BAB I
LATAR BELAKANG
Makanan yang kita makan harus diubah terlebih dahulu menjadi benda cair agar
dapat diserap (diabsorpsi). Zat makanan tersebut mengalami perubahan kimiawi dan
fisik sepanjang saluran pencernaan. Zat makanan merupakan sumber energi dari sel
yang membentuk adenosin trifosfat (ATP) untuk melaksanakan berbagai kegiatan
dalam tubuh, untuk mempertahankan suhu tubuh, dan energi untuk bergerak dan
bekerja.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1Definisi
• digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil
sehingga absorpsi dapat berlangsung.
• egesti (defekasi) adalah proses eleminasi zat – zat sisa yang tidak tercerna, juga
bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.
• Menerima makanan
• memecah makanan menjadi zat- zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan).
• Oris (mulut)
• Faring (tekak)
• Esofagus (kerongkongan)
• Yeyenum
• Ileum
• Sekum
• Kolon asendens
• Kolon transversum
• Kolon desendens
• Kolon sigmoid
• Rektum
• Anus
Mulut (Oris)
Mulut (oris) merupakan rongga permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas
dua bagian:
• Bagian dalam (rongga mulut) adalah rongga pada mulut yang sisi- sisinya
di batasi oleh tulang maksilaris dan semua gigi, di atas ada palatum serta
di sisi kiri kanan mandibularis. Lidah terletak di bawah dan di belakang
dibatasi faring.
Gigi mempunyai fungsi:
• Gigi taring (dens kaninus) untuk memutuskan makanan yang keras dan
liat.
Lidah terdiri atas otot serta melintang dan dilapisi selaput lendir. Otot lidah
dapat bekerja atau di gerakkan ke segala arah. Struktur lidah terbagi menjadi 3
bagian:
Organ ini merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan saluran
makanan yang dinamakan esofagus (kerongkongan). Dalam lengkung faring ini
terdapat tonsil. Tonsil ini merupakan kumpulan kelenjar limfe yang banyak
mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap masuknya kuman ke
dalam tubuh (infeksi).
Esofagus (Kerongkongan)
• Lapisan submukosa
Gaster (Lambung)
Ventrikulum atau maag atau lambung atau gaster merupakan saluran makanan
yang paling dapat mengembang lebih besar terutama pada epigastrium.
Bagian gaster atau ventrikulum ini terdiri atas:
Salah satu bagian organ sistem pencernaan yang paling panjang, kurang lebih 6
meter. Merupakan saluran yang dimulai dari pilorus sampai dengan sekum.
Sebagai tempat proses pencernaan selanjutnya dan terjadinya absorpsi hasil
pencernaan. Intestinum minor (usus halus) terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
Duodenum
Duodenum (usus 12 jari) adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25
cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya melingkari kepala pankreas. Pada
jarak 10 cm dari pilorus, di duodenum terdapat papila vateri. Papila vateri ini
merupakan tempat duktus bermuaranya duktus kelodokus dan saluran pankreas
(duktus pankreatikus atau Wirsung) berbentuk menonjol ke dalam lumen
duodenum.
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang kira- kira 6 meter dan terdiri atas:
Batas sambungan antara yeyenum dam ileum tidak tegas. Sedangkan ujung
bawah ileum berhubungan dengan sekum dengan perantara lubang yang
dinamakan orifisium ileoseikalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileoseikalis
dan dilengkapi dengan katup valvula seikalis atau disebut juga valvula baukini.
Fungsi valvula ini adalah mencegah cairan atau isi kolon asendens tidak kembali
ke ileum.
Usus halus ini mempunyai fungsi mencerna makanan dan mengabsorpsi khime
yang berasal dari lambung melalui pembuluh darah kapiler. Perlu diketahui isi
duodenum ialah alkali.
Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti
insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar
yaitu:
• Asini menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa
fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma,
dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam
pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai
dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan
pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke
dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya
masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-
pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir
yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk
proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10
cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan
karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan
dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
Organ tubuh berupa usus besar ini di sebut juga kolon. Panjangnya mencapai
kira- kira 150 cm dan lebarnya 5-6 cm yang dimulai di papilla ilialis. Fungsi usus
besar atau kolon ini adalah:
• Sekum
• Kolon asendens
• Kolon transversum
• Kolon desendens
• Kolon sigmoid
• Rektum
• Anus
Sekum
Sekum (caecum) adalah bermuaranya sisa makanan yang telah diserap usus
halus melalui valvula baukini. Terletak di abdomen sebelah kanan bawah dan
dibawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut umbai cacing dengan panjangnya ± 6 cm. Dalam pemeriksaan
kolonoskopi harus mencapai sekum, hal ini sebagai data objektif bahwa
pemeriksaan telah dilakukan mulai dari anus, rektum, sigmoid, kolon desendens,
kolon transversum, kolon asendens, sampai dengan sekum.
Kolon Asendens
Bagian kolon ini terdapat di abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari
ileum menuju ke bawah hepar dan melengkung ke arah kiri menuju kolon
transversum. Lengkungan ini biasa disebut fleksura hepatika. Panjang kolon ini
dapat mencapai 13 cm.
Kolon Transversum
Bagian kolon ini membujur dari abdomen setelah kanan kolon asendens ke
abdomen sebelah kiri kolon deesndens di bawah hepar dan lambung. Ataw
sebelah kanan terdapat fleksura lienalis. Panjangnya dapat mencapai ± 38 cm
dan bentuk limen kolon transversum ini khas membentuk segitiga.
Kolon Desendens
Kolon Sigmoid
Kolon ini merupakan kelanjutan dari kolon desendens, terletak miring di dalam
abdomen bawah tepatnya pelvis sebelah kiri membentuk huruf “S” dan ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
Rektum
Anus
Anus adalah saluran pencernaan makanan yang paling akhir serta yang
menghubungkan intestinum mayor (usus besar atau kolon) dengan dunia luar.
Letaknya di abdomen bawah bagian tengah di dasar pelvis setelah rektum.
2.1.3 Epidemiologi
Insidens anoreksia nervosa (AN) dan bulimia nervosa (BN) meningkat pada 2 dekade
terakhir. Diperkirakan 1 dari 100 wanita berumur 16 – 18 tahun mengalami AN, 25 %
terjadi pada umur kurang dari 13 tahun.
2.1.4 Etiologi
Seperti dalam berbagai psikopatologi lain, satu faktor tunggal tidak mungkin menjadi
gangguan makan. Beberapa bidang penelitian dewasa ini genetik, epigenetika, peran
otak, psikologi, tekanan sosiokultural untuk menjadi langsing, kepribadian, peran
keluarga, dan peran stres lingkungan menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi bila
beberapa faktor yang berpengaruh terjadi dalam kehidupan seseorang.
Biologis
• Genetik: Anoreksia nervosa dan bulimia nervosa dapat terjadi dalam satu
keluarga. Kerabat tingkat pertama dari perempuan muda yang menderita
anoreksia
nervosa memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar di banding rata- rata
untuk menderita gangguan tersebut (a.l, Strober dkk, 2000). Hasil yang sama
juga di temukan terkait bulumia nervosa, dimana kerabat yang pertama dari
perempuan yang menderita bulumia nervosa memiliki kemungkinan sekitar
empat kali lebih besar dibanding rata- rata untuk menderita gangguan tersebut
(a.l, Kasset dkk, 1987; Strober dkk, 2000). Meskipun gangguan makan cukup
jarang terjadi pada kaum laki- laki, suatu studi baru- baru ini menemukan bahwa
kerabat tingkat pertama dari laki- laki yang menderita anoreksia nervosa
memiliki resiko yang besar untuk menderita anoreksia nervosa (meskipun
bukan bulimia) dibanding kerabat laki- laki yang tidak menderita anoreksia
(Strober dkk, 2001). Terakhir kerabat pasien yang menderita gangguan makan
memiliki kemungkinan lebih besar dibanding rata- rata untuk mengalami
simton- simton gangguan makan yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk
menegakkan diagnosis (Lilenfeld ddk, 1998; Strober ddk, 2000).
Studi terhadap orang kembar terkait gangguan makan juga menunjukkan
pengaruh genetik. Sebagian besar studi mengenai anoreksia dan bulimia
mununjukkan tingkat kesesuian yang lebih tinggi dan gen memiliki pengaruh
yang lebih besar pada orang- orang kembar yang menderita gangguan makan
dibandingkan dengan faktor- faktor lingkungan (Wake dkk, 2000). Penelitin juga
menunjukkan bahwa ciri- ciri penting gangguan makan, seperti ketidakpuasan
atas bentuk tubuh, keinginan yang kuat untuk menjadi langsing, makan
berlebihan, preokupasi dengan berat bedan. Bukti- bukti ini menunjukkan bahwa
faktor- faktor genetik yang umum dapat berperan dalam hubungan antara
karakteristik kepribadian tertentu, seperti emosional negatif dan gangguan
makan.
• Epigenetika: Mekanisme epigenetik adalah sarana yang mutasi genetik
disebabkan oleh efek lingkungan yang mengubah ekspresi gen melalui metode
seperti metilasi DNA, ini adalah independen dan tidak mengubah urutan DNA
yang mendasarinya. Mereka diwariskan, tetapi juga dapat terjadi selama
kehidupan, dan berpotensi reversibel. Disregulasi neurotransmisi dopaminergik
karena mekanisme epigenetik telah terlibat dalam berbagai disoders makan.
• Gangguan Makan dan Otak: Hipotalamus dalah pusat otak yang penting dalam
pengaturan rasa lapar dan makan. Penelitian pada hewan yang mengalami lesi
pada lateral hipotalamusnya mengindikasikan bahwa mereka mengalami
penurunan berat badan dan tidak memiliki selera makan (Hoebel & Teitelbaum,
1966). Dengan demikian, tidak mengherankan bila hipotalamus dianggap
berperan dalam anoreksia.
• Biokimia: Perilaku Makan adalah suatu proses yang kompleks dikendalikan oleh
sistem neuroendokrin dimana Hipotalamus-hipofisis-adrenal-sumbu (HPA axis)
merupakan komponen utama. Disregulasi dari sumbu HPA-telah dikaitkan
dengan gangguan makan, seperti penyimpangan dalam jumlah, pembuatan atau
transmisi neurotransmitter tertentu, hormon atau asam amino
neuropeptidesand seperti homosistein, peningkatan kadar yang ditemukan di
AN dan BN serta depresi .
• leptin dan ghrelin, leptin adalah hormon yang diproduksi terutama oleh sel-
sel lemak dalam tubuh itu memiliki efek penghambatan pada nafsu makan
dengan menginduksi perasaan. Ghrelin adalah merangsang nafsu makan
hormon yang diproduksi di perut dan bagian atas dari usus kecil. Tingkat
sirkulasi dari kedua hormon merupakan faktor penting dalam mengontrol
berat badan. Sementara sering dikaitkan dengan obesitas dan efek kedua
hormon masing-masing telah terlibat dalam patofisiologi anoreksia nervosa
dan bulimia nervosa.
• Lesi: studi telah menunjukkan bahwa lesi pada lobus frontal kanan atau
lobus temporal dapat menyebabkan gejala-gejala patologis gangguan makan
Psikologis
Observasi klinis menunjukkan bahwa banyak perempuan muda yang mengalami
gangguan makan mengalami penurunan dalam hal kontrol pribadi dan keyakinan
terhadap kemampuan dan telenta sendiri. Hal ini dapat manifes sebagai self-
esteem yang sangat rendah. Mereka juga memperlihatkan sikap perfeksionis, yang
mungkin di pelajari dari keluarganya. Sikap ini mungkin merefleksikan usaha
untuk mengontrol kejadian- kejadian penting dalam hidupnya. Tetapi,
perfeksionisme itu sendiri memiliki hubungan yang lemah dengan perkembangan
suatu gangguan makan, karena indivindu pertama- tama harus mengangap dirinya
sendiri kegemukan dan memanifestasikan self- esteem yang rendah sebelum ciri
sifat perfeksionisme memberikan kontribusinya. Tetapi bila perfeksionisme
diarahkan ke persepsi yang terdistorsi mengenai citra tubuh, maka sebuah mesin
berkekuatan tinggi untuk mendorong perilaku gangguan makan pun siap bekerja
(Shafran, Cooper, dan Fairburn, 2002). Perempuan yang mengalami gangguan
makan terokupasi secara intens dengan bagaimana penampilan mereka di
hadapan mereka di hadapan orang lain (Fairburn, dan kawan- kawan, 2003).
Mereka juga mempersepsi dirinya sendiri sebagai seorang penipu, mengingat
semua kesan yang mereka buat, bahwa mereka adekuat, mampu mencukupi
dirinya sendiri, atau cukup berharga adalah palsu belaka. Dalam hal ini mereka
merasa bahwa dirinya ibarat penipu di dalam kelompok sosial yang tinggi. Para
perempuan penderita bulimia menilai tubuh mereka makan sebatang permen dan
minum sebotol minuman ringan. Sementara penilaian para perempuan
dikelompok kontrol tidak terpengaruh oleh kudapan yang mereka makan. Jadi,
hal- hal ringan yang terkait dengan makan dapat mengaktifkan ketakutan bahwa
berat badan akan naik.
Pengaruh Sosiokultural
Ada penekanan budaya pada ketipisan yang terutama meresap dalam masyarakat
Barat. Ada stereotipe yang tidak realistis tentang apa yang merupakan keindahan
dan tipe tubuh yang ideal seperti yang digambarkan oleh mode, media dan
industri hiburan "Tekanan budaya pada perempuan untuk menjadi kurus adalah
faktor predisposisi penting bagi perkembangan gangguan makan. (Bryan Lask.,
PhD)
Jenis gangguan makan dimana individu menjaga bentuk tubuhnya agar tetap kurus atau
untuk lebih kurus lagi dibawah berat
normal. Individu dengan anoreksia nervosa sangat takut dirinya bertambah berat
badan, ia akan mempertahankan rasa lapar secara ekstrim.
• Diet ketat.
• Olahraga ketat.
• Depresi.
• Anemia.
1) Biasanya penderita adalah wanita, baik remaja, dewasa atau yang baru memasuki
masa puber.
4) Mempunyai orang tua yang sangat sibuk dengan dunia mereka sendiri.
6) Ditandai dengan perubahan fisik seperti rambut rontok, terhentinya ovulasi dan
menstruasi, detak jantung melambat, tekanan darah rendah dan tidak mampu menahan
rasa dingin.
7) Biasanya memiliki tingkat depresi yang lebih parah dibandingkan penderita bulimia.
9) Dapat menyebabkan kerusakan hati dan organ-organ vital lainnya jika berat
badannya turun dibawah batas normal.
2. Bulimia Nervosa (BN)
Jenis gangguan makan dimana individu makan dalam jumlah melebihi porsi normal
atau secara berlebihan, perilaku makan tersebut sebagai akibat individu kesulitan
dalam mengontrol keinginannya untuk berhenti makan. Selanjutnya individu akan
memuntahkan, atau makan obat pencuci perut karena khawatir akan obesitas.
Beberapa gejala:
• Sering memakai obat pencuci perut sebagai cara menurunkan berat badan
• Dehidrasi
1) Penderita lebih sulit dideteksi karena berat tubuh mereka bisa saja melebihi batas
normal, di bawah batas normal, atau bahkan mempunyai berat tubuh yang normal.
3) Ciri utamanya dapat dilihat dari pola makan seperti makan dalam jumlah yang
banyak dan kemudian dimuntahkan kembali atau mengonsumsi obat pencahar dan obat
diuretik untuk memuntahkan kembali makanan yang telah disantap.
4) Mempunyai beberapa masalah kesehatan yang muncul akibat kebiasaan
memuntahkan kembali makanan setelah disantap, seperti terjadinya luka pada dinding
perut, radang pada usus buntu, denyut jantung tidak teratur, kerusakan pada ginjal
karena rendahnya asupan potasium, rusaknya email gigi karena terciptanya produksi
asam yang berlebihan ketika muntah, dan terhentinya menstruasi.
3. Overeating compulsive
Individu dengan gangguan overeating compulsive juga dikenal dengan sebutan binge-
eating disorder merupakan bentuk dari perilaku makan dimana individu seperti
kehilangan kontrol terhadap nafsu makan. Tidak seperti gangguan bulimia, individu
dengan gangguan overeating ini tidak melakukan kegiatan apapun untuk menguruskan
badannya. Akibatnya, kebanyakan individu dengan gangguan ini mengalami berat
badan berlebihan (obesitas).
