Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Anatomi

2.1.1 Ren (Ginjal)

A.Struktur Ginjal

Ginjal (ren, nephros) merupakan bagian dari systema urinarium yang terlatak di dalam
ruang retroperitoneum pada dinding belakang abdomen, di kedua sisi columna vertebralis.
Ginjal kanan dan kiri berbentuk seperti kacang dengan bagian atas terlindung oleh skeleton
thoracis.
Ginjal mempunyai facies anterior dan facies posterior, margo mediaalis dan margo
lateralis, serta polus superior dan polus inferior. Margo lateralis berbentuk cembung,
sedangkan margo medialis cekung pada daerah yang di sebut sinus renalis dengan
kedalaman sekitar dua setengah sentimeter.
Letak ginjal pada posisi berdiri, ginjal memanjang dari vertebrae lumbales pertama
sampai keempat, dengan letak ginjal kanan lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena
adanya hepar. Tinggi rendahnya letak ginjal berubah sesuai dengan respirasi dan
perubahan posisi tubuh.
Struktur ginjal mempunyai bungkus capsula fibrosa yang kuat yang mudah dilepas
pada ginjal yang normal. Capsula ini masuk ke dalam sinus renalis dan melanjutkan diri
pada dinding calices. Di sebelah luar capsula fibrosa didapatkan capsula adipose atau
perinephric fat yang lebih tipis pada bagian depan ginjal.
Di luar lapisan lemak terdapat jaringan extroperitoneal yang membentuk fascia renalis
yang membungkus ginjal dengan bagian bawah dan bagian medial yang terbuka. Fascia
renalis menutupi ren, capsula fibrosa dan glandula suprarenalis. Fascia ini melekat pada
peritoneum parietale, di sebelah atas melanjutkan diri menjadi satu dengan fascia
diaphragmatica. Bila ginjal di belah melalui bidang koronal menjadi bagian anterior dan
posterior, maka tampak parenkim ginjal dengan cortex renalis yang lebih pucat di bagian
luar dan medulla renalis yang lebih gelap dan dalam. Cortex renalis mengandung
corpusculum renale dan bagian tubulus colligentes. Medulla renalis terdiri dari pyramides
renales yang di sebut columna renalis (Bertin) atau septum renale.

1
B. Pembuluh darah

Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis yang dipercabangkan setinggi vertebrae
lumbales pertama atau kedua di sebelah bawah atau inferior terhadap percabangan arteri
mesenterica superior. Arteri sebelah kanan berjalan di belakang vena cava inferior. Setiap
arteri renalis akan bercabang menjadi lima buah arteria segmentalis di dekat hilum renale.
Berdasarkan distribusi arteri, terdapat lima segmen yang diurus oleh masing – masing
arteri segmentalis tersebut, yaitu segmentum apicalis, segmentum superius, segmentum
medius, segmentum inferius, dan segmentum posterius.
Vena renalis terdapat dalam sinus renalis. Vena renalis dextra kadang – kadang ada
dua buah, sedangkan vena renalis sinistra hanya sebuah. Vena renalis sinistra menerima
darah dari vena suprarenalis sinistra dan vena testicularis sinistra (laki – laki) atau vena
ovarica sinistra (perempuan). Pada daerah hilum renale, vena renalis terletak di sebelah
depan, ureter di belakang, dan arteri renalis terletak di antaranya.

2.1.2 Ureter

Ureter merupakan tabung yang dilalui urine yang berasal dari ginjal. Biasanya terbagi
dua, yaitu pars abdominalis yang terdapat dalam cavitas abdominis dan pars pelvica yang
terdapat dalam cavitas pelvis. Pada laki – laki, ureter disilang oleh ductus deferens di
sebelah medialnya, kemudian berjalan di depan bagian atas vesicula seminalis. Pada
perempuan, berjalan di dekat bagian belakang ovarium, kemudian berjalan di bawah
ligamentum latum bersama arteria uterina yang menyilang di atas dan di depannya.
Ureter bermuara pada vesica urinaria secara miring dan muaranya tampak sebagai
celah sempit pada dinding belakang vesica urinaria. Muara ureter atau ureterovesical
junction ini merupakan bagian yang paling sempit dari ureter.

2.1.3 Vesica Urinaria

Vesica urinaria (kandung kemih) mempunyai bentuk, ukuran, posisi, dan hubungan
dengan struktur sekitarnya yang sangat bervariasi. Variasi itu di pengaruhi oleh umur dan
isi urin di dalam vesica urinaria. Kandung kemih yang kosong untuk seorang dewasa
berbentuk agak bundar dan seluruhnya terletak dalam rongga pelvis. Pada perempuan
letaknya lebih rendah daripada laki – laki . bila terisi penuh, dinding atas vesica urinaria

2
akan naik ke dalam rongga abdomen dan dapat mencapai setinggi umbilicus. Ketika mulai
terisi urine, diameter transversa melebar, dan pada pengisian lebih lanjut diameter
longitudinal melebar. Diameter transversa dan diameter longitudinal menjadi sama setelah
vesica urinaria terisi penuh.
Struktur dari vesica urinaria :Mucosa ; membentuk lipatan - lipatan yang dinamakan
rugae vesicae Submukosa : terdiri dari jaringan ikat kendor dengan serabut - serabut elastis
kecuali pada trigonum lieutodi. Muscularis : terdiri dari jaringan otot polos dengan
jaringan ikat fibrous diantaranya.

2.1.4 Uretra

A. Urethra masculine (pria)

Merupakan saluran fibromusculer untuk jalan urin dari vesica urinaria keluar dan
pada pria ini juga untuk jalan secret dari vesica seminalis, glandula. Prostate dan
glandula bulbo uretralis. Perjalanan urethra terbagi atas:
- Pars portatica urethra
Merupakan bagian dari urethra yang melalui prostat. Bentuknya pyriformis,
dalam keadaan kosong dinding anterior dan posterior saling berdekatan.
Pada dinding posterior terdapat beberapa struktur : crista urethralis,
colliculus seminalis, utriculus prostaticus, hiatus ejaculatorius dan sinus
prostaticus.
- Pars membranacea urethra
Terletak ± 2 cm dorsal dari symphisis pubis. Pada bagian ini terletek m.
sphincter urethra externum.
- Pars cavernosa urethra
Letaknya di dalam corpus spongiosum penis, berjalan melalui bulbus,
corpus dan glans penis ( pars navicularis ) lumen urethra melebar pada
bulbus ( fossa intra bulbar ) dan pada gland ( fossa navicularis ).

B. Urethra Feminina ( wanita )

Struktur urethra terbagi menjadi 2(dua) bagian yaitu:


- Bagian dalam adalah: mucosa dimana terdapat lubang-lubang glandula.
Urethralis (lacuna urethalis), yang di bagian caudalnya terdapat ductus

3
paraurethralis (homolog dengan prostat), yang bermuara pada sisi kanan
dan kiri orificium urethrae externum
- Lapisan luar adalah muscularis,bagian cranial/proximal sirkuler (pada
collom vesi-cae),stratum longitudinalis dari vesica urineria ikut
memperkuat bagian ini.bagian tengah terdiri dari jaringan otot polos dan
bergaris yang berasal dari m.pubovaginalis. bagian distal tidak ada
jaringan ototnya.

2.2 Aspek Histologi

Sistem urinalis terdiri dari 2 buah ginjal, 2 buah ureter, sebuah kandung kemih
(vesica urinaria, dan sebuah urethra. Ginjal merupakan organ yang berfungsi menghasilkan
urin yang akan disalurkan ke kandung kemih melalui ureter, di kandung kemih urin akan
disimpan sementara dan akhirnya secara periodic akan dikeluarkan melalui urethra.

2.2.1 Ginjal ( Ren )

Ginjal mempunyai bentuk seperti kacang merah dengan panjang 10-12 cm dan
diameter 3,5-5 cm. Ginjal bungkus oleh simpai jaringan fibrosa yang tipis dan pada sisi
medial terdapat cekungan yang disebut hilus, sebagai tempat keluar masuknya pembuluh
darah dan keluarnya ureter. Ginjal dapat dianggap sebagai kelenjar tubulosa kompleks
yang mensekresi urin dan masing-masing ginjal mengandung sejumlah tubulus uniferus,
dan masing-masing tubulus terdiri dari nephron (unit funsional terkecil pada ginjal) dan
duktus koligens. Nephron terdiri atas Capsula Bowman dan glomerulus, tubulus contortus
proximal, tubulus contortus distal, serta Loop of Henle.

Secara makroskopis, ginjal terdiri dari cortex dan medulla, kemudian pada bagian
cortex dan medulla bila dilihat menggunakan mikroskop akan tampak struktur histologist
lainnya yang akan dibahas kemudian.
A. Cortex

Cortex adalah bagian ginjal yang terletak langsung di bawah capsula fibrosa. Pada
mata telanjang, cortek tampak berwarna kecoklatan. Pada cortex tampak bentukan bulat
kecil (granula) yang disebabkan karena adanya renal corpuscle (glomerulus dan Capsula

4
Bowman). Secara mikroskopis, pada ginjal kita dapat melihat bentukan-bentukan sebagi
berikut:

1. Capsula Bowman
Capsula Bowman merupakan bagian pertama nephron yang berbentuk
mangkok yang melebar dan buntu serta memiliki dinding rangkap yang terdiri dari
lapisan parietal dan lapisan visceral.
Lapisan parietal Capsula Bowman tersusun dari epitel selapis pipih dengan
inti agak menonjol ke rongga capsula. Pada bagian polus urinary, sel epitel selapis
pipih akan bertambah tinggi untuk berhubungan dengan epitel silindris rendah yang
melapisi dinding tubulus contortus proximal. Organel sitoplasma pada lapisan
parietal ini kurang berkembang.
Pada lapisan visceral Capsula Bowman, epitelnya melekat erat pada kapiler
glomerulus dengan inti sel epitel pada sisi lamina basalis capsula. Lapisan visceral
ini terdiri dari sel podocyte yang berbentuk bintang dan bila dilihat dengan
mikroskop electron, sel podocyte memiliki inti yang tidak teratur dengan lipatan-
lipatan ke dalam. Badan sel podocyte memiliki tonjolan utama yang disebut
prossesus major yang kemudian akan meluas menjadi prossesus sekunder yang
kecil atau disebut juga pedikel. Pedikel podocyte melekat pada permukaan luar
lamina basalis kapiler glomerulus. Pedikel yang berdekatan saling berselang-seling
dalam susunan yang rumit dengan sistem celah yang disebut celah filtrasi atau
filtratiton slit atau slit pores.
2. Glomerulus
Glomerulus adalah suatu bentukan yang terdapat dalam Capsula Bowman
yang tersusun atas massa kapiler yang tergelung dengan sebuah arteriol afferens
memasuki glomerulus dan sebuah arteriol efferens keluar dari glomerulus.
Glomerulus bersama dengan Capsula Bowman disebut renal corpuscle atau badan
malphigi.
Areriol afferens yang memasuki glomerulus akan bercabang dan berlanjut
menjadi kapiler, sekelompok kapiler yang merupakan cabang dari arteriol afferens
disebut lobulus glomerulus. Kelompok kapiler pada glomerulus dikelilingi oleh
epitel parietal yang terdiri dari sel podocyte.

5
Di antara kapiler glomerulus terdapat mesangial sel yang berbentuk seperti
bintang dan memiliki cabang sitoplasma yang terkadang meluas di antara endotel
dan lamina basal.
Sel mesangial bersifat phagocytosis dan berfungsi untuk menyokong
kapiler, menyingkirkan protein besar dari lamina basalis kapiler, mengurangi aliran
darah dalam kapiler glomerulus, dan akan bermitosis untuk berproliferasi pada
beberapa penyakit ginjal.
3. Tubulus Contortus Proximalis
Merupakan saluran berkelok-kelok yang menuju permukaan dinjal,
kemudian berbalik masuk ke berkas medulla dan melanjutkan diri sebagai Henle
tebal ascending menuju medulla. Tubulus contortus proximal merupak bagian dari
nephron yang yang terpanjang dan terlebar.
Pada pangkal tubulus contortus proximal, terdapat bagian yang sempit yang
disebut neck, pada bagian ini terdapat peralihan epitel pipih pada Capsula Bowman
menjadi epitel silindris rendah. Sel-sel tubulus contortus proximal bersifat
eosinofilik dan memiliki brush border. Inti sel pada tubulus contortus proximal
besar, bulat dan terletak di tengah. Batas-batas sel tidak jelas karena sistem
interdigitasi yang rumit dari membrane plasma.
Brush border dari sel tubulus contortus proximal terdiri atas mikrovilus
yang panjang dan sangat padat dengan glikokaliks ekstrasel yang positif terhadap
fosfatase alkali dan tempat terdapatnya adenosine trifosfat-ase (ATP-ase). Brush
border juga tempat untuk absorbs glukosa dan asam amino.
4. Tubulus Contortus Distalis
Saluran ini terdapat di dalam cortex kemudian dimulai dari macula densa
dan berakhir di dekat berkas medulla kemudian masuk ke ductus colligentes.
Tubulus contortus distal terdiri dari epitel selapis kubis dengan inti sel yang
banyak, tetapi tidak terdapat brush border dan sitoplasmanya pucat.
5. Macula Densa
Macula densa merupakan daerah pertemuan antara Ansa Henle ascending
dengan tubulus contortus proximal.

6
Terdapat beberapa struktur yang berdekatan dengan macula densa, yaitu
arteriol afferens dan arteriol efferens, juxta-glomerular cell (J.G. cell) yang
menghasikan enzim renin, serta lacis cell yang menghasilkan erithropietin.
6. Urinary Pole
7. Vascular Pole
8. Arteri Interlobularis

B. Medulla

1. Loop Of Henle atau Ansa Henle

Loop of Henle terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Henle Tebal Descending


Henle tebal descending merupakan bagian dari tubulus contortus pars rekta
Sel-sel pada Henle tebal descending mirirp dengan sel pada tubublus contortus
proximal, tetapi pada bagian ini sel-selnya lebih rendah dan sedikit mikrovilus.
b. Henle Tipis
Henle tipis terdiri dari Henle tipis dari short-nephron dan Henle tipis dari
long-nephron. Pada Henle tipis, epitelnya berupa epitel selapis pipih dan pada
Henle tipis terdapa sedikit mikrovilus.
c. Henle Tebal Ascending
Merupakan peralihan dari Henle tipis. Pada Henle tebal ascending epitelnya
berubah dari epitel selapis pipih menjadi epitel selapis kubis dengan sedikit
mikrovilus apical ang pendek, tetapi tidak memiliki brush border.

2. Ductus Colligentes

3. Arteri Interlobaris

C. Klasifikasi Nephron

D. Sirkulasi Ginjal

2.2.2 Pelvis dan Ureter

7
Telah disinggung tadi bahwa ujung atas ureter yang melebar ( pelvis ) terletak
dalam hilus ginjal dan terbelah menjadi kaliks mayor dan minor, setiap kaliks minor
melingkupi papilla medulla. Dinding pelvis lebih tipis dari dinding ureter, dan memang
ketebalan dari dinding ini bertambah sejak dari awal sampai bagian akhir saluran keluar
ini. Panjang ureter kurang lebih 20 – 30 cm, terletak pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum, dan berakhir dengan menembus dinding kandung kemih secara
serong.

Pada dinding nya terdapat tiga lapisan yaitu:

1. Mukosa
Pada pelvis dan ureter, mukosa pembatas terdiri atas epitel transisional yang
disokong lamina propria.Epitel terdiri atas dua sampai tiga lapis sel pada bagian
pelvis dan empat sampai lima lapis sel pada ureter. Sel ini bervariasi bentuk dari
kuboid sampai gepeng ( bila organ dalam keadaan diregangkan ), dan
permukaanya tidak teratur disertai indentasi ( lekukan ) dan vesikel fusiform
dalam sitoplasma apical.
Epitel terletak diatas lamina basal tipis, dan lamina propria merupakan jaringan
fibrosa yang relative padat dengan banyak serat elastin. Pada lamina propria
tidak terdapat kelenjar. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk
bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang, lipatan ini
terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastic, dan
muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter di regangkan.
2. Muskularis
Muskularisnya tebal dan terdiri atas berkas sel otot olos yang dipisahkan
berkas-berkas jaringan ikat. Otot polos ini disusun dalam, lapis dalam yang
longitudinal dan lapis luar yang sirkular. Lapisan ini tidak berbatas jelas, pada
bagian bawah ureter terdapat lapis ketiga, yaitu lapis serong atau longitudinal
luar. Pada bagian bawah ureter, tidak lagi terdapat otot polos melingkar, tetapi
kedua lapis otot memanjang, yang sekarang tidak dipisahkan oleh lapis sirkular,
cukup bercolok dan berlanjut sampai muara ureter. Pengaliran balik kemih dari
kandung kemih kembali ke ureter dicegah oleh adanya penutup membrane
mukosa kandung kemih dan oleh penggembungan dari dalam kandung kemih.

8
3. Adventisia
Sebelah luar muskularis terdapat lapisan jaringan ikat fibro- elatis. Pada
pelvis jaringan ini berbaur dengan simpai ginjal dan menyatu dengan jaringan
ikat dinding posterior abdomen sepanjang ureter. Permukaan anterior pelvis dan
ureter ditutupi secara longgar oleh peritoneum.

2.2.3 Kandung Kemih ( Vesica Urinaria )

Penampilan irisan kandung kemih mirip ureter. Epitel transisionalnya lebih tebal
terdiri atas enam sampai delapan lapis sel pada kandung kemih kosong, dan hanya
setebal dua sampai tiga lapis pada kandung kemih terisih penuh. Di bawah epitel
terdapat muskularis mukosa yang tidak utuh yang dibentuk oleh serat-serat otot kecil
yang tidak beraturan, dengan banyak serat saraf. Lamina proprianya tebal dengan
lapisan luar yang longgar, kadang disebut submukosa, yang memungkinkan mukosa ini
berlipat pada kandung kemih kosong.muskularis sedang saja dan terdiri atas lapisan
sirkular tengah yang paling mencolok dan membentuk spinter tebal sekitar muara uretra
dalam dan tidak begitu tebal sekitar muara ureter. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan
fibroelastis, hanya permukaan superior kandung kemih saja yang ditutupi peritoneum
secara longgar.

2.2.4 Urethra

A. Uretra Pria

Panjang uretra pria antara 15-20 cm untuk keperluan deskriptis dibagi dalam tiga
bagian :

a. Pars Prostatika,
b. Pars membranasea
c. Pars kavernosa atau pars spongiosa

Epitel pembatas uretra pars prostatika ialah transisional tetapi pada bagian lain
berubah menjadi epitel berlapis atau epitel bertingkat silindris dengan bercak-bercak
epitel berlapis gepeng. Terdapat sedikit sel goblet penghasil mucous. Dibawah epitel
terdapat lamina propria terdiri atas jaringan fibroelastis longgar. Membrane mukosa
tidak beraturan, dengan lekukan atau sumur kecil-kecil yang meluas kedalam

9
membentuk kelenjar tubular (Littre) yang bercabang. Kelenjar ini dibatasi epitel
serupa dengan yang membatasi uretra dan menghasilkan mucous.

B. Uretra Wanita

Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada yang terdapat pada pria, karena ada
4cm panjang, lapisan muskularisnya.muskularis terdiri atas dua lapisan otot polos
tersusun serupa dengan yang ada pada ureter, tetapi diperkuat spingter otot rangka
pada muaranya. Epitel pembatasnya terutama berlapis gepeng, dengan bercak-bercak
epitel bertingkat atau berlapis silindris. Juga terdapat penonjolan berupa kelenjar Littre
seperti pada pria. Lamina proprianya ialah jaringan ikat fibrosa longgar yang ditandai
banyaknya sinus venosus mirip jaringan kavenosa.

2.4 Aspek Fisiologi


Sistem kemih terdiri dari organ ginjal dan struktur-struktur yang membawa urin
dari ginjal ke luar untuk diekskresikan dari tubuh. Ginjal adalah sepasang organ
berbentuk kacang yan terletak di belakang rongga abdomen. Setiap ginjal mendapat
satu arteri renalis dan satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal.
Ginjal bekerja untuk membentuk urin, menghemat bahan-bahan yang akan
dipertahankan di dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diinginkan
melalui urin.
Setelah terbentuk, urin akan disalurkan ke dalam ureter. Kemudian urin akan
ditampung secara temporer di dalam kandung kemih. Secara periodik, urin
dikosongkan dari kandung kemih ke luar melalui saluran lain, uretra, akibat kontraksi
kandung kemih.

2.4.1 Nefron
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopis yang dikenal
sebagai nefron yang disatukan oleh jaringan ikat. Susunan nefron di dalam ginjal
adalah sedemikian rupa sehingga dihasilkan dua regio berbeda yang disebut korteks
ginjal (tampak granular dan terletak pada regio dalam) dan medula ginjal (tersusun
oleh segitiga-segitiga bergaris, piramid ginjal).

10
Kompinen vaskular dari glomerulus, arteriol aferen, arteriol eferen, dam kapiler
peritubulus. Bagian dominan komponen vaskular nefron adalah glomerulus yang
merupakan tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah melewatinya.
Ketika masuk ke ginjal, arteri renalis bercabang-cabang hingga akhirnya
membentuk banyak pembuluh darah halus yang dikenal sebagai arteriol aferen.
Setiap nefron mendapat satu arteriol aferen ini. Arteriol aferen mengalirkan darah
ke glomerulus. Kapiler-kapiler glomerulus kembali menyatu untuk membentuk
arteriol lain, yaitu arteriol eferen, yang dilalui darah tidak terfiltrasi untuk
meninggalkan glomerulus menuju komponen tubular. Arteriol eferen adalah satu-
satunya pembuluh darah yang mengalirkan darah dari kapiler.
Arteriol eferen segera bercabang-cabang menjadi set kapiler kedua, yaitu kapiler
peritubulus, yang memasok darah ke jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran
antara sistem tubulus dan darah sewaktu perubahan cairan filtrasi menjadi urin.
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga berisi cairan yang
dibentuk oleh satu lapisan sel epitel. Komponen tubulus berawal dari kapsul
Bowman. Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus
proximal, yang seluruhnya terletak di dalam korteks dan membentuk gulungan-
gulungan rapat. Segmen berikutnya adalah lengkung Henle, membentuk lengkung
berbentuk U yang masuk ke dalam medula ginjal. Pars descendens lengkung Henle
masuk dari korteks ke dalam medula. Pars ascendens berjalan balik ke korteks.
Nefron terbagi menjadi dua jenis, yaitu nefron korteks dan nefron jukstamedula.
Semua nefron berasal dari korteks, tetapi pada glomerulus pada nefron korteks
terletak di lapisan luar korteks, sedangkan glomerulus pada nefron jukstamedula
terletak di lapisan dalam korteks, di samping medula. Kedua tipe nefron ini paling
berbeda di bagian lengkung Henle. Lengkung tajam di nefron-nefron korteks hanya
sedikit masuk ke medula. Sebaliknya, lengkung nefron jukstamedula masuk ke
seluruh medula. Sekitar 80% dari nefron pada manusia adalah tipe korteks.

2.4.2 Filtrasi Glomerulus


Filtrasi glomerulus merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin.
Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein tersaring ke
dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal, 20% plasma akan tersaring masuk.

11
Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus melewati
tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus :

1. Dinding kapiler glomerulus,


2. Membran basal, dan
3. Lapisan dalam kapsul Bowman

Dinding kapiler glomerulus terdiri dari satu lapis sel endotel gepeng. Lapisan ini
memilki banyak pori besar yang menyebabkannya 100 kali lebih permeabel
terhadap H2O dan zat terlarut daripada kapiler di bagian tubuh lainnya.
Membran basal adalah lapisan gelatinosa aselular yang terbentuk dari kolagen
dan glikoprotein yang tersisip di antara glomerulus dan kapsul Bowman.
Lapisan dalam kapsul Bowman terdiri dari sel podosit yang mengelilingi
glomerulus. Setiap sel podosit memiliki banyak foot process yang memanjang dan
saling menjalin dengan foot process sekitar. Celah sempit di antara foot process
yang berdampingan, yang dikenal sebagai celah filtrasi, membentuk jalur tempat
cairan meninggalkan kapiler glomerulus menuju lumen kapsul Bowman.

2.4.3 Reabsorbsi Tubulus


Reabsorbsi tubulus adalah suatu proses yang sangat selektif. Secara umum,
tubulus memiliki kapasitas yang besar untuk bahan-bahan yang dibutuhkan oleh
tubuh dan kecil atau tidak ada untuk bahan-bahan yang tidak bermanfaat.
Untuk dapat direabsobsi, suatu bahan harus melewati lima sawar terpisah, yaitu:

1. Bahan harus meninggalkan cairan tubulus dengan melewati membran luminal


sel tubulus.
2. Bahan harus melewati sitosol dari satu sisi sel tubulus ke sisi lainnya.
3. Bahan harus melewati membran basolateral sel tubulus untuk masuk ke cairan
interstisium.
4. Bahan harus berdifusi melalui cairan interstisium.
5. Bahan harus menembus dinding kapiler untuk msuk ke plasma darah.

Bahan yang secara aktif diabsobsi bersifat penting bagi tubuh, misalnya glukosa,
asam amino, Cl-, Na+, dan H2O.

12
1. Natrium direabsobsi di sepanjang tubulus kecuali di pars descendens lengkung
Henle. Tahap aktif dalam reabsorbsi Na+, melibatkan pembawa Na+-K+ ATPase
yang memerlukan energi. Dari Na+ yang difiltrasi, 99,5% secara normal
direabsorbsi. Dari Na+ yang direabsorbsi, sekitar 67% direabsorbsi di tubulus
proximal, 25% di lengkung Henle, dan 8% di tubulus distal dan koligentes.
2. Glukosa dan asam amino dipindahkan oleh transpor aktif sekunder. Pada
proses ini, pembawa kotranspor khusus yang hanya terdapat di tubulus
proximal secara stimultan memindahkan Na+ dan molekul organik lainnya dari
lumen ke dalam sel. Gradien konsentrasi Na+ dipertahankan oleh pompa Na+-
K+ ATPase yang menjalankan pembawa kotranspor ini dan menarik Na+ ke
dalam sel dan diikuti oleh difusi dari molekul organik lainnya seperti glukosa.
3. Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorbsi secara pasif menuruni gradien
listrik yang tercipta karena ion natrium bermatan positif.
4. Air direabsorbsi secara pasif diseluruh panjang tubulus karena H2O secara
osmotis mengikuti Na+ yang direansorbsi secara aktif.

2.4.4 Sekresi Tubulus


Sekresi tubulus juga melibatkan transpor transepitel, tetapi langkah-langkahnya
terbalik. Bahan-bahan terpenting yang disekresikan oleh tubulus adalah H +, K+,
serta anion dan kation organik.

1. Sekresi H+ ginjal sangat penting dalam mengatur keseimbanagn asam-basa di


tubuh. Ion hidrogen dapat disekresikan oleh tubulus proximal, distal, atau
koligentes, dengan tingkat sekresi H+ bergantung pada keasaman cairan tubuh.
2. Ion kalium secara selektif berpindah dalam arah berlawanan di berbagai bagian
tubulus. Ion ini secara aktif direabsorbsi di tubulus proximal dan secara aktif
disekresikan di tubulus distal dan tubulus koligentes.
3. Sekresi ion organik tubulus proximal berperan kunci dalam eliminasi banyak
senyawa asing dari tubuh. Sistem-sistem ini mengeluarkan berbagai ion
organik dalam jumlah besar, baik yang diproduksi secara endogen maupun ion
organik asing berupa obat-obatan.

2.4.5 Fungsi-Fungsi Hormon

13
Sistem hormon terpenting yang terlibat dalam regulasi Na + adalah sistem renin-
angiostensin-aldosteron. Sel aparatus jukstaglomerulus akan mengeluarkan hormon
renin sebagai respons terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah.
Setelah dikeluarkan ke dalam darah, renin bekerja sebagai enzim untuk
mengaktifkan angiostensinogen menjadi angiostensin I. Angiostensinogen adalah
suatu protein plasma yang disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma. Ketika
melewati paru melalui sirkulasi paru, angiostensin I diubah menjadi angiostensin II
oleh angiostensin-converting enzyme (ACE), yang banyak terdapat di kapiler paru.
Angiostensin II adalah perangsang utama sekresi hormon aldosteron dari korteks
adrenal.
Aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorbsi Na+ oleh tubulus distal dan
koligentes dengan cara meningkatkan pembawa Na+-K+ ATPase ke dalam membran
sel tubulus distal dan koligentes.

2.4.6 Refleks Berkemih


Miksi atau berkemih, diatur oleh dua mekanisme, yaitu: refleks berkemih dan
kontrol volunter. Refleks berkemih terpicu ketika reseptor regang di dalam dinding
kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung
hingga 250 ml sampai 400 ml sebelum tegangan di dindingnya mulai meningkat
dan mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar tegangan melebihi ukuran ini,
semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat-serat aferen dari reseptor regang
membawa impuls ke medula spinalis dan akhirnya merangsang saraf parasimpatis
untuk kandung kemih dan menghambat neuron motorik ke sfingter eksternus.
Tetapi refleks berkemih dapat diatur dengan mengkontraksi sfingter eksternus
dan diafragma pelvis. Impuls eksitatorik volunter dari korteks serebri mengalahkan
sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron-neuron motorik yang
terlibat sehingga otot-otot ini tetap berkontraksi dan tidak ada urin yang keluar.

2.5 Aspek Integratif


2.5.1 Hipertonisitas

14
Hipertonisitas CES, kelebihan konsentrasi zat terlarut di CES, biasanya
berkaitan dengan dehidrasi. Dehidrasi disertai hipertonisitas dapat ditimbulkan
melalui tiga ciri utama:

1. Insufisiensi pemasukan H2O.


2. Pengeluaran H2O yang berlebihan, seperti yang dapat terjadi pada berkeringat,
muntah, atau diare berlebihan (meskipun baik H2O maupun zat terlarut keluar
selama keadaan ini namun H2O relatif lebih banyak keluar sehingga zat
terlarut yang tertinggal menjadi lebih pekat).
3. Diabetes insipidus

Jika kompartemen CES menjadi hipertonik maka H2O berpindah keluar sel
melalui osmosis ke dalam CES yang lebih pekat sampai osmolaritas CIS sama
dengan CES. Karena H2O keluar maka sel menciut. Yang mengkhawatirkan adalah
penciutan bermakna neuron-neuron otak dapat mengganggu fingsi otak, yang dapat
bermanifestasi sebagai kekacauan mental dan irasionalitas pada kasus sedang dan
kemungkinan kejang, koma bahkan dapat menyebabkan kematian pada kondisi
hipertonik yang lebih parah.

2.5.2 Mekanisme Dasar Diare


Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi pe
3. Gangguan motilitas usus

BAB III
PEMBAHASAN

15
3.1 Hubungan Suhu dengan Pengeluaran keringat
3.2 Mekanisme Diare Dapat Terjadi
3.3 Volume Urin yang Sedikit dan Berwarna Kuning Pekat
Volume urin yang sedikit dan berwarna kuning pekat merupakan kompensasi tubuh
terhadap hipertonisitas atau dehidrasi yang dialami tubuh ketika tubuh kekurangan
cairan. Hal ini bertujuan untuk menghemat menggunaan air dalam tubuh dalam
mempertahankan volume CES. Volume CES diatur oleh hormon vasopresin dan
aldosteron. Vasopresin yang telah disekresikan di dalam aliran darah akan segera
berikatan dengan reseptornnya yang terdapat pada membran basolateral sel tubulus
distal dan koligentes. Pengikatan ini mengaktifkan sistem pembawa pesan kedua AMP
siklik di dalam sel. AMP siklik meningkatkan permeabilitas membran luminal
terhadap H2O dengan mendorong insersi saluran-saluran air di membran ini. Oleh
karena itu H2O lebih banyak dapat direabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
Sedangkan hormon aldosteron berfungsi meningkatkan reabsorbsi Na+ di tubulus
distal dan koligentes dengan cara menambah pembawa Na+-K+ATPase ke dalam
membran basolateral sel tubulus distal dan koligentes. Reabsorbsi Na + tersebut
menjadikan air dapat direabsorbsi decara pasif dengan mengikuti gradien osmolaritas.
Ketika banyak H2O yang direabsorbsi dari tubulus ginjal, zat terlarut (urea dan zat
buangan lainnya) akan tetap tertinggal di dalam tubulus ginjal dan akan terus terbawa
bersama urin. Hal inilah yang menyebabkan volume urin sedikit dan berwarna kuning
pekat.
3.4 Diare yang Berkepanjangan Dapat Mengakibatkan Kematian
3.5 Pentingnya Pemberian Oralit Ketika Sedang Dehidrasi

16

Anda mungkin juga menyukai