KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun Oleh :
Irwan Sagita
M. Sovi Alhaqi
Rahmat Denti
Rian Kusdianti
Sukriyati
Winda Gusriani
Dosen Pembimbing :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan
yang diberikan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Dasar Gerontik”
Dalam Penyusunan makalah ini, banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada. Aamiin. Kami sebagai penyusun sangat
menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan
untuk membangun.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .....................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia.................................................................................. 3
B. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia......................... 4
C. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia......................... 7
D. Tingkat Perawatan Pada Lansia............................................................ 9
E. Prinsip pelayanan kesehatan lansia....................................................... 9
F. Trend Dan Issu Keperawatan Lansia.................................................... 10
G. Fenomena Demografi........................................................................... 11
H. Fenomena Bio-Psiko-Sosio-Spiritual Dan Penyakit Lansia................. 12
I. Permasalahan pada lansia..................................................................... 12
J. Gerontologi Dan Geriatrik.................................................................... 13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa
besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis
dengan multiple patologi sehingga memerlukan biaya penanganan yang mahal titik
adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan manusia adalah merupakan figur yang
dihormati dan merupakan sumber daya yang bernilai tentang pengetahuan dan
pengalaman hidup serta kearifan yang dimiliki masih dapat dimanfaatkan
Saat ini di seluruh dunia diperkirakan ada 500 dengan usia rata-rata 60 tahun
dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliar. Di negara maju seperti
Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang perhari. Pada
tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50 tahun sehingga
istilah baby born pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk Lanjut Usia.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila : Pelayanan kesehatan
efektif, Angka kematian bayi menurun, Adanya perbaikan gizi dan sanitasi, serta, dan
Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan fisiologis pada lansia
2. Apa saja tingkap perawatan pada lansia
3. Apa saja trend dan issu keperawatan gerontik
4. Apa saja demografi lanjut usia
5. Apa saja Permasalahan
6. Apa itu gerontologi dan geriatrik
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologis pada lansia
2. Untuk mengetahui tingkap peraswatan pada lansia
3. Untuk mengetahui trend dan issu keperawatan gerontik
4. Untuk mengetahui demografi lanjut usia
5. Untuk mengetahui Permasalahan
6. Apa itu gerontologi dan geriatrik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Lansia
Menurut World Health Organization (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini lansia akan mengalami keunduran fisik
secara bertahap (Azizah, 2011:1).
Menua Menurut Nugroho (2000) dalam Ratnawati (2017), menua adalah proses
yang terus menerus berlanjut secara alamiah, dimulai sejak lahir, dan umum dialami pada
semua makhluk hidup. Sementara itu, menurut Tyson (1999), menua adalah suatu proses
yang dimulai saat konsepsi dan merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan
perkembangan serta merupakan penurunan kemampuan dalam mengganti sel-sel yang
rusak. Dapat disimpulkan bahwa menua adalah suatu proses yang terus menerus berlanjut
secara ilmiah serta merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan
dimana terjadinya penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.
Batasan-batasan Lanjut Usia Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam
berbagai klasifikasi dan batasan. Menurut WHO Menurut Badan Kesehatan Dunia
(World Health Organization) yang dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga
kategori yaitu:
a. Usia lanjut : 60-74 tahun.
b. Usia tua : 75-89 tahun.
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun.
3
B. Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Menurut Sity, 2008 Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia Yaitu :
1. Perubahan Fisik
a. Sistem keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan, bertambahnya fat to
lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh.
b. Sistem integument Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering
dan keriput karena menurunnya cairan, hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat,
dan terdapat bitnik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit,
menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku jari tangan dan kaki
menjadi tebal serta rapuh. Pada wanita usia lebih dari 60 tahun, rambut wajah
meningkat, rambut menipis, warna rambut kelabu, serta kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun.
c. Sistem muscular Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos tidak
begitu terpengaruh.
d. Sistem kardiovaskuler Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertrofi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA note dan jaringan
konduksi berubah menjadi 16 jaringan ikat. Konsumsi oksigen pada tingkat
maksimal berkurang, sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk
meningkatkan maksimum, mengurangi tekanan darah, dan berat badan.
e. Sistem perkemihan Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, filtrasi glomelurus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ urine menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria akibat
retensi urine meningkat. Pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun),
bertambahnya aliran darah renal, berkurangnya osmolalitas urine clearance, berat
ginjal menurun 30-50%, jumlah neufron menurun, dan kemampuan memekatkan
atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
4
f. Sistem pernafasan Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya
melebar dari biasanya, jumlah alveoli berkurang, oksigen arteri menurun menjadi
75 mmHg, 17 pada arteri tidak berganti, berkurangnya maximal oxygen uptake,
dan berkurangnya reflex batuk.
g. Sistem gastrointestinal Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari
selaput lender, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam dan pahit. Pada lambung,
rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi
absobsi (daya absobsi terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.
h. Sistem penglihatan Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya
dengan presbiopi. Lensa kehilangan elasitas dan kaku. Otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat
berkurang, menurunya lapang pandang (berkurang luas pandang, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna: menurunnya kemampuan membedakan warna hijau
atau biru pada skala dan depth perception).
i. Sistem pendengaran Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telingan 18 dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.
j. Sistem persyarafan Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel
kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan, berkurangnya
aktifitas sel T, bertambahnya waktu jawaban motorik, hantaran neuron motorik
melemah, dan kemunduran fungsi saraf otonom.
k. Sistem endokrin Produksi hamper semua hormone menurun, fungsi parathyroid
dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan LH.
Menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolism menurun, menurunnya
produksi aldosterone, menurunnya sekresi hormone gonand (progesterone,
5
esterogen dan aldosteron) bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormone,
vasopressin, berkurangnya tridotironin, dan psikomotor menjadi lambat.
l. Sistem reproduksi Selaput lender vagina menurun atau kering, menciutnya
ovarium dan uterus, atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi sperma
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur dan dorongan seks menetap
sampai diatas 19 umur 70 tahun asalkan kondisi kesehatan baik, penghentian
produksi ovum pada saat menopause.
2. Perubahan Kognitif
Menurut Emmelia Ratnawati (2017) faktor-faktor yang mempemgaruhi perubahan
kongnitif antara lain:
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan
kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia
cenderung mengalami demensia.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya dengan
keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang lansia yang
memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan sebagai berikut:
(a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
(b) Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih bekerja dulu.
20
(c) Kehilangan kegiatan atau aktivitas.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih
cepat.
d. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depribation).
e. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
6
f. Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
g. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan gambaran diri, perubahan
konsep diri).
1. Caregiver atau pemberi asuhan keperawatan langsung, Ini adalah peran perawat
yang utama, yakni memberi pelayanan perawatan pada pasien yang membutuhkan
sesuai dengan prinsip dan etika perawat. Sebagai care provider, perawat dapat
memberi bantuan fisik maupun psikologis bagi pasien, agar kondisi kesehatannya
membaik.
2. Pendidikan klien lansia, Perawat bukan hanya bertugas untuk membantu kesehatan
pasien, tapi juga memberi pendidikan kepada pasien maupun keluarga dan
lingkungannya. Peran perawat ini diharapkan mampu mengubah gaya hidup pasien
atau keluarganya menjadi lebih sehat, agar gangguan kesehatan tidak sering terjadi
di masa depan.
3. Motivator
4. Advokasi klien, Peran perawat ini dimaksudkan untuk membela hak-hak pasien
atau komunitas sesuai pengetahuan dan kewenangannya. Peran in juga
memungkinkan perawat untuk menjadi jembatan antara pasien dengan dokter
maupun tenaga kesehatan lain, menyampaikan pendapat tentang perawatan yang
diberikan.
5. Konselor (Ratnawati, 2017)
7
Tanggung jawab perawat gerontik :
1. Model asuhan
Model asuhan yang sesuai masih dalam penelitian tetapi yang lebih dapat diterima
sementara ini adalah adaptation model of Nursing by sister Calista Roy
2. Model manajerial
8
Model manajerial yang sesuai juga masih dalam penelitian tetapi yang lebih
mengarah pada tindakan profesional perlu dipertimbangkan dari segi ketenagaan,
visi misi dan tujuan organisasi pelayanan keperawatan.
Adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyak orang tentang praktek atau
mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta atau tidak, trend dan isu
keperawatan lansia tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etik keperawatan.
saat ini trend dan isu keperawatan lansia yang sedang banyak dibicarakan
orang adalah absorpsi, euthanasia dan transplantasi organ manusia, Tentunya semua
isu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya kesehatan, yaitu
peningkatan ( promotion), pencegahan (prevention), diagnosis (early diagnosis and
prompt treatment), pembatasan kecacatan (disability limitation), serta pemulihan
(rehabilitation).
9
F. Fenomena Demografi
Persentase rumah tangga lansia tahun 2020 sebesar 28,48 persen, dimana 62,28
persen diantaranya dikepalai oleh lansia. Hal yang menarik dari keberadaan lansia
Indonesia adalah ketersediaan dukungan potensial baik ekonomi maupun sosial yang
idealnya disediakan oleh keluarga. Data Susenas 2020 menunjukkan bahwa 9,80
persen lansia tinggal sendiri, di mana persentase lansia perempuan yang tinggal
sendiri hampir tiga kali lipat dari lansia laki-laki (14,13 persen berbanding 5,06
persen). Dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh elemen masyarakat
terkait hal ini, karena lansia yang tinggal sendiri membutuhkan dukungan dari
lingkungan sekitar mereka mengingat hidup mereka lebih berisiko, terlebih pada
lansia perempuan yang cenderung termarginalkan. Aspek penting yang akan
berdampak terhadap kualitas hidup lansia, diantaranya pendidikan dan kesehatan.
Kedua aspek ini mampu meningkatkan kapasitas lansia dalam hidup bermasyarakat.
Angka Melek Huruf (AMH) lansia terusmengalami peningkatan dari 76,70 persen
pada tahun 2016 menjadi 81,29 persen pada tahun 2020. Kesenjangan AMH antara
lansia laki-laki dan perempuan kian menyempit. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
10
AMH lansia perempuan yang jauh lebih besar dibandingkan lansia laki-laki. Secara
umum, sebagian besar lansia berpendidikan rendah (SD/sederajat ke bawah). Rata-rata
lama sekolah lansia sebesar 5,11 tahun atau setara dengan kelas 5 SD/sederajat. Saat
ini, lansia juga sudah memiliki kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi. Sekitar 4 dari 10 lansia menggunakan telepon seluler (HP)
dalam tiga bulan terakhir. Pada tahun 2020 persentase lansia yang mengakses internet
dalam tiga bulan terakhir sebesar 11,44 persen, angka tersebut terus
mengalamikenaikan sejak tahun 2016 (1,98 persen) seiring masuknya kita pada era
revolusi industri 4.0. Sementara itu, dari sisi kesehatan masih ada sekitar separuh
lansia yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Angka kesakitan
lansia cenderung menurun setiap tahun. Pada tahun 2020, sekitar 24 dari 100 lansia
sakit dalam sebulan terakhir. Kesadaran lansia terhadap keluhan kesehatan yang
dideritanya cukup tinggi. Mayoritas lansia mengobati keluhan kesehatannya, baik
dengan mengobati sendiri maupun berobat jalan (96,12 persen). Mengingat kondisi
kesehatan lansia yang rentan terserang penyakit, perilaku sehat seperti rajin
berolahraga dan tidak merokok, perlu diterapkan. Sayangnya masih ada lansia yang
mempunyai kebiasaan merokok. Hasil Susenas 2020 menunjukkan hampir 1 dari
lansia merokok selama sebulan terakhir. Lansia perokok didominasi oleh lakilaki dari
pada perempuan (47,28 persen berbanding 1,90 persen).
Bekerja tidaklah mengenal usia karena bekerja adalah hak segala usia. Di
tengah kondisi penduduk dunia yang kian menua, banyak dijumpai lansia yang masih
aktif dalam dunia kerja. Sebanyak 1 dari 2 lansia masih tetap aktif bekerja. Lansia
yang bekerja cenderung mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Persentase
lansia laki-laki yang bekerja jauh lebih besar dibandingkan lansia perempuan, yaitu
65,05 persen berbanding 38,28 persen. Lapangan usaha pertanian masih menjadi
sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja lansia, yaitu sebesar 54,81 persen.
Status pekerjaan lansia menunjukkan bahwa 6 dari 10 lansia memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi dalam kegiatan ekonomi dengan berwirausaha baik sendiri
maupun dibantu buruh. Secara status pekerjaan, sebesar 85,83 persen lansia bekerja di
sektor informal sehingga membuat pekerja lansia menjadi rentan karena tidak
memiliki perlindungan sosial, dasar hukum pekerjaan, dan imbalan kerja layak. Secara
11
umum, lansia bekerja yang termasuk pekerja tidak tetap sebesar 10,66 persen.
Berdasarkan jumlah jam kerja, dari setiap 5 orang pekerja lansia, setidaknya ada 1
orang yang bekerja secara berlebihan (jumlah jam kerja lebih dari 48 jam dalam
seminggu). Sementara itu, rata-rata penghasilan dari
lansia yang bekerja adalah sebesar 1,45 juta rupiah per bulan.
Yaitu :
1. Penurunan fisik
2. Perubahan mental
3. Perubahan-perubahan psikososial
13
Fisiologis
Ilmu sosial
Psikologi
Kesehatan masyarakat
Kebijakan publik.
Secara komprehensif, gerontologi mempelajari perubahan-perubahan yang
terjadi pada orang tua. Perubahan tersebut termasuk tingkat kesehatan, pola berpikir,
tingkah laku, dan literasi orang tua. Sedangkan geriatrik adalah berkaitan dengan
penyakit atau ke cacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. geriatric Nursing
ilmu yang mempelajari orang tua khusus bagian medisnya saja. Ilmu ini membahas
berbagai penyakit yang muncul pada orang tua, serta cara perawatannya.: Praktek
Keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Gerontik adalah
gabungan antara : gerontologi + geriatrik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan atau mentalnya
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat titik berbagai upaya telah
dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan sosial,
Ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan yaitu tingkat
individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti sosial Tresna werdha (PSTW)
sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar primer, tingkat pertama sekunder tingkat
lanjutan, tersier untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia
B. Saran
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca, terutama
mahasiswa keperawatan dan Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi
mahasiswa keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Setiabudhi, Tyson. 1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga
Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama
15
Sahar, Juniati. 2001. Keperawatan Gerontik, Koordinator Keperawatan Komunitas. Fakultas
Ilmu Keperawatan UI. Jakarta
Maryam R, Sity. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
Stikes 2009. Trend Dan Isu Pelayanan Keperawatan Lansia di Akses 12 Maret 2022 dari
http:// StikesKabMalang. Wordpress.com/2009/10/01/3 Trend dan isu keperawatan
lansia.
16