Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

TUTORIAL LBM 4 “PERJUANGAN IBU”


BLOK REPRODUKSI I

Disusun Oleh:

Nama : Tilka Ayattullah


NIM : 020.06.0083
Blok SP : Reproduksi I
Kelas/SGD : B/12
Tutor : dr. Ida Ayu Made Mahayani, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tutorial
LBM 4 “PERJUANGAN IBU” Blok Reproduksi I dan dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan
laporan dengan baik.
2. dr. Ida Ayu Made Mahayani, S.Ked selaku fasilitator dalam SGD kelompok 12 atas
segala masukan, bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan kami.

3. Keluarga dan teman yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Saya menyadari bahwa dalam proses pembuatan laporan ini sampai dengan selesai masih
banyak kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 14 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................................2


Daftar Isi ...................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................31
Kesimpulan...............................................................................................................................31
Daftar Pustaka.........................................................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO

LBM 4
PERJUANGAN IBU

Ny. Ema, 29 tahun, yang sedang hamil 9 bulan mengeluh perut mulas sejak sore hari.
Ini adalah kehamilan pertama sehingga sangat rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan.
Terakhir kontrol dua bulan yang lalu saat usia kehamilan 7 bulan. Ny. Ema memang rutin
memeriksakan kehamilan, selama kehamilan ia sudah 4 kali memeriksakan dirinya ke bidan.

Hari ini Ny. Ema menyatakan mulas terasa semakin lama semakin sering, gerakan
janin masih terasa aktif, bloody slym (-). Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam
batas normal pemeriksaan abdomen fundus uteri 3 Jari dibawah processus xypoideus
pemeriksaan Leopold didapatkan punggung kanan kepala bayi telah masuk dalam PAP, His
(-), DJJ 12-13-12. Pemeriksaan VT didapatkan hasil portio posterior, bukaan (-),
promontorium tidak teraba. Dokter menganjurkan pasien untuk kontrol ke poli esok hari
untuk pemeriksaan USG. Dokter juga menjelaskan tanda-tanda persalinan kepada Ny. Ema.

Lima hari kemudian Ny. Ema datang kembali ke IGD mengeluh sudah keluar lendir
campur darah. Riwayat keluar cairan (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan Leopold TFU 31 cm punggung kanan, kepala telah masuk pap
3/5, His (+) 2/40, DJJ 12-12-12. Pemeriksaan fisik didapatkan bukaan 4 cm effacement 75%,
ketuban (+), teraba kepala, UUK anterior, Hodge III. Dokter menjelaskan kondisi Ny.ema
kepada suami.

Dalam skenario ini didapatkan beberapa topik permasalahan yang perlu dibahas di antaranya:

Permasalahan pertama yaitu mengenai apakah yang menyebabkan perut Ny. Ema terasa
mulas. Diawali kontraksi karena normalnya, di minggu ke 38-40 kehamilan, kepala janin
sudah mulai turun ke rongga panggul. Bersamaan dengan itu, otot-otot rahim pun mulai

4
melakukan gerakan mengerut dan meregang secara bergantian, terus-menerus secara teratur.
Nah, gerakan otot rahim seperti inilah yang disebut kontraksi. Frekuensi terjadinya kontraksi
semakin lama semakin meningkat, begitu juga dengan kekuatannya. Awalnya, jarak waktu
antara kontraksi yang satu dan selanjutnya cukup panjang, biasanya selang satu jam. Lalu,
semakin memendek, bisa tiap 30 menit, 15 menit, dan menjelang waktunya bayi lahir, jarak
kontraksi bisa mencapai 2 atau 1 menit sekali. Sewaktu jarak antar-kontraksi masih jauh,
mungkin rasa nyeri terasa hanya pada bagian atas perut. Namun seiring dengan kemajuan
proses awal ini, rasa nyeri semakin menjalar ke bagian bawah perut, bahkan ke arah bawah
punggung dan belakang pinggang. Saat mulut rahim sudah membuka sempurna, rasa nyeri
yang hebat di daerah tadi akan terasa sangat kuat. Sehingga jalan lahir membuka saat otot
rahim mengerut, ukuran rahim akan mengecil, sehingga kepala janin semakin terdorong ke
arah bawah (jalan lahir). Bersamaan dengan itu, mulut rahim sedikit demi sedikit mulai
membuka Mulut rahim yang semula hanya membuka sedikit, seiring dengan datangnya
kontraksi yang semakin kuat, akan terus melunak dan terbuka semakin lebar. Lama-
kelamaan, mulut rahim akan terlihat semakin datar dan menyatu dengan rahim bagian bawah.
Saat inilah pembukaan lengkap terjadi.

Permasalahan kedua yaitu mengenai berapa kali dalam kehamilan seorang ibu
memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan kehamilan secara rutin juga akan membantu ibu
dalam mencegah dan mengantisipasi gangguan selama masa kehamilan dengan meminta
tindakan tepat oleh dokter kandungan yang akan selalu membantu ibu hamil. Penting bagi ibu
hamil untuk mengetahui berbagai tahapan checkup dalam masa kehamilan. Konsultasi tahap
awal merupakan konsultasi pertama yang harus mommy ketahui, pada saat ini dokter
kandungan atau bidan akan memulai pemeriksaan dengan menghitung tanggal konsepsi awal,
dan selanjutnya akan diikuti dengan investigasi mengenai riwayat kesehatan mommy yang
mungkin akan memberikan pengaruh bagi janin dalam kandungan mommy. Pemeriksaan
lanjutan meliputi kondisi genetis ibu dan juga riwayat alergi yang ibu punya. Di pemeriksaan
awal ini, akan ada kemungkinan menjalani pemeriksaan lewat ultrasound scan untuk
mengetahui ukuran janin secara akurat. Pemeriksaan berkala juga dapat dilakukan pada saat
usia kandungan telah menginjak 16 minggu, dan pemeriksaan ini akan meliputi tes urin dan
tes darah. Tekanan darah ibu akan selalu diperiksa setiap kali ibu melakukan pemeriksaan
rutin. Pada usia kandungan yang menginjak 18 sampai dengan 20 minggu, ibu akan
dihadapkan pada pemeriksaan anomaly scan dan ini merupakan pilihan opsional.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya cacat bawaan pada janin yang

5
dikandung. Pemeriksaan lainnya akan meliputi pemeriksaan kondisi jantung bayi yang
kandung dan pemeriksaan organ vital janin lainnya yang akan dilakukan saat janin telah
berusia 20 sampai dengan 24 minggu. Saat usia kandungan ibu telah menginjak 28 minggu,
dokter kandungan ataupun bidan akan kembali melakukan tes darah untuk pengecekan
antibodi dalam tubuh dan untuk melihat tingkatan zat besi yang terkandung dalam tubuh ibu
hamil. Nantinya juga akan diberikan suntikan khusus yang disebut Anti-D untuk
memberikan perlindungan bagi janin dari kemungkinan tubuh ibu yang akan menghasilkan
antibodi untuk menyerang keberadaan si buah hati.

6
BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan anatomi panggul


Jalan lahir dibagi atas bagian tulang-tulang panggul dengan persendiann (artikulasio),
dan bagian lunak, terdiri atas otot-otot, jaringan dan ligament.
1. Tulang-tulang panggul
Tulang panggul trdiri atas 3 buah tulang, yaitu os koksai (disebutjuga tulang
innominata) 2 buah kiri dan kanan, ossacrum, dan oskoksis. Tulang ini
berhubungan dengan suatu persendian panggul. Didepan terdapat hubungan antara
kedua ospubis kanan dan kiri, disebut simfis. Simfisis terdiri atas jaringan
fibrokartilago dan ligamentumpubikum superior dibagian atas serta
ligamentumpubikum inferior dibagian bawah. Kedua ligamentum disebut sebagai
ligamentumarkuatum. Simfisis mempunyai tingkat pergerakan yang dalam
kehamilan tingkat pergerakan semakin dipermudah.
Dibelakang terdapat artikulasiosakro-iliaka yang menghubungkan ossacrum
dengan osilium. Diluar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan
pergeseran sedikit, tetapi dalam kehamilan persendian ini mengalami relaksasi
akibat perubahan hormonal, sehingga pada waktu persalinan dapat digeser lebih
jauh dan lebih longgar. Pada partus dan pada pengeluaran kepala bayi dengan
ujung os. koksigeus dapat ditekan kebelakang. Akibat relaksasi persendian, maka
posisi dorso-litotomi memungkinkan penambahan diameter pintu bawah panggul
sebesar 1,5 samapai 2 cm. penambahan diameter pintu bawah panggul
dimungkinkan apabila os. sacrum dimungkinkan untuk bergerak kebelakang yaitu
dengan mengurangi tekanan alas tempat tidur terhadap ossacrum. Perempuan
hamil yang bergerak terlalu cepat dari osisi duduk langsung berdiri, dijumpai
pergeseran yang lebar pada artikulasio sakroiliaka. Hal ini menimbulkan rasa sakit
didaerah artikulasio.

7
Gambar : Potongan sagital panggul, menunjukkan pelvis mayor dan minor

Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang di sebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea
terminalis, disebut false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis,
disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhirnya adalah bagian yang
mempunyai peran penting dalam obstetric dan dapat dikenal dan dinilai sebaik-
baiknya untuk dapat meramalkan dapat atau tidaknya bayi melewatinya. Bentuk
pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung
kedepan (sumbu carus). Sumbu ini adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan anatara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas
panggul dengan titik-titik sejenis di hodge II, III dan IV. Sampai dekat hodge III
sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum. Hal ini penting untuk diketahui bila kelak
mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan cunam itu disesuaikan
dengan arah sumbu jalan lahir tersebut.
Bagian atas saluran berupa suatu bidang datar, normalnya berbentuk hamper
bulat, disebut pintu atas panggul (pelvicintet). Bagian bawah saluran disebut pituh
bawah panggul (pelvis outlet), tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas
panggul, melainkan terdiri atas dua bidang. Diantar kedua pintu terdapat ruang
panggul (pelvis cavity). Ukuran ruang panggul dari atas kebawah tidak sama.
Ruang panggul memiliki ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul,
kemudian menyempit di panggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih
luas lagi di bagian bawah. Penyempitan di panggul tengah ini setinggi spina

8
isikiadika nyang jarak anatar kedua spina isikiadiaka (distansiainterspinarum)
normalnya ± 10,5 cm.
a. Pintu atas panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium korpus vertebra sacra 1, linea innominata (terminalis), dan
pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu atas panggul, yaitu
diameter anteroposterior, diameter transversa, dan 2 diameter oblikua.
Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11
cm, disebut konjugata vera. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas
panggul lebih kurang 12,5 – 13 cm, disebut diameter transversa. Bila
ditarik garis dari artikulasiosakro-iliaka ke titik persekutuan antara
diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke lineainnominata,
ditemukan diameter yang disebut diameter oblikua sepanjang lebih kurang
13 cm.
Cara menghitung konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk
di masukan ke dalam vagina untuk meraba promontorium. Jarak bagian
bawah simfisis sampai promontorium dikenal sebagai konjugata
diagonalis. Konjogata vera sama dengan konjugatadiagonalis dikurangi 1,5
cm.Apabila promotorium dapat diraba, maka konjogatadiagonalis dapat
diukur, yaitu sepanjang jarak anatara ujung jari kita yang meraba sampai
kebatas pinggir bawah simfisis. Kalau jarak anatar ujung jari kita sampai
batas pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, berarti konjugata vera lebih
dari 11,5 cm (13 cm – 1,5 cm). selain kedua konjugata ini, dikenal pula
konjugataobstetrika, yaitu jarak dari tengah simfisis bagian dalam ke
promontorium. Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul, (pembagian
Caldwell dan moloy, 1933), yang mempunyai cirri-ciri pintu attas panggul
sebagai berikut :
1. Jenis ginekoid, panggul paling naik untuk perempuan. Panjang diameter
antero-posterior sama dengan diameter transvera.
2. Jenis android, bentuk pintu atas panggul hamper segi tiga. Panjang
diameter anteroposteriorhamper sama dengan diameter trasversa, akan
tetapi lebih mendekati sacrum. Bagian belakang pendek dan gepeng,
sedangkan bagian depannya menyempit kedepan.

9
3. Jenis anthropoid, bentuk pintu atas panggul agak lonjong. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar dari pada diameter transversa.
4. Jenis platipepelloid. Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang
menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar
dari pada ukuran muka belakang.
Kegunaan pelvimetriradiologic untuk mengetahui jenis, bentuk, dan
ukuran-ukuran pelvis secara tepat. Jenis pelvis kombinasi, disebut jenis
pelvis bagian belakang dahulu kemudian bagian depan.
Pelvismetriradiologic dilakukan pada indikasi tertentu.

Gambar : jenis-jenis panggul.

b. Bidang hodge
Bidang hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai di makankah
bagaian terendah janin turun dalam panggul dalam persalin.
 Bidang hodge I : Ialah bidang datar yang melaui bagian atas simfisis dan
promotorium. Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
 Bidang hodge II : Ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I
terletak setinggi bagian bawah simfisis.
 Bidang hodge III : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I dan II
terletak setinggi spina iskiadika kana dan kiri. pada rujukan lain, bidang
hodge iii ini disebut juga bidang O. kepala yang berada diatas 1 cm
disebut (-1) atau sebaliknya.
 Bidang hodge IV : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge I, II, III,
terletak setinggi oskoksigis.

10
Gambar :Bidang-bidang hodge.

c. Pintu bawah panggul


Pintu bawah panggul tidak merupakan suatu bidang datar, tetapi tersusun
atas 2 bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang
yang dibentuk oleh garis antara kedua buah tuberosiskii dengan ujung
ossacrum dan segitiga, alasnya juga garis antar kedua tuberosiskii dengan
bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung
kebawah dan merupakan sudut arkuspubis. Dalam keadaan normal besar
sudutnya ini ± 900 atau lebih besar sedikit. Bila kurang sekali (lebih kecil)
dari 900 maka kepala janinakan lebih sulit dilahirkan karena memerlukan
tempat lebih banyak kearah dorsal (kearah anus).jarak kedua tuberosiskii
(distansiatuberum) juga merupakan ukuran pintu bawah panggul yang
penting. Distansiatubarum – di ambil dari bagian dalamnya- adalah ± 10,5
cm. bila lebih kecil, jarak anatara tengah-tengah disansiatuberum ke ujung
sacrum (diameter sagitalis posterior) harus cukup panjang pada bayi
normal dapat dilahirkan.
d. Ukuran-ukuran luar panggul
Ukuran-ukuran luar panggul ini dapat digunakan bila pelvimetriradiologic
tidak dpat dilakukan. Dengan cara ini dapat ditentukan secara garis
besarjenis, bentuk, dan ukuran-ukuran panggul apabila dikombinasikan
dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai antara lain jangka-
jangka Panggul Martin, Oseander, Collin, dan Boudeloque. Yang diukur
sebagai berikut:

11
 Distansiaspinarum (±24 cm -26 cm); jarak antara kedua spnailiaka
anterior superior sinistra dan dekstra.
 Distansiakistarum (± 28 cm – 30 cm); jarak yang terpanjang antara dua
tempat yang simetris pada Krista iliakasinistra dan dekstra. Umumnya
ukuran-ukuran ini tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm
dari nilai nomal, dapat dicurigai panggul itu patologik
 Distansiaobliqueeksterna (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka
posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina
iliaka posterior dekstra ke spina iliaka anterior superior sinistra. Kedua
ukuran ini bersilang, jika panggul normal, maka kedua ukuran ini
tidabanyak berbeda. Akan tetapi, jika panggul itu asimetrik (miring),
kedua ukuran itu jelas berbeda sekali.
 Distansiaintertrokanterika: jarak antara kedua trokanter mayor
 Konjugataeksterna (boudeloque) ± 18 cm: jarak antara bagian atas
simfisis ke prosesusspinosus lumbal 5.
 Distansiatuberum (±10,5 cm): jarak antara tuberiskii kanan dan kiri.
Untuk mengukurnya dipakai jangka oseander. Angka yang ditunjuk
jangka harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan subkutis antara
tulang dan ujung jangka, yang menghalangi pengukuran secara tepat. Bila
jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkuspubis lebih kecil dari
90 derajat.

2. Bagian Lunak Jalan Lahir


Kala pengeluaran (kala II) ikut membentuk jalan lahir; segmen bawah uterus,
serviks uteri, dan vagina. Pada akhir kehamilan lebih kurang 38 minggu, serviks
lebih pendek dibandingkan waktu kehamilan 16 minggu. Ismus uteri pada
kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang. Umumnya
serviks disebut menjadi matang jika teraba sebagai bibir, dan ini terjadi pada
kehamilan 34 minggu. Di samping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan ikat, dan
ligamen yang berfungsi menyokong alat-alat urogenitalis perlu diketahui karena
semuanya memengaruhi jalan lahir. Panggul bagian lunak meliputi dasar panggul
dan perineum. Otot- otot yang menahan dasar panggul di bagian luar adalah
muskulus sfingter ani eksternus, muskulus bulbokavernosus yang melingkari

12
vagina, dan muskulus perinea transversus superfisialis. Di bagian tengah,
ditemukan otot-otot yang melingkari ureter (muskulus sfingter uretrae), otot-otot
yang melingkari vagina bagian tengah dan anus, antara lain muskulus
iliokoksigeus, muskulus iskiokoksigeus, muskulus perinea transversus profundus,
dan muskulus koksigeus. Lebih ke dalam lagi, ditemukan otot-otot dalam yang
paling kuat disebut diafragma pelvis, terutama muskulus levator ani yang
berfungsi menahan dasar panggul. Struktur ini menutup hampir seluruh bagian
belakang PBP. Muskulus levator ani berada pada bagian depan muskulus
berbentuk segitiga yang disebut trigonum urogenitalis (hiatus genitalis). Di dalam
trigonum ini terdapat uretra, vagina, dan rektum. Perineum merupakan bagian dari
PBP yang terletak di antara komisura posterior dan anus. Pada persalinan, sering
terjadi robekan perineum yang perlu dijahit dengan baik.

2. Fisiologi fase-fase persalinan


1. Engagement
Masuknya bagian terbesar kepala janin(diameter biparietal) ke dalam pintu
atas panggul. Kepala janin biasanya memasuki pintu atas panggul dalam posisi
sutura sagitalis melintang. Terjadi fleksi dan penurunan pada Engagement

2. Flexi
Gerakan kepala janin dimana dagu janin mendekati dada janin. Fleksi
maksimal disebabkan karena penurunan kepala menemukan tahanan dari
serviks,dinding panggul dan dasar panggul.

13
3. Penurunan yang Lebih Jauh
Terjadi sebelum onset persalinan, dan penurunan lebih lanjut mungkin tidak
terjadi sampai mulainya kala II persalinan. tekanan cairan ketuban, tekanan
langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen serta
ekstensi/pelurusan badan janin.

4. Putar Paksi Dalam


Pemutaran kepala dengan suatu cara yang secara perlahan menggerakkan
oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis sehingga diameter
terpanjang kepala janin akan bersesuaian dengan diameter terpanjang rongga
panggul.

14
5. Ekstensi
Gerakan kepala janin yang berlawanan dengan gerakan fleksi sehingga dasar
oksiput langsung menempel pada margo inferior simfisis pubis. Pada saat kepala
menekan lorong panggul, ada dua kekuatan yang bekerja. Pertama, kontraksi
uterus yang berulang-ulang, Kedua, yang diberikan tahanan dari dasar panggul.

6. Putar Paksi Luar


Gerakan kepala janin berputar kembali ke posisi dimana kepala janin
menyesuaikan dengan posisi bahu janin

15
7. Ekspulsi
Lahirnya bagian janin yang lain setelah kepala janin lahir. Segera setelah putar
paksi luar, bahu depan kelihatan di bawah simfisis pubis dan bahu belakang di
perineum. Lahirnya kedua bahu diikuti oleh lahirnya seluruh badan janin.

16
3. Jelaskan perubahan ukuran uterus saat kehamilan
Pada saat wanita hamil, hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan
terutama pada alat kandungan dan juga organ lain. uterus akan mengalami
pertumbuhan yang cepat pada trimester pertama berlanjut sebagai respon terhadap
stimulus kadar estrogen dan progesterone yang tinggi. ukuran uterus akan membesar
akibat hipertropi dan hyperplasia otot polos, serabut-serabut kolagennya menjadi
higroskopis agar uterus mampu mengkomodasi pertumbuhan janin. ukuran uterus
pada kehamilan cukup bulan: 30 x 25 x 20 cm.
Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan
posisi. pada masa kehamilan, berat uterus akan semakin naik dari sekitar 30gram
menjadi 1000 gram pada akhir masa kehamilan. perubahan bentuk uterus yang terjadi
pada minggu ke-7 kehamilan menjadi sebesar telur ayam negeri, pada minggu ke-10
uterus menjadi seperti buah jeruk, pada minggu ke-12 uterus mencapai ukuran
grapefruit hingga kehamilan minggu ke-40 terjadi perubahan yang sangat besar pada
uterus baik dari segi panjang, lebar, kedalaman, berat, dan volume. perubahan yang
terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbandingan ukuran uterus wanita hamil dan wanita tidak hamil pada
minggu ke-40

Ukuran Tidak Hamil Hamil (minggu ke-40)


Panjang 6,5 cm 32 cm
Lebar 4 cm 24 cm
Kedalaman 2,5 cm 22 cm
Berat 60-70 gram 1100-1200 gram
Volume < 10 ml 5000 ml

Pada permulaan kehamilan, posisi uterus berada pada letak antefleksi atau
retrofleksi. perubahan posisi uterus mulai terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
dimana uterus sudah terlalu besar untuk seluruhnya tetap berada di dalam rongga
panggul. uterus akan menempel ke dinding abdomen anterior menggeser usus kea rah
atas hingga akhirnya mencapai hati. Selama kehamilan, uterus dapat digerak-
gerakkan. pada saat wanita hamil berdiri, sumbu longitudinal uterus sesuai dengan
sumbu pintu masuk panggul dan dinding abdomen menyokong uterus. pada saat
wanita hamil berada pada posisi terlentang, uterus akan ke arah belakang bersandar
pada kolumna vertebralis.

17
Kehamilan juga menyebabkan perubahan kontraktilitas uterus. sejak trimester
pertama kehamilan, uterus mengalami kontraksi tidak teratur yang normalnya tanpa
nyeri. pada trimester kedua, kontraksi-kontraksi ini akan dapat dideteksi dengan
pemeriksaan bimanual. uterus yang relaksasi terkadang akan menjadi kencang dan
kembali relaksasi. keadaan ini disebut tanda Braxton hicks yang biasanya mulai dapat
dirasakan pada bulan keempat. hingga bulan akhir usia kehamilan khususnya pada
satu atau dua minggu terakhir, frekuensi kontraksi Braxton hicks menjadi lebih sering
dan dapat terjadi sampai setiap 10 atau 20 menit dan iramanya menjadi sangat ritmik.

4. Cara dan interpretasi pemeriksaan leopold


Pemeriksaan palpasi Leopold merupakan suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil
dengan cara perabaan pada perut ibu berdasarkan teori yang telah dikembangkan oleh
Leopold. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan
letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu.

18
A. Pemeriksaan Leopold I
- Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian
janin apa yang terdapat di fundusuteri (bagian atas perut ibu).
- Teknik:
 Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 45 0 atau lutut bagian dalam
diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu.
 Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping
umbilical
 Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
 Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan
bagian janin.
B. Pemeriksaan Leopold II
- Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada
letak lintang tentukan di mana kepala janin.
- Teknik:
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian
yang sama.
 Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak
tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya
bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas).

19
C. Pemeriksaan Leopold III
- Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat
di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki
pintu atas panggul (PAP).
- Teknik:
 Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu.
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan bawah perut ibu.
 Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian
terbawah bayi.
 Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian
goyang bagian terbawah janin.

D. Pemeriksaan Leopold IV
- Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian
bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah
memasuki pintu atas panggul.
- Teknik:
 Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
 Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus
bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
 Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus.
 Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak
bertemu (divergen)
 Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan
bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
 Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-
jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Interpretasi hasil pemeriksaan palpasi Leopold dengan rabaan tangan,
sehingga mampu menentukan diagnosa tentang janin tunggal atau ganda, umur

20
kehamilan, letak, presentasi, punggung kanan atau kiri yang berada pada sisi
lateral, area punctum maksium untuk auskultasi, serta menentukan sejauh mana
janin masuk panggul. Adapun mengenai deskripsi hasil pemeriksaan adalah
sebagai berikut:
Leopold 1: memperoleh rabaan seberapa tinggi fundus uteri dengan rabaan
jari tangan terhadap titik tunjuk area pada abdomen ibu. Selanjutnya
mengestimasikan umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri. Tinggi fundus
uteri yang diperoleh dari hasil pemeriksaan Leopold 1 ini juga dapat menjadi
cross cek terhadap umur kehamilan yang telah dihitung dari HPMT (Hari Pertama
Menstruasi Terakhir). Maka dapat ditentukan pula interpretasi terhadap
kesesuaian pertumbuhan janin terhadap usia kehamilan (Wahyuningsih.2016).
Pada pemeriksaan Leopold 1 juga meraba adanya bagian janin yang berada di
area fundus uteri. Deskripsi terhadap bagian janin yang berada di area fundus
uteri, apabila teraba bagian janin yang keras, bundar dan melenting, maka
interpretasinya bagian yang berada di area fundus uteri adalah kepala, berarti
peluang letak janin memanjang dan presentasinya adalah bokong. Biasanya kalau
kepala berada di area fundus uteri, secara subyektif ibu hamil akan mengeluh
bagian diafragma terasa lebih penuh karena terisi oleh bagian terbesar janin.
Apabila deskripsi hasil perabaan fundus uteri menunjukkan adanya bagian janin
yang kurang bundar, lunak dan tidak melenting, maka interpretasinya adalah
bagian janin yang berada di area fundus uteri adalah bokong. Sehingga
peluangnya adalah letak memanjang presentasi kepala. Hal ini merupakan letak
dan presentasi yang normal pada kehamilan (Wahyuningsih.2016).
Leopold 2: memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada pada
sisi lateral (samping) kanan dan kiri ibu. Apabila letak janin (situs) memanjang
terhadap sumbu badan ibu, maka akan teraba bagian janin yang merupakan
tahanan yang datar, keras dan memanjang pada bagian sisi lateral kanan atau kiri
ibu. Sehingga sisi lateral lain yang berlawanan akan teraba deskripsi
bagianbagian kecil janin baik ekstremitas tangan atau kaki, dengan deskripsi
rabaan menunjukkan bagian-bagian kecil dan tidak teraba tahanan. Apabila
deskripsi rabaan menunjukkan tahanan memanjang pada sisi lateral kanan ibu,
maka interpretasinya adalah letak memanjang punggung kanan, maka bagian-
bagian kecil janin berada pada punggung kiri. Demikian pula sebaliknya apabila
deskripsi tahanan memanjang pada sisi lateral kiri ibu, maka interpretasinya

21
adalah letak memanjang punggung kiri, maka bagian-bagian kecil janin berada
pada punggung kanan. Pada keadaan letak janin melintang terhadap sumbu
panjang ibu, maka pada sisi lateral ibu akan teraba bagian yang kosong, karena
bagian punggung janin atau bagian kecil janin berada pada area presentasi atau
pada area fundus (Wahyuningsih.2016).
Leopold 3: memperoleh rabaan mengenai bagian janin yang berada di area
bawah uterus atau bagian terendah janin (presentasi) dan sudah masuk panggul
atau belum. Apabila deskripsi rabaan janin menunjukkan adanya bagian yang
keras, bundar dan melenting di area bawah rahim berarti menunjukkan
interpretasi presentasi atau bagian terendah janin adalah kepala. Berarti ini
merupakan presentasi yang normal dalam kehamilan. Apabila deskripsi rabaan
menunjukkan adanya bagian yang lunak, kurang bundar dan tidak melenting
berarti menunjukkan interpretasi presentasi bokong. Apabila area bawah rahim
teraba kosong, berarti peluangnya adalah letak lintang, sehingga bagian presentasi
tidak teraba adanya bagian janin. Kemudian untuk mengetahui apakah bagian
terendah janin sudah tertangkap panggul atau apakah sudah masuk penggul atau
belum dengan cara tangan pemeriksa meraba dengan teknik pawlik
(mencekam/menangkap bagian terendah dengan lembut) kemudian digoyangkan
dengan ringan, apabila tidak dapat digoyangkan, berarti interpretasinya adalah
bagian terendah janin sudah masuk panggul, tetapi apabila bagian terendah janin
masih bisa digoyangkan, maka interpretasinya adalah bagian terendah janin
belum masuk panggul (Wahyuningsih.2016).
Leopold 4: memperoleh rabaan mengenai sejauh mana bagian terendah
janin sudah masuk panggul, dengan cara pemeriksa menghadap kaki ibu hamil,
pemeriksa membelakangi ibu hamil. Kemudian kedua telapak tangan diletakkan
secara berpasangan pada area bagian terendah janin, dan cermati bagaimana arah
kedua ujung telapak tangan pemeriksa. Apabila perabaan kedua ujung telapak
tangan pemeriksa menunjukkan adanya konvergen (cembung), interpretasinya
adalah bagian terendah janin sebagian besar belum masuk panggul atau sebagian
kecil saja yang masuk panggul. Apabila gambaran kedua ujung telapak tangan
menunjukkan divergen/membuka, maka interpretasinya adalah bagian terendah
janin belum masuk panggul (Wahyuningsih.2016).

22
5. Bagaimana cara menentukan DJJ
a. Dari Janin
DJJ atau denyut jantung janin dapat terdengar pada bulan ke-4 sampai ke-5.
Terdengar juga bising tali pusat dan gerakan serta tendangan janin (Sofian, 2011).
b. Dari Ibu
Terdengar bising rahim dan bising aorta, serta suara peristaltik usus (Sofian,
2011).
Pemeriksaan denyut jantung janin menggunakan metode AUVARD yaitu tempat
auskultasi denyut jantung janin menurut letak janin dalam rahim. Cara
menghitung DJJ yaitu:
1) Setiap menit, misalnya 140 x/menit.
2) dihitung 3 x 5 detik secara berurutan. Dapat mengetahui teratur tidaknya djj,
misalnya : 11-12-11
DJJ = 4 x (11 + 12 + 11)
= 4 x 34
= 136x permenit (teratur)
Denyut jantung janin secara obyektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan
menggunakan:
1) Auskultasi periodik
Tersedia beberapa instrument untuk mendeteksi denyut jantung janin seperti:
Fetoskop (18-20 minggu), stetoskop Pinard/Laenec(18-20 minggu), stetoskop
ultrasonografi dopler (12 minggu) (Prawirohardjo, 2002).
2) Electronic Fetal Monitoring
Ada dua alat pemantauan janin secara elektronik yaitu: alateksternal (transducer
eksternal) dan alat internal (elektroda spiraldan kateter tekanan intrauterine)
(Prawirohardjo, 2002).
Cara Mendengarkan Denyut Jantung Janin (Prawirohardjo, 2002). Dengan
menggunakan stetoskop Pinard, Dengan cara:
a. Tempat mendengarkan harus tenang, agar tidak mendapat gangguan dari suara
lain.
b. Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kakinya lurus, bagian yangtidak perlu
diperiksa ditutup, pintu atau jendela ditutup.
c. Alat disediakan. Pemeriksaan ini sebagai lanjutan dari pemeriksaan palpasi.

23
d. Mencari daerah atau tempat dimana kita akan mendengarkan.Setelah daerah
ditemukan, stetoskop pinard di pakai bagian yangberlubang luas ditempatkan ke
atas tempat atau daerah dimana kitaakan mendengarkan. Sedangkan bagian yang
luasnya sempitditempatkan pada telinga kita, letakkan tegak lurus.
e. Kepala pemeriksa dimiringkan, perhatian dipusatkan pada denyutjantung janin.
Bila terdengar suatu detak, maka untuk memastikanapakah yang terdengar itu
denyut jantung janin, detak ini harusdisesuai dengan detak nadi ibu. Bila
detakkan itu sama dengannadi ibu, yang terdengar bukan jantunt janin, tetapi
detak aorta abdominalis dari ibu.
f. Setelah nyata bahwa yang terdengar itu betul-betul denyut jantungjanin maka
dihitung untuk mengetahui teraturnya dan frekuensinyadenyut jantung janin itu.

Dengan menggunakan Doppler, Dengan cara (Prawirohardjo, 2002) :


a. Nyalakan doppler, untuk memeriksa apakah doppler dapat digunakan.
b. Usahakan jelly pada abdomen ibu, tepet pada daerah yang telah ditentukan.
Kegunaan jelly adalah sebagai kontak kedap udara antara kulit abdomen dengan
permukaan sensor.
c. Tempatkan sensor pada daerah yang akan didengarkan, kemudian tekan tombol
start untuk mendengarkan denyut jantung janin.
d. Lakukan penyesuaian volume seperlunya dengan menggunakan tombol pengatur
volume.
e. Lihat denyut jantung janin pada angka yang ditujukan melalui monitor

Cara menghitung denyut jantung janin


Menghitung denyut jantung janin yaitu selama satu menit penuh. Hal ini
dikarenakan pada setiap detik itu terdapat perbedaan denyut serta membandingkan
dengan rentang normal selama satu menit (Prawirohardjo, 2002).

Frekuensi Denyut jantung


1. Bradikardi. Frekuensi denyut jantung janin yang berkurang dari
110denyut/menit. Keadaan ini dianggap sebagai tanda akhir hipoksiajanin
(Prawirohardjo, 2002).

24
2. Takikardia. Frekuensi denyut jantung janin yang lebih dari
160denyut/menit.Keadaan ini dianggap sebagai tanda awal hipoksia janin
(Prawirohardjo, 2002).
3. Variabilitas. Variabilitas denyut jantung janin digambarkan
sebagaiketidakteraturan irama jantung normal.Variabilitas denyut demidenyut
normal dianggap antara 6 dan 25 denyut/menit (Prawirohardjo, 2002).
4. Akselerasi. Akselerasi adalah peningkatan sementara denyut jantung janin di
atas nilainormal. Akselerasi denyut jantung janin yang timbul saat
gerakanjanin terjadi merupakan indikasi janin sehat (Prawirohardjo, 2002).
5. Deselerai. Deselerasi adalah penurunan sementara denyut jantung janin di
bawah nilai normal. Disebabkan oleh respon parasimpatik, dapat dalam bentuk
benigna atau bentuk yang tidak menyenangkan (Prawirohardjo, 2002).
6. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi persalinan normal
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan kelahiran.
Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu janin dan
plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu), dan
psychologic respons (respon psikologis) (Bobak, 2012).
1) Passanger (Penumpang) Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir, maka plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada
kehamilan normal (Sumarah et al, 2009).
2) Passageway (Jalan Lahir) Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun
itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir
yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu
diperhatikan sebelum persalinan dimulai (Sumarah et al, 2009).
3) Position (Posisi Ibu) Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi
persalinan. Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah
posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi. Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi

25
posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak dapat memberikan
sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya
gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi insiden penekanan tali
pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah kompresi
pembuluh darah serta posisi tegak dapat 13 membuat kerja otot-otot abdomen
lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan (Bobak,
2012).
4) Psychologic Respons (Psikologis) Psikologis adalah kondisi psikis klien
dimana tersedianya dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu,
dan strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013). Psikologis adalah
bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan cemas atau menurunnya
kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi nyeri persalinan. Respon
fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon
katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus dan aliran darah
plasenta (Manurung, 2011). Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai
berikut: melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual;
pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; kebiasaan adat; dukungan dari
orang terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al,2011).
5) Power (Kekuatan). Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah
his, kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen.
Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi
otot-otot rahim, sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga
meneran ibu (Rohani et al.2011).
7. Jelaskan peran hormone yang mempengaruhi dari persalinan
Factor –faktor hormonal yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus
 Rasio estrogen terhadap progesteron
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sehingga membantu
mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai kecenderungan nyata
untuk meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi karena
estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antara sel-sel otot polos
uterus yang berdekatan.
 Pengaruh oksitosin pada uterus

26
Oksitosin merupakan suatu hormone yang disekresikan oleh neurohipofisis yang
secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. Ada empat alasan untuk
mempercayai bahwa oksitosin mungkin diperlukan dalam
meningkatankontraktililitas uterus menjelang persalinan:
1. Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitosin dan oleh karena itu,
meningkatkan reseptornya terhadap dosisoksitosin yang diberikan selama
beberapa bulan terakhir kehamilan.
2. Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis sangat meningkat pada saat
persalinan.
3. Walaupun pada hewan dan manusia yang telah menjalani hipofisektomi masih
dapat melahirkan bayinya pada kehamilan atrem, persalinannya akan berlangsung
lama.
4. Penelitian pada hewan menunjukan bahwa iritasi atau regangan pada serviks
uteri, seperti yang terjadi selama persalinan, dapat menyebabkan sebuah refleks
neurogenic melalui nucleusparaventricular dan supraoptikhipotalamus yang dapat
menyebabkan kelenjar hipofisis posterior (neurohipofisis) meningkatkan sekresi
oksitosinnya.
 Pengaruh hormone fetus pada uterus
Kelenjar hipofisis fetus juga menyekresikan oksitosin yang jumlahnya semakin
meningkat, yang mungkin berperan dalam merangsang uterus, dan kelenjar
adrenalnya menyekresikan sejumlah besar kortisol yang mungkin merupakan
suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus melepaskan prostaglandin dalam
konsentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostaglandin ini juga dapat
meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

8. Apa saja tanda-tanda dari persalinan


Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya,
beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki ‘’bulannya’’ atau ‘’minggunya’’ atau
harinya. Yang disebut kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut :
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu : kepala turun memasuki pintu atas
panggul, terutama pada primitgravida. Pada multipara, hal tersebut tidak begitu
jelas.

27
2. Perut kelihatan lebih melebar.
3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena kandung kemih
Tertekan oleh bagian bawah janin.
4. Perasaan nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
uterus, kadang-kadang disebut ‘’fase labor pains’’
5. Serviks menjadi lembek; memulai mendatar, dan sekresinya bertambah, mungkin
bercampur darah (bloody show).

Tanda-tanda inpartu :
1. rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekkan-robekkan kecil
pada serviks.
3. kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.

9. Fase-fase persalinan dan tatalaksana tiap fase (kala 1-4)


Persalinan normal di bagi menjadi beberapa tahapan, yaitu
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat, hingga
serviks membuka lengkap (10 cm). Inpartu (partus mulai) di tandai dengan
keluarnya lendir bercampur darah (bloody slym,yaitu darah yang berasal dari
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena adanya pergeseran
pada saat dilatasi dan pendataran serviks) karena serviks melai terbuka
(berdilatasi) dan mendatar (effacement).
Kala I terbagi atas dua fase :
 Fase Laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap. Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm dan
berlangsung hingga 8 jam.
 Fase Aktif, yang terbagi atas 3 fase :
 Fase Akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
 Fase Dilatasi Maksimal

28
Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
 Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm menjadi 10 cm (pembukaan sempurna).
Kontraksi uterus disebabkan karena tekanan hidrostatik ke seluruh selaput
ketuban terhadap serviks dan segmen bawah uterus yang tipis. Tekanan ini
diberikan oleh cairan pada kesetimbangan karena pengaruh gaya gravitasi.
Kemudian selaput ketuban akan pecah. Bagian terbawah janin dipaksa
mendesak serviks dan segmen bawah uterus.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Dimulai ketika pembukaan serviks sempurna (10 cm) dan berakhir dengan
lahirnya bayi. Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks dan vagina,
reseptor-reseptor regang di vagina mengaktifkan suatu refleks saraf yang
memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi uterus.
Kontraksi abdomen ini sangat meningkatkan gaya yang mendorong bayi
melewati jalan lahir. Ibu dapat membantu mengeluarkan bayinya dengan
secara sengaja mengontraksikan otot-otot abdomennya bersamaan dengan
kontraksi uterus (yaitu, "mengejan" saat timbul "nyeri persalinan"). Kepala
janin telah turun dan masuk ke ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa
mengejan. Tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa seperti ingin buang
air besar. Pada saat his, kepala janin terlihat, vulva membuka, dan perineum
meregang dan menonjol. Pada saat his dan mengejan terlihat kepala bayi
keluar dan di ikuti oleh seluruh badan janin. Tahap ini terjadi selama 1, 5 jam
– 2 jam pada kehamilan pertama dan terjadi selama ½ jam - 1 jam pada
multigravida (sudah pernah hamil sebelumnya). Tahap 2 biasanya jauh lebih
singkat daripada tahap pertama dan berlangsung 30 hingga 90 menit. Bayi
masih melekat ke plasenta oleh tali pusat saat lahir. Tali pusat ini diikat dan
dipotong, dengan puntung akan menciut dalam beberapa hari untuk
membentuk umbilikus (navel).
c. Kala III (Kala Penegluaran Uri/Plasenta)

29
Normalnya, pada saat bayi selesai dilahirkan rongga uterus hampir
terobliterasi dan organ ini berupa suatu massa otot yang hampir padat, dengan
tebal beberapa sentimeter diatas segmen bawah yang lebih tipis. Fundus uteri
sekarang terletak di bawah batas ketinggian umbilikus. Penyusutan ukuran
uterus yang mendadak ini selalu disertai dengan pengurangan bidang tempat
implantasi plasenta. Agar plasenta dapat mengakomodasikan diri terhadap
permukaan yang mengecil ini, organ ini memperbesar ketebalannya, tetapi
elastisitas plasenta terbatas, plasenta terpaksa menekuk. Tegangan yang
dihasilkannya menyebabkan lapisan desidua spongiosa mengalah, dan
pemisahan terjadi di tempat ini. Oleh karena itu, terjadi pelepasan plasenta dan
mengecilnya ukuran tempat implantasi di bawahnya.
d. Kala IV
Dimulai setalah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Dan merupakan
pemulihan keadaan ibu pasca persalinan.

30
BAB III

KESIMPULAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri), persalinan dapat terjadi karena berbagai hal
diantaranya adalah penurunan kadar progesteron, teori oksitosin, keregangan otot-otot,
pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Karena adanya perubahan beberapa hormon pada
tubuh wanita hamil, menyebabkan banyak perubahan yang terjadi, baik dari segi anatomi
tubuh dan fisiologis tubuh.

Sebelum memasuki waktu persalinan, ibu hamil biasanya melakukan beberapa


pemeriksaan dan diberikan beberapa asuhan guna menunjang kesehatan ibu dan bayi dalam
kandungan, pemeriksaan yang dilakukan biasanya pemeriksaan DJJ dan pemeriksaan
Leopald. Tujuan asuhan persalinan memberikan asuhan yang memadai selama persalinan
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang anak Saat persalinan terjadi melalui
beberapa tahap yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Persalinan ditandai dengan adanya
kekuatan HIS, keluarnya bloody slym, terjadi perubahan serviks dan dapat disertai ketuban
pecah dini. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah passage, power dan
passenger.

31
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C.2018. Buku Ajar Fisilogi Kedokteran Edisi 9 , Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran

Hellin, Restuwati. 2015. Hubungan Kejadian Asifikasi. Kebidanan DII Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.

Ika Dharmayati. 2019. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan Berkualitas Yang


Dimanfaatkan Ibu Hamil untuk Persiapan Persalinan” vol. 18 no. 1. Jurnal Ekologi
Kesehatan

Metti, Diana. 2016. Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida Tentang Tanda-Tanda


Persalinan Di Wilayah Lampung Utara. Lampung.

Sherwood, Lauralee.2018. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi 9, Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran

Siti Khuzaiyah, dkk. 2015. Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Berdasarkan


Keteraturan Antenatal Care Vol VII, No 1. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Tortora GJ & Derrickson. B. 2009. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Wahyu Aprilia. 2020. Perkembangan Pada Masa Prenatal dan Kelahiran” vol. 4 no. 1.
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.

Wahyuningsih.H.P., Tyastuti.S., 2016. Modul bahan ajar cetak kebidananPraktikum


Asuhan Kebidanan. Kementrian Kesehatan Indonesia.

32
33

Anda mungkin juga menyukai