 Ductus Deferens


Duktus vas deferens memperlihatkan lumen yang sempit dan ireguler dengan
lipatan longitudinal mukosa, mukosa yang tipis, muskularis yang tebal, dan
adventisia. Lumen Duktus deferens dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis semu
dengan stereosilia. Epitel Duktus deferens agak lebih rendah daripada di Duktus
Epididymis. Lamina propria tipis dibawahnya terdiri dari serat-serat kolagen
kompak dan anyaman halus serat elastik. Muskularis yang tebal terdiri dari tiga
lapisan otot polos, lapisan longitudinal dalam yang tipis, lapisan sirkular tengah
yang tebal dan lapisan longitudinal luar yang tipis. Muskularis diselubungi oleh
adventisia yang memiliki banyak pembuluh darah dan saraf. Adventisia Duktus
deferens menyatu dengan jaringan ikat korda spermatika.

4. H11/080 Young Prostate


Young prostat merupakan kelenjar yang melingkari bagian atas uretra dan
terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar ini menghasilkan getah yang
mengandung kolesterol, garam, dan fosfolipid untuk kelangsungan hidup
sperma.urethra yang keluar dari kandung kemih dan melewati kelenjar prostat
disebut urethra pars prostatika. Lumen urethra pars prostatika berbentuk bulan
sabit dilapisi oleh epitel transisional. Kelenjar prostat terdiri dari kelenjar prostat,
tubuloasiar bercabang yang kecil. Sebagian kecil kelenjar prostat ini mengandung
agregsi sekretorik padat yaitu concretio prostatika di dalam asininya.

23
5. H11/110 Seminal Vesicle
Vesika seminalis merupakan kelenjar yang panjangnya 5-10 cm, berupa
kantong seperti huruf S berbelok-belok, sekretnya yang alkalis bersama dengan
cairan prostat merupakan bagian terbesar semen yang mengandung fruktosa yang
merupakan sumber energi untuk spermatozoa. Vesikula seminalis, yang jumlahnya
sepasang, adalah kelenjar memanjang dan terletak di sisi posterior kandung kemih.
Duktus ekskretorius masing-masing vesikula seminalis menyatu dengan ampula
duktus deferens untuk membentuk duktus ejakulatorius, yang kemudian berjalan
melalui kelenjar prostat untuk bermuara di uretra pars prostatika. Vesikula
seminalis memperlihatkan lumen yang ireguler dan sangat berkelok-kelok
Potongan lintang melalui kelenjar memperlihatkan kompleksitas lipatan mukosa
primer. Lipatan-lipatan ini bercabang-cabang menjadi banyak lipatan mukosa
sekunder, yang sering beranastomosis dan membentuk rongga, ruang, atau kriptus
mukosa ireguler. Lamina propria menonjol ke dalam dan membentuk inti lipatan
primer besar dan lipatan sekunder yang lebih kecil. Lipatan-lipatan ini menjulur
jauh ke dalam lumen vesikula seminalis. Epitel kelenjar vesikula seminalis tampak
bervariasi tetapi biasanya kolumnar rendah dan berlapis semu rendah atau kuboid.
Muskularis terdiri dari lapisan otot sirkular dalam dan lapisan otot longitudinal
luar. Susunan otot polos ini sering sulit diamati karena lipatan kompleks mukosa.
Adventisia melapisi muskularis dan menyatu dengan jaringan ikat.

6. 76C Glandula Bulbo Uretralis


Kelenjar bulbourethra merupakan sepasang kelenjar kecil berbentuk kacang
polong yg terletak di sepanjang bagian urethra tepatnya di bawah kelenjar prostat
dan menghasilkan getah berupa lendir yang bersifat alkali. Glandula bulbo uretralis
merupakan sepasang kelenjar campuran tubuloasinar. Pada kelenjar ini terdapat
kapsul fibroelastik sebagai pembungkus kelenjar ini dan mengandung jaringan ikat,
serat otot polos dan serat otot rangka di septum jaringan ikat interlobularis.Kelenjar
ini terletak di diafragma dari kapsul dan terbagi menjadi beberapa lobules. Unit
seketorik memiliki struktur dan ukuran yang bervariasi dan menyerupai kelenjar
mukosa. Kelenjar yang memperlihatkan unit sekretorik asinar atau unit sekretorik
tubular. Sel sekretorik adalah kuboid, kolumnar rendah atau gepeng, dan berwarna

24
lebih muda. Tinggi epitel bergantung pada status fungsional kelenjar. Produk
seketorik kelenjar bulbouretrha terutama mucus.

7. 77C Ampula
Struktur histologi ampula ditandai dengan menebalnya selaput lendir (mukosa)
yang disebabkan oleh adanya kelenjar. Kedua ampula melewati bagian ventral
dari korpus prostat dan bersama dengan glandula vesikulares yang bermuara ke
dalam uretra pada kolikulus seminalis. Kelenjar bersifat tubulus bercabang, mirip
dengan seminal vesicle dengan ujung kelenjar yang meluas mirip suatu kantong.
Epithelnya berbentuk silindris sebaris, tinggi rendahnya epithel tergantung dari
aktivitas kelenjar tersebut. Tunika muskularis tersusun secara sirkuler dan
longitudinal, dimana pada ruminansia saling beranastomose, lapis paling luar
adalah tunia adventitia atau serosa.

8. 78C Penis
Potongan lintang penis manusia ini menggambarkan dua korpus kavernosum
di dorsal dan satu korpus spongiosum di ventral yang membentuk badan organ.
Uretra berjalan di sepanjang penis di korpus spongiosum. Suatu kapsul jaringan
ikat tebal yang disebut tunika albuginea mengelilingi kedua korpus kavernosum
dan membentuk septum median antara kedua korpus ini. Tunika albuginea yang
lebih tipis dengan serat otot polos dan serat elastik mengelilingi korpus
spongiosum. Ketiga korpus kavernosum dan spongiosum dikelilingi oleh jaringan
ikat longgar dermis yang berada di bawah epitel skuamosa berkeratin berlapis
(epidermis). Berkas-berkas otot polos tunika dartos, saraf, kelenjar sebasea, dan
pembuluh Berkas darah perifer terletak di dermis. Trabekula dengan serat
kolagen, elastik, saraf, dan otot polos mengelilingi dan membentuk inti sinus
kavernosus (vena), di korpus kavernosum dan korpus spongiosum. Sinus
kavernosus di korpus kavernosum dilapisi oleh endotel dan menerima darah dari
arteri dorsalis dan arteri profunda penis. Arteri-arteri profunda bercabang-cabang
di korpus kavernosum dan membentuk arteri helisina, yang bermuara langsung ke
dalam sinus kavernosus. Sinus kavernosus di korpus spongiosum menerima darah
dari arteri bulbouretralis, sebuah cabang arteri pudenda interna. Darah yang
meninggalkan sinus kavernosus keluar terutama melalui vena superfisialis dan

25
vena dorsalis profunda. Sewaktu melewati pangkal penis, uretra dilapisi oleh
epitel kolumnar berlapis atau berlapis semu. Sewaktu uretra keluar penis, epitel
berubah menjadi skuamosa berlapis. Uretra juga memperlihatkan invaginasi yang
dinamai lakuna uretra (Morgagni) dengan sel-sel mukosa. Kelenjar uretra (Littre)
tubulus bercabang-cabang yang terletak di bawah epitel bermuara ke dalam
resesus ini.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem urinaria adalah suatu
sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih). Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi
organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.
Sistem reproduksi pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Fungsi
sistem reproduksi pada pria terdiri atas tiga subdivisi utama: (1) spermatogenesis,
yang berarti pembentukan sperma; (2) kinerja kegiatan seksual pria; dan (3)
pengaturan fungsi reproduksi pria dengan berbagai hormon yang bekerja didalamnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Leslie P. Gartner. 2012. Atlas Berwarna Histologi Edisi 5. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara

Mescher, Anthony. 2014. Histologi Dasar Junqueira Edisi 14. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Sherwood, L. 2020. Fisiologi Manusia: dari sel ke system Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Tortora, Gerard J, dan Derrickson, Bryan. Dasar Anatomi & Fisiologi. Volume 2. Edisi 13.
Jakarta: EGC.

Victor, P,E. 2020. Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai