Anda di halaman 1dari 22

Nyeri Hebat pada Perut

Elike Oktorindah Pamilangan


102013412
D2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta
elikeoktorindah@gmail.com

Pendahuluan
Ginjal adalah organ yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem urin, ginjal
berfungsi

menyaring

kotoran

(terutama urea)

dari darah dan

membuangnya

bersama

dengan air dalam bentuk urin. Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan
mengatur konsentrasi banyaknya konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan
mengeliminasi semua zat sisa metabolisme. Darah disaring oleh jutaan nefron, sebuah unit
fungsional dalam ginjal. Hasil penyaringan (filtrat) berisi produk-produk limbah (mis. urea),
elektrolit (mis. natrium, kalium, klorida), asam amino, dan glukosa. Filtrat kemudian dialirkan ke
tubulus ginjal untuk direabsorbsi dan diekskresikan; zat-zat yang diperlukan (termasuk glukosa)
diserap kembali dan zat-zat yang tidak diperlukan kembali diekskresikan ke dalam urin.

Struktur Saluran Kemih


A. Struktur Makroskopis
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur kesetimbangan
cairan dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di
sisi kiri dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang
peritoneum). Selain itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter,
sebuah vesika urinaria (buli-buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke
lingkungan luar tubuh.
1

1) Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masingmasing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra). Terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritorium pada kedua sisi vertebra lumbalis III-1V pada ginjal
kanan dan vertebra lumbalis II-III pada ginjal kiri, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.. Dari batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.

Gambar 1: Ginjal
Sumber: http://eri08tirtayasa.blogspot.com/2011/06/fisiologi-sistem-urinarius.html

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan

tubulus kontortus distalis


Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung

Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent)


Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus

memasuki/meninggalkan ginjal
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix

minor
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
2

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix

major dan ureter


Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu

glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat
dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks
yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada
medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluhpembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a.v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal,
sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui
hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmensegmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior
serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus minus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
parasimpatis melalui n.vagus.
2) Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter
yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Gambar 2: Ureter
Sumber: http://penyebabinfeksisalurankemih.com/

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior
di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.
Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalisureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
sering terbentuk batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan
inferior.
3) Vesica Urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke uretra
dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di
lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi,
bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

Gambar 3: Vesica urinaria


Sumber: http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2013/08/anatomi-vessica-urinaria-kandungkemih.html

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae
merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan
collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam
keadaan kosong.
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.
Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis.
Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang
berperan sebagai sensorik dan motorik.
4) Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan
kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan
5

bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter),
sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih
dan bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars

spongiosa.
Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang

berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.

Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.


Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi
otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali

volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.

Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris
dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethra yang bersifat volunter di bawah
kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi
reproduktif.1-4

Gam
bar 4 & 5: Urethra pada pria dan wanita
Sumber: http://meladianmaulidah.blogspot.com/2012/02/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih.html dan
http://akperpemdagarut2agroup3.blogspot.com/2011/04/tugas-kmb-iii-ke-5.html

B. Struktur Mikroskopis
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter
yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU),
tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1) Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
Fungsi ginjal
Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex
renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang
berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang
disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang
kecil disebut papilla renalis.
7

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh
darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin
yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masingmasing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus
proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga
abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos
Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin
masuk ke dalam kandung kemih.
3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat
mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
Lapisan sebelah luar (peritoneum)
Tunika muskularis (lapisan berotot)
Tunika submukosa
Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)
4) Urethra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan
air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
Urethra pars Prostatica
Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
Urethra pars spongiosa
8

Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter
urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung

jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
Lapisan mukosa4,5

Fungsi Ginjal
Ginjal melakukan penyesuaian terhadap perubahan pemasukan atau pengeluaran berbagai
bahan sebagai usaha untuk mempertahankan CES dalam batas-batas sempit yang sesuai dengan
kehidupan. Fungsi ginjal sebahagian besar dalam mempertahankan kestabilan lingkungan cairan
internal antara lain adalah :
a.

Mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh.


b.

Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na +, Cl-, K+, HCO3-,
Ca2+, Mg++, SO42-, PO43- dan H+. bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian
elektrolit ini dalam CES dapa menimbulkan pengaruh besar.

c.

Memelihara volume plasma yang sesuai dalam pengaturan keseimbangan asam basa dan
H20.

d.

Membantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh dengan menyesuaikan pengeluaran


H+ dan HCO3- melalui urin.

e.

Memelihara osmolaritas berbagai cairan tubuh, terutama

melalui pengaturan

keseimbangan H20.
f.

Mengeksresikan produk-produk sisa (buangan) dari metabolism tubuh, misalnya asam urat,
urea dan kreatinin. Zat-zat ini bersifat toksik sekiranya terjadi penumpukan.

g.

Mengeksresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada makanan dll.

h.

Mensekresikan eritropoeitin, hormone yang dapat merangsang pembentukan SDM.

i.

Mensekresikan rennin, suatu hormone yang memicu reaksi konversi garam oleh ginjal.

j.

Mengubah vitamin D ke bentuk aktifnya.


9

Sistem kemih terdiri dari organ ginjal yang penting dalam pembentukan urin. Ginjal terdiri
dari jutaan unit fungsional yang dikenal sebagai nefron. Fungsi nefron antara lain :
Tabel 1
Komponen
Vaskuler

Vaskuler/
tubulus
Tubulus

Bagian
Arteriol aferen
Glomerulus

Fungsi
- mengangkut darah ke glomerulus
- berkas kapiler yg menyaring plasma bebas protein ke

Arteriol eferen
Kapiler

dalam komponen tubulus


- mengangkut darah dari glomerulus
- memperdarahi jaringan ginjal

peritubulus
Apparatus

- Mensekresikan zat yang berperan mengontrol fungsi

juxtaglomerularis
Kapsul bowman
Tubulus

ginjal.
- Mengumpul filtrate glomerulus
- Reabsorpsi dan sekresi tidak terkontrol thd zat tertentu.

proksimal
Lengkung Henle
Tubulus distal
Ductus Koligens

- Membentuk gradient osmotic


- Sekresi dan reabsorbsi tidak terkontrol zat tertentu
- reabsorpsi H2O dalam jumlah bervariasi; mengalirkan
urin keluar ke pelvis ginjal.
10

Proses Pembentukan Urin

Gambar 6: Mekanisme pembentukan urin


Sumber: http://extraradiation.blogspot.com/2012/10/alur-media-kontras-intra-vena-jalur.html

A. Filtrasi glomerulus
1. Pada saat darah mengalir melalui glomerulus, terjadi filtrasi plasma bebas protein
menembus kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman.
2. Untuk dapat difiltrasi, suatu bahan harus melewati :
a. Pori-pori antara sel endotel di kapiler glomerulus
11

b.

Membran basal aselluler-terdiri dari glikoprotein (menghambat filtrasi protein) dan

kolagen (menghasilkan kekuatan struktural).


c. Celah filtrasi antara tonjolan-tonjolan podosit di lapisan dalam kapsul Bowman
3. Tekanan darah pada arteriol aferen relatif cukup tinggi sedangkan pada arteriol eferen
relatif lebih rendah, sehingga keadaan ini menimbulkan filtrasi pada glomerulus. Cairan
filtrasi dari glomerulus akan masuk menuju tubulus, dari tubulus masuk kedalam ansa
henle, tubulus distal, duktus koligentes, pelvis ginjal, ureter, vesica urinaria, dan akhirnya
keluar dalam bentuk urine.
4. Permiabilitas membran kapiler glomerulus 100-1000 kali lebih permiabel dibandingkan
dengan permiabilitas kapiler pada jaringan lain.
Pengaturan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
1. Rata-rata GFR normal pada laki-laki sekitar 125 ml/menit. GFR pada wanita lebih rendah
dibandingkan pada pria. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya GFR antara lain
ukuran anyaman kapiler, permiabilitas kapiler, tekanan hidrostatik, dan tekanan osmotik
yang terdapat di dalam atau di luar lumen kapiler. Proses terjadinya filtrasi tersebut
dipengaruhi oleh adanya berbagai tekanan sebagai berikut:
a) Tekanan hidrostatik kapiler pada glomerulus 55 mmHg
b) Tekanan hidrostatik capsula bowman 15 mmHg
c) Tekanan osmotic koloid plasma 30 mmHg
2. Tekanan osmotic netto yang mendorong filtrasi = 55-(30+15) = 10 mmHg. Tekanan ringan
ini merupakan penyebab berpindahnya sejumlah besar cairan dari darah menembus
membran glomerulus yang sangat permeabel.
3. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk
menginduksi filtrasi glomerulus. Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus semakin
meningkat filtrasi dan sebaliknya semakin tinggi tekanan pada capsula bowman, serta
tekanan osmotic koloid plasma akan menyebabkan semakin rendahnya filtrasi yang terjadi
pada glomerulus.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus (GFR).


1. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut:
a) Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju
filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotic koloid plasma semakin menurun laju
filtrasi, dan semakin tinggi tekanan capsula bowman semakin menurun laju filtrasi.
b) Aliran darah ginjal: semakin cepat aliran darah ke glomerulus semakin meningkat
laju filtrasi.
12

c) Perubahan arteriol aferen: apabila terjadi vasokontriksi arteriol aferen akan


menyebabakan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan
menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun begitupun sebaliknya.
d) Perubahan arteriol efferent: pada kedaan vasokontriksi arteriol eferen akan terjadi
peningkatan laju filtrasi glomerulus begitupun sebaliknya.
e) Pengaruh perangsangan simpatis, rangsangan simpatis ringan dan sedang akan
menyebabkan vasokontriksi arteriol aferen sehingga menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomerulus.
f) Perubahan tekanan arteri, peningkatan tekanan arteri melalui autoregulasi akan
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah arteriol aferen sehingga menyebabkan
penurunan laju filtrasi glomerulus.
Autoregulasi GFR terdiri dari dua mekanisme yaitu :
a. Mekanisme miogenik
Otot polos vaskuler arteriol berkontraksi secara inheren terhadap respons terhadap

peregangan yang seterusnya meningkatkan tekanan di dalam pembuluh.


Vasodilatasi : terjadi apabila pembuluh teregang karena penurunan tekanan darah
Vasokonstriksi : terjadi apabila meningkatnya tekanan darah

b. Mekanisme tubuloglomerulus
Melibatkan apparatus juxtaglomerulus.
Macula densa berfungsi mendeteksi kecepatan aliran cairan dalam tubulus dan sebagai
respons, sel-sel dari macula densa ini memicu pengeluaranzat-zat kimia vasoaktif dari

apparatus juxtaglomerulus.
Contoh : peningkatan GFR akibat peningkatan tekanan arteri, meningkatkan pengangkutan
Na+ ke tubulus distalis. Sebagai respons,macula densa mendeteksi, dan mensekresi ATP
dan adenosine di mana keduanya bekerja secara parakrin terhadap arteriola afferent,
menyebabkan konstriksi dan seterusnya meningkatkan aliran dan tekanan arteri,
mengembalikan GFR ke batas normal.

Komposisi Filtrat Glomerulus

Dalam cairan filtrat tidak ditemukan eritrosit, sedikit mengandung protein (1/200 protein
plasma). Jumlah elektrolit dan zat-zat terlarut lainnya sama dengan yang terdapat dalam cairan
interstitisial pada umumnya. Dengan demikian komposisi cairan filtrat glomerulus hampir sama
dengan plasma kecuali jumlah protein yang terlarut. Sekitar 99% cairan filtrat tersebut
direabsorpsi kembali ke dalam tubulus ginjal.3
13

B. Reabsorpsi dalam tubulus


Hampir 99% dari cairan filtrat direabsorpsi kembali bersama zat-zat yang terlarut
didalam cairan filtrate tersebut. Akan tetapi tidak semua zat-zat yang terlarut dapat direabsorpsi
dengan sempurna, antara lain glukosa dan asam amino. Mekanisme terjadinya reabsorpsi pada
tubulus melalui dua cara yaitu:
a. Transport aktif

Zat-zat yang mengalami transport aktif pada tubulus proksimal yaitu ion Na+, K+, PO4-,

NO3-, glukosa dan asam amino.


Terjadinya difusi ion-ion khususnya ion Na+, melalui sel tubulus kedalam pembuluh
kapiler peritubuler disebabkan perbedaan potensial listrik didalam epitel tubulus dan

diluar sel. Perbedaan electrochemical gradient ini membantu terjadinya proses difusi.
Selain itu perbedaan konsentrasi ion Na+ didalam dan diluar sel tubulus membantu
meningkatkan proses difusi tersebut. Meningkatnya difusi natrium disebabkan
permiabilitas sel tubuler terhadap ion natrium relative tinggi. Keadaan ini dimungkinkan
karena terdapat banyak mikrovilli yang memperluaspermukaan tubulus. Proses ini
memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.

b. Transpor pasif

Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl-, H2O, dan urea. Terjadinya
transport pasif ditentukan oleh jumlah konsentrasi air yang ada pada lumen tubulus,
permiabilitas membrane tubulus terhadap zat yang terlarut dalam cairan filtrate dan
perbedaan muatan listrik pada dinding sel tubulus. Zat yang mengalami transfor pasif,
misalnya ureum,sedangkan air keluar dari lumen tubulus melalui prosese osmosis.

Perbedaan kemampuan reabsorpsi tubulus

Tubulus proksimal : Tubulus proksimal ginjal mempunyai banyak mitokondria dan


memerlukan energi untuk mengaktifkan sistem pompa natrium guna transport aktif ion Na +.
Karena adanya reabsopsi di tubulus proksimal ini hanya 1/3 dari hasil filtrat glomerulus akan
dilepaskan ke ansa Henle.

14

Ansa Henle : Tubulus ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian decendens mempunyai sedikit
mitokondria di sel epitelnya, dan mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air dan agak
permeabel terhadap urea dan ion natrium. Bagian ascendens bersifat sedikit permeabel terhadap
air dan urea, sehingga mencegah peningkatan konsentrasi urin karena terlepasnya air ke jaringan
sekitar.
Tubulus distal : Bagian segmen dilusi bersifat impermeable, dengan epitel endotel yang unik
memungkin difusi pasif dari ion negatif yang akan diikuti oleh difusi pasif ion positif. Sedangkan
bagian akhir epitelnya mendukung tranport aktif ion K+ ke dalam lumen tubulus, namun
impermeable terhadap urea.
Duktus Koligens : Permeabilitasnya dipengaruhi oleh hormon ADH, peningkatan ADH akan
menyebabkan peningkatan permeabilitas dan menimbulkan reabsopsi air yang meningkat. Selain
itu epitelnya mendukung transport aktif ion positif (K+, Na+, H+ dan Ca+).

Mekanisme Counter Current. (mekanisme pemekatan dan pengentalan urin)

Countercurrent multiplier system terdapat di lengkung Henle. Sistem multiplikasi secara


dasarnya adalah suatu proses di mana H 2O dan Na+ (secara transport aktif, diikuti Cl- secara
pasif) diekstrak dari cairan filtrate keluar pars ascenden lengkung.
Terdiri dari :

2 pembuluh sejajar, berdekatan, cukup panjang (nefron juxtamedullare), aliran


berlawanan, bentuk pipa U.

Terdiri dari :
a. Counter Current Multiplier :
Bermula di tubulus kontortus proksimal di mana air dan zat-zat tertentu di reabsorpsi
sehingga menyebabkan cairan filtrat memiliki osmolaritas yang sama dengan cairan
interstitial tubuh. Di ansa Henle pars descendens (concentrating segment), membran
yang permeabel terhadap air dan impermeable terhadap solute lain memjadikan
osmolalitas tubular meningkat terus menerus di bawah lengkung. Di ansa Henle pars
ascendens(diluting segment) yang impermeable terhadap air, dan permeabel terhadap
NaCl dan urea (segmen tipis) menjadikan cairan filtrat hipoosmotik sedangkan cairan
15

interstitial medulla hipertonik. Secara mendasar, mekanisme ini penting dalam


membentuk osmotic concentration gradient terhadap cairan interstitial di samping
memekatkan urin melalui reabsorpsi air.
b. Counter Current Exchanger (vasa recta)
Mekanisme ini berfungsi di vasa recta, di mana aliran darah yang rendah di vasa recta
dapat mempertahankan konsentrasi NaCl dan urea yang tinggi di cairan interstitial
medulla.
Langkah-langkah :
1. Sewaktu natrium ditransportasikan keluar pars ascendens, cairan interstitial yang
melingkupi lengkung henle menjadi pekat
2. Air tidak dapat mengikuti natrium keluar pars ascendens. Filtrat yang tersisa secara
progresif menjadi encer.
3. Pars descendens lengkung bersifat permeable terhadap air. Air meninggalkan bagian ini
dan mengalir mengikuti gradien konsetrasi ke dalam ruang intersisium. Hal ini
menyebabkan pemekatan cairan pars descendens. Sewaktu mengalir ke pas ascendens,
cairan mengalami pengenceran progrsif karena natrium dipompa keluar.
4. Hasil akhir adalah pemekatan cairan interstisium di sekitar lengkung henle. Konsentrasi
tertinggi terdapat di daerah yang mengelilingi bagian bawah lengkung dan menjadi
semakin encer mengikuti pars asendens.
5. Di bagian puncak pars asendens lengkung, cairan tubulus bersifat isotonik atau bahkan
bersifat hipotonik.

16

Tabel 2
Tubulus Proksimal

Ansa

Pars

Henle

Descenden

a.
b.

Glukosa dan asam amino: 100%, kotransport dengan Na+


Na+ : Reabsorpsi aktif, 67%, obligat, tidak dapat

c.
d.

dikendalikan, ClPO4- & elektrolit lain : bervariasi, dapat dikendalikan


Air : reabsorpsi osmotic, 65%, obligat, tidak dapat

e.

dikendalikan
Urea : reabsorpsi

f.
a.
b.

dikendalikan.
K+ : semua direabsorpsi, obligat tidak dapat dikendalikan.
Air : 15%, direabsorpsi secara osmotic, tidak dapat dikendali.
(kemungkinan NaCl) : sekresi pasif, tidak dapat dikendali

pasif,

50%,

obligat,

tidak

dapat

s
Pars

NaCl : 25%, direabsorpsi aktif, tidak dapat dikendali, Bagian ini

Ascendens

impermeabel terhadap substansi lain.

Tubulus Distalis
Ductus Koligens

a.
Na+ : reabsorspsi bervariasi, Kendali : aldosterone
b.
Air : reabsorspsi bervariasi, Kendali : ADH
Air : reabsorspsi bervariasi, Kendali : ADH

Hormon Antidiuretik
ADH adalah hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus dan disekresi ke dalam sirkulasi
umum oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormon bekerja pada duktus koligens ginjal untuk
meningkatkan reabsorpsi (penghematan) air dan memungkinkan ekskresi urin yang pekat.
Faktor-foktor yang meningkatkan pelepasan ADH adalah :

Peningkatan osmolaritas plasma yang dideteksi eoleh osmoreseptor yang terletak di


dalam hipotalamus.

Penurunan VSE yang dideteksi oleh reseptor volume yang terletak di dalam sistem
pembuluh darah pulmoner dan atrium kiri.

Penurunan tekanan darah yang dideteksi oleh baroreseptor

Stres dan nyeri

Obat-obatan, termasuk morfin dan barbiturat

Pembedahan dan anestetik tertentu

Ventilator tekanan positif


17

Sementara faktor-faktor yang menurunkan pelepasan ADH :

Penurunan osmolaritas plasma

Peningkatan VSE

Peningkatan tekanan darah

Obat-obatan, termasuk dan etil alkohol

C. Sekresi dalam tubulus


Sedangkan sekresi tubulus melalui proses sekresi aktif dan sekresi pasif. Sekresi aktif
merupakan kebalikan dari transpor aktif. Dalam proses ini terjadi sekresi dari kapiler peritubuler
ke lumen tubulus. Sedangkan sekresi pasif melalui proses difusi. Ion NH3- yang disintesa dalam
sel tubulus selanjutnya masuk kedalam lumen tubulus melalui proses difusi. Dengan masuknya
ion NH3-kedalam lumen tubulus akan membantu mengatur tingkat keasaman cairan tubulus.
Kemampuan reabsorpsi dan sekresi zat-zat dalam berbagai segmen tubulus berbeda-beda.
Sistem sekresi yang terpenting adalah :
1) H+, yang penting untuk mengatur keseimbangan asam-basa
2) K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan
eksitabilitas normal membran sel otot dan saraf dan
3) anion dan kation organik, yang melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organik asing dari
tubuh
D. Eksresi urin
Biasanya, dari 125 ml plasma yang difiltrasi per menit, 124 ml/menit direabsorpsi, sehingga
jumlah akhir urin yang terbentuk rata-rata adalah 1ml/menit. Dengan demikian, urin yang
tereksresi per hari adalah 1,5 liter dari 180 liter yang terfiltrasi.
Urin mengandung berbagai produk sisa dengan konsentrasi tinggi ditambah sejumlah bahan
dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh ginjal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui
urin. Bahan-bahan yang bermanfaat ditahan melalui proses reabsorpsi sehingga tidak muncul di
urin.4-7
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

18

Hormon ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang
ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan

menurunkan cairan ekstrasel.


Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi

kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin.


Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan

gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal
Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium


Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin, yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada :
o Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
o Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
o Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
o Innervasi ginjal dihilangkan
o Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun
akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin
mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain
diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah.
o Zat - zat diuretic
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak mengkonsumsi zat
diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi, sehingga volume urin bertambah.
o Suhu internal atau eksternal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan mengurangi
volume urin.
o Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah rendah.Reabsorpsi
air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.
19

o Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

Keseimbangan Asam-Basa
Secara singkat, ketika [H+] plasma meningkat di atas normal sewaktu asidosis, kompensasi ginjal
mencakup yang berikut:
1. Peningkatan sekresi dan kemudian sekresi H+ di urin sehingga kelebihan H+ dieliminasi
dan [H+] plasma berkurang.
2. Reabsorpsi semua HCO3- yang terfiltrasi, plus penambahan HCO 3- baru ke plasma
sehingga terjadi peningkatan [HCO3-] plasma.
Tabel 3: Ringkasan Respons Ginjal Terhadap Asidosis dan Alkalosis
Kelainan
AsamBasa

Sekresi
H+

Ekskresi
H+

Asidosis

Alkalosis

Reabsorpsi
HCO3 dan
Ekskresi
Penambahan
HCO3HCO3 Baru
ke Plasma

Normal (nol;
semua yang
difiltrasi
direabsorpsi)

pH
Urin

Perubahan
Kompensasitorik
pH Plasma

Asam

Alkalinisasi ke
arah normal

Alkali

Pengasaman ke
arah normal

Jika [H+] plasma turun di bawah normal saat alkalosis, respons ginjal mencakup:
1. Berkurangnya sekresi dan ekskresi H+ di urin, menahan H+ dan meningkatkan [H+]
plasma.
2. Reabsorpsi tak tuntas HCO3- yang terfiltrasi dan karenanya terjadi peningkatan ekskresi
HCO3-, yang menurunkan [HCO3-] plasma.6
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat
yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya,
diantaranya adalah :

20

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ
besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat

C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)


Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium
(Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates

(H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)


Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna
urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya

penyakit.
Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi

adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu.


Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu
volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air

suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 1025


Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada

mukus atau pus.


pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur
ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian
urinennya sedikit alkali.5,6,7

Penutup
Pada skenario dikatakan bahwa mengeluh nyeri hebat pada perut. Dari pembahasan di
atas itu dikarenakan adanya gangguan pada ginjal yang menyangkut tentang mekanismenya. Dan
untuk mengatasi hal tersebut, ginjal menjalankan fungsinya sebagai homeostasis dengan
beberapa mekanisme kerja yang salah satunya melibatkan kerja hormon khususnya ADH
(Antidiuretik hormon) dan aldosterone.

Daftar Pustaka

21

1. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 5. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran EGC; 2006
2. Pearce, Efelin C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama ; 2006
3. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia ; 2005
4. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: Penerbit buku kedokteran
EGC; 2008
5. Guyton dan Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 2. Jakarta: Penertbit buku kedokteran
EGC; 2007
6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC; 2001
7. Scalon, valarie C. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : penerbit buku kedokteran
EGC;2000

22

Anda mungkin juga menyukai