Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM KE III

HISTOLOGI SALURAN KEMIH DAN GENITALIA PRIA

Ira Cinta Lestari

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi organ-organ pada sistem
saluran kemih dan genitalia pria serta fungsinya sesuai dengan analitik mikroskopik.

B. SASARAN PEMBELAJARAN
Praktikum histologi saluran kemih ini dilakukan sebagai bagian dari modul
saluran kemih. Diharapkan setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu
mengidentifikasi dan menjelaskan struktur histologi organ-organ berikut:
1. Saluran kemih meliputi ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.
2. Alat genitalia pria meliputi testis, epididimis, ductus deferens dan penis.
3. Kelenjar aksesoris pada genitalia pria meliputi vesikula seminalis dan prostat.

C. PENDAHULUAN
Sistem saluran kemih terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih
dan uretra. Sistem ini berperan memelihara homeostasis melalui proses rumit yang
meliputi filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya
urin, yang mengeluarkan berbagai produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di
ginjal mengalir melalui ureter ke kandung kemih, tempat urin ditampung untuk sementara
waktu, dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Pada praktikum ini juga akan dibahas struktur histologi alat-alat genitalia pria
meliputi testis, epididimis, ductus deferens, kelenjar aksesorius (vesikula seminalis dan
prostat) serta penis.

D. MATERI PRAKTIKUM
GINJAL
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat permenit, dari jumlah ini, 124 ml
diabsorpsi kembali oleh organ dan hanya 1 ml yang dieruskan ke dalam ureter sebagai
urin. Lebih kurang 1500 ml urin dibentuk 24 jam.
Ginjal dapat dibagi menjadi korteks di luar dan medula di dalam. Pada manusia,
medula ginjal terdiri atas 10-18 struktur berbentuk kerucut atau piramid, yaitu piramid
medula. Dari dasar setiap piramid medula, terjulur berkas-berkas tubulus yang paralel,
yaitu berkas medula, yang menyusup ke dalam korteks.
Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron terdiri atas bagian yang
melebar, yakni: korpuskel renalis, tubulus kontortus proksimal, segmen tipis dan tebal,
ansa henle, tubulus kontortus distal, tubulus, dan duktus koligentes.

Gambar 1. Anatomi ginjal

Gambar 2. Struktur nefron pada ginjal.


Korteks Ginjal (Cortex Renis)
Bagian ini diliputi oleh kapsula fibrosa, kemudian teliti bagian-bagiannya sebagai berikut:
• Penonjolan Ferreini (medullary rays), merupakan bagian dari medulla yang menembus
korteks yang tersusun atas nefron dan ductus koligen (tubulus kolektif).
• Badan Malpighi (corpus malpighii) yang disusun oleh glomerulus dan kapsula
Bowmani. Dengan objektif 45x dapat diteliti : kutub vaskular (polus vascularis) dan
kutub tubular (polus tubularis/urinalis).
• Tubulus proksimal (proximal convoluted-tubul) yang disusun oleh 3-4 sel.
• Segmen tebal (thick segment/ascending limbs)
• Tubulus distal (distal convoluted tubule) yang disusun oleh 5-8 sel.
• Tubulus kolektif (collecting tubule)
• Segmen tipis (thin segment / descending limbs)

Gambar 3. Struktur histologi korteks ginjal


Gambar 4. Korteks Ginjal. Tampak proximal convoluted tubule (P) dilapisi simple
cuboidal epithelium, memiliki brush border dengan mikrovili yang
panjang, terdapat agregat protein plasma. Distal convoluted tubules (D)
tampak kosong, tidak memiliki brush border dan protein. Tampak pula
glomerulus (G), tubular pole (TP), dan urinary space (U).

Medula Ginjal (Medula Renis)


Yang disusun oleh sejumlah piramid ginjal dengan bagian-bagiannya sebagai berikut :
• Segmen tebal (thick segment / descending limbs)
• Segmen tipis (thin segment)
• Tubulus kolektif (collecting tubule)
• Saluran papilaris (palillary duct)
• Epitel transisional yang melapisi papila ginjal (papila renalis)
• Pada kedua bagian tersebut perhatikan pula vascularisasi, arteri interlobularis dan
arteri arcuata (arciformis)
Gambar 5. Medula Ginjal, Tampak nephron loops' thin descending limbs (T), nephron
loops' thick ascending limbs (A), collecting ducts (CD), parallel vasa recta
capillaries (C), interstitium (I).

URETER
• Panjangnya 25-30 cm.
• Terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum dan berakhir
menembus kandung kemih secara diagonal.
• Secara makroskopis terlihat bahwa selaput lendir ini berwarna kebiru-biruan dan
mempunyai lipatan-lipatan.
• Dinding ureter terdiri dari 3 (tiga) lapisan yaitu:
1. Tunika Mukosa :
▪ Epitel transisional (peralihan), mulainya tipis hanya terdiri dari 2-3 lapis sel
pada kaliks minor dan terus bertambah tebal sehingga pada ureter sudah
mencapai 5 lapis sel dan akan menjadi 7-8 lapis sel pada kandung kemih.
Bagian basal epitel ini terdiri dari sel kolumnair atau kubis, pada bagian
tengah sel-selnya berbentuk polihedral dan pada lapisan superfisial terdiri dari
sel bulat besar dengan permukaan cembung ke lumen dengan inti bulat oval
yang dikenal sebagai “sel payung”. Sebagian besar sel superfisial ini berinti
dua atau lebih. Jika organ ini teregang maka sel ini menjadi gepeng terutama
sel paling luar. Epitel transisional ini tidak permiabel jadi urine disini tidak
berubah komposisinya.
▪ Lamina propria : terdiri dari jaringan ikat jarang yang mengandung serat-serat
kolagen.
2. Tunika Muskularis : Pada dua pertiga bagian atas tunika muskularis ureter terdiri
dari dua lapis otot polos, yaitu bagian dalam berjalan longitudinal dan bagian luar
berjalan sirkuler, pada sepertiga bagian bawah lapisan otot menjadi 3 lapis yaitu
dalam longitudinal, tengah sirkuler dan luar longitudinal ke semua lapisan ini tidak
jelas batasnya.
3. Tunika Adventisia : Lapisan paling luar dari ureter ini terdiri dari jaringan
fibroelastis, dijumpai pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat saraf

Gambar 6. Struktur histologi ureter

KANDUNG KEMIH (VESICA URINARIA)


Vesika Urinaria merupakan tempat penampungan dari urine yang dihasilkan
ginjal, kapasitasnya sekitar 500 ml, dalam keadaan kosong bentuknya seperti piramid
dengan apeks pada bagian basal. Vesika urinaria menerima urin dari kedua ureter dan
menyimpannya hingga terdapat stimulasi neural yang menyebabkan kontraksi vesika
urinaria dan mengeluarkan urin.
Dinding kandung kemih terdiri dari 3 lapisan:
1. Tunika mukosa: dilapisi epitel transisional, terdiri dari 7-8 lapis sel, bila kosong
tampak mukosa ini berlipat-lipat dan bila penuh lipatanya akan menghilang sehingga
sifatnya ini seperti akordion. Pada mukosa ini tidak terjadi proses absobsi oleh karena
adanya "krusta" yang menyebabkan mukosa tidak permiabel, sifat lain epitel disini
sama seperti epitel transisional ureter seperti adanya sel payung dll. Pada basis
kandung kemih terlihat bentuk segitiga dimana disini tidak terdapat lipatan mukosa,
lamina proprianya terdiri dari jaringan ikat jarang yang mengikuti sifat akordion
epitel.
2. Tunika muskularis: terdiri atas 3 (tiga) lapisan otot polos yaitu bagian luar berjalan
longitudinal, bagian tengah berjalan sirkuler dan bagian dalam berjalan longitudinal.
Ketiga lapisan otot ini tidak mempunyai batas jelas dan terlihat seolah-olah mereka
bersatu, pada dasar trigonum lapisan otot polos ini akan membentuk "sfinter vesika"
terutama dari otot longitudinal bagian dalam, sedangkan otot sirkuler ditengan akan
berakhir disini dan otot longitudinal bagian luar akan melanjutkan diri ke otot urethra
sampai ke ujung prostat pada pria sedang pada wanita sampai ke meatus urethrae
eksternum.
3. Tunika adventisia: jaringan ikat jarang yang dilapisi oleh peritoneum disebelah
luarnya.

Gambar 7. Struktur histologi vesika urinaria


Gambar 8. Vesika urinaria. Tampak lapisan dinding vesika urinaria (a) dengan mukosa
yang dilapisi epitel transisional (b) dan (c).

URETHRA
Urethra merupakan saluran fibromuskular berbentuk tabung yang membawa urine
dari kandung kemih keluar tubuh melalui orifisium uretral eksterna. Ukuran, struktur dan
fungsi urethra wanita berbeda dengan pria.

Urethra Wanita
Epitel mukosa urethra wanita bervariasi, epitel berlapis gepeng pada bagian distal
dekat pulpa, bagian tengah epitel bertingkat dan bagian atas dekat kandung kemih epitel
transisional, lumennya berbentuk bulan sabit dan pada potongan melintang mukosa
terlihat adanya lipatan longitudinal, sering ditemui kelenjar intraepitelial yang bersifat
mukous dan kadang-kadang membentuk kantong dalam lamina propria, kelenjar ini
adalah “kelenjar Littre”

Urethra Pria
Urethra pria ini lebih panjang dari urethra wanita dan secara anatomis dibagi atas :
1. Urethra Pars Prostatika, bagian urethra dekat dengan kandung kemih dan
berjalan melalui kelenjar prostat disini ia menerima saluran prostat, mukosa
urethra pars prostatius ini dibatasi oleh epitel transisional, lamina propria terdiri
dari jaringan ikat jarang dengan banyak kapiler darah, lapisan muskularisnya
dibentuk oleh otot polos yang merupakan lanjutan dari lapisan longitudinal luar
otot polos kandung kemih.
2. Urethra Pars Membranasea, bagian urethra yang terbentang dari prostat sampai
bulbus penis dan saluran ini menembus membran perinealis, panjang urethra pars
membranasea ini sekitar 1 cm, mukosanya dilapisi oleh sel kolumnair atau epitel
bertingkat, lapisan ototnya dibentuk oleh otot skelet dan pada daerah membran
perinealis otot skelet ini akan membentuk sfingter urethra eksternum yang
dibawah kesadaran, sedangkan sfingter urethra internum terbentuk oleh lapisan
sirkuleer otot polos pada urethra pars prostatika yang tidak dibawah kemauan.
3. Urethra Pars Spongiosa, terbagi dua yaitu urethra pars bulbaris dan urethra pars
pendulosa, kedua bagian urethra ini berjalan sepanjang korpus spongiosa penis.
Mukosa urethra pars spongiosa ini dilapisi oleh epitel bertingkat atau kolumnair
sampai fossa avikularis dan pada fossa ini mukosa dilapisi oleh epitel berlapis
gepeng yang akan berhubungan langsung dengan jaringan epitel dipermukaan luar,
sepanjang urethra pars spongiosa ini terdapat kelenjar Littre yang merupakan
kelenjar intraepitelial yang bersifat mukous, kelenjar ini paling banyak terdapat
pada pars pendulosa urethra.

Gambar 9. Struktur histologi urethra. Epitel urethra bervariasi mulai dari stratified
columnar dan pseudostratified columnar. Pada bagian distal uretra dilapisi epitel
stratified squamous.
HISTOLOGI ALAT GENITALIA PRIA
TESTIS
Testis dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis dan tunika vaginalispars
visceralis yang dipisahkan oleh celah berisi cairan serosa jaringan pengikat ini dilapisi
mesotel sedangkan tunika albuginea memiliki jaringan pengikat padat fibrosa. Tunika
albuginea ini adalah lapisan yang langsung menempel pada parenkim testis dan menebal
membentuk septum yang memisahkan lobulus testis.
Di sepanjang septulum terdapat tunika vaskulosa yang berasal dari jaringan
pengikat longgar yang berbentuk anayaman dari pembuluh–pembuluh darah yang
nantinya akan berlanjut sebagai jaringan interstitial. Interstitial testis ini berisi makrofag,
fibroblas, mastosit dan sel mesenkim. Terdapat juga sel leydig yaitu sel endokrin pada
testis yang berfungsi sebagai produksi hormon kelamin laki-laki atau biasa disebut
sebagai hormon testosteron.
Di bagian tengah testis terdapat mediastinum yaitu tempat penebalan sebagai
tempat berakhirnya septum testis atau bisa disebut juga daerah penebalan diujung testis.
Mediastinum ini diisi oleh tubulus rektus dan rete testis. Tubulus rektus adalah bagian
akhir dari tubulus seminiferus dan memiliki epitel kuboid selapis. Sedangkan rete testis
adalah lanjutan dari tubulus rektus, sebuah ruangan yang memiliki dinding tidak rata dan
memiliki epitel skuamus simpleks. Rete testis ini nantinya akan berlanjut sebagai duktus
efferent.

Gambar 10. Struktur histologi testis


Tubulus seminiferus memiliki bentuk seperti pipa berkelok–kelok memiliki
diameter 150 – 250 µm dan berfungsi sebagai pars sekretori dari kelenjar sitogenik.
Dinding tubulus seminiferus memiliki epitel yang berlapis yaitu 4 sampai 8 lapis.
Terdapat sel spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit
sekunder, spermatid, spermatozoa, terdapat juga sel penyokong yaitu sel sertoli yang
berfungsi menyokong pemberian nutrisi untuk proses spermatogenesis dan terdapat
membrana basalis. Lamina propianya terdapat sel–sel mesenkhim dari jaringan interstitial
dan sel myoid yang terdiri dari epiteloid dan jaringan kontraktil.

Gambar 11. Testis. Connective tissue (CT), interstitial cells (IC) mensekresi androgens,
myoid cells (M), fibroblasts (F), sertoli cells (SC), spermatogonia (SG),
spermatocytes (PS), seminiferous tubules (ST).

EPIDIDIMIS
Epididmis sering disebut anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan
testis. Secara anatomis terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri
atas jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot polos
(jelas pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim, yakni duktulis
efferentes dan duktus epididimis.
Epididimis berfungsi menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah
kauda epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa
mulai tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa yang
telah melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa yang
tidak melewatinya daya pembuahannya sangat kecil.
Duktuli efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris
banyak lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin tebal dengan
bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut selanjutnya disebut :
Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis mengandung butiran lemak (babi
dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris tinggi dengan stereosilia. Semakin menuju
kauda epididimis, ukuran epithel semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan otot
polos semakin tebal.

Gambar 12. Struktur histologi epididmis

DUCTIUS DEFERENS
Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis, membentuk Funikulus
spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut
menuju uretra dalam rongga pelvis.
Duktus deferens dilapisi oleh selapis atau dua lapis epitel kolumnar. Lamina
proprianya terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis. Bagian ini
langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika
muskularisnya cukup tebal, dengan susunan otot polos yang memanjang, melintang dan
miring. Tunika adventitia atau serosa terdapat pada lapisan terluar memiliki pembuluh
darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos.

Gambar 13. Struktur histologi Ductus Deferens

VESIKULA SEMINALIS
Vesikula seminalis adalah pasangan kelenjar yang terletak di bagian belakang-
bawah cesika urinaria pria. Kelenjar ini dapat menyekresikan cairan untuk membentuk air
mani. Sekitar 70% dari cairan mani manusia berasal dari vesikula seminalis. Panjang
vesikula sekitar 5 cm. Sekret vesikula seminalis mengandung protein, enzim, fruktosa,
fosforilklon dan prostaglandin. Saluran vesikula seminalis bermuara ke kelenjar prostat
dan vas deferens. Ketiga bersatu membentuk saluran ejakulasi.
Vesikula seminalis terdiri dari saluran yang sangat berkelok-kelok dengan panjang
15 cm. Lapisan mukosa dibatasi oleh epitel berlapis semu silindris. Lapisan epitelnya
membentuk kripta-kripta yang saling beranastomose. Epitel terdiri dari sel-sel basal dan
lapisan sel kubus atau silindris pendek, yang kaya dengan granula sekret. Lamina
proprianya kaya dengan serabut elastin dan dikelilinggi oleh lapisan otot polos yang tipis.
Pada lapisan ototnya terdapat serabut-serabut saraf dan ganglia simpatis. Sekresi yang
tertimbun dalam kelenjar dikeluarkan waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos.
Gambar 14. Kelenjar aksesorius pada genitalia pria terdiri atas sepasang vesikula seminalis
(A) dan prostat (B).

Gambar 15. Struktur histologi vesikula seminalis.

PROSTAT
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di bawah dari vesica urinaria, di
depan rektum dan membungkus uretra posterior. Prostat terdiri dari kelenjar yang dilapisi
dua lapis sel, bagian basal adalah epitel kuboid yang ditutupi oleh lapisan sel sekretori
kolumnar. Pada beberapa daerah dipisahkan oleh stroma fibromuskular. Hormon
androgen testis berfungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel-sel
prostat.
Prostat merupakan suatu kumpulan 30−50 kelenjar tubuloalveolar yang bercabang.
Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, yang menembus prostat. Kelenjar
prostat terbagi dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Zona perifer adalah zona
yang paling besar, yang terdiri dari 70% jaringan kelenjar sedangkan zona sentral terdiri
dari 25% jaringan kelenjar dan zona transisional hanya terdiri dari 5% jaringan kelenjar.
Sebagian besar kejadian Benign Prostat Hiperplasia (BPH) terdapat pada zona
transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. Kelenjar
tubuloalveolar prostat dibentuk oleh epitel bertingkat silindris atau kuboid. Stroma
fibromuskular mengelilingi kelenjar-kelenjar. Prostat dikelilingi suatu simpai fibroelastis
dengan otot polos. Septa dari simpai ini menembus kelenjar dan membaginya dalam
lobus-lobus yang tidak berbatas tegas pada orang dewasa. Seperti halnya vesikula
seminalis, struktur dan fungsi prostat bergantung pada kadar testosteron.
Kelenjar prostat menyekresi cairan encer, seperti susu, yang mengandung kalsium,
ion sitrat, ion fosfat, enzim pembekuan, dan profibrinolisin. Cairan prostat yang sedikit
basa dapat menetralkan sifat asam cairan seminalis lainnya selama ejakulasi, dan juga
meningkatkan motilitas dan fertilitas sperma.

Gambar 16. Struktur histologi prostat.

PENIS DAN URETRA (PENIS ET URETHRA)


Secara makroskopis terlihat bagian-bagian berupa jaringan erektil yang saling
berdampingan berbentuk spongi dengan ruangan vascular yang irregular. Secara
mIkroskopis dapat diteliti bagian-bagiannya sebagai berikut:
• Korpora Kavernosa penis, bagian ini terdiri atas dua buah yang saling
berdampingan dan diliputi oleh tunika albuginea.
• Korpus Karvenosum uretra, (corpus spongiosum), merupakan jaringan erektil
yang mengelilingi uretra dan juga diliputi oleh tunika albuginea.
• Tunika albuginea merupakan membran jaringan penyambung keras dan kuat dan
resisten yang dibangun oleh serabut kolagen yang berjalan longitudinal disebelah
luar dan serabut-serabut elastik disebelah dalam yang berjalan sirkuler.
• Trabekula korporum kavernosorum yang merupakan lembaran-lembaran kecil di
dalam korpus karvenosum yang dibangun oleh jarigan fibrus padat, bundelan
kolagen yang tebal, fibrolas, jalinan elastik, serabut otot polos, dan permukaannya
dilapisi oleh endotelium.
• Kaverna korporum karvenosorum yang merupakan ruangan ruangan (lakuna
darah) di dalam korpus karvenosorum dan dapat berisikan darah.
• Septum penis (septum pectiniforme) merupakan bagian dari tunika albuginea yang
berjalan diantara korpora kavernosa penis.
• Urethra.
• Arteri profunda penis, adalah pembuluh darah yang berjalan di dalam korpora
kavernosorum penis dekat septum penis.
• Aa/v/nn, dorsalis penis, sekelompok pembuluh darah dan saraf yang berjalan di
dorsum penis.
• Fasia penis, adalah jaringan elastik areolar yang melapisi penis beserta pembuluh-
pembuluhnya.
• V. dorsalis penis kutanea, yang berjalan pada tunika albuginea korporum
kavernosorum uretra, merupakan pembuluh darah yang lebih tipis dan panjang
mengandung serabut otot polos (sirkuler) dan banyak serabut elastik.

Gambar 17. Struktur histologi penis


Gambar 18. Penil urethra (a) dan jaringan erektil penis (b). Tampak corpus spongiosum
(CS) dan penile urethra (PU), urethral glands (UG), corpora cavernosa (CC),
helicine arteries (HA) dan tunica albuginea (TA).

E. ALAT DAN BAHAN


1) Mikroskop
2) Sedian preparat histologi :
a. Ginjal
b. Ureter
c. Vesika urinaria
d. Testis
e. Epididimis
f. Ductus deferens
g. Vesikula seminalis
h. Prostat
i. Penis
3) Atlas Histologi
4) Kain lap (untuk membersihkan mikroskop)

F. CARA KERJA PRAKTIKUM


1) Pre Test diberikan oleh instruktur praktikum.
2) Persiapkan mikroskop.
3) Ambil sedian preparat.
4) Masukkan preparat dan lihat dengan mikroskop mulai dari perbesaran lemah
kemudian kuat (40x, 100x, 400x)
5) Perhatikan struktur histologi organ yang terdapat pada preparat, bandingkan
dengan gambar di Atlas Histologi
6) Setelah selesai mengamati, bersihkan mikroskop menggunakan kain lap halus dan
bersih dengan hati-hati!
7) Post test diberikan oleh instruktur praktikum.

G. HASIL PRAKTIKUM
Gambarkan preparat histologi yang Anda amati di bawah mikroskop disertai
judul dan keterangan gambar yang lengkap pada Buku Gambar Hasil Praktikum
Histologi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Buku gambar ukuran A4.
b. Disampul rapi dengan warna yang disepakati oleh 1 angkatan.
c. Tuliskan identitas Nama dan NIM pada sampul depan buku gambar.
d. Tugas dikumpulkan di laboratorium histologi 2 hari setelah praktikum
dilaksanakan.
Berikut adalah daftar organ yang wajib digambarkan pada buku gambar hasil
praktikum histologi saluran kemih dan genitalia pria:
No. Organ Perbesaran
1. Ginjal (tampak bagian korteks dan medulla) 400x
2. Ureter 100x
3. Vesika urinaria 100x
4. Testis 100x
5. Epididimis 100x
6. Ductus deferens 100x
7. Vesikula seminalis 100x
8. Prostat 100x
9. Penis 100x
H. KESIMPULAN PRAKTIKUM
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

REFERENSI
Alberts B, Bray D, Lewis J, Raff M, Roberts K, Watson J.D, 1994, Molecular Biology
of The Cell, 3rd Ed., Garland Publishing Inc, New York.
Fiore,M.S.H.di, 1996, Atlas Histologi Manusia, alih bahasa:Martoprawiro,dkk, ed.6,
EGC, Jakarta
Gartner, L.P., Hiatt,J.L., 2006, Color Atlas of Histology, 4th.ed, Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.C., Carneiro, J., 2003. Basic Histology Text and Atlas, 10th.ed, McGraw-
Hill Companies
Lodish, H., Baltimore,D., Berk, A., Zipurshy, SL., Matsudaira, P., Darnell, J., 1995,
Molecular Cell Biology, 3rd Ed., Scientific American Books, New York
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC. Jakarta.
Tortora, G.J., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th Ed.,
John Wiley & Sons Inc, USA

Anda mungkin juga menyukai