Beberapa gejala :
• Makan dalam jumlah porsi yang lebih besar meskipun tidak lapar.
• Makan sampai kekenyangan.
• Distres.
1. Mengembalikan berat badan kembali normal. Dilakukan program diet ulang yang
sehat untuk mengembalikan berat badan kembali normal, pada pasien tertentu kadang
diperlukan perawatan di rumah sakit. Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat
pelbagai kemungkinan komplikasi yang muncul.
2. Terapi psikologi. Terapi ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri,
menghilangkan cara pandang yang salah terhadap citra tubuh, meningkatkan
penghargaan diri dan mengatasi konflik interpersonal. Terapi yang dilakukan biasanya
dipilih CBT (Cognitive Behavioral Therapy) dianggap paling efektif dalam
mengembalikan kepercayaan diri, dan mencegah timbulnya pikiran dan perilaku
gangguan makan kembali. Terapi dilakukan dapat berlangsung lama, oleh karenanya
CBT juga kadang disertai dengan terapi keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien dalam menjalani penyembuhan
3. Penyembuhan total. Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil,
menghilangkan kebiasaan dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan
makan kembali.
Sesuai yang di sebutkan di atas bahwa terapi psikologi untuk penyembuhan kelainan
gangguan makan sangatlah penting, karena Penerimaan dari lingkungan merupakan
langkah awal penyembuhan kelainan makan. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam
penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah dengan
melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan tempat penderita
berasal, penangangan konseling untuk kelainan makan menggunakan 2(dua) cara yaitu:
Membahas persoalan yang keluarga hadapi baik persoalan internal keluarga meliputi
hubungan suami-istri, hubungan antar anak dengan orang tua, orang tua dengan mertua
atau dengan keluarga besar serta hubungan keluarga dengan pihak ketiga, hubungan
yang bermasalah dalam kelurga menjadi karakteristik yang sering terlihat rendahnya
dukungan. Peran keluarga akan membantu dalam men-support pasien untuk
menunjukkan bahwa semakin kuatnya dukungan dari anggota keluarga maka akan
semakin cepat penyembuhan penderita gangguan makan.
2. Konseling Individu
Rumah dan sekolah adalah dua sistem yang paling penting bagi anak, dan apa yang
terjadi dalam satu sistem secara substansial dapat mempengaruhi yang lain. Soal
perilaku sekolah biasanya mempunyai korelasi dalam rumah dan membantu untuk
menentukan sifat sehubungan keluarga. Sekolah tempat untuk mendidik siswa dalam
pemberian bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk bantuan individu secara
berkelanjutan dan sistematis, dilakukan oleh konselor yang telah terlatih mendapat
latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar nantinya individu memahami dirinya,
lingkunganya, serta dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk
kesejahteran diri dan kesejahteraan masyarakat. Pendekatan dalam konseling individu
mengunakan pedekatan Client-Centered tugas konselor disini menfokuskan pada
tanggung jawab dan kesangupan klien untuk menemukan cara menghadapi kenyataan
secara lebih penuh,dengan memusatkan perhatian pada pengalaman yang di
hadapi,diharapkan hubungan antara konselor dengan klien akan membuka atau
mengekplorasi perasan-perasaan yang banyak diantaranya yang diingkarinya pada
permulaan konseling
Selain hal di atas tugas penting Konselor sekolah profesional selalu ada di garis
depan untuk campur tangan dan mencegah perkembangannya pada para siswa. Pada
tiap tingkat perkembangan ini, para siswa butuh perhatian dan pendidikan tentang
penyimpangan pola makan, yang bisa dimaksudkan lewat bimbingan kelas, konseling
individu, konseling kelompok. Orang tua bisa dididik tentang penyimpangan pola
makan, bagaimana mendeteksinya dalam siswa, dan bagaimana rumah aman atau
berkontribusi terhadap penyimpangan tersebut.
Kesimpulan
Korban masalah gangguan pola makan atau yang dalam bahasa dikenal sebagai
eating disorder sudah banyak sekali, dari kelompok selebriti sampai orang biasa. Kalau
tidak diobati secara serius, gangguan pola makan bisa mengakibatkan korban jiwa.
Remaja, terutama remaja putri termasuk kelompok yang rentan terhadap gangguan ini.
Mungkin karena remaja berusaha untuk “gaul” dan cenderung menjadi korban mode
yang menuntut seseorang langsing cenderung kurus. Seseorang dapat dikatakan
mengalami gangguan pola makan apabila ia terobsesi dengan pola makan dan berat
badannya. Mereka melakukan hal-hal Yang ekstrem untuk menjaga berat badannya.
Berdasarkan DSM IV, gangguan makan dibagi dalam 3 tiga tipe yakni
1. Anoreksia nervosa: jenis gangguan makan dimana individu menjaga bentuk tubuhnya
agar tetap kurus atau untuk lebih kurus lagi dibawah berat normal. Individu dengan
anoreksia nervosa sangat takut dirinya bertambah berat badan, ia akan
mempertahankan rasa lapar secara ekstrim, bila ia merasa makan agak berlebihan
maka ia akan segera memuntahkannya.
2. Bulimia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu makan dalam jumlah
melebihi porsi normal atau secara berlebihan, perilaku makan tersebut sebagai akibat
individu kesulitan dalam mengontrol keinginannya untuk berhenti makan. Selanjutnya
individu akan memuntahkan, atau makan obat pencuci perut karena khawatir akan
obesitas.
3. Gangguan makan yang tidak terdefinis/ overeating compulsive perilaku makan secara
berlebihan, perilaku tersebut tidak dapat dikontrol oleh individu berseangkutan,
biasanya individu akan terus melakukan kebiasaannya meskipun telah mencapai
obesitas bahkan sampai sakit. Gangguan ini mengidap pada pria sebagian besarnya.
Penyebab dari gangguan kelainan makan sendiri adalah adanya Faktor
Interpersonal Untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan
identitas diri, Faktor Psikologis seperti; harga diri yang rendah, rasa kekurangan atau
kurang kendai hidup,Depresi, kecemasan, kemarahan atau kesepian,Faktor Sosial;
Tekanan budaya yang membanggakan “kelangsingan” dan member nilai tinggi atas
pencapaian tubuh yang sempurna,definisi kecantikan yang sempit yang hanya
mencantumkan wanita dan pria dengan ukuran dan bentuk tubuh tertentu,Kebiasaan
budaya yang menghargai orang atas dasar penampilan fisik dan bukan bualitas dan
kekuatan dalam, Faktor Biologis ketidakaturan makan sering terbawa dalam keluarga.
Riset terkini member indikasi adanya penyebab genetik terhadap ketidakaturan makan.
E. SARAN
Dari penjelasan makalah mengenai segala aspek tentang gangguan makan
khususnya bulimia nervosa dan anoreksia nervosa yang dilengkapi dengan contoh
kasus beserta penanganannya, kami memberikan beberapa saran yang dapat dilakukan
untuk mencegah dan mengatasi gangguan makan yang terjadi khususnya pada remaja,
antara lain:
a. Tingkatkan rasa percaya diri. Seseorang yang memiliki percaya diri tinggi akan
menerima apa yang ada dalam diri mereka baik dari segi penampilan maupun postur
tubuh.
b. Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan media tentang
bentuk dan berat badan ideal karena dapat menurunkan rasa percaya diri.
c. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan tetap terjalin komunikasi yang baik
diantara keluarga dan teman. Apabila terjadi masalah segera ceritakan kepada orang
terdekat.
d. Rajin berkonsultasi pada dokter dan ahli gizi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Priyanto, Sri lestari, 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Salemba Medika. Jakarta
Barry Guze, Steven Richeimer, Daniel J. Siegel, 1997. Buku Saku Psikiatri, EGC. Jakarta
Gerald C. Davidson, John M. Meale, Ann M. Kring, 2006. Psikologi Abnormal Edisi Ke- 9.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
V. Mark Dorand, David H. Barlow. 2007. Intisari Psikologi Abnormal Edisi Keempat,
Buku Kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